Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit dianggap sebagai cermin penampilan seseorang sehingga tidak
salah bila banyak orang berusaha merawat kulit wajah dan memperlambat
proses penuaan. Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang akan terjadi
pada semua makhluk hidup, meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit.
Proses penuaan pada setiap individu berbeda, tergantung dari berbagai faktor-
faktor yang mempengaruhi dan dapat mempercepat terjadinya proses penuaan
kulit. Teori radikal bebas paling dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan.
Berbagai cara dan upaya dapat dilakukan untuk mempertahankan kulit tetap
sehat dan muda yang disebut sebagai peremajaan kulit. [1]
Dalam tubuh terjadi perubahan-perubahan struktural yang merupakan
proses degeneratif. Misalnya sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel
berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat
baru menggantikan sel-sel yang menghilang atau menciut dengan akibat
timbulnya kemunduran fungsi organ tubuh. Kulit adalah organ terbesar pada
manusia yang selalu terpapar lingkungan sehingga mudah mengalami penuaan.
Kulit dapat mengalami penuaan oleh faktor intrinsik namun dapat diperberat
oleh faktor ekstrinsik. Kulit mempunyai matriks ekstraseluler yang mayoritas
terdiri dari kolagen. Matriks ekstraseluler dapat mengalami gangguan
keseimbangan sintesis dan degradasi pada penuaan, dimana degradasi matriks
[2]
ekstraseluler lebih dominan pada penuaan. Penuaan jaringan kulit
mempunyai manifestasi berupa kulit kendor, berkerut, tekstur kasar, warna
kulit berubah, dan atrofi. Dermal filler atau skin augmentation merupakan
suatu tindakan yang dilakukan dermatologist estetika dalam pengelolaan
penuaan kulit. Penggunaan filller dimulai pada tahun 1893 oleh dokter Neuber
yang berupaya menggantikan kehilangan jaringan dengan gumpalan lemak
subkutan. Berbagai bahan lain yang pernah digunakan antara lain parafin dan
silikon, keduanya kemudian dinyatakan ilegal karena menyebabkan rekasi

1
granuloma benda asing. Pada awal tahun 1970, kolagen mulai digunakan
sebagai filler, disusul dengan berbagai penemuan bahan lain termasuk asam
hialuronat yang saat ini sangat populer. Meningkatnya penggunaan filler telah
disaksikan karena meningkatnya kesadaran di antara orang-orang, ketersediaan
filler yang mudah dan meningkatkan antusiasme di antara dermatologist dan
ahli bedah plastik menggunakan modalitas ini[3]. Dermal filler atau skin
augmentation ini bermanfaat untuk mengisi volume kulit akibat proses atrofi
penuaan dan untuk menginduksi pembentukan matriks ekstraseluler khususnya
kolagen. [4]

1.2 Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui skin augmentation atau dermal filler dalam pengelolaan
penuaan kulit.

b. Tujuan Khusus
Mengetahui kegunaan, cara kerja dermal filler atau skin
augmentation dalam pengelolaan penuaan kulit.

2. Manfaat
Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa dan
penulis. Setelah mempelajari referat ini mahasiswa dan penulis mampu
mengetahui dan memahami cara kerja dermal filler atau skin augmentation
dalam pengelolaan penuaan kulit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penuaan (Aging)


Penuaan adalah proses yang dialami oleh tubuh dimana fungsi bagian-
bagian tubuh semakin berkurang, misalnya kulit yang semakin menipis dan
kemudian muncul keriput, daya cerna yang semakin berkurang sehingga terjadi
penimbunan lemak yang menyebabkan perut gemuk dan sebagainya. [8] Proses
penuaan merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk
hidup yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Setiap manusia tentu
ingin terlihat muda tetapi proses penuaan secara perlahan-lahan berjalan terus
dan kulit merupakan salah satu jaringan tubuh yang secara langsung
memperlihatkan terjadinya proses penuaan. [1]
Saat mulai terjadinya proses penuaan pada kulit tidak sama pada setiap
orang. Pada orang tertentu proses menua kulit terjadi sesuai dengan usianya
sedangkan pada orang lain datangnya lebih cepat, keadaan ini disebut penuaan
dini (Premature aging). Hal ini menunjukkan bahwa proses penuaan pada
setiap individu berbeda, tergantung dari berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi dan dapat mempercepat terjadinya proses penuaan kulit.
Bermacam-macam teori proses penuaan telah dikemukakan para ahli namun
sampai saat ini mekanisme yang pasti belum diketahui. Batas waktu yang tepat
antara terhentinya pertumbuhan fisik dan dimulainya proses penuaan tidak
jelas, karena kedua proses tersebut saling berkaitan. [1]
Ada beberapa teori penuaan antara lain:
1) Teori Replikasi DNA
Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya proses penuaan
disebabkan kematian sel secara perlahan-lahan antara lain akibat
pengaruh sinar ultraviolet (sinar matahari) yang merusak sel DNA
sehingga mempengaruhi masa hidup sel.

3
2) Teori Ikatan Silang
Proses penuaan merupakan akibat dari pembentukan ikatan
silang yang progresif dari protein-protein intraseluler dan
interseluler serabut kolagen yang menyebabkan kolagen kurang
lentur dan tidak tegang.
3) Teori Neuro-Endokrin
Proses menjadi tua diatur oleh organ-organ penghasil hormon
seperti timus, hipotalamus, hipofisis, tiroid yang secara berkaitan
mengatur keseimbangan hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh
manusia.
4) Teori Radikal Bebas
Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan
dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah
sekelompok elemen dalam tubuh yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif hebat. Sebelum
meiliki pasangan radikal bebas akan terus menerus menghantam sel-
sel tubuh yang normal. Akibatnya sel-sel akan rusak dan penuaan
serta juga mempercepat timbulnya kanker.
Tabel 2.1 Gejala penuaan intrinsik dan ekstrinsik[1]
Penuaan Instrinsik Penuaan ekstrinsik
 Kulit tipis dan halus  Kulit menebal dan kasar
 Kulit kering  Kulit kering
 Kerut halus, garis ekspresi  Kerut lebih dalam dan nyata
lebih dalam  Bercak pigmentasi tidak
 Kulit kendur teratur
 Dapat timbul tumor jinak.  Pelebaran pembuluh darah
(telangiektasi)
 Dapat timbul tumor jinak,
prakanker maupun kanker
kulit

4
2.2 Anatomi Wajah
Wajah adalah bagian anterior dari kepala, dengan batas kedua telinga
di lateral, dagu di inferior dan garis batas tumbuhnya rambut di superior. Wajah
terbentuk dari tulang belakang dan jaringan lunak yang terletak diatasnya
(jaringan otot, jaringan tulang rawan, pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe
dan kelenjar-kelenjar), yang secara bersama-sama memberikan tampilan dan
fingsi dari wajah.
A. Embriologi
Setiap lengkung faring tediri atas sebuh inti jaringan mesoderm,
yang disebelah luar ditutupi oleh ektoderm permukaan dan disebelah dalam
oleh epitel yang berasal dari entoderm. Selain mesenkim ditempat, tiap-tiap
lengkung faring menerima sejumlah besar sel krista yang pindah ke dalam
lengkung faring untuk mendukung unsur tulang wajah. Mesoderm lengkung
yang asli membentuk susunan otot wajah dan leher, sehingga masing-
masing lengkung faring memiliki unsur ototnya sendiri. Setiap unsur otot
masing-masing lengkung membawa sarafnya sendiri, dan kemanapun sel-
sel otot ini berpindah, sel-sel tersebut akan membawa unsur saraf kranialnya
bersamanya. Selain itu, setiap lengkung faring memiliki unsur arterinya
masing-masing.
Kerangka wajah, hidung dan langit-langit terbentuk dari lengkung
faring pertama. Ketika terjadi pembentukan wajah, di bagian tengah terjadi
depresi lapisan ektoderm yang disebut stomodeum yang nantinya menjadi
pusat wajah dan berkembang menjadi mulut. Pada akhir minggu IV
terbentuk pasangan-pasangan tonjolan wajah yang terdiri dari tonjolan
maksila, tonjolan mandibula dan tonjolan frontonasal; kesemuanya
mengelilingi stomodeum. Tonjolan maksila dikenal berlokasi didaerah
lateral terhadap stomodeum, sedangkan tonjolan mandibula di kaudal
stomodeum. Tonjolan frontonasal dibentuk oleh proliferasi mesenkim
ventral terhadap gelembung-gelembung otak, merupakan batas atas
stomodeum. Di sisi lateralnya, tepat di atas stomodeum, terdapat penebalan
setempat ektoderm permukaan yaitu lempeng hidung.

5
Rawan lengkung faring I terdiri atas sebuah bagian dorsal yang
dikenal sebagai tonjolan maksila yang meluas ke depan di bawah mata,
seerta sebuah bagian ventral yaitu tonjolan mandibula atau rawan Meckel.
Dalam perkembangan selanjutnya, keduanya menyusut dan menghilang,
kecuali 2 bagian kecil pada ujung dorsal yang menetap membentuk tulang
telinga inkus dan malleus.
Meskipun tonjolan maksila selanjutnya membentuk premaksila,
maksila, os zigomatikus dan sebagian os temporalis melalui pertulangan
membranosa. Mandibula terbentuk sama melalui pertulangan membranosa
jaringan mesenkim yang mengelilingi rawan Meckel. Hanya sebagian kecil
rawan Meckel mengalami perubahan jaringan fibroma. Oleh karena itu,
tonjolan maksila dan mandibula sangat mendukung pembentukan tulang-
tulang wajah melalui pertulangan membranosa.
Selama minggu V, dua buah rigi pada tonjolan frontonasal tumbuh
cepat membentuk tonjolan hidung medial dan lateral, disertai pembentukan
celah olfaktorius. Kedua tonjolan tersebut mengelilingi lempeng hidung
membentuk dasar sebuah lekuk yaitu lubang hidung. Tonjolan frontonasal
yang berada disebelah kranial stomodeum menonjol ke bawah membentuk
dorsum dan apex dari hidung, septum hidung, filtrum, premaksila, serta
dahi. Tonjolan hidung medial membentuk septum hidung, filtrum dan
premaksila. Tonjolan hidung lateral membentuk bagian lateral hidung.
Kelainan yang mungkin terjadi selama proses pembentukan ini adalah
terjadinya kista septum hidung, absensi hidung dan hidung bifida.
Pada minggu VII ukuran tonjolan maksila di lateral stomodeum
semakin bertambah dan semakin bergerak ke medial, menekan tonjolan
hidung medial ke arah garis tengah. Pada perkembangan selanjutnya celah
antara tonjolan hidung medial dan tonjolan maksila saling menutup dan
keduanya menyatu sehingga nantinya terbentuk pipi, langit-langit, rahang
atas selain premaksila, dan bibir atas. Kegagalan proses penyatuan antara
tonjolan maksila dan tonjolan hidung medial menyebabkan terjadinya celah
bibir atas dan bagian anterior maksila.

6
Tonjolan hidung lateral tidak berperan dalam pembentukan bibir
atas, melainkan membentuk cuping hidung (alae nasi).
Tonjolan mandibula yang terletak kaudal terhadap stomodeum
berfungsi di tengah, membentuk rahang bawah, bibir bawah, dan pipi bagian
bawah. [5]

B. Kulit Wajah
Garis kerutan dikulit wajah berjalan membentuk pola kulit bawang
dari mulut sampai ke telinga, sejajar dan bersesuaian dengan sumbu panjang
otot yang berada dibawahnya. Sebaliknya, keriput ketuaan memiliki pola
tegak lurus dengan otot dibawahnya. Jika dilakukan insisi pada wajah,
hendaklah dilakukan sejajar dengan garis kerutan wajah sehongga
penyembuhkan luka memberikan parut minimal. [6]

C. Otot Wajah
Berdasarkan embriologinya, otot-otot ekspresi wajah terbentuk dari
mesoderm lengkung faring II. Otot-otot wajah dipersarafi oleh saraf
lengkung faring II yaitu nervus fasialis (N.VII).
Berdasarkan fungsinya, otot-otot wajah diklasifikasikan sebagai
otot-otot sfingter dan otot-otot dilator, kedua jenis otot tersebut mengelilingi
orifisium pada wajah (mata, hidung, mulut) dan memiliki fungsi yang
berlawanan. Fungsi keduanya secara silih berganti mengatur gerakan
orifisium pada wajah sehingga terbentuk mimik dan ekspresi dari wajah. [6]
a) Otot-otot kelopak mata
M. Orbikularis Okuli terdiri atas 2 bagian yaitu pars palpebralis
dan pars orbitalis. Pars palpebralis terbatas pada kelopak mata,
sedangkan pars orbitalis meluas melewati batas tulang orbita pada
wajah. Pars palpebralis terdiri dari serabut yang muncul dari ligamen
palpebra medial, melengkung sepanjang kelopak mata didepan tarsus
dan berinsersi pada raphe palpebra lateralis. Beberapa serabut pada
kelopak mata bawah menempel di medial pada krista lakrimalis

7
posterior dan sakus lakrimalis. Pars orbitalis berjalan dari krista
lakrimalis anterior dan prosesus frontalis maksila. Otot-otot ini letaknya
mendatar melalui dahi dan pipi. Persarafan M. Orbikularis Okuli
didapatkan dari cabang temporalis dan cabang zigomatikus N.VII. [6]
Kontraksi otot pars palpebralis menyebabkan mata tertutup secara
lembut atau menyebabkan gerakan mengedip. Pada gerakan ini bulu
mata masih terlihat dan isi sakus konjungtiva tidak berkurang.
Kontraksi otot pars orbitalis menyebabkan alis terletak lebih rendah.
Gerakan ini biasanya terjadi saat akan melindungi mata dari cahaya
yang terlalu terang. Jika kedua jenis otot berkontraksi bersamaan, mata
akan tertutup rapat (strwing up the eyes) sehingga isi sakus konjungtiva
berkurang dan bulu mata tidak terlihat. Air mata dapat mengalir ke pipi.
Pada penutupan mata secara normal, bagian sisi lateral kelopak mata
atas menutup terlebih dahulu daripada sisi medial sehingga
memudahkan penyebaran sekresi kelenjar lakrimal menuju medial
(hidung). [6]
M. Levator Palpebra superior termasuk otot penggerak bola mata
dan mendapat persarafan dari nervus trochlearis.
M. Oksipitofrontalis termasuk bagian dari otot kepala dan
mendapat persarafan dari nervus facialis. [6]
b) Otot-otot cuping hidung
M. Kompresor Naris berjalan dari maksila dan terletak tranversal
pada hidung. Kontraksi otot ini menyebabkan cuping hidung
menyempit.
M. Dilator Nasir berjalan dari maksila dan berinsersi pada alae
nasi lateral. Kontraksi otot ini menyebabkan cuping hidung melebar.
M. Procerus dam M. Levator Labii Superior Alae Nasi jika
berkontraksi akan menyebabkan elevasi hidung namun tidak begitu
dapat dilihat secara nyata.
Semua otot cuping hidung mendapat persarafan dari cabang
zigomatikus dan cabang bukalis N. VII. [6]

8
c) Otot-otot bibir dan pipi
M. Orbikularis Oris terdiri dari serabut intrinsik dan ekstrinsik.
Serabut intrinsik terdiri atas incisive slips dan mental slips, menempel
pada tulang dekat garis tengah dan masing-masing sisi berjalan
mengelilingi bibir. Serabut intrinsik ini adalah serabut yang terdapat
dari seluruh serabut M. Orbikularis Oris dan melekat erat pada mukosa
bibir. Serabut ekstrinsik terutama dari M. Bucinator, menyusun
sebagian besar M. Orbicularis Oris. Serabut ini berkumpul disuatu
lokasi yang disebut modiolus. Dari modiolus, serabut teratas dan
terbawah menuju bibir atas dan bibir bawah. Serabut yang terletak
ditengah akan mengalami penyilangan, dimana serabut yang terletak
diatas menuju bibir bawah dan demikian sebaliknya. Kontraksi M.
OrbikulARIS Oris menyebabkan mulut mengecil hingga diameter
terkecil (seperti saat bersiul). Otot-otot ini mendapat persarafan dari
cabang bukalis dan cabang mandibularis N VII. Kerusakan cabang N
VII misalnya akibat pembedahan kelenjar submandibula akan
menyebabkan tarikan sudut bibir tertinggi. [6]
M. Bucinator adalah otot utama pipi yang membentuk batas otot lateral
dalam rongga mulut. Otot ini berorigo pada tonjolan alveolaris
mandibula dan maksila serta kedua raphe pterigomandibula. Serabut
otot ini berjalan ke arah sudut mulut dan bergabung dengan serabut M.
Orbikularis Oris melewati bibir atas dan bibir bawah. Persarafan otot
ini didapat dari cabang bukalis N. VII. Otot ini bertanggung jawab atas
gerakan mengunyah dan dibutuhkan untuk mengembalikan bolus
makanan dari kantong pipi ke gigi molar. Otot ini sama sekali tidak
menggerakkan rahang. Sebenarnya otot ini merupakan otot ekspresi
muka sesuai persarafan N VII dan tidak dikelompokkan ke dalam otot-
otot pengunyah (otot masseter, temporalis, pterigoid) yang dipersarafi
cabang mandibula nervus trigeminus. [6]

9
d) Otot-otot dilator bibir
Terdiri atas kelompok otot yang menyebar dari M. Orbikularis
Oris seperti jari-jari roda. Beberapa otot berinsensi pada bibir, lainnya
pada modiolus. Otot-otot ini dipersarafi cabang bukalis dan cabang
mandibula N VII. Kontraksi otot-otot ini menyebabkan mulut
membuka, dan gerakan ini biasanya terjadi secara simultan dengan
gerakan membuka rahang. [6]

1) M. Levator Labii Superior Alae Nasi berjalan dari prosesus


frontalis os maksila dan berinsersi pada kartilago alae nasi dan
bibir atas.
2) M. Levator Labii Superior berjalan dari margo inferior orbita dan
berinsersi pada bibir atas. Otot ini berada di atas foramen tempat
keluarnya nervus infraorbita.
3) M. Zigomatikus Minor berjalan dari suara zigomatikomaksila,
berkumpul pada modiolus.
4) M. Zigomatikus Mayor berkumpul pada modiolus.
5) M. Levator Anguli Oris terletak profunda, berjalan dari fossa
kanina menuju modiolus, kemudian keluar kembali sebagai
M.Depressor Anguli Oris yang terletak superfisial.
6) M. Depressor Anguli Oris.
7) M. Risorius dianggap sebagai perluasan ke atas platisma dan
berkumpul pada modiolus. Terdapat rongga diatas dan dibawah
otot ini sehingga pada tempat itu arteri dan vena fasialis terlihat.
8) M. Depressor Labii Inferior terletak profunda dari M Depresor
Anguli Oris, berinsersi pada bibir bawah.
9) M. Mentalis berjalan dari simfisis mentalis dekat garis tengah lalu
turun menuju dagu. Kontraksi otot ini menyebabkan elevasi dagu
dan sering membuat dagu berkerut.

10
Gambar 1. Otot-otot wajah

D. Saraf Sensorik Wajah


Kulit wajah dipersarafi oleh ketiga cabang nervus trigeminus,
kecuali sebagian kecil daerag di atas angulus mandibula dan kelenjar
parotis yang dipersarafi nervus aurikularis mayor (C2 dan C3) Nervus
oftalmikus mempersarafi regio yang berkembang dari tonjolan
frontonasal, nervus maksilaris, untuk regio yang berkembang dari
tonjolan maksila (lengkung faring I), nervus mandibularis untuk regio
yang berkembang dari tonjolan mandibula (lengkung faring I). [7]

11
1. Nervus oftalmikus mempersarafi kulit dahi, kelopak mata atas,
konjungtiva dan hidung. Saraf ini memiliki 5 percabangan :
a. Nervus lakrimalis mempersarafi kulit dan konjungtiva kelopak
mata bagian lateral.
b. Nervus supraorbitalis terdapat di tepi atas orbita pada takik
supraorbita. Beberapa cabangnya mempersarafi kulit dan
konjungtiva kelopak mata atas bagian tengah serta kulit dahi.
c. Nervus supratroklearis terdapat ditepi atas orbita lebih medial
dari saraf supraorbital. Beberapa cabangnya mempersarafi kulit
dan konjungtiva kelopak mata atas bagian medial serta kulit dahi
bagian bawah.
d. Nervus infratroklearis meniggalkan orbita di bawah M.Oblikus
superior, mempersarafi kulit dan konjungtiva kelopak mata atas
bagian medial serta hidung.
e. Nervus nasalis eksterna meninggalkan hidung dan keluar
diantara os nasal dan kartilago nasal. Saraf ini mempersarafi
kulit hidung sampai je ujung hidung.
2. Nervus maksilaris mempersarafi kulit hidung bagian posterior,
bagian bawah kelopak mata, pipi, bibir atas dan sisi lateral orbita.
Saraf ini memiliki 3 percabangan :
a. Nervus infraorbitalis merupakan lanjutan nervus maksilaris yang
memasuki orbita dan muncul di wajah melalui foramen
infraorbita. Cabang-cabangnya mempersarafi kelopak mata
bawah, pipi, sisi lateral hidung dan bibir atas.
b. Nervus zigomatikofasialis memasuki wajah melalui lubang kecil
pada sisi lateral os zigomatikum, mempersarafi kulit di atas
tonjolan pipi.
c. Nervus zigomatikotemporalis keluar dari fosa temporalis
melalui lubang kecil pada sisi posterior os zigomatikum,
mempersarafi kulit di atas temporal.

12
3. Nervus mandibularis mempersarafi kulit bibir bawah, bagian bawah
wajah, daerah temporal dan sebagian aurikula, kemudian saraf ini
menarik ke arah sisi kulit kepala. Saraf ini memiliki 3 percabangan
:
1. Nervus mentalis keluar dari foramen mandibula dan
mempersarafi kulit bibit bawah dan dagu.
2. Nervus bukalis keluar dari bawah otot masseter sisi anterior,
mempersarafi kulit bagian pipi.
3. Nervus aurikulotemporalis naik dari tepi atas kelenjar parotis
antara pembuluh darah temporal superfisial dan aurikula,
mempersarafi kulit aurikula, meatus auditorius eksterna,
permukaan luar membran timpani dan kulit kepala di atas
aurikula.

E. Saraf Motoris Wajah


Semua otot wajah yang tersebut diatas dipersarafi oleh cabang-
cabang nervus fasialis. Saraf ini tidak mengandung serabut sensoris
untuk wajah. Saraf proprioseptif yang diterima otot wajah berasal dari
cabang kutaneus nervus trigeminus yang mempersarafi kulit di atas otot
bersangkutan. [7]

Nervus fasialis keluar dari basis kranii melalui foramen


stilomastoideus, di dekat origo M. Digastrikus venter posterior.
Sepanjang perjalanannya, saraf ini memberikan percabangan sebagai
berikut : [7]

1. Nervus aurikularis posterior berjalan ke atas di belakang telinga,


mempeersarafi bagian oksipital M.Oksipitofrontalis.
2. Cabang muskular yang mempersarafi M.Digastrikus venter
posterior dan M.Stilohyoid. selanjutnya saraf ini berlanjut sampai
mencapai sisi poosteromedial kelenjar parotis.

13
3. Sebelum memasuki kelenjar parotis, saraf ini bercabang menjadi
nervus temporozigomarikus di sebelah atas, dan nervus
servikofasialis di bagian bawah. Dalam kelenjar parotis cabang-
cabang tadi membentuk jalinan dan saat keluar dari kelenjar parotis
sudah menjadi 5 cabang akhir nervus fasialis :
a. Cabang temporal, keluar dari tepi atas kelenjar parotis,
mempersarafi aurikular anterior-superior, sebagian frontalis.
Fungsi mengerutkan dahi.
b. Cabang zigomatikus atas dan bawah yang masing-masing
berjalan di atas dan bawah mata, mempersarafi frontalis dan
bagian atas M.Orbikularis Okuli dan otot-otot bawah mata.
c. Cabang bukalis mempersarafi M.Bucinator dan serabut otot
bibir atas.
d. Cabang mandibularis marginal mempersarafi serabut otot bibir
bawah.
e. Cabang servikalis berjalan vertikal ke bawah dari tepi bawah
kelenjar parotis, mempersarafi platisma.

Gambar 2. Persarafan pada wajah

14
F. Pembuluh Arteri Wajah
Wajah banyak menerima aliran darah dari 2 pembuluh arteri
utama yaitu arteri fasialis dan arteri temporalis superfisial.
Arteri fasialis adalah cabang submandibula, arteri ini melengkung
sepanjang tepi inferior korpus mandibula pada sisi anterior otot
masseter. Di lokasi ini, denyut arteri dapat teraba jelas. Arteri ini lalu
berjalan naik dan berkelok menuju sudur mulut, dilapisi oleh platisma
dan otot risorius. Arteri ini masih naik lagi di bawah otot zigomatikus
dan M.Levator Labii Superior, berjalan sepanjang sisi hidung menuju
sudut medial mata kemudian beranastomosis dengan cabang arteri
oftalmikus. Sepanjang perjalanannya, arteri ini mempercabangkan : [7]
1. Arteri submentalis keluar setinggi tepi bawah korpus mandibula
kemudian berjalan ke depan sepanjang tepi bawah mandibula,
memperdarahi kulit dagu dan bibir bawah.
2. Arteri Labialis inferior keluar dari dekat sudut mulut kemudian
berjalan ke arah medial pada bibir bawah dan mengadakan endo-to-
end anastomosis dengan arteri sejenis kontra lateralnya.
3. Arteri Labialis Superior keluar dari mulut kemudian berjalan ke arah
medial pada bibir atas, memiliki cabang yang menuju septum dan
alae nadi.
4. Arteri Nasalis Lateral keluar saar arteri fasilais berjalan naik
sepanjang sisi hidung, memperdarahi kulit hidung.
Arteri temporalis superfisialis adalah cabang terminal arteri karotis
eksterna setinggi kelenjar parotis, arteri ini menaik hingga mencapai
depan aurikula, mempersarafi regio temporal dan kulit kepala. Arteri
fasialis transversa merupakan cabang arteri temporalis superfisialis yang
berawal dari kelenjar parotis, berjalan ke depan menyilang pipi.

Arteri supraorbitalis dan arteri supratroklearis merupakan cabang


arteri oftalmikus yang memperdarahi kulit dahi. Pada kulit kepala, kedua
jenis arteri ini bernastomosis dengan arteri temporalis superfisialis
membentuk hubungan sistem karotis interna dan eksterna. [7]

15
G. Pembuluh Vena Wajah
Aliran darah balik dari regio frontal dibawa oleh supraorbital dan
vena supratroklear, melewati sisi medial kantus, kemudian bergabung
membentuk vena angularis. Selanjutnya vena angularis disebut vena
fasialis, berjalan bersama arteri fasialis sampai suatu titik di bawah tepi
inferior mandibula, kemudian menembus fasia servikalis profunda
untuk bergabung dengan cabang anterior vena retromandibula. [7]
Aliran darah balik dari regio temporal dibawa oleh cabang-
cabang vena temporalis superfisial. Selanjutnya vena ini bergabung
dengan vena maksilaris dari pleksus pterigoideus membentuk vena
retromandibula yang berjalan ke bawah melewati kelenjar parotis. Pada
saat keluar dari sisi bawah kelenjar parotis, vena retromandibula
bercabang menjadi cabang anterior dan cabang posterior. Cabang
anterior bergabung dengan vena fasialis bermuara ke vena jugularis
interna. Cabang posterior menembus fasia servikalis profunda dan
bergabung dengan vena aurikularis posterior berujung pada vena
jugularis eksterna. [7]
Anastomosis vena-vena wajah dengan vena-vena otak : [7]
1) Disudut medial mata vena fasialis beranastomosis dengan vena
oftalmika dan bermuara pada sinus kavernosus otak.
2) Vena fasialis profunda cabang vena fasialis beranastomosis dengan
pleksus pterigoideus, dimana pleksus ini dihubungkan dengan sinus
kavernous oleh vena yang melewati foramen ovale.

16
Gambar 3. Pembuluh arteri pada wajah

H. Aliran Limfe Wajah


Aliran limfe dari dahi dan bagian anterior wajah bermuara pada
kelenjar getah bening submandibula. Aliran limfe dari sisi-sisi lateral
wajah termasuk sisi lateral kelopak-kelopak mata bermuara pada
kelenjar getah bening parotis. Aliran limfe dari bagian medial bibir
bawah dan kulit dagu bermuara pada kelenjar getah bening submental.
[7]

2.3 Dermal Filler (Skin Augmentation)


A. Definisi
Dermal filler merupakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan
dermatologist estetika dalam pengelolaan penuaan kulit. Filler adalah
bahan yang digunakan untuk memperbaiki penampilan atau mengisi
kekurangan volume pada dermis dan lemak subkutan. Meningkatnya
penggunaan filler ini telah disaksikan karena meningkatnya kesadaran di
antara orang-orang, filler mudah tersedia dan meningkatkan antusiasme di
antara dermatologist dan ahli bedah plastik dalam menggunakan tindakan
ini. Dalam era kedokteran berbasis bukti dan litigasi terhadap dokter,

17
dermatologist harus waspada tentang tindakan yang berbeda dari kelalaian
[3]
dan dalam penggunaan filler tersebut.

B. Klasifikasi Dermal Filler


Dermal filler diklasifikasikan berdasarkan jangka waktunya dan
jenis bahan (sumber). Berdasarkan jangka waktu bertahannya dibedakan
menjadi sementara, semipermanen dan permanen. Filler non permanen
dapat bertahan hingga kurang dari 1 tahun, filler semipermanen 1-2 tahun,
sedangkan filler permanen lebih dari 2 tahun. Berdasarkan sumbernya
dibedakan menjadi manusia, hewan dan sintetis. Dermal filler dapat
diklasifikasikan tergantung pada sumbernya, seperti: Manusia, Hewan dan
[4]
Sintetis. Banyak pasien mungkin tidak ingin menggunakan produk
hewani untuk agama atau alasan pribadi.

C. Jenis-jenis Dermal Filler


1) Berdasarkan lama bertahan: temporer, semipermanen, permanen
2) Berdasarkan lokasi implantasi: dermal, subdermal, supraperiosteal
3) Berdasarkan asal: heterograft, allograft, autograft, sintetik
Berikut ini merupakan jenis filler berdasarkan jangka waktu (lama
bertahan) nya, antara lain: filler non permanen, filler semi permanen, dan
filler permanen.
a) Filler non permanen
Filler non permanen juga disebut sebagai Filler temporary.
Jenis tindakan ini tinggal di jaringan tersebut kurang dari 12 bulan
setelah itu hilang akibat di reabsorbsi oleh tubuh. Oleh karena itu, jenis
filler ini memiliki keuntungan secara spontan menghilang jika pasien
tidak puas dengan hasilnya. Demikian pula, peristiwa yang merugikan
dengan Filler tersebut juga bersifat sementara, seperti yang terlihat di
sebagian besar kasus. Akan Tetapi, efek samping yang jarang permanen
telah dilaporkan. Beberapa Filler sementara umum tersedia di India
dijelaskan di sini:

18
1. Produk berbasis kolagen bovine:
 Zyderm 1
 Zyderm 2
 Zyplast
2. Kolagen jaringan yang diturunkan manusia
 Cosmoderm
 Cosmoplast
3. Filler sintetik: pengisi berbasis asam Hyaluronic (HA)
Berbagai macam produk asam hyaluronic tersedia dengan
berbagai konsentrasi HA dan karenanya, juga dalam indikasi
masing-masing.
HA atau hyaluronic Acid adalah glikosaminoglikan, yang
terdiri dari pengulangan disakarida non-sulfat pada unit asam
glukuronat dan N-asetilglukosamin. HA, zat alami, yang merupakan
biopolimer dan itu menunjukkan tidak ada spesies atau spesifisitas
jaringan. HA juga merupakan komponen penting dan terbanyak dari
matriks ekstraselular dalam semua jaringan hewan. HA sangat
hidrofilik dan oleh karena itu menarik air, dan membantu
membentuk konsentrasi besar yang dapat menempati volume relatif
besar untuk massa. Ketika air ditarik ke dalam matriks HA, akan
tercipta pembengkakan atau turgor yang memungkinkan kompleks
HA untuk menahan kekuatan tekan. Fakta bahwa HA memainkan
peran penting dalam mengurangi reaksi potensial imunologi atau
potensi alergi lainnya telah membantu membuat filler HA populer di
kalangan dokter menyuntikkan pasien, untuk meningkatkan garis-
garis halus dan kerutan dan untuk peningkatan volume. Meskipun
filler dermal tahan lama, perkembangan HA telah dimulai. [9]

Table 2.2 Filler sementara, indikasi, dan lokasi penempatan [4]


Produk Deskripsi Indikasi Lokasi Penempatan

19
Restylane Hyaluronic Acid Wrinkles Mid dermis
SubQ Hyaluronic Acid Volume filler Subcutis
Touch Hyaluronic Acid Fire lines Superficial Dermis
Vital Hyaluronic Acid Hydration Intradermal
Lipps Hyaluronic Acid Lip Lips
enhancement
Perlane Hyaluronic Acid Deep folds Deep dermis
Esthelis Hyaluronic Acid
Soft Hyaluronic Acid Fire Wrinkles Superficial dermis
and lines
Basic Hyaluronic Acid Medium to deep Superficial to mid
wrinkle volume dermis
enhancement
Fortelis Hyaluronic Acid Fold and deep Deep dermis
Extra Wrinkles
IAL system Hyaluronic Acid Skin Dermis
rejuvenation
Revanesse Hyaluronic Acid Wrinkles Mid Dermis

b) Filler semipermanen

Filler semipermanen mengalami degradasi lambat dengan


waktu selama 1-2 tahun. Efek samping dengan Filler semipermanen
yang lebih umum dan lebih tahan lama daripada filler non permanen.

Table 2.3 Filler semi permanen, indikasi, dan lokasi penempatan. [4]
Produk Deskripsi Indikasi Lokasi Penempatan
Sculptra Poly-L-Lactic Acid Volume filler Deep dermis, Subcutis

20
Radiesse Calcium hydroxylapatite Volume Deep dermis
enhancement
Bioin blue Polyvinyl alcohol Volume Hypodermis Deep
enhancement dermis intramuscular
subfascial.

c) Filler permanen

Filler permanen merupakan Filler yang tetap selama lebih dari


dua tahun di jaringan tersebut. Efek samping dengan Filler permanen
cenderung lebih permanen, dan komplikasi adalah masalah utama
dengan filler permanen. Umumnya digunakan Filler tetap tersedia
ditunjukkan pada Tabel 2.3. Bahan lain, yang kurang umum digunakan,
termasuk Artefill dan silikon. [4]

Tabel 2.4 Filler permanen, indikasi, dan lokasi penempatan [4]


Produk Deskripsi Indikasi Lokasi Penempatan
Aquamid Polyacrylamide Deep folds, wrinkle Subcutis
volume correction
Amazingel Polyacrylamide Deep folds, wrinkle Subcutis
volume correction
BioAlcamid Polyacrylamide Volume enhancement Subcutis
for large defects

D. Indikasi filler untuk daerah wajah:


1) Kerutan dan lipatan wajah (nasolabial fold)
2) Memperbaiki penampilan wajah
3) Jaringan parut cekungan (depressed scars) – pasca bedah, trauma, pasca
jerawat, cacar, dan penyakit lainnya.
4) Perbaikan facial contour.
5) Periocular melanoses dan sunken eyes.

21
6) Penyakit kulit – angular cheilitis, dermal atrophy, AIDS lipodystrophy.
7) Earring ptosis, atrophic earlobes
8) Peremajaan punggung tangan, leher, presternal/decollatage dan genital
9) Depresi hidung. [4]

E. Kontraindikasi
1) Kontraindikasi Mutlak
a. Kehamilan atau masa menyusui.
b. Infeksi pada daerah yang akan diinjeksi (misalnya herpes
simpleks, akne).
c. Adanya jaringan hipertrofik atau skar keloid.
d. Abnormalitas darah (misalnya: trombositopenia, penggunaan
antikoagulan).
2) Kontraindikasi Relatif
a. Penggunaan isotretinoin oral dalam 6 bulan terakhir.
b. Atrofi kulit (misalnya: penggunaan steroid jangka panjang,
sindroma genetik seperti Ehlors-Danlos).
c. Riwayat penyembuhan yang terganggu (misalnya adanya
imunosupresi).
d. Adanya kelainan dermatosis aktif di area injeksi (misalnya:
vitiligo, psoriasis dan dermatitis).
e. Penyakit sistemik yang tidak terkontrol.
f. Reaksi anafilaksis sebelumnya.
g. Adanya sensitivitas atau alergi terhadap lidokain.
h. Adanya sensitivitas atau alergi terhadap bahan produk filler
(Zyderm,Zyplast,Cosmoderm,Cosmoplast) dan filler HA
tertentu)
i. Kelainan dismorfik tubuh.
j. Harapan yang berlebihan dari pasien.

22
Catatan: Tidak ada hubungan kausal yang telah dibentuk antara
penggunaan filler dan penyakit autoimun seperti dermatomiositis/
polymyositis, lupus eritematosus, rheumatoid arthritis atau
scleroderma. Karena penggunaannya itu tidak menyebabkan
kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit tersebut. [10]

F. Persiapan Tindakan dan Penilaian sebelum tindakan


Pasien harus diberi konseling tentang sifat filler, apa yang akan
terjadi, lama penggunaan, efek samping yang mungkin terjadi, dan biaya.
Penilaian baik pada keadaan fisik dan psikologis pasien diperlukan untuk
hasil yang sukses. Persetujuan tertulis (inform concent) memastikan
kepatuhan dengan persyaratan peraturan dan hukum serta pengelolaan
harapan pasien. Foto sebelum dan sesudah penting untuk menganalisis
secara kritis hasil pengobatan dan juga, untuk mempersiapkan situasi
hukum- medis. Pemilihan filler sesuai indikasi untuk mencegah terjadinya
komplikasi [10]

G. Area Berbahaya dilakukan Filler


Mengingat pembuluh darah di wajah memiliki anastomosis dan
memiliki banyak cabang, penyuntikan area manapun dari wajah dapat
berisiko menimbulkan komplikasi, seperti kebutaan dan nekrosis jaringan.
Dalam suatu tinjauan literatur yang dilakukan oleh Katie Beleznay dkk,
sebanyak 98 kasus mengalami perubahan pada penglihatan pasien. Area
yang memiliki risiko tinggi untuk komplikasi kebutaan adalah glabella
(38,3%), regio nasal (25,5%), nasolabial fold (13,3%) dan dahi (12,2%).
Lemak otoglosus/autoglossus fat (47,9%) merupakan jenis filler yang
paling umum yang menyebabkan komplikasi pada penglihatan, asam
hialuronat (23,5%) merupakan jenis filler selanjutnya yang paling umum
yang juga menyebabkan komplikasi pada penglihatan. [10]

23
H. Area Terapi Filler
Filler pada dasarnya dapat digunakan pada seluruh bagian tubuh,
misalnya: [10]
a. Nasolabial folds
b. Marionette lines
c. Mental crease
d. Forehead augmentation
e. Temple contouring
f. Tear trough augmentation
g. Mid facial augmentation
h. Nose Augmentation
i. Chin augmentation
j. Scar revision
k. Hand rejuvenation
l. Presternal

24
Gambar 4. Bagian tindakan yang dapat dilakukan filler

I. Informed Consent
Setiap tindakan didahului dengan pemberian informed consent yaitu
penjelasan pada pasien mengenai filler, sifat kimia dan asal filler, indikasi
penggunaan, perkiraan lama filler bertahan, izin edar pemerintah,
kemungkinan efek samping.

J. Prosedur Tindakan
a) Mempersiapkan daerah untuk tindakan filler derm
b) Daerah tindakan harus didesinfeksi dengan Metode alkohol-
povidone iodine-alkohol method. Kapas steril dan kasa harus
digunakan.
c) Anestesi dengan memblok saraf di sekitar tindakan dermal filler.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit yang tidak
mengganggu hasil pengobatan. [10]

25
Blok Regional saraf yang biasa dilakukan: infraorbital, mental,
maxillary, submucosa - sebagaimana berlaku, tergantung pada luas
[4]
area. Sering ditemui ketika blok saraf infraorbital digunakan,
untuk filler alur nasolabial. Lignokain disuntikkan di daerah
infraorbital. Jumlah lignokain diperlukan dapat dikurangi dengan
menggunakan 1 ml lignokain 2% yang dikelola dengan
menggunakan jarum suntik insulin. Penerapan krim anestesi topikal
seperti EMLA dapat meningkatkan hidrasi kulit dan membuat garis-
garis halus tak terlihat mengarah ke koreksi tidak sempurna. Dalam
situasi seperti itu, memilih premixed filler dengan lidocaine atau
blok saraf daerah akan menjadi pilihan yang cocok. Anestesi yang
tidak memadai dicapai dengan EMLA dapat dikompensasikan
dengan menggunakan es kemasan. Ketika menggunakan threading
linear atau bahkan teknik depot, rasa sakit dapat diminimalkan
dengan menggunakan jarum yang panjang, dari 1,5 inci. Selalu
periksa hipersensitivitas lignokain untuk setiap pasien. [10]

Gambar 5. Area penempatan cairan HA ketika diinjeksikan dalam kulit,


tepatnya di bagian dermis kulit.

26
Gambar 6. Prosedur tindakan dermal filler

(1) Memblok saraf d sekitar area yang akan dilakukan tindakan; (2, 3a, 3b) melakukan
tindakan filler pada area kerutan;

Teknik penyuntikan filler tergantung pada indikasi, lokasi, bahan filler,


ukuran jarum, dan pengalaman operator. Teknik penyuntikan meliputi:
1) Linear threading technique
Untuk teknik ini, panjang dari jarum tersebut dimasukkan
seluruhnya ke tengah kerut atau lipat untuk membuat saluran. Cairan
mulai disuntikkan sedangkan jarum perlahan-lahan ditarik ke
belakang, sehingga "Cairan" yang diinjeksikan tersimpan
disepanjang kerut atau lipatan. [11]

27
Gambar 7. Linear threading technique

2) Serial puncture

Gambar 8. Serial puncture

28
3) Cross-hacthing
Jarum dimasukkan dengan cara yang sama dengan yang
digunakan dalam teknik linier. Tapi sebelum memulai prosedur,
garis bayangan bersilang yang harus dilakukan secara hati-hati
dengan melihat batas-batasnya. Teknik ini digunakan ketika daerah
yang relatif besar membutuhkan koreksi. Biasanya dilakukan di area
komisura mulut. [11]

Gambar 9. Cross hacthing

29
4) Fanning
Jarum dimasukkan dengan cara yang sama dengan yang digunakan
dalam teknik linier, tapi segera sebelum jarum ditarik, arahnya
berubah dan disuntikkan di baris baru. [11]

Gambar 10. Fanning

5) Depot

Gambar 11. Depot

6) Cone

30
Empat teknik yang pertama adalah teknik penyuntikan yang
sering digunakan sedangkan 2 teknik berikutnya hanya digunakan
pada situasi khusus. Filler digunakan terutama untuk peremajaan
daerah wajah, tetapi juga dapat digunakan untuk daerah selain wajah
dan pada kelainan kulit. [4]

K. Manejemen Post Injeksi


Pasien harus diminta untuk menghindari area dingin yang ekstrim
atau panas selama 48 jam. Memijat dari daerah yang dirawat dan aktivitas
fisik berat harus dihindari selama enam jam. Pasien diminta untuk tidur
dengan kepala ditinggikan untuk satu malam; rutinitas perawatan kulit
dapat diikuti setelah 24 jam. [4]
Langkah-langkah untuk mencapai hasil yang sukses: Sebuah rencana
perawatan yang komprehensif harus dirancang agar sesuai dengan
kebutuhan masing-masing pasien. Memilih jenis tindakan filler yang tepat
untuk indikasi yang tepat sangat penting. Kombinasi dari filler dengan
toksin botulinum harus digunakan untuk mengoptimalkan hasil. Dalam
kasus tersebut, disarankan untuk menyuntikkan toksin botulinum pertama,
menunggu seminggu untuk melihat perbaikan, dan kemudian
menyuntikkan filler untuk mencapai hasil terbaik. [4]
Jika parah, pembengkakan tak henti-hentinya (lebih sering terlihat
dengan filler acid based hyaluronic)atau terjadi reaksi alergi, dapat
diberikan dengan kortikosteroid oral dan antihistamin. Jika dianggap perlu,
filler dapat diekstraksi dalam beberapa hari pertama pengobatan dengan
teknik sayatan dan drainase akumulasi mengelompokkan bahan filler.
Penggunaan filler Permanen dapat digabungkan dengan kortikosteroid
intralesi, eksisi bedah, dermabrasi atau CO laser resurfacing agar bibir atas
mengecil. Nodul yang dihasilkan dari pengobatan Radiesse dapat
berkurang dengan pijat bibir secara kuat, insisi dan drainase, steroid
intralesi atau eksisi bedah. Jika nyeri berkepanjangan terjadi saat

31
penyuntikan filler, ada kemungkinan bahwa arteriol kulit oklusi telah
terjadi. Pada area tindakan langsung panas, memijat daerah tindakan
dermal filler dan penggunaan pasta nitrogliserin sebaiknya dilakukan saat
pasien masih di kantor dan di rumah sampai gejala mereda. Jika acidbased
hyaluronic filler yang digunakan, hyaluronidase dapat disuntikkan pada
area yang pucat, daerah yang terasa sakit dan sekitar pembuluh yang
terlibat. [10]

Granuloma dan reaksi benda asing dapat diberikan dengan


kortikosteroid intralesi atau sistemik, atau antibiotik jika nodul yang terus-
menerus inflamasi. Sebuah laporan dari penggunaan imiquimod untuk
mengobati siliconeinduced Granuloma bibir telah diterbitkan. [10]

L. Komplikasi

Efek samping maupun komplikasi tidak pernah lepas dalam suatu


tindakan. Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan:
1) Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi awal filler suntikan, dan itu
harus menjadi langka di tangan ahli. Lesi infektif dalam bentuk
peradangan atau bahkan abses mungkin terjadi karena kulit yang
umum dan patogen jaringan lunak, termasuk Staphylococcus aureus.
Lesi yang lebih dari 2 minggu pasca dermal filler bahkan mungkin
hadirnya atipikal infeksi, dan mycobacteria, juga perlu dianggap
sebagai organisme penyebab. Selain itu, dermal filler dapat
menyebabkan infeksi reaktivasi herpes. Infeksi juga terjadi karena
rusaknya produk dan wabah mikobakteri infeksi telah dilaporkan
dengan penggunaan tercemar dermal filler oleh bukan dokter.[12]
2) Perubahan warna kulit

Perubahan warna kulit signifikansi estetik dapat terjadi di


lokasi pengobatan; ini biasanya terjadi segera setelah injeksi dan,

32
umumnya terjadi dalam minggu ke-2 setelah tindakan dermal filler.
Beberapa perubahan warna adalah hasil dari suatu inflamasi respon.
Hiperpigmentasi (yang dapat diobati dengan krim depigmentary)
dan perubahan warna kebiruan juga telah dilaporkan, khususnya
dalam hal produk yang mengandung asam hyaluronic. Rona
kebiruan dapat terkait dengan cedera vaskular dan distorsi visual
yang dari cahaya refraksi dengan filler melalui kulit (Tyndall efek).
[12]

3) Reaksi alergi

Beberapa orang dapat mengembangkan reaksi alergi


disebabkan oleh suatu produk merupakan suatu respon imun yang
berlebihan terhadap zat asing. Reaksi umumnya terjadi dalam
beberapa menit paparan antigen menantang, karena pelepasan
histamin, dan bermanifestasi sebagai edema, eritema, nyeri, dan
gatal-gatal. Reaksi Alergi ini dapat parah, dan kasus-kasus yang
parah syok anafilaksis telah dilaporkan di literature. [12]

4) Asimetri

Komplikasi utama, yang terjadi sebagai akibat teknik yang


salah, kurang atau over dalam memasukkan cairan; itu mengarah
pada asimetri, hasil jelek dan mental penderitaan pasien dan dokter
sama. Over dari bibir atas dapat menyebabkan penampilan "RUU
bebek". Asimetri karena filler sementara akan hilang dalam
beberapa hari atau minggu, tetapi jika jenis filler permanen yang
disuntikkan, asimetri akan menjadi bencana. [12]

33
Gambar 12. Seorang Perempuan berumur 57 tahun yang menggunakan tindakan
dermal filler pada area labium bagian atas . Sebelum tindakan (kiri) dan setelah
tindakan (kanan).

M. Strategi Pencegahan Komplikasi


1. Penyuntik harus mengetahui lokasi dan kedalaman pembuluh darah
di wajah dan variasinya secara umum. Selain itu penyuntik harus
mengerti kedalaman dan target injeksi pada lapisan kulit dengan
lokasi yang berbeda.
2. Suntik secara perlahan dengan tekanan minimal.
3. Suntikkan bahan filler sedikit demi sedikit. Setiap titik maksimal
0,1 ml. Tunggu sebentar sebelum menyuntikkan bahan filler lagi.
Hal ini akan mencegah jumlah besar bahan filler masuk ke dalam
arteri, sehingga menyumbat atau bahkan bisa berbalik arah
(“retrograde”).
4. Gerakan ujung jarum pada saat menyuntik, untuk mencegah jumlah
deposit besar filler dalam satu lokasi.
5. Aspirasi sebelum injeksi.
6. Gunakan jarum diameter kecil. Jarum berukuran kecil akan
mengeluarkan injeksi yang lebih lambat dan oleh karenanya akan
mengurangi kemungkinan oklusi pembuluh darah.
7. Lebih baik menggunakan jarum yang lebih kecil daripada jarum
berkuran besar, karena jarum berkuran besar menjadi lebih sulit
untuk mengontrol volume yang disuntikkan dan meningkatkan
kemungkinan menyuntik bolus yang lebih besar.

34
8. Penyuntikan menggunakan jarum tajam maupun kanula harus
dilakukan secara hati-hati.
9. Lakukan penyuntikan dengan sangat hati-hati pada pasien yang
pernah melakukan operasi pada daerah tersebut sebelumnya.
10. Selalu menyediakan hyaluronidase.

N. Strategi Penatalaksanaan Komplikasi Vaskular


a. Kulit
1. Jika pasien mengeluh adanya nyeri hebat pada area pasca
suntikan, disertai blanching atau kepucatan, hentikan
penyuntikan saat itu juga.
2. Pertimbangkan segera menyuntikkan hyaluronidase (jika filler
HA yang digunakan) pada area blanching dan sekitarnya.
3. Lakukan evaluasi secara berkala sampai minimal 6 jam pasca
tindakan.
b. Mata
1. Jika pasien mengeluh adanya nyeri okular atau perubahan
pandangan, hentikan penyuntikan saat itu juga. Segera hubungi
kolega ophtalmologist dan segera rujuk pasien kesana.
2. Pertimbangkan segera menyuntikkan hyaluronidase (jika filler
HA yang digunakan) pada area yang disuntik dan sekitarnya.
3. Lakukan evaluasi secara berkala sampai minimal 6 jam pasca
tindakan.

35
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Adapun dari kajian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut :
a) Kulit merupakan organ terbesar yang dapat mengalami perubahan
seiring dengan pertambahan usia. Kulit selalu terpapar lingkungan
sehingga mudah mengalami penuaan.
b) Dermal filler (skin augmentation) merupakan suatu tindakan
dermatologist estetika dalam pengelolaan penuaan kulit yang cara
penggunaannya dimasukkan ke dalam jaringan lunak bawah kulit
secara suntikan (injeksi).
c) Terdapat 3 jenis dermal filler berdasarkan waktu (lama bertahannya),
yaitu : Filler non permanen, Filler semi permanen, dan filler permanen.
2. Saran
Saran yang tepat untuk tindakan dermal filler:
Memilih jenis tindakan filler yang tepat untuk indikasi yang tepat, menghindari
area dingin yang ekstrim atau panas selama 48 jam. Memijat dari daerah yang
dirawat dan aktivitas fisik berat harus dihindari selama enam jam pasca
tindakan filler. Pasien diminta untuk tidur dengan kepala ditinggikan untuk satu
malam; rutinitas perawatan kulit dapat diikuti setelah 24 jam.

36
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Yusuf K. Nelva 2005. Kulit Menua, vol 38 no. 2. Departemen ilmu penyakit kulit
dan kelamin FK-USU. Majalah kedokteran Nusantara; Sumatra Utara.

[2]
Fisher, G. J., Varani, J., Voorhees, J. J. 2008. Looking Older: Fibroblast Collapse
and Therapeutic Implications. Arch Dermatol.

[3]
Vedamurthy, M., Vedamurthy, A. 2008. Dermal Fillers: Do’s and Dont’s. J
Cutan Aesthet Surg, India.

[4]
Vedamurthy, M., Vedamurthy, A. 2008. Dermal Fillers: Tips to Achieve
Successful Outcomes. J Cutan Aesthet Surg, 1(2).

Sadler TW head and neck. In : Sadler TW editor. Langeman’s medical


[5]

embryology 5th edition. Baltimore : Williams & Wilkins, 1985 ; p281 –


308.

[6]
McMinn RMH. Face. In : McMinn RMH (editor). Last’s anatomy : regional and
applied. 9th edition. London : Churchill-Livingstone, 1994 : p445-53.

[7]
Anderson JE (editor). Grant’s atlas of anatomy. 8th edition. Baltimore : Williams
& Wilkins, 1983.

[8]
Srikandi Waluyo, 2010. The Book of Antiaging Rahasia Awet Muda Mind-Body-
Spirit. PT Alex Media Komputindo; Jakarta.

[9]
Gold, M. H. 2010. Soft Tissue Augmentation in Dermatology. J Cutan Aesthet
Surg; USA

[10]
Lafaille Philippe, Benedetto Anthony. 2010. Fillers: Contraindication, Side
Effects and Precautions. J Cutan Aesthet Surg, Jan-Apr; 3(1): 11–15;
USA.

[11]
Dayan H. Steve, MD, Bassichis A. Benjamin, 2008. Facial Dermal Filler:
Selection of Appropriate Product and Techniques vol 28 No.3.
Aesthetic Surgery Journal; USA

37
[12]
Salati Ahmad Sajad, Aithan al Bandar. 2012. Complication of Dermal Fillers-
an Experience from Middle- East. Journal of Pakistan Association of
Dermatologists; India.

38

Anda mungkin juga menyukai