PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus
generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase
dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Perlu
adanya optimalisasi perkembangan anak, karena selain krusial juga pada masa itu anak
membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau keluarga sehingga secara
mendasar hak dan kebutuhan anak dapat terpenuhi secara baik.
Anak seharusnya mendapatkan haknya dan salah satunya adalah mendapatkan
perlindungan dari berbagai pihak. Saat ini sudah ada undang-undang yang mengatur
tentang hak anak yaitu, UU RI No.17 Tahun 2016 tentang perlindungan anak pasal 1 (2)
menyatakan bahwa “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, secara optimal, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi”.
Kekerasan seksual merupakan salah satu kekerasan fisik yang termasuk tindakan
kriminal. Pelaku tindak kekerasan seksual melakukan untuk memuaskan hasratnya
secara paksa. Tindakan kekerasan seksual tidak hanya berupa tindakan hubungan
seksual secara paksa, namun aktivitas lain seperti meraba, bahkan jika hanya
memandangi. Hal ini sesuai dengan penuturan Orange dan Brodwin dalam jurnal
psikologi Early Prevention Toward Sexual Abuse on Children yang menjelaskan bahwa
kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan
seseorang anak dalam aktivitas seksual (melihat, meraba, penetrasi(tekanan),
pencabulan dan pemerkosaan). Dampak kekerasan seksual pada anak dapat berupa
fisik, psikologi maupun sosial. Secara fisik dapat berupa luka atau robek pada selaput
dara. Secara psikologis meliputi trauma mental, ketakutan, malu, kecemasan bahkan
keinginan atau percobaan bunuh diri. Secara sosial misalnya perlakuan sinis dari
masyarakat di sekelilingnya, ketakutan terlibat dalam pergaulan dan sebagainya.
Kekerasan seksual pada anak mendapatkan perhatian dari banyak masyarakat
karena merupakan tingkat kekerasan paling tinggi dibandingkan dengan kekerasan fisik
dan psikologis. Kekerasan seksual pada anak tidak memandang korbannya anak laki-laki
maupun perempuan. Hal ini diperkuat oelh data yang terdapat pada jurnal Gail Hornor
2010 bahwa anak perempuan dan laki-laki memungkinkan menjadi korban kekerasan
seksual. Anak korban kekerasan seksual mengalami sejumlah masalah antara lain
trauma fisik dan psikologis yang berkepanjangan, kehilangan semangat hidup,
membenci lawan jenis dan memiliki keinginan untuk balas dendam.
Menuruk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) selama tahun 2007, dari 555
kekerasan terhadap anak yang muncul, 11,8% kekerasan terjadi di sekolah. Pada tahun
2008 diterapkan metode yang sama, persentasenya meningkat menjadi 39%. Kekerasan
seksual juga semakin tinggi, 527 angka kejadian KSA (Kekerasan Seksual pada Anak)
tahun 2007. Pada tahun 2008 angka kejadian tersebut meningkat menjadi 626,
kemudian pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 705.
Masih banyaknya kasus yang melibatkan anak di Indonesia dan salah satunya adalah
kasus pelecehan seksual. Hal ini disebabkan oelh banyak faktor, diantaranya adalah
faktor lingkungan, teknologi, dan kurangnya pengawasan dari berbagai pihak. Anak
yang mengalami pelecehan seksual akan mengalami gangguan secara psikologis dan
fisik. Di Indonesia sendiri kasus pelecehan seksual pada anak masih kurang
terperhatikan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak, padahal jika dilihat banyak
sekali kasus pelecehan pada anak di Indonesia yang membutuhkan perhatian lebih dan
harus segera ditindaklanjuti.
Pada penelitian Bonnar-Kidd, korban kekerasan seksual mayoritas adalah anak
dibawah 18 tahun, 80.000 anak Amerika setiap tahunnya mengalami kekerasan seksual.
Pada survey yang dilakukan Black et al, 1 diantara 5 wanita (44,6%) pernah mengalami
perkosaan atau pelecehan seksual, sedangkan pada pria 1 diantara 71 orang (22,2%).
Hal ini diakibatkan oleh belum stabilnya emosi remaja wanita dan kelemahan fisik
dalam melawan pelaku. Semakin muda wanita, semakin beresiko untuk megalami
kekerasan seksual dari pria.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang dimaksud kekerasan seksual pada anak ?
2. Apa tanda yang dapat ditemukan dari kekerasan seksual pada anak ?
3. Apa dampak yang terjadi terhadap korban kekerasan seksual pada anak ?
4. Apa dasar hukum atau perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan
terhadap kekerasan seksual pada anak ?
C. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui peranan dokter umum secara menyeluruh dalam menangani kasus
kekerasan seksual pada anak.
D. MANFAAT PENULISAN
Dari penulisan ini diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca, antara lain :
1. Dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan tentang tanda-tanda kekerasan seksual pada anak
serta dampak-dampak yang ditimbulkannya.
2. Dapat menambah wawasan tentang ilmu kedokteran forensik, khususnya
tentang kekerasan seksual pada anak, serta dapat mengetahui bagaimana cara
menangani kasus tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi Anak
Pengertian anak dalam Pasal 1 ayat 1 UU No.17 tahun 2016 tentang Perlindungan
anak “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan”. Pengertian anak menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) adalah “Dalam menuntut orang yang belum cukup umur
(minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim
dapat menentukan, memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan kepada
orangtuanya, walinya atau pemeliharaannya, tanpa pidana apapun atau
memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah, tanpa pidana
apapun yaitu jika perbuatan merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran
tersebut.
C. Anatomi Genitalia
a. Genitalia Wanita
Vulva adalah istilah yang diberikan untuk alat kelamin luar wanita. Strukturnya
meliputi mons pubis, labia mayora dan labia minora. Bagian yang menonjol di
bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan tertutup oleh rambut.
Terdapat bagian yang sedikit meluas beberapa sentimeter pada mons pubis yang
disebut klitoris. Dibawah klitoris terdapat uretrha, klitoris berada 1 cm diatas
meatus urethra. Terdapat labia mayora yang berlemak, memanjang dan
membentuk lipatan yang merupakan batas lateral dari vulva. Labia minora
merupakan bagian medial dari Labia mayora dan merupakan lapisan kulit tipis
yang masuk ke pintu masuk vagina. Bagian depan labia minora bergabung dan
melingkupi klitoris yang dikenal sebagai preputium klitoris. Bagian belakang labia
minora bergabung ke garis tengah menuju pintu masuk vagina. Urethra berada
diatas pintu masuk vagina. Himen atau selaput dara adalah lipatan tipis selaput
lendir yang berada di dalam luban vagina.
Alat kelamin dalam wanita terdiri dari vagina, serviks, uterus, tuba terina dan
ovarium. Vagina berada di depan rektum dan dibelakang kandung kemih yang
merupakan saluran fibromuskuler yang menghubungkan pintu masuk vagina
dengan serviks. Uterus berada dibelakang dan diatas kandung kemih. Tuba
uterina dan ovarium berada di lateral dari uterus.
b. Genitalia Laki-laki
Organ reproduksi luar laki-laki adalah skrotum dan penis. Penis terdiri dari tiga
rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas
berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga berada di bagian bawah
yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus urethra.
Urethra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang ronga-rongganya banyak
mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf. Bila ada suatu rangsangan