AHMAD ZAMHARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
AHMAD ZAMHARI
E14103059
RINGKASAN
Ahmad Zamhari. E14103059. Pola Spasial Kerawanan
Pencurian Kayu Menggunakan Sistem Informasi Geografis di
KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibimbing
oleh M. Buce Saleh.
Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai yang sangat
tinggi. Kerusakan hutan akan menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat.
Oleh karena itu keberadaan hutan sangat penting artinya baik bagi generasi
sekarang ataupun yang akan datang. Dalam pengelolaan hutan diperlukan adanya
pemodelan pencurian kayu pada saat sekarang dan tahun-tahun yang akan datang,
sehingga dapat dilakukan usaha preventif untuk mengatasinya. Sehingga dengan
mengetahui pola spasial pencurian kayu dapat memperkirakan daerah-daerah
mana saja yang akan memiliki tingkat kerawanan yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peta sebaran lokasi
kerawanan pencurian kayu dan pemodelan spasial tingkat kerawanan pencurian
kayu di wilayah KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Adapun
hipotesisnya adalah semakin dekat dengan jalan maka semakin rawan terjadi
pencurian kayu, semakin dekat dengan lokasi pemukiman maka semakin rawan
terjadi pencurian kayu, semakin rendah kelerengan suatu tempat maka maka
semakin rawan terjadi pencurian kayu dan semakin tinggi kelas umur (KU)
tegakan maka semakin rawan terjadi pencurian kayu.
Penelitian tentang Pencurian Kayu ini dilaksanakan di wilayah kerja
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dengan mengambil lokasi di Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan pada bulan April 2007. Data yang digunakan
adalah data spasial digital (peta jaringan jalan, pemukiman, kelerengan dan kelas
umur tegakan) KPH Saradan dan data tabular mengenai laporan kejadian
gangguan keamanan hutan (pencurian kayu) yaitu volume dan frekuensi kejadian
pencurian kayu per anak petak dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah personal computer yang dilengkapi
perangkat lunak ArcView GIS 3.3, minitab 14, kamera dan alat tulis.
Rangkaian metode penelitian terdiri atas tahap persiapan, penelitian di
lapangan, analisis spasial, penentuan kelas kerawanan dan analisis kelas
kerawanan. Berdasarkan anlisis regresi menunjukkan bahwa variabel spasial yaitu
jarak jalan, jarak pemukiman, kelas umur tegakan dan kelas lereng tidak
mempengaruhi tingkat kerawanan pencurian kayu di KPH Saradan.
Berdasarkan pembagian kelas kerawanan menunjukkan bahwa semua
petak di KPH Saradan berada pada kelas kerawanan rawan. Sementara
dikarenakan variabel spasial tidak mempengaruhi tingkat kerawanan pencurian
kayu maka pemodelan spasial di KPH Saradan tidak dapat di tentukan
PERNYATAAN
Ahmad Zamhari
NRP E14103059
v
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Tanggal Lulus :
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga penyusunan Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan.
Sholawat dan salam senantiasa tetap tercurahkan Kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta pengikutnya yang tetap istiqomah mengikuti semua
sunahnya dan melanjutkan perjuangannya.
Karya Ilmiah ini merupakan hasil dari penelitian yang disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Pola Spasial Kerawanan Pencurian Kayu
Menggunakan Sistem Informasi Geografis di KPH Saradan Perum Perhutani Unit
II Jawa Timur. Dalam karya ilmiah ini membahas pengaruh variabel spasial
terhadap kelas kerawanan pencurian kayu, Pemodelan spasial kelas kerawanan
pencurian kayu dan tingkat kerawanan pencurian kayu di KPH Saradan Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur.
Penulis
vii
RIWAYAT HIDUP
Segala puji hanyalah milik Allah karena hanya dengan kasih sayangnya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pola Spasial
Kerawanan Pencurian Kayu Menggunakan Sistem Informasi Geografis di
KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Bapak, Ibu yang selalu berkorban dalam menyekolahkan sampai
menyelesaikan program sarjana ini, juga kepada Ayuk Sus, Kak Toto, Kak
Edwin atas semua bantuan dan motivasi yang telah diberikan.
2. Bapak Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS. sebagai pembimbing skripsi yang ditengah
kesibukannya masih menyempatkan waktu untuk membimbing dan
mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dani Saptaji, Aan, Edi dan Agus atas bantuannya dan bapak Ir. Dones
Rinaldi, Msc. atas bantuan data digitalnya.
4. KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur atas segala bantuannya.
5. KSKPH Saradan Timur Ir. Budi Hermawan, MM.
6. Keluarga besar Bapak Nyoto Santoso atas bantuannya selama di KPH
Saradan.
7. Teman-teman kelurga besar Manajemen Hutan 40 atas semua perjalanan
kuliah selama 4 tahun ini.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
memberikan sumbangsihnya yang tidak ternilai.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penelitian dan penyajian
naskah karya ilmiah ini, namun demikian inilah yang terbaik yang sudah
diusahakan. Permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan
skripsi ini terdapat kesalahan yang tidak disadari.
Bogor, April 2008
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................1
1.2. Tujuan .............................................................................................1
1.3. Manfaat Penelitian ..........................................................................2
1.4. Hipotesis..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
2.1. Keamanan Hutan.............................................................................3
2.2. Sistem Informasi Geografis (SIG) ..................................................8
BAB III METODOLOGI................................................................................. 11
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................11
3.2. Data dan Alat Penelitian ...............................................................11
3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .........................................12
BAB IV KONDISI UMUM ............................................................................. 17
4.1. Keadaan Umum.............................................................................17
4.1.1. Letak................................................................................... 17
4.1.2. Keadaan Lapangan ............................................................. 17
4.1.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................. 17
4.1.4. Tanah.................................................................................. 17
4.1.5. Iklim ....................................................................................18
4.1.6. Sosial Ekonomi .................................................................. 18
4.1.7. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan .......................... 19
4.1.8. Bagian Hutan..................................................................... 19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 20
5.1. Kelas Kerawanan Pencurian Kayu................................................20
5.2. Distribusi Variabel Spasial............................................................22
x
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta Wilayah Penelitian di KPH Saradan. ...................................................... 11
2. Diagram alir pembuatan peta kerawanan pencurian kayu di KPH Saradan. . 16
3. Distribusi anak petak menurut kelas kerawanan............................................. 22
4. Peta jarak dari jalan KPH Saradan .................................................................. 23
5. Peta jarak dari pemukiman KPH Saradan....................................................... 23
6. Peta kelas lereng KPH Saradan....................................................................... 24
7. Peta kelas umur KPH Saradan ........................................................................ 24
8. Diagram hubungan antara volume pencurian dengan kelas umur. ................. 25
9. Diagram hubungan antara volume pencurian dengan kelas lereng................. 25
10. Diagram hubungan antara volume pencurian dengan jarak dari jalan............ 26
11. Diagram hubungan antara volume pencurian dengan jarak dari pemukiman.
......................................................................................................................... 26
12. Diagram hubungan antara frekuensi kejadian pencurian kayu dengan kelas
umur. ............................................................................................................... 27
13. Diagram hubungan antara frekuensi kejadian pencurian kayu dengan kelas
lereng............................................................................................................... 27
14. Diagram hubungan antara frekuensi kejadian pencurian kayu dengan jarak
jalan. ................................................................................................................ 28
15. Diagram hubungan antara frekuensi kejadian pencurian kayu dengan jarak
pemukiman...................................................................................................... 28
16. Grafik jumlah tunggak tercuri dari tahun 1997-2006 ..................................... 36
17. Grafik jumlah kerugian finansial dari tahun 1997-2006 ................................. 37
18. Grafik perbandingan pencurian kayu dengan hasil pengamanan kayu curian
tahun 1997-2006 ............................................................................................. 37
19. Grafik kehilangan pohon per BKPH (1997-2006) ......................................... 38
20. Grafik kerugian finansial per BKPH (1997-2006)......................................... 38
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Nilai statistik volume dan frekuensi pencurian kayu ...................................... 20
2. Pembagian kelas kerawanan berdasarkan kriteria perhutani (1996)............... 20
3. Nilai statistik volume dan frekuensi pencurian kayu ...................................... 21
4. Pembagian selang untuk volume dan frekuensi pencurian kayu .................... 21
5. Kelas kerawanan pencurian kayu.................................................................... 21
6. Variabel spasial yang mempengaruhi pencurian kayu.................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Nilai ekonomi tersebut
didapatkan dari hasil hutan kayu dan non kayu. Hasil hutan kayu merupakan
komoditas yang selama ini langsung dapat dinilai dan memiliki harga yang pasti
dipasaran. Kayu Jati merupakan salah satu dari jenis kayu mewah yang memiliki
nilai jual yang cukup tinggi di pasaran. Kayu Jati ini dalam pengelolaannya
memerlukan daur yang cukup lama sehingga sangat rentan terjadi gangguan
keamanan dalam pengelolaannya.
Menurut SPH Madiun (2007) gangguan keamanan hutan disebabkan oleh
aktifitas manusia dan kejadian alami yang menimbulkan kerusakan pada hutan,
beberapa macam bentuknya adalah:
a. Pencurian dan perencekan
b. Kebakaran
c. Penggembalaan
d. Bibrikan/Perambahan
e. Penggalian/Penambangan Liar
f. Sengketa Tanah
Menurut Perhutani (1996) sebab-sebab gangguan keamanan hutan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Penyebab eksternal (dari luar Perhutani), antara lain:
a. Sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan yang masih rendah.
b. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat, sejalan dengan
pertumbuhan industri.
c. Adanya sindikat pencuri kayu.
Penyebab eksternal ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Sudah berjalan (terjadi) cukup lama.
b. Bila ingin mengatasinya membutuhkan koordinasi yang tidak mudah.
c. Biaya relatif mahal.
4
Menurut Hadi (2006) jarak paling jauh yang dapat ditempuh seseorang
dalam memasuki hutan dengan berjalan kaki adalah sejauh tiga km. Oleh karena
itu dalam penelitian ini jarak pemukiman yang digunakan adalah sejauh tiga km
dari KPH Saradan.
sekitar hutan. Keadaan hutan yang tersebar dan dikelilingi desa dan dekat jalan
besar merupakan hutan yang mudah dicuri hasilnya.
BAB III
METODOLOGI
2. Penelitian di Lapangan
Kegiatan pengamatan di lapangan yang dilakukan adalah pengambilan
data pencurian kayu dan wawancara tidak terstruktur untuk mengetahui
kondisi lapangan dan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan.
3. Analisis Spasial
Manipulasi dan analisis data spasial dengan SIG. Kegiatan manipulasi
dan analisis data spasial dengan memakai software ArcView 3.3, meliputi
proses analisis data spasial, data tabular, overlay, manipulasi, dan pembuatan
model.
4. Penentuan Kelas Kerawanan
Untuk menentukan kelas kerawanan, digunakan data volume dan
frekuensi pencurian kayu. Kemudian dari hasil perhitungan volume dan
frekuensi pencurian kayu, diperoleh nilai minimum, nilai maksimum, quartil
1, 2 dan 3 untuk kedua variabel tersebut.
5. Pengolahan Data dan Penyajian Hasil
1. Model Persamaan yang Digunakan
Berdasarkan pustaka yang diperoleh maka didapatkan fungsi
persamaan tingkat pencurian kayu sebagai berikut :
Yi = f (X1i, X2i … ,X6i, εi )
Dimana Yi adalah kelas kerawanan pencurian kayu, i adalah
pengamatan. X1i adalah jarak dari jalan, X2i adalah jarak dari pemukiman,
X3i adalah kelas lereng, X4i adalah kelas umur.
Untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi
terjadinya pencurian kayu digunakan metode Analisis Regresi Linier
Berganda. Yang dimaksud regresi linier dalam analisis ini adalah suatu
regresi yang linier dalam parameter. Sehingga model persamaan regresi
berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yi = β0 + β1X1i + β2X2i + … + β4X4i+ εi
Dimana :
Yi = Variabel tak bebas, yaitu kelas kerawanan pencurian kayu
b. Bila Nilai 0.01 < P < 0.05 maka hubungan linear antara peubah bebas
dengan peubah tetap berada pada taraf signifikasi nyata
c. Bila Nilai P > 0.05 maka hubungan linear antara peubah bebas dengan
peubah tetap berada pada taraf signifikasi tidak nyata
5. Keterandalan model
Untuk melihat keterandalan model digunakan nilai koefisien
determinasi (R-Sq), dimana bila nilai R-Sq semakin besar atau mendekati
100 % maka variable bebas (X) yang digunakan memiliki pengaruh yang
semakin besar terhadap peubah tetap (Y) dan bila nilai R-Sq semakin
kecil atau mendekati nol maka pengaruh peubah bebas (X) akan semakin
kecil pengaruhnya terhadap peubah tetap (Y).
6. Simulasi Tingkat Kerawanan Pencurian Kayu
Simulasi dilakukan dalam kurun waktu sepuluh tahun kedepan
dengan memasukkan data perubahan kelas umur tegakan pada model
terpilih untuk membuat peta kerawanan pencurian kayu.
16
Peta Digital
Pemukiman
Data Tabular
Peta Digital
Kelas Lereng
Peta Digital
Jaringan
Jalan
Analisis Regresi
Validasi Model
Simulasi Tingkat
Kerawanan
Pencurian Kayu
BAB IV
KONDISI UMUM
4.1.4. Tanah
4.1.5. Iklim
Tipe iklim wilayah hutan KPH Saradan adalah tipe D dengan nilai
Q sebesar 94%. Pertumbuhan tegakan Jati akan tumbuh baik pada wilayah
dengan tipe C, D dan E. Berdasarkan kondisi dan tipe iklim ini maka KPH
Saradan ditetapkan sebagai Kelas Perusahaan Jati.
a. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk dalam wilayah KPH Saradan adalah sebanyak
228.380 jiwa. Terdiri dari laki-laki sebanyak 141.054 jiwa atau
sebesar 49 % dan wanita sebanyak 147.326 jiwa atau sebesar 51 %.
Dengan rincian anak-anak (1 – 13 tahun) sebanyak 83.630 jiwa atau
sebesar 30 % dan dewasa (14 tahun keatas) sebanyak 204.750 jiwa
atau sebesar 70%.
b. Berdasarkan tingkat pendidikannya :
Berdasarkan tingkat pendidikannya penduduk di KPH Saradan
didominasi oleh tingkat pendidikan SD dan tidak bersekolah
sebanyak 53 %. SLTP sebanyak 31 % dan SLTA keatas sebanyak 16
%.
c. Mata pencaharian penduduk
Sebagian besar penduduk di sekitar dan didalam KPH Saradan
berprofesi sebagai petani dengan prosentase sebesar 57 %. Profesi
sebagai buruh sebanyak 21 %, Pedagang dan pegawai masing-
masing sebanyak 2 %, di bidang industri sebanyak 7 % dan lain-lain
sebanyak 11%.
d. Pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita penduduk pada tahun 2000 adalah sebesar Rp.
2.226.123,5 /th
19
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemudian pembagian selang untuk volume dan frekuensi pencurian kayu adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Pembagian selang untuk volume dan frekuensi pencurian kayu
Klasifikasi Volume (m3) Frekuensi (kejadian)
Selang 1 0.01 - 0.898 1-2
Selang 2 0.898 - 2.18 2-6
Selang 3 2.18 - 5.203 6 - 15
Selang 4 5.203 - 123.2 15 - 79
Volume (m3)
Frekuensi
(kejadian) 0,01-0,898 0,898-2,18 2,18-5,203 5,203-123,2
Nilai tengah 0,455 1,463 3,526 12,568
1-2 1,422 0,647 2,081 5,015 17,874
2-6 4,202 1,912 6,148 14,817 52,811
6-15 10,223 4,652 14,958 36,048 128,483
15-79 27,774 12,640 40,639 97,937 349,064
22
700
600
Jumlah Anak Petak
500
400
300
200
100
0
Agak rawan Rawan Amat rawan Amat sangat
rawan
Kelas Kerawanan
Y = ‐ 11,1 + 5,58 X
140
R2 = 5,5%
120
100
Volume (m3)
80
60
40
20
0
43
91
00
25
36
42
50
69
85
00
25
50
63
75
25
00
3.
3.
4.
4.
4.
4.
4.
4.
4.
5.
5.
5.
5.
5.
6.
7.
Kelas Umur
B. Kelas lereng
Y = 10.3 + 0.51 X
140.0
120.0 R2 = 0.5%
100.0
Volume (m3)
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
11 7
16
8
14
17
75
75
.1
.7
3
11 2
5
.6
.8
.0
.7
.7
.7
10
20
.2
.6
9.
9.
9.
10
10
11
12
13
15
140
120 Y= 15,4 + 0,0019 X
V o lu m e (m 3)
100 R2 = 0,0%
80
60
40
20
0
0
0
0.8
8.4
9.3
3.1
4.7
25
30
37
39
43
43
45
46
50
56
75
32
37
40
42
48
Jarak dari jalan (m)
Gambar 10. Diagram hubungan antara volume pencurian dengan jarak dari jalan.
D. Jarak pemukiman
140.0
Y = 4,0 + 0,0102 X
120.0
R2 = 1,5%
100.0
Volume (m3)
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
0
11 8
.8
12 4
.4
.2
0
25
12
50
13
75
00
50
75
87
6.
.
0
32
38
74
01
53
10
11
12
12
13
13
15
22
5
10
11
11
12
Gambar 11. Diagram hubungan antara volume pencurian dengan jarak dari
pemukiman.
27
90 Y = ‐ 3,09 + 7,65 X
80
R2 = 18,7%
Frekuensi (kejadian)
70
60
50
40
30
20
10
0
00
53
83
94
00
07
18
29
44
59
67
91
00
50
00
00
2.
3.
3.
3.
4.
4.
4.
4.
4.
4.
4.
4.
5.
5.
6.
9.
Kelas Umur
Gambar 12. Diagram hubungan antara frekuensi kejadian pencurian kayu dengan
kelas umur.
B. Kelas lereng
90 Y = 32.0 ‐ 0.012 X
80 R2 = 0.0%
Frekuensi (kejadian)
70
60
50
40
30
20
10
0
8
8
8
8
8
8
8
9.08
9.17
9.75
10
10.6
10.9
11.2
11.9
12.3
12.7
13.2
15
16
57.5
Gambar 13. Diagram hubungan antara frekuensi kejadian pencurian kayu dengan
kelas lereng.
28
C. Jarak jalan
90
80
Y = 49,0 – 0,0420 X
70
R2 = 6,9%
Frekuensi (kejadian)
60
50
40
30
20
10
0
0
1
00
7
4
25
25
25
25
35
37
37
50
50
50
52
6.
3.
7.
6.
0.
7.
0.
1.
4.
10
31
33
35
41
43
43
46
47
48
Jarak dari jalan (m)
Gambar 14. Diagram hubungan antara frekuensi kejadian pencurian kayu dengan
jarak jalan.
D. Jarak pemukiman
90
80
Frekuensi (kejadian)
70
Y = 23.2 + 0.00728 X
60
R2 = 1.3%
50
40
30
20
10
0
0
0
00
00
36
11 3
67
00
14
38
59
13
14
50
00
.2
8
50
75
20
10
10
10
10
11
12
12
12
12
13
14
17
20
Gambar 15. Diagram hubungan antara frekuensi kejadian pencurian kayu dengan
jarak pemukiman.
29
tersebut mengakibatkan pencurian kayu di KPH Saradan dapat terjadi pada semua
lokasi petak dan anak petak manapun tanpa memandang unsur-unsur spasialnya.
Untuk lebih jelasnya penyebab dari tidak berpengaruhnya variabel spasial
terhadap pencurian kayu adalah sebagai berikut:
A. Akses jalan yang mudah di wilayah KPH Saradan
Variabel jarak dari jalan di KPH Saradan terhadap lokasi petak dan anak
petak sangat mempengaruhi besar kecilnya intensitas pencurian kayu. Jarak dari
jalan di KPH Saradan terhadap lokasi petak dan anak petak tergolong sangat
dekat. Hal tersebut dapat dilihat dari jarak jalan rata-rata di KPH Saradan terhadap
semua petak dan anak petak yang hanya sejauh 461,2 meter (Gambar 10 dan 14).
Jarak petak dan anak petak di KPH Saradan yang sangat dekat dengan jalan
mengakibatkan mudahnya akses ke lokasi tersebut. Kemudahan dalam akses jalan
sangat memudahkan para pelaku pencurian kayu untuk menjangkau lokasi-lokasi
petak dan anak petak di KPH Saradan, sehingga mengakibatkan pencurian kayu
relatif mudah dan dapat terjadi di semua lokasi petak dan anak petak manapun.
B. Pemukiman
Suratmo (1974), menjelaskan bahwa masyarakat yang mengambil hasil
hutan tanpa ijin biasanya tidak datang dari jauh, tetapi berasal dari desa-desa
sekitar hutan. Dalam arti bahwa biasanya yang melakukan tindakan pencurian
kayu adalah masyarakat yang berasal dari sekitar hutan. Faktor letak pemukiman
penduduk terhadap lokasi hutan sangat mempengaruhi intensitas pencurian kayu.
Semakin dekat lokasi hutan dengan pemukiman penduduk maka semakin sering
terjadi tindakan pencurian kayu. Semakin jauh dari pemukiman maka intensitas
pencurian kayu yang terjadi semakin kecil.
dapat dengan mudah menjangkau semua wilayah hutan dan melakukan tindakan
pencurian kayu.
C. Luasan KPH Saradan yang relatif kecil dengan bentuk yang kompak
Luasan KPH Saradan adalah sebesar 37.934,5 ha dengan bentuk yang
kompak atau tidak terpecah-pecah (Gambar 1). Luasan KPH Saradan yang relatif
kecil dengan bentuk yang kompak dan didukung oleh akses jalan yang mudah,
pemukiman yang mengelilingi dan dekat dengan hutan serta topografi yang datar
mengakibatkan pencurian kayu di KPH Saradan menjadi relatif mudah terjadi.
Luasan yang kecil dan bentuk yang kompak ini membuat pelaku pencurian kayu
dapat berkonsentrasi melakukan pencurian kayu di wilayah KPH Saradan dan
dapat melakukan pencurian kayu disemua lokasi petak dan anak petak manapun di
KPH Saradan.
D. Kualitas kayu Jati yang baik
KPH Saradan merupakan salah satu KPH yang menghasilkan kayu Jati
dengan kualitas yang paling baik dibandingkan dengan KPH-KPH lainnya di
pulau Jawa. Kualitas kayu yang paling baik ini menjadikan Jati di KPH Saradan
memiliki harga dan mutu yang tinggi pula. Kualitas kayu Jati yang paling baik ini
yang diindikasikan menjadi salah satu penyebab maraknya pencurian kayu di
KPH Saradan. Kualitas kayu Jati ini juga yang menyebabkan pelaku pencurian
kayu melakukan pencurian tanpa memandang variabel-variabel spasial di
lapangan.
E. Kelas lereng
F. Kelas umur
B adalah tipe pencurian yang menggunakan kayu hasil curian untuk kebutuhan
hidup atau makan sehari-hari.
Pencurian kayu tipe C adalah tipe pencurian yang melibatkan anggota
cukup banyak, memiliki sarana prasarana yang cukup baik dan terkadang
melibatkan oknum pemerintah. Sedangkan pencurian tipe D adalah tipe pencurian
kayu yang berbentuk sindikat. Pelaku pencurian dalam tipe ini tersusun dengan
baik, jumlah orang yang terlibat cukup banyak bahkan melibatkan massa, sarana
prasarana yang digunakan cukup baik dan jaringan pencurian tersusun baik.
Dengan adanya semua tipe pencurian kayu di KPH Saradan mengakibatkan
kerugian yang ditimbulkan dari pencurian kayu sangat besar. Dari tahun 1997
sampai dengan tahun 2006 kerugian yang ditimbulkan mencapai 22,8 milyar.
Selain modus operandi pencurian kayu, kerawanan pencurian kayu di KPH
Saradan juga disebabkan oleh profesi dan pendapatan masyarakat. Jumlah
penduduk dalam wilayah KPH Saradan adalah sebanyak 228.380 jiwa. Umumnya
masyarakat di KPH Saradan berprofesi sebagai petani yaitu sebanyak 57 %.
Selain berprofesi sebagai petani juga terdapat profesi sebagai buruh sebanyak 21
%, Pedagang dan pegawai masing-masing sebanyak 2 %, bidang industri
sebanyak 7 % dan lain-lain sebanyak 11%.
Pendapatan per kapita penduduk KPH Saradan pada tahun 2000 adalah
sebesar Rp. 2.226.123,5 /th atau sebesar Rp. 185.510,3 /bulan. Pendapatan
perkapita masyarakat yang kecil di wilayah KPH Saradan inilah yang
diindikasikan sebagai penyebab terjadinya pencurian kayu. Kecilnya pendapatan
masyarakat sekitar hutan mengakibatkan rentannya terjadi pencurian kayu oleh
masyarakat di KPH Saradan dengan motif untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Info Jawa.org (2007) mengatakan bahwa masyarakat desa sekitar hutan
(KPH Saradan) pada umumnya adalah masyarakat yang selalu disalahkan dan
dituduh melakukan penjarahan yang berakibat pada kerusakan hutan. Masyarakat
sekitar hutan pada umunya adalah yang menjadi pelaku penebangan di lapangan
tetapi mereka melakukan itu atas dasar “permintaan” dengan diiming-imingi
imbalan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Faktor lain yang mendorong masyarakat melakukan pencurian kayu
diantaranya adalah pengaruh ”musim” hajatan seperti pernikahan. Bila sudah
datangnya waktu-waktu tersebut biasanya terjadi kenaikan intensitas pencurian
36
kayu. Hal tersebut dikarenakan masyarakat merasa malu bila tidak bisa
melaksanakan hajatan dengan baik. Mencuri kayu dari hutan dinilai merupakan
jalan cepat untuk mendapatkan uang.
5.6. Gangguan keamanan hutan KPH Saradan
Gangguan keamanan hutan KPH Saradan dalam sepuluh tahun terakhir
yaitu tahun 1997 sampai dengan tahun 2006 menunjukan terjadinya jumlah
pencurian yang beragam. Jumlah tunggak yang dicuri dari tahun 1997 sampai
dengan tahun 2006 adalah sebesar 153.738 buah. Jumlah tunggak tercuri paling
banyak tejadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 21.219 tunggak. Sedangkan jumlah
pencurian paling sedikit terjadi pada tahun sebelumnya yaitu tahun 1997.
Kenaikan jumlah pencurian yang sangat besar terjadi pada tahun 1997 hingga
ketahun tahun berikutnya. Kecenderungan peningkatan itu disebabkan pada tahun
1998 terjadi resesi ekonomi di Indonesia. Hal tersebut berimbas terhadap jumlah
pencurian kayu di KPH Saradan pada tahun-tahun berikutnya.
Data jumlah tunggak dicuri lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar
16 dibawah ini.
30000
Ju m lah T u n g g ak
20000
10000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah 5263 21219 20174 14468 15937 15282 13956 21205 15117 11117
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
10000000
5000000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah kerugian 77,633 319,216 319,668 5,014,913 6,159,762 6,896,069 5,089,625 10,113,73 2,004,693 2,004,693
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Sumber : Data bagian keamanan KPH Saradan
Gambar 17. Grafik jumlah kerugian finansial dari tahun 1997-2006.
Kerugian total selama sepuluh tahun yaitu tahun 1997-2006 adalah sebesar
38 milyar. Untuk kerugian terbesar adalah pada tahun 2004 yaitu sebesar
Rp10.113.730.000. Sedangkan kerugian finansial paling kecil terjadi pada tahun
1998 yaitu sebesar RP 77.633.000. Pada kenyataannya kerugian finansial tersebut
tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk melihat kerugian sebenarnya
dikarenakan adanya perbedaan tarif kerugian yang digunakan pada tahun 1998-
1999 dengan tarif kerugian pada tahun 2000-2006.
KPH Saradan juga mengadakan pengamanan terhadap kayu hasil curian.
Perbandingan pencurian pohon dengan hasil pengamanan dapat dilihat pada
Gambar 18 dibawah ini.
12,000,000
10,000,000
Rupiah (xRp.1000)
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
-
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2006 kerugian yang ditimbulkan
dari pencurian kayu adalah sebesar Rp 38 Milyar. Sementara dari hasil
pengamanan kayu curian dapat menyelamatkan kerugian sebesar Rp 15,1 Milyar.
38
Hal itu berarti dalam tahun 1997 sampai dengan 2006 KPH Saradan mengalami
kerugian akibat kehilangan pohon yang tidak berhasil diamankan sebesar Rp. 22,8
Milyar. Berarti tiap tahun terjadi kerugian rata-rata sebesar Rp. 2,28 Milyar.
Selanjutnya kerugian secara fisik dapat diperinci per BKPH, yang dapat
dilihat pada Gambar 19 dibawah ini.
Jum lah tunggak pencurian per BKPH
25,000
20,000
Jumlah (Buah)
15,000
10,000
5,000
N
N
A
A
K
A
N
O
R
TA
R
G
IN
G
O
T
A
A
R
TA
N
N
N
P
G
LA
A
R
U
T
JU
LU
TU
M
U
IN
U
JA
U
P
E
E
LA
R
TO
E
R
S
TU
K
S
A
B
R
B
TO
A
K
P
G
K
N
O
G
LI
TO
N
A
N
E
N
A
K
A
K
E
D
TI
IL
K
E
JA
W
TI
K
IL
JA
W
BKPH
Dari kedua belas BKPH yang ada maka BKPH Kedungbrubus merupakan
BKPH yang memiliki jumlah kehilangan pohon yang paling besar yaitu sebesar
21.419 buah. Sementara kehilangan pohon terkecil adalah BKPH Jatiketok
Selatan sebesar 4.041 buah.
Sementara itu untuk kerugian finasial per BKPH dari tahun 1997-2006
dapat dilihat pada Gambar 20 di bawah ini.
Jum lah kerugian per BKPH
7,000,000
Kerugian (Rp x 1000)
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
N
N
A
A
K
N
S
A
O
R
TA
G
R
IN
G
O
T
R
A
TA
N
N
N
G
LA
R
LA
U
T
JU
LU
TU
M
IN
U
U
P
E
E
A
J
TO
E
R
E
TU
S
N
K
A
S
L
B
R
B
TO
A
K
P
G
K
O
N
G
LI
TO
N
A
N
E
N
A
K
A
K
E
D
TI
IL
K
E
JA
W
TI
K
IL
JA
W
BKPH
Sumber : Data bagian keamanan KPH Saradan
Gambar 20. Grafik kerugian finansial per BKPH (1997-2006).
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis statistik didapatkan bahwa variabel spasial jarak dari
jalan, jarak dari pemukiman, kelas lereng dan kelas umur untuk kasus di
KPH Saradan tidak mempengaruhi tingkat kerawanan pencurian kayu.
2. Berdasarkan analisis variabel spasial menunjukkan bahwa pencurian kayu
di KPH Saradan dapat terjadi pada semua petak dan anak petak tanpa
memandang variabel spasialnya.
3. Dari model persamaan regresi yang dibuat didapatkan bahwa pemodelan
spasial di KPH Saradan tidak dapat di tentukan.
4. Rata-rata pola pencurian kayu di KPH Saradan untuk jarak dari jalan
adalah pada jarak 461,2 m, untuk jarak dari pemukiman adalah pada jarak
1.163,6 m, untuk kelas lereng pada kelas lereng 0-15 % dan untuk kelas
umur pada kelas umur IV.
5. Berdasarkan sebaran data tingkat kerawanan pencurian kayu menunjukkan
bahwa di KPH Saradan berada pada tingkat pencurian kayu rawan.
6. Kerawanan pencurian kayu di KPH Saradan disebabkan oleh akses
terhadap petak dan anak petak yang mudah dan dekat dengan jalan utama,
pemukiman penduduk yang mengelilingi dan dekat dengan hutan, Luasan
yang relatif kecil dan kompak, kualitas kayu Jati yang baik dan kelas
lereng yang datar.
6.2. Saran
1. KPH Saradan memerlukan pengamanan yang lebih baik untuk menjaga
hutan dari tindakan pencurian kayu.
2. KPH Saradan perlu meningkatkan manajemen pengelolaan data pencurian
kayu agar kinerja pengelolaan hutan menjadi lebih baik.
41
DAFTAR PUSTAKA
SPH Madiun. 2007. RPKH Holistik KPH Saradan. Madiun, Tidak diterbitkan.
Widjajanto, E. 1997. Studi Pencurian Kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit
I Jawa Tengah (skripsi). Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Yaslinus. 2007. Konsep dasar SIG. http://www.geocities.com/yaslinus/index.html
( Nopember 2007 )
Yulianto, M. 2002. Analisis Sosial Ekonomi Pencurian Kayu (Studi Kasus
Kabupaten Blora Jawa Tengah) (tesis). Bogor: Program Pasca sarjana,
Institut Pertanian Bogor.