Anda di halaman 1dari 15

PENERIMAAN KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA YANG

MENJALANI RAWAT INAP

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

RIZKA STEVI PURA WARDHANI


F 100 090 221

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARYA
2013
PENERIMAAN KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA YANG

MENJALANI RAWAT INAP

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

RIZKA STEVI PURA WARDHANI


F 100 090 221

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

ii
PENERIMAAN KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA YANG

MENJALANI RAWAT INAP

Rizka Stevi Pura Wardhani


Setya Asyanti
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi

Penelitian ini membahas mengenai penerimaan keluarga terhadap


individu yang mengalami gangguan jiwa atau skizofrenia, bertujuan untuk
memahami dan mendeskripsikan permasalahan serta proses penerimaan yang
dihadapi oleh keluarga dalam menerima pasien skizofrenia yang menjalani rawat
inap. Pendekatan menggunakan kualitatif dengan responden sebanyak tiga
keluarga. Setiap keluarga memiliki satu anak yang mengalami skizofrenia dan
anak yang lain normal. Informasi didapatkan melalui wawancara dengan orang
tua dan saudara kandung pasien sebagai informan. Informan merupakan orang
yang memahami semua keadaan pasien. Hasil penelitian ini berdasarkan tiga
kasus dari keluarga pasien hanya satu keluarga yang dapat menerima secara
penuh yang ditandai dengan sikap pasrah. Faktor-faktor penerimaan dipengaruhi
oleh permasalahan yang dihadapi ketiga keluarga diantaranya: (1) Pemahaman
dan informasi terkait gangguan jiwa; (2) Cara merawat pasien; (3) Penilaian
lingkungan terhadap keluarga; (4) Penilaian keluarga terhadap pasien. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan variasi reaksi dari keluarga terhadap pasien
skizofrenia.

Kata kunci : penerimaan keluarga, skizoferenia

iv
Latar Belakang Masalah akhirnya dirawat di bangsal kejiwaan
Rumah Sakit Umum.
Skizofrenia cukup luas dialami Setelah dua minggu sampai satu
di Indonesia, sekitar 99% pasien yang bulan pertama pasien skizofrenia
dirawat di rumah sakit jiwa di seluruh menjalani rawat inap, intensitas
Indonesia adalah mengalami keluarga yang menjenguk sudah mulai
skizofrenia (Sosrosumiharjo,2000 berkurang atau bahkan tidak pernah
dalam Arif,2006). Selanjutnya mengunjungi anggota keluarga yang
Prabandi (2003) menambahkan bahwa mengalami skizofrenia. Keluarga
prevalensi penderita skizofrenia yang terkesan meninggalkan begitu saja
terjadi di indonesia dapat diperkirakan anggota keluarga yang mengalami
berkisar 1 per mil. Prevalensi gangguan jiwa skizofrenia yang
penderita gangguan jiwa skizofrenia di menjalani rawat inap di Rumah Sakit
Indonesia berada pada 0,3% sampai 1 Umum.
%. Diperkuat oleh Alma Lucyati Tidak jarang pihak Rumah Sakit
(2012) yang menyatakan bahwa Umum kesulitan menghubungi
angka rata-rata nasional untuk keluarga pasien skizofrenia yang
provinsi-provinsi di Jawa prevalensi menjalani rawat inap. Dikarenakan
gangguan jiwa sebesar 11,6% atau keluarga tidak bersedia melengkapi
sekitar 19 juta jiwa mengalami berkas administrasi,menjelaskan
gangguan jiwa (Depkes,2009). riwayat penyakit dan perawatan yang
Skizofrenia masih di anggap sudah dilakukan sebelumnya serta
sebagai penyakit memalukan, menjadi menyatakan keberatan mengisi seluruh
aib baik bagi penderita maupun pihak data-data yang tercantum dalam
keluarga. Persepsi masyarakat formulir dengan alasan mengisi data
terhadap penderita gangguan jiwa pasien skizofrenia sama halnya dengan
masih negatif dan dipandang sebelah menunjukkan aib keluarga, maka tidak
mata. Masyarakat menganggap jarang data-data yang diperoleh pihak
penderita gangguan jiwa adalah Rumah Sakit bukan merupakan data
sampah sosial, dihina dan dicaci maki, yang sebenarnya. Hal tersebut
serta tidak jarang penderita dimungkinkan terjadi di Rumah Sakit
mendapatkan perlakuan yang tidak Umum yang memiliki bangsal
selayaknya didapatkan oleh manusia. kejiwaan maupun Rumah Sakit Jiwa di
Data yang diperoleh berdasarkan seluruh Indonesia.
wawancara pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Penolakan atau kurangnya
Umum yang memiliki bangsal penerimaan keluarga terhadap pasien
kejiwaan terungkap bahwa 30 dari 40 skizofrenia yang menjalani rawat inap
pasien skizofrenia yang menjalani baik di Rumah Sakit Umum maupun
rawat inap sudah merasakan dipasung Rumah Sakit Jiwa masih menjadi
oleh keluarga pasien rata-rata 1 sampai salah satu permasalahan yang terdapat
5 tahun dengan alasan perilaku pasien dalam penanganan pasien skizofrenia,
skizofrenia yang menganggu keluarga selain permasalahan yang umum
maupun lingkungan sekitar, sebelum dialami oleh keluarga pasien
skizofrenia seperti keterbatasan

1
fasilitas dan layanan kesehatan, perilaku yang dialami oleh anggota
kendala biaya, akses informasi yang keluarga yang mengalami skizofrenia,
terbatas dan lain sebagainya. tidak jarang keluarga mengalami
Penerimaan keluarga ketakutan. Ketakutan tersebut berupa
merupakan suatu efek psikologis dan stigma masyarakat terhadap
perilaku dari keluarga pada pasien keluarganya, penilaian terhadap
skizofrenia yang bisa ditunjukkan individu yang mengalami skizofrenia
melalui kepedulian, kelekatan, beserta keluarganya yang dapat
dukungan dan pengasuhan dimana mempengaruhi hubungan dengan
keluarga dapat memberikan perawatan tetangga dan teman-teman. Ketakutan
yang dibutuhkan oleh anggota terhadap Stigma sosial dapat membuat
keluarganya yang mengalami anggota keluarga menjauhkan diri dari
skizofrenia sebagai wujud dari rasa penderita skizofrenia. Walaupun
kekeluargaan, dan salah satu wujud dengan tindakan tersebut keluarga
ekspresi penerimaan keluarga atas merasa tidak nyaman dan bahkan
keberadaan pasien skizofrenia di muncul rasa bersalah (lefley 1989
dalam keluarga (Elizabeth dalam Koolaee et al, 2009).
B.Hurlock,2001). Dengan demikian Skizofrenia
Menurut Kubler Ross (2008) tidak hanya menimbulkan penderitaan
(dalam teori kehilangan atau berduka), bagi individu penderitanya, tetapi juga
sebelum mencapai pada tahap bagi orang-orang yang berada disekitar
acceptance (penerimaan) individu penderita skizofrenia. Dalam hal ini
akan melalui beberapa tahapan, keluargalah yang paling merasakan
diantaranya adalah tahap dampak dari hadirnya skizofrenia
penyangkalan dan pengasingan diri, ditengah-tengah keluarga mereka.
marah, menawar, depresi, menerima. Berangkat dari fenomena yang
Demikian pula pada keluarga yang terjadi penulis menemukan tema yang
anggotanya di diagnosa mengalami cukup menarik untuk diteliti, apa saja
gangguan jiwa. permasalahan yang dihadapi keluarga
Pilihan keluarga untuk merawat skizofrenia yang menjalani rawat inap
dan tinggal bersama pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa?; bagaimanakah
akan menimbulkan permasalahan yang proses penerimaan keluarga terhadap
akan dialami oleh seluruh anggota pasien skizofrenia yang menjalani
keluarga. Perubahan yang dapat rawat inap di Rumah Sakit Jiwa?. Dari
memicu munculnya stress pada kedua pertanyaan tersebut melakukan
keluarga antara lain gejala skizofrenia penelitian dengan judul “Penerimaan
yang mengganggu, perubahan rutinitas Keluarga Terhadap Pasien Skizofrenia
dan aktivitas seluruh anggota keluarga Yang Menjalani Rawat Inap”.
sehari-hari, ketegangan hubungan
keluarga dengan lingkungan sosial,
kehilangan dukungan sosial, Tujuan Penelitian
berkurangnya waktu luang dan kondisi Tujuan dalam penelitian ini
keuangan yang memburuk untuk memahami dan
(Stengard,2003). mendeskripsikan permasalahan
Selain Keluarga harus dapat serta proses penerimaan yang
menangani stress akibat perubahan dihadapi oleh keluarga dalam

2
menerima pasien skizofrenia yang Metode Penelitian
menjalani rawat inap. Gejala penelitian yang akan
diteliti adalah penerimaan keluarga
Manfaat Penelitian pada pasien skizofrenia rawat inap.
Manfaat yang diharapkan dari hasil Informan dalam penelitian ini
penelitian ini yaitu : diambil dengan mengguanakan teknik
1. Menumbuhkan kesadaran keluarga purposive sampling dengan
pasien skizofrenia akan pentinnya karakteristik informan diantaranya :
penerimaan dan berperan aktif merupakan orang tua (ibu dan atau
keluarga dalam mempercepat ayah) dan saudara kandung pasien
proses penyembuhan pasien. skizofrenia yang menjalani rawat inap,
2. Memberikan wacana pihak pasien berusia kurang dari 45 tahun,
Rumah Sakit jiwa dalam dan menetap di Eks-karesidenan
mengevaluasi kebijakan, serta Surakarta.
sumber informasi mengenai Penelitian ini merupakan
keluarga pasien skizofrenia penelitian kualitatif dengan
sehingga dapat mengoptimalkan menggunakan metode pengumpulan
peran keluarga pasien skizofrenia data berupa wawancara. Esterberg
dalam proses penyembuhan dalam Sugiono (2009) mendefinisikan
3. Pembaharuan pengetahuan dalam wawancara adalah merupakan
bidang psikologi klinis, psikologi pertemuan dua orang untuk bertukar
keluarga maupun psikologi informasi dan ide melalui Tanya
abnormal terutama terkait dengan jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
penerimaan keluarga pada individu makna dalam suatu topik tertentu.
yang mengalami skizofrenia. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang
Pertanyaan Penelitian diri sendiri atau self report, atau
Pertanyaan dalam penelitian setidak-tidaknya pada pengetahuan
ini adalah : dan atau keyakinan pribadi.
1. Apa sajakah permasalahan yang
dihadapi keluarga dalam upaya Hasil dan Pembahasan
menerima kondisi pasien Berdasarkan uraian data
skizofrenia yang menjalani rawat hasil penelitian diatas,
inap di RSJD Surakarta? permasalahan yang dihadapi
2. Bagaimanakah proses penerimaan keluarga pasien skizofrenia yang
keluarga terhadap pasien menjalani rawat dinap di RSJD
skizofrenia yang menjalani rawat Surakarta adalah tingkat
inap di RSJD Surakarta? pendidikan keluarga yang rendah
3. Bagaimanakah bentuk penerimaan sehingga keluarga mengalami
keluarga terhadap pasien kesulitan untuk mendapat
skizofrenia yang menjalani rawat informasi mengenai gangguan
inap di RSJD Surakarta? jiwa, kesulitan mencari informasi
mengenai penyembuhan dan
prosedur yang harus dilakukan
secara medis, tidak memahami
mengenai penyakit skizofenia dan

3
cara merawatnya. Hal tersebut memilih untuk merawat dengan
diperkuat oleh ungkapan seadanya dan hanya
Notoadmojo (2003) pengaruh mengupayakan penyembuhan
pendidikan terhadap melalui cara non medis
perkembangan pribadi, bahwa (paranormal) yang dinilai lebih
pada umumnya pendidikan itu murah dibandingkan dengan cara
mempertinggi taraf intelegensi medis. Sama halnya menurut
keluarga dalam merawat pasien Hawari (2012) Penilaian
skizofrenia agar pasien skizofrenia masyarakat terhadap gangguan
mampu kembali ke keluarga dan jiwa sebagai akibat dari
beradaptasi dengan lingkungan. dilanggarnya larangan, guna-guna,
Sehingga dalam hal ini taraf santet, kutukan dan sejenisnya
intelegensi pula yang dapat berdasarkan kepercayaan
mempengaruhi perilaku keluarga supranatural. Dampak dari
dalam pencarian informasi untuk kepercayaan masyarakat dan
menentukan upaya penyembuhan keluarga, upaya pengobatan pasien
yang tepat untuk pasien. Diperkuat gangguan jiwa dibawa berobat ke
pula oleh Notosoedirdjo & Latipun dukun atau paranormal. Kondisi
(2005) yang menyatakan bahwa ini diperberat dengan sikap
pengetahuan keluarga mengenai keluarga yang cenderung
kesehatan mental merupakan awal mempermalukan pasien dengan
usaha dalam memberikan iklim disembunyikan, diisolasi,
kondusif bagi anggota dikucilkan bahkan sampai ada
keluarganya. Keluarga selain dapat yang dipasung. Diperkuat pula
meningkatkan dan oleh (Susana,2007) menyatakan
mempertahankan kesehatan mental bahwa keluarga dengan anggota
anggota keluarga, juga dapat keluarga yang mengalami
menjadi sumber problem bagi gangguan jiwa merupakan suatu
anggota keluarga yang mengalami beban tersendiri. Keluarga
persoalan kejiawaan keluarganya. berupaya untuk mengobati atau
menyembuhkan pasien skizofrenia.
Permasalahan selanjutnya Pada kenyataannya patologis
ketidaktersediaan biaya gangguan jiwa itu sendiri semakin
pengobatan karena kemampuan lama diderita justru semakin sulit
ekonomi keluarga pasien tergolong kesembuhannya, inilah yang
rendah. Demikian pula yang menyebabkan keluarga merasa
diungkapakan oleh Chandra (2004) tidak berdaya dan takut. Perasaan
kemampuan finansial keluarga keluarga demikian didukung oleh
pasien dengan gangguan jiwa tidak rata-rata keadaan ekonomi yang
memungkinkan untuk membiayai pas-pasan bahkan kekurangan.
penyembuhan penyakit yang
cenderung berjalan kronis Penilaian lingkungan
sehingga kejadian seperti memicu terhadap hadirmya pasien
tindakan dan sikap keluarga skizofrenia ditengah-tengah
terhadap penolakan pasien keluarga juga menimbulakan
gangguan jiwa . Sehingga keluarga beban dan permasalahan tersendiri

4
bagi keluarga seperti cemoohan, pada gambaran keluarga ideal.
hinaan dan perbedaan perlakuan Keluarga idaman dalam hal ini
yang diperoleh keluarga dari adalah kondisi anak konsep “anak
masyarakat sekitar. Dalam hal ini sempurna” yang normal dan
Hawari (2003) mengungkapkan berkembang dengan baik sehingga
salah satu kendala dalam upaya keluarga dapat mencapai harapan
penyembuhan pasien gangguan untuk mewujudkan konsep
jiwa adalah pengetahuan keluarga idaman secara turun
masyarakat dan keluarga. Keluarga temurun.
dan masyarakat menganggap
gangguan jiwa penyakit yang 1. Proses penerimaan dan bentuk-
memalukan dan membawa aib bagi bentuk perilaku
keluarga. sehingga tidak jarang Terjadi perbedaan proses
masyarakat berperilaku tidak yang dialami keluarga satu
menyenangkan kepada keluarga dengan yang lain dalam
penderita skizofrenia baik secara menerima anggota keluarga
perkataan maupun perbuatan yang mengalami skizofrenia.
langsung yang ditujukan kepada Perbedaan ini terletak pada
keluarga maupun penderita urutan tahap penerimaan yang
skizofrenia. dialami keluarga dalam
menerima kondisi pasien
Permasalahan terakhir yang skizofrenia.
dialami oleh keluarga pasien
skizofrena yaitu penilaian keluarga Secara umum keluarga
terhadap pasien. Anggapan bahwa pasien melalui semua tahap
pasien merupakan pribadi yang penerimaan yang terdiri dari
baik, pintar dan tidak mengalami tahap denial (penolakan atau
penyakit aapapun sebelum penyangkalan), tahap angry
mengalami gangguan jiwa, sama (marah), tahap bargaining
hal nya orang-orang pada umunya (tawar-menawar), tahap
membuat keluarga mengalami depression (depresi0, sampai
kesulitan dalam menerima kondisi tahap accepatance
pasien yang sebenarnya sehingga (penerimaan). Namun hanya
keluarga selalu membandingkan satu keluarga yang dalam
kondisi pasien pada masa lalu perjalanan menerima pasien
dengan kondisi sekarang yang skizofrenia tidak menunjukkan
justru menghalangi keluarga untuk mengalami tahap angry.
berupaya mengatasi gangguan Seperti halnya Kubbler Ross
yang dialami pasien yang diikuti dalam teori berduka (2008)
dengan menyalahkan diri sendiri menyatakan bahwa sebelum
dan putus harapan. Hal tersebut mencapai pada tahap
didukung diungkapkan Hurlock acceptance (penerimaan)
(2001) persepsi keluarga individu akan melalui beberapa
mengenai konsep “keluarga tahapan, diantaranya adalah
idaman “ yang terbentuk secara tahap penyangkalan dan
turun temurun akan didasarkan pengasingan diri, marah,
menawar dan depresi walaupun

5
tidak semua individu dari rasa tidak percaya saat
mengalami keempat tahap menerima diagnosa dari
tersebut sebelum mencapai seorang ahli. Perasaan keluarga
tahap penerimaan. selanjutnya akan timbul rasa
kebingungan. Manifestasi dari
Penolakan yang dilakukan kebingungan tersebut dapat
oleh keluarga yang memiliki berupa bingung atas arti
anggota keluarga mengalami diagnosa, bingung akan apa
gangguan jiwa berupa perasaan yang harus dilakukan, serta
bingung, kebingungan yang bingung atas peristiwa tersebut
dialami oleh keluarga meliputi dapat terjadi pada keluarganya.
bingung mengenai penyebab
gangguan jiwa karena Perilaku keluarga yang
munculnya gangguan jiwa mucul pada tahap penolakan
yang dialami tidak jelas diantaranya: keluarga tidak
gejalanya serta perubahan berupaya mencari informasi
derastis dari normal menjadi mengenani gangguan jiwa
tiba-tiba mengalami gangguan sehingga keluarga keluarga
jiwa tanpa diketahui kesulitan untuk mengupayakan
penyebabnya apalagi keluarga pengobatan secara medis yang
merasa tidak memiliki kemudian hanya dibawa ke
keturunan gangguan jiwa dan paranormal, tidak memberikan
tidak mengalami sakit fisik perawatan pada penderita
sebelumnya, bingung mencari skizofrenia atau melakukan
pengobatan yang tepat, perawatan dengan cara-cara
bingung kemana harus mencari yang tidak seharusnya seperti
bila pasien sudah mulai pergi merantai kaki, mengasingkan
meninggalkan rumah. Tidak dan berperilaku kasar selama
memahami mengapa bisa penderita skizofrenia berada
terjadi demikian dan kenapa dirumah. Setelah berada di
harus Keluarganya. Selain rumah sakit jiwa keluarga
merasa bingung keluarga juga merasa tidak mampu bahkan
merasa kaget, shock, prihatin, menolak untuk membesuk dan
merasa tidak mampu merawat apabila membesuk keluarga
karena perilaku yang akan merasa sakit (angin). Hal
mengganggu dan merusak, tersebut diperkuat dengan
malu dengan tetangga karena Chandra (2004) yang
memiliki anggota keluarga mengungkapkan bahwa
yang mengalami gangguan perlakuan- perlakuan keluarga
jiwa dan merasa tidak terima terhadap salah satu anggota
bila anggota keluarga tersebut keluarga yang mengidap
mendapat julukan gila dari perilaku kekerasan, apabila
masyarakat sekitar. Kemudian tidak disertai pengetahuan dan
Kubler Ross (2008) sikap yang benar dapat
menyatakan bahwa tahap mengakibatkan kekambuhan
denial (penolakan) ini dimulai kembali dieperkuat dengan

6
Pengetahuan keluarga mengepal, perilaku agresif
mengenai kesehatan mental verbal maupun non verbal.
merupakan awal usaha dalam
memberikan iklim kondusif Tahap tawar menawar
bagi anggota keluarganya. dilalui keluarga pasien
Kemudian perubahan fisik dari skizofrenia dengan cara
perilaku penolakan berbicara tawar menawar yang
diungkapkan oleh Notoatmojo ditujukan kepada diri sendiri
(2003) berupa lemah, pucat, dengan harapan dapat
mual,kembung, gangguan menentramkan maupun
pernafasan, detak jantung menenangkan diri sendiri.
cepat, menangis, gelisah. Keluarga pasien melakukannya
Tahap kemarahan yang menenangkan diri sendiri
dialami keluarga pasien dengan cara verbalisasi, dan
diungkapkan melalui perasaan beranggapan bahwa pasien
marah atau rasa bersalah pantas mengalami gangguan
terhadap diri sendiri. jiwa akibat perbuatannya
Sedangkan kemarahan bila sendiri, berdialog dengan diri
ditujukan kepada orang lain sendiri selalu mengulang kata
yaitu masyarakat sekitar “seandainya” dengan cara
maupun perawat di rumah sakit membandingkan kondisi pasien
jiwa diungkapkan melalui pada masa lalu dengan
perkataan maupun dengan sekarang. Kubler Ross (2008)
langsung pergi begitu saja. mengungkapkan bahwa tahap
Kubler Ross (2008) tawar- menawar merupakan
mengungkapakan bahwa tahap tahap pada saat keluarga mulai
kemarahan ditandai adanya menghibur diri dengan
reaksi emosi atau marah pada pernyataan-pernyataan yang
keluarga yang memiliki ditujukan pada dirinya sendiri
anggota keluarga yang sebagai wujud dari pembelaan
mengalami skizofrenia. Selain diri atas keadaan yang dialami.
itu orang tua akan menjadi Kemudian Notoatmojo (2003)
lebih sensitif terhadap menyatakan tahap bergaining
masalah-masalah kecil yang berupa verbalisasi „kenapa
pada akhirnya akan berpotensi harus terjadi pada saya?”,
memunculkan kemarahan. Hal “kalau saja bukan keluarga
tersebut dapat dilakukan saya”, “seandainnya saya hati-
kepada dokter, saudara, hati”, “ini sudah nasib saya”.
anggota keluarga lain, atau Tahap depresi dilalui
teman-teman. . kemudian keluarga dengan Bentuk
Notoatmojo (2003) perilaku keluarga pada tahap
menambahkan bahwa reaksi depression diungkapkan
fisik dari tahap ini berupa : melalui rasa sedih, selalu
muka merah, nadi cepat, kepirikaran dan khawatir akan
gelisah, susah tidur, tangan keselamatan pasien bila pergi
meninggalkan rumah, khawatir

7
terhadap masa depan pasien, patologis gangguan jiwa itu
anak pasien dan masa depan sendiri semakin lama diderita
keluarga serta kekhawatiran justru semakin sulit
yang diwujudkan melalui sikap kesembuhannya, inilah yang
menyalahkan diri sendiri, menyebabkan keluarga merasa
muncul perasaan kecewa tidak berdaya dan takut.
terhadap diri sendiri maupun Penerimaan keluarga
kecewa dengan keadaan, terhadap pasien skizofrenia
kurang konsentrasi saat bekerja diwujudkan dengan perilaku
dan merasa lelah sepanjang yang hanya mengikuti
waktu, mengalami ketakutan masukan dari orang-orang
dan susah tidur di malam hari sekitar karena merasa sudah
serta kehilangan harapan tidak mampu mengupayakan
kesembuhan) kepada pasien kesembuhan sehingga memilih
karena sudah lama mengalami untuk menasehati dan
skizofrenia. Hal tersebut memasrahkan kesembuhan
diungkapkan pula oleh Kubler kepada orang lain yang dinilai
Ross (2008) Tahap depresi mampu menolong pasien.
muncul dalam bentuk Selain itu keluarga berupaya
keputusasaan dan kehilangan untuk memperhatikan proses
harapan. Selain itu dalam pengobatan dan mulai
kondisi depresi dapat mengikuti perkembangan
menimbulkan rasa bersalah, pasien selama menjalani
kecewa, menunjukkan sikap perawaan di rumah sakit jiwa,
menarik diri, tidak mau bicara, yang pada akhirnya
hal ini biasa dialami oleh ibu, memasrahkan kesembuhan
dengan kekhawatiran yang pasien kepada Tuhan dengan
muncul atas keadaan yang cara memperbanyak ibadah.
sedang dihadapi merupakan Hal tesebut diperkuat dengan
kelalaian selama masa pengertian tahap penerimaan
kehamilan atau bahkan akibat menurut Kubler Ross (2008)
dari dosa di masa lalu. Gejala yang menyatakan bahwa
fisik tahap depresi menurut penerimaan merupakan
Notoatmojo (2003) berupa tahapan terakhir dimana
menolak makan, susah tidur, keluarga memilih untuk pasrah
letih, dorongan libido dan mencoba menerima
menurun. Kemudian Susana keadaan anggota keluarga yang
(2007) menambahkan bahwa mengalami skizofrenia dengan
keluarga dengan anggota tenang. Kemudian menurut
keluarga yang mengalami Notoatmojo (2003) tahap
gangguan jiwa merupakan penerimaan dapat diikuti
suatu beban tersendiri. dengan verbalisasi seperti “
Keluarga berupaya untuk apa yang dapat saya lakukan
mengobati atau agar cepat sembuh”.
menyembuhkan pasien
skizofrenia. Pada kenyataannya

8
Persantunan yang bersedia membantu keluarga
Terima kasih penulis haturkan dalam mengatasi skizofrenia,
kepada ibu Setya Asyanti, proses penerimaan yang dialami
S.Psi.,M.Psi. yang telah berkenan masing-masing keluarga memiliki
meluangkan waktu untuk pola dan urutan tahap penerimaan
membimbing penulis dengan penuh yang beragam. Hal ini dipengaruhi
kepercayaan dan kesabaran sehingga oleh pengetahuan dan pemahaman
penulis dapat menyelesaikan tulisan keluarga mengenai skizofrenia
ini. selain itu penulis juga yang diperoleh melalui informasi
mengucapkan terima kasih kepada dari berbagai sumber. Keluarga
seluruh pihak yang terlibat maupun belum sepenuhnya dapat menerima
yang bersedia membantu penulis kondisi pasien skizofrenia karena
dalam proses penyusunan tulisan ini. pada kenyatannya bentuk
penerimaan keluarga terhadap
Simpulan keberadaan pasien masih disertai
Berdasarkan analisis dan dengan perlakuan yang kurang
pembahasan penelitian maka dapat baik terhadap pasien, perlakuan
disimpulkan bahwa pemasalahan yang dapat berupa perkataan maupun
dialami keluarga pasien skizofrenia sikap keluarga yang
dan gambaran penerimaan keluarga memperlakukan pasien skizofrenia
pasien skizofrenia dapat dengan tidak semestinya.
dideskripsikan sebagai berikut : 3. Bentuk perilaku keluarga terhadap
pasien skizofrenia pada tahap
1. Permasalahan yang dihadapi oleh penolakan berupa keluarga tidak
keluarga pasien skizofrenia yang mencari informasi,merawat dengan
menjalani rawat inap di Rumah merantai kaki, mengasingkan dan
Sakit Jiwa Daerah Surakarta berperilaku kasar selama penderita
anatara lain kurangnya skizofrenia berada dirumah, dan
pengetahuan dan pemahaman keluarga menolak untuk
mengenai skizofrenia baik gejala, menjenguk ke rumah sakit jiwa.
langkah pengobatan yang harus Pada tahap marah perilaku
diberikan kepada penderita keluarga berupa perkataan yang
skizofrenia maupun cara keluarga kurang menyenakan keluarga
dalam bersikap kepada pasien kepada orang lain, pergi
skizofrenia, tingkat ekonomi dan meinggalkan pasien skizofrenia
pendidikan rendah menjadi dirumah sakit. kemudian bentuk
kendala utama keluarga dalam perilaku keluarga pada tahap
menangani skizofrenia. tawar-menawar dilakukan dengan
2. Penerimaan keluarga pasien cara verbalisali terhadap diri
skizofrenia yang menjalani rawat sendiri mengenai kondisi yang
inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah dialami keluarga. selanjutnya
Surakarta ditunjukkan keluarga perilaku keluarga pada saat
melalui kepasrahan dan melalaui tahap depresi diantaranya
menyerahkan penanganan berupa konsentrasi menurun pada
pengobatan sepenuhnya kepada saat bekerja dan mengalami
rumah sakit, maupun pihak-pihak gangguan tidur. Perilaku keluarga

9
ketika sudah mampu menerima atas skizofrenia yang diderita oleh
kondisi pasien skizofrenia berupa anak.
terlibat dalamn upaya 11. Hanya satu dari tiga keluarga yang
penyembuhan, dan memperbanyak mampu menerima pasien
ibadah kepada Tuhan. skizofrenia seutuhnya setelah
4. Saudara kandung memiliki menjalami proses penerimaan
kemapuan penerimaan lebih baik selama kurang lebih sepuluh tahun
dengan proses penerimaan yang terakhir.
lebih singkat bila dibandingkan
dengan orang tua penderita
skizofrenia. DAFTAR PUSTAKA
5. Pada umumnya wanita (ibu) lebih
kuat bertahan baik secara fisik Chandra, L.S. (2004). Schizophrenia
maupun mental dalam kondisi Anonymous, A Better
yang tidak menyenangkan terjadi Future.Jakarta: Widyatama
dalam keluarga diandingkan
dengan pria (bapak). Hawari, Dadang. 2012. Skizofrenia :
6. Faktor keturunan atau riwayat Pendekatan Holistik (BPSS)
penyakit gangguan jiwa dari Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
keluarga ibu dapat meningkatkan Edisi 3. Jakarta : Fakultas
resiko anak perempuan mengalami Kedokteran Universitas
gangguan jiwa (skizofrenia) Indonesia
7. Anggapan masyarakat khususnya Kubler Ross, Elizabeth. 2008. On Life
keluarga pasien bahwa skizofrenia After Death Revised. USA :
sebagai penyakit “jawa” yang Celestial Arts
disebabkan oleh kerasukan roh, Notoatmodjo.Soekidjo (2003).
guna-guna,santet ataupun pelet Pendidikan dan perilaku
membuat paranormal masih kesehatan. Rineka Cipta.
menjadi pilihan utama dalam Jakarta
menangani skizofrenia . Notosoedirdjo & Latipun. (2005).
8. Semakin lama pasien mengalami Kesehatan Mental, Konsep
skizofrenia, kemungkinan keluarga dan Penerapan.Jakarta:
dalam menerima pasien EGC
skizofrenia akan lebih besar. Sugiono.2009.Metode Penelitian
9. Ketahanan bapak dalam proses Kuantitatif Kualitatif dan
menerima keadaan anak yang R&D.Bandung : Alfabeta
mengalami skizofrenia kurang
lebih dua tahun pertama anak Susana, Sarka Ade, dkk. (2007).
mengalami skizofrenia sebelum Terapi Modalitas, Dalam
pada akhirnya meninggal dunia KeperawatanKesehatan
akibat sakit. Jiwa. Yogyakarta: PT. Mitra
10. Semakin dewasa usia anak pertama Cendekia
kali mengalami skizofrenia Vijay. (2005). Cara Pencegahan dan
semakin membuat orang tua Pencegahan Gangguan
merasa tidak bertanggung jawab Jiwa. Yogyakarta: Media
perkasa

10

Anda mungkin juga menyukai