Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN CIDERA MEDULA SPINALIS


SISTEM PERSYARAFAN

Kelompok 1
Adenito Sri Kristiani A. 201611002
Agatha Silvi Romera 201611003
Asyera Surry 201611010
Alvienda Virda 201611006
Anna Ivana Mareta 201611008
Desy Natalia Hehakaya 201611018
Lala Aryana 201611023
Narita Cahya Dian 201611030
Rian Bagus Taufanda 201611038
Sherly Nurcahyania 201611037
Videlia Angel Wandita 201611046
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer.
Struktur ini bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengoordinasikan
aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls
tersebut berlangsung melalui serat-serat saraf dan jaras-jaras. Secara langsung
dan terus-menerus. Perubahan potensial elektrik menghasilkan respons yang
akan mentransmisikan sinyal-sinyal.
Sistem saraf didalam tubuh manusia terdiri dari dua bagian besar yaitu sistem
saraf pusat dan sitem saraf tepi. Sistem saraf pusat berada searah dengan garis
ventrikal pada bagian tengah tubuh manusia. Sistem saraf tepi berakar dari
sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri dari otak ( otak besar, otak kecil
dan batang otak ) dan medulla spinalis , sedangkan sistem saraf tepi terdiri dari
saraf somatis dan saraf otonom.
Medula spenalis merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak
didalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas
region lumbalis. Trauma pada medula spinalis dapat bervariasi dari trauma
ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai
yang menyebabkan transeksi lengkap dari medulla spinalis dengan
quadriplegia.
Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth
2008). Cidera medula spinalis diidentifikasikan sebagai cidera atau kerusakan
pada medula spinalis yang menyebabkan perubahan fungsional,baik secara
sementara maupun permanen, pada fungsi motoric, sensorik atau otonom.
Cedera medula spinalis dapat menyebabkan hilangnya fungsi-fungsi pada
susunan saraf pusat yaitu fungsi motorik, fungsi sensorik dan fungsi otonom.
Cedera medula spinalis dapat menghasilkan satu atau lebih tanda-tanda klinis
yaitu nyeri menjalar, kelumpuhan / hilangnya pergerakan, hilangnya sensasi
rasa, hilangnya kemampuan peristaltic usus, spasme otot atau bangkitan refleks
yang meningkat, dan perubahan fungsi seksual. Tiga fokus utama penanganan
pada pasien cedera medulla spinalis yaitu mempertahankan usaha bernafas,
mencegah syok dan imobilisasi leher. Selain itu, fokus selanjutnya adalah
mempertahankan tekanan darah dan pernafasan, stabilisasi leher, mencegah
komplikasi (retensi urine atau alvi, komplikasi kardiovaskuler atau respiratorik
dan thrombosis vena-vena profunda ).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa dan mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem persarafan cidera medula spinalis
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi sistem persarafan
b. Mengidentifikasi penyakit cidera medula spinalis
c. Menganalisa kasus cedera medula spenalis
d. Menganalisa skema dan memahami asuhan keperawatan pada penyakit
cidera medula spinalis.

C. Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang sistem persarafan.
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang penyakit cedera medula spinalis.
3. Agar mahasiswa memahami skema dari penyakit cidera medula spenalis.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit
cidera medula spinalis
BAB III
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM INTEGUMEN

KASUS :
Tn.Michael (68 tahun) dirawat di RS dengan dengan diagnos medis Cidera
Medula Spinalis. Dari hasil pengkajian didapatkan data Tn Michael riwayat jatuh dari
kamar mandi dan bagian leher membentur tepi bak kamar mandi,sambil menunggu
mau di foto Rontgen klien sudah dipasang coller neck ,klien mengeluh nyeri dengan
skala 6 menjalar sampai kedua lengan,teraba distensi pada kandung kencing. TD
120/80 mmHg, HR 84x/menit, RR 12x/menit, SPO2 96% .

Nama perawat yang mengkaji : Perawat Videl


Unit : Rawat Inap
Ruang/ kamar : Vincentius
Tanggal/ waktu masuk RS : 14 Juni2018 pukul 05.00 WIB di IGD
Tanggal/ waktu pengkajian : 14 Juni2018 pukul 08.00 WIB di Vincentius
Cara pengkajian :
a. Aloanamnesa (wawancara dengan keluarga)
b. Observasi

I. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 68 tahun
Tempat/tgl lahir : Semarang, 20 September 1950
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Suku : Jawa
at Alamat : Semarang
Dx Medis : Cedera Medula Spinalis
II. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. M
Alamat : Semarang
Hubungan dengan klien : Istri
III. Riwayat Keperawatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah diderita : Pasien mengatakantidak memiliki
riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit keturunan dalam keluarga :Pasien mengatakan pasien tidak
memiliki penyakit keturunan seperti
jantung, DM dan hipertensi
Operasi yang pernah dilakukan :Pasien mengatakan pasien belum
pernah dioperasi
Alergi : Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak memiliki alergi terhadap makanan,
minuman, obat-obtan, maupun suhu
ataupun debu
Imunisasi : Keluarga pasien mengatakan lupa
bahwa pasien pernah mendapat
imunisasi apa saja
Kebiasaan buruk :pasien mengatakan istrinya jarang
memmbersihkan lantai kamar mandi
sehingga lantai licin
Obat-obatan : Keluarga pasien mengatakan bahwa
jika pasien sakit minum obat yang di
beli dari warung
IV. Riwayat Keperawatan Saat Ini
Alasan masuk rumah sakit : Pada tanggal 14 Juni2018 pukul 06.00
pasienke kamar mandi untuk mandi dan
setelah selesai mandi pasien terpeleset
lalu jatuh dari kamar mandi dan bagian
leher membentur tepi bak kamar mandi,
kemudian pasien mengeluh nyeri
menjalar sampai lengan, sulit buang air
kecil, kaki tidak bisa digerakkan dan
jika diraba tidak terasa
Tindakan/ terapi yang sudah diterima : Dipasang infus RL 20 tpm, ketorolac
30 mg
Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri dengan skala
6/10 menjalar sampai kedua lengan
P : pasien mengatakan nyeri diperparah
saat beraktifitas
P : pasien mengatakan nyeri berkurang
saat tidur
Q : pasien mengatakan nyeri Teresa
kemeng
R : pasien mengatakan nyeri pada leher
sampai kedua lengan
S : pasien mengatakan nyeri skala 6 dari
10 dengan skala numeric
T : pasien mengatakan nyeri terus-
menerus
Keluhan penyerta : Pasien mengatakan ia mengeluh jika
buang air kecil sedikit-sedikit tapi masih
ada hasrat untuk buang air kecil
V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit :Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak pernah
mengalami gangguan pernapasan
Saat Sakit : Pasien mengatakan pasien mengeluh tidak sesak nafas
b. Cairan
Sebelum sakit : Keluarga Pasien mengatakan ia minum sebanyak 8 gelas
setiap harinya
Saat Sakit : Keluarga Pasien mengatakan ia minum 4 gelas
c. Nutrisi (Pengkajian A, B, C, D)
Sebelum sakit:
A:
BB : 65 kg
TB : 170 cm
BBI = (TB-100)-10%(TB-100)
=(170-100)-10%(170-100)
= 70-7 =63 kg
BBN = BBI+ (10% x BBI
= 63+ (10% x 63)
= 63+ 6,3
= 56,7 - 69,3 Kg
LiLa = 26 cm
B : tidak terkaji
C : tidak terkaji
D : pola diet : makan 3 kali sehari, nasi dan lauk, untuk sayur dan buah jarang
Saat Sakit :
A:
BB : 65 kg
TB : 170 cm
BBI = (TB-100)-10%(TB-100)
=(170-100)-10%(170-100)
= 70-7 =63 kg
BBN = BBI+ (10% x BBI
= 63+ (10% x 63)
= 63+ 6,3
= 56,7 - 69,3 Kg
LiLa = 26 cm
B:
C : Terlampir pada pemeriksaan fisik
D : Lunak
d. Eliminasi Fekal
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan
Sebelumsakit 1 kali Padat Kuning Bau Tidak ada
dalam kecoklatan khas sakit atau
sehari nyeri
Saatsakit Belum - - - -
BAB

e. Eliminasi Urin
Frekuensi Warna Bau Keluhan
Sebelumsakit 3x/hari Kuning Tidak Tidak ada
jernih berbau keluhan
Saatsakit Belum BAK - - Pasien
mengatakan ia
mengeluh jika
buang air kecil
sedikit-sedikit
tapi masih ada
hasrat untuk
buang air kecil

f. Aktivitas
Sebelum Saat sakit
Aktivitas Keterangan
sakit
Mandi Dapat mengerjakan sendiri √
Pada bagian tertentu dibantu
Memerlukan bantuan √
Berpakaian Seluruhnya tanpa dibantu √
Pada kondisi tertentu dibantu √
Seluruhnya memerlukan bantuan
Pergi ke toilet Dapat mengerjakan sendiri √
Memerlukan bantuan
Tidak dapat pergi ketoilet √
Berpindah

atau berjalan Tanpa bantuan

Dengan bantuan


Tidak dapat melakukan

BAB dan
√ √
BAK Dapat mengontrol

Kadang-kadang ngompol

Dibantu seluruhnya
Makan √
Tanpa bantuan

Dapat makan sendiri kecuali hal-



hal tertentu

Seluruhnya dibantu

A E
SKOR
Ket :
A : Mandiri untuk 6 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali mandi dan fungsi lain
D : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan fungsi lainnya
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan fungsi
lainnya
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Dari data tersebut untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sebelum sakit klien
mandiri untuk 6 fungsi, dan saat sakit pasien mandiri, kecuali mandi,
berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan fungsi lainnya.
g. Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur 8 jam sehari, nyenyak saat malam
hari , setelah bangun tidak merasa mengantuk.
Saat Sakit : pasien mengatkan tidur 8 jam sehari, sering terbangun
karena merasa sakit
h. Seksualitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan pasien memiliki 1 istri dan 3 anak
Saat sakit : Pasien mengatakan pasien memiliki 1 istri dan 3 anak

i. Interaksi Sosial
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit sering
bersosialisasi dengan teman dan tetangga serta sekitar
lingkungnya
Saat Sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien jarang berinteraksi
dengan pasien lain karena nyeri
j. Pencegahan masalah kesehatan
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada
pencegahan kesehatan yang dilakukan
Saat Sakit : Keluarga Pasien mengatakan pasien dibawa ke Rumah
Sakit
k. Promosi Kesehatan
Sebelum sakit : Keluarga Pasien mengatakan bahwa belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan
Saat Sakit : Keluarga Pasien mengatakan bahwa belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan
VI. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : lemah, terpasang infus di sebelah kiri,
 Kesadaran : kualitatif : compos metis
 TTV
 TD : 120/80 mmHg
 N : 84x/menit
 SpO2: 96%
 RR : 12x/menit
 T : 37,50C
 MAP
𝑠𝑖𝑠𝑡𝑜𝑙+2(𝑑𝑖𝑎𝑠𝑡𝑜𝑙) 120+2(80) 120+160 280
= = = = 93 mmHg
3 3 3 3

 Head to toe (Kepala, Wajah, dst)


Pemeriksaan Fisik:
Kepala
Inspeksi : normocepal, tidak ada lesi, tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
Rambut
Inspeksi : terdapat uban, bersih, lurus, tipis
Palpasi : rambut berminyak, kasar
Wajah
Inspeksi : tidak ada bekas luka, simetris,
Palpasi : fingerprint (-), nyeri tekan (-)
Mata
Inspeksi : warna iris hitam, sklera nonikterik
Palpasi : konjungtiva ananemis
Hidung
Inspeksi : simetris, bersih ,septum tidak bengkok,tidak ada pendarahan
Palapsi : tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : terdapat coller neck pada leher
Palpasi : tidak terkaji
Dada
Jantung
Inspeksi : Ictuscordis tidak terlihat
Palpasi :
- Ictuscordis di intracosta sinistra 5 anterior axilla
sinistra
- Ictuscordis teraba, kedalaman 0.85 cm
Perkusi :
- Batas trikuspidalis : Intracosta dextra 3 mid
clavicula dextra : pekak
- Batas aorta : Intracosta sinistra 3 mid clavicula
sinistra : pekak
- Batas mitralis : Intracosta sinistra 4 mid clavicula
sinistra : pekak
- Batas pulmonalis : intracosta sinistra 5 anterior
axilla sinistra : pekak
Auskultasi :
S1 : Terdengar bunyi lup di ruang ICS 5 sebelah
kiri sternum
S2 : Terdengar bunyi dug di ICS 2 sebelah kanan
sternum
Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada datar, Pergerakan dada
sewaktu bernafas simetris
Palpasi : Vocal fremitus seimbang
Perkusi : Bunyi sonor disemua lapang paru
Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan,
inspirasi<ekspirasi pada bronkial

Abdomen
Inspeksi : Perut datar
Auskultasi : bising usus 13x/menit
Palpasi : teraba distensi pada kandung kencing, ketika ditekan
pasien mengatakan ingin berkemih
Ekstremitas
Kekuatan otot
5 5

2 2

Palpasi : rangsangan sensasi pada ekstremitas bawah berkurang


VII. Hasil Laboratorium
VIII. Terapi yang Diterima
Nama Obat Rute Dosis Indikasi
Ketorolac Parenteral 3 x 30 mg Untuk mengatasi nyeri
sedang hingga berat
Methyprednisolon parenteral 2x500mg antiinflamasi

ANALISIS DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS : Hambatan -Gangguan
- Tn. Michael riwayat jatuh dari kamar mandi dan Mobilitas Neuromuskular
terduduk di kamar mandi,klien mengeluh nyeri dengan Fisik -Nyeri
skala 6 menjalar sampai kedua lengan.
P : pasien mengatakan nyeri diperparah saat
beraktifitas
P : pasien mengatakan nyeri berkurang saat tidur
Q : pasien mengatakan nyeri Teresa kembeng
R : pasien mengatakan nyeri pada leher sampai
kedua lengan
S : pasien mengatakan nyeri skala 6 dari 10
dengan skala numeric
T : pasien mengatakan nyeri terus-menerus
DO :
- skor indeks Kartz E
- terpasang collar Neck
-rangsangan sensasi pada ekstremitas bawah berkurang
DS : Retensi Inhibisi Arkus
- pasien mengatakan ia mengeluh jika buang air kecil Urinarius Reflek
sedikit-sedikit tapi masih ada hasrat untuk buang air
kecil
-pasien mengatakan saat perutnya ditekan terasa ingin
BAK
DO:
Teraba distensi pada kandung kencing,

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan nyeri
yang di tandai dengan Tn. Michael riwayat jatuh dari kamar mandi dan terduduk di
kamar mandi,klien mengeluh nyeri dengan skala 6 menjalar sampai kedua lengan
P : pasien mengatakan nyeri diperparah saat beraktifitas
P : pasien mengatakan nyeri berkurang saat tidur
Q : pasien mengatakan nyeri Terasa kemeng
R : pasien mengatakan nyeri pada leher sampai kedua lengan
S : pasien mengatakan nyeri skala 6 dari 10 dengan skala numeric
T : pasien mengatakan nyeri terus-menerus
terpasang collar Neck, skor indeks Kartz E, rangsangan sensasi pada ekstremitas
bawah berkurang.
b. Retensi Urinarius yang berhubungan dengan Inhibisi Arkus reflex yang di tandai
dengan pasien mengatakan ia mengeluh jika buang air kecil sedikit-sedikit tapi
masih ada hasrat untuk buang air kecil pasien mengatakan saat perutnya ditekan
terasa ingin BAK dan teraba distensi pada kandung kencing.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl/ 1. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


jam
Mobilitas
2. 1 fisik klien lancar setelah dilakukan 1. Terapi Latihan Ambulasi (0221) 1. Terapi Latihan Ambulasi (0221)
1. tindakan keperawatan selama 5x 24 jam Observasi: Observasi:
Outcome :Tingkat Nyeri a. monitor penggunaan kerk pasien a. dengan memonitor krek
A atau penggunaan alat bantu jalan penggunaan alat bantu jalan
Indikator A T Ket lainya untuk mengetahui seberapa parah
1. nyeri 1 4 1= nyeri sangat berat pasien tidak bisa berjalan
yang 2= nyeri berat Mandiri: Mandiri:
dilaporkan 3= nyeri sedang b. Terapkan atau sediakan alat a. Untuk memudahkan atau
2. 1 4 4= nyeri ringan bantu untuk ambulasi membantu pasien berjalan
ekspresiny 5= tidak ada nyeri c. bantu pasien dengan ambulasi b. Dengan ambulasi awal dapat
eriwajah awal jika diperlukan membantu pasien
3.intoleran 1 3 d. bantu pasien untuk berdiri c. Mengantisipasi jatuhnya pasien
si makan dengan jarak tertentu dan jumlah saat berdiri
staf tertentu
Domain I : Fungsi Kesehatan e. dorong ambulasi independen d. Untuk melatih ambulasi pasien
Kelas C : Mobilitas dalam batas aman dalam batasn yang aman
Outcome : Pergerakan Edukasi: Edukasi :
Indiktor A T Ker f. instruksikan pasien mengenai e. Dengan instruksi yang aman pasien
1. Koordinasi 1 4 1=flexi pemindahan dan tehnik ambulasi dapat berpindah dan tehnik
2. Gerakan 1 4 2= ekstensi yang aman ambulasi dengan aman
Sendi 3= fleksi ekstensi Kolaborasi : Kolaborasi :
3. Berjalan 1 4 4=flexi, ekstensi, g. konsultasikan pada ahli terapi f. Agar dapat memberikan ambulasi
4. Bergerak 1 4 rotasi fisik mengenai rencana ambulasi dengan tepat dan sesuai dengan
dengan mudah 5= fleksi, sesuai kebutuhan kebutuhan
ekstensi,rotasi,abd
uksi/adduksi atau 2. Manajemen Nyeri (1400) 2.Manjemen Nyeri (1400)
bergerak dengan Monitor : Monitor :
mudah a. observasi adanya petunjuk a. Ketidaknyamanan nyeri dapat
nonverbal mengenai diketahui dengan melakukan
ketidaknyamanan nyeri observasi adanya petunjuk non
Mandiri : verbal
b. gunakan tindakan pengontrol Mandiri:
nyeri sebelum nyeri bertambah
c. pastikan pemberian analgesik b. Agar Mengajarkan metode
atau strategi non farmakologi farmakologi pada pasien
sebelum dilakukan tindakan yang sehingga dapat menurunkan rasa
menimbulkan nyeri nyeri.
d. dukung istirahat yang adekuat c. Dengan memberikan analgesik
untuk membantu penurunan sebelum tindakan dapat
nyeri mengurangi nyeri yang
Edukasi dikeluhkan pada pasien
e. ajarkan prinsip-prinsip d. Dengan istirahat pasien tidak
manajemen nyeri memikirkan/memfokuskan pada
f. ajarkan penggunaan tehnik nyeri yang dirasakan
nonfarmakologi (terapi distraksi) Edukasi
g. informasikan pada anggota e. Dengan mengajarkan prinsip
keluarga mengenai strategi non manajemen nyeri dan teknik non
farmakologi farmakologi dapat membantu
Kolaborasi mengurangi nyeri pasien
h. beritahu dokter jika tindakan Kolaborasi:
tidak berhasil atau jika keluhan g. Dengan memberi tahu dokter
pasien berubah signifikan tentang masalah yang terjadi pada
pasien, dokter dapat memberikan
tindakan yang sesuai dg keadaan

3.
Klien tidak mengalami retensi urine setelah 1. Kateterisasi Urin(0580) 1. Kateterisasi Urin(0580)
2. dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Observasi : Observasi :
dengan kriteria hasil : a. monitor intake dan output a. monitor intake dan output Turin
Domain II : Kesehatan Fisiologis untuk mengetahui keseimbangan
Kelas F : Eliminasi kebutuhan cairan pasien
Outcame : Eliminasi Urin
Indikator A T Ket
1. 3 5 1= tidak berkemih Mandiri: Mandiri
polaeliminasi dalam sehari b. pasang alat dengan tepat b. memasang alat dengan tepat
2= 1x berkemih dalam mengurangi resiko infeksi.
sehari
3= 2x berkemih dalam c. berikan privasi dan tutupi pasien c. memberikan privasi dengan baik
sehari dengan baik untuk kesopanan menjaga kenyamanan pasien
4= 3x berkemih (mengekspos area Genetalia)
dalam sehari
5= 4x berkemih dalam d. dengan mempertahankan
sehari kebersihan tangan dapat
2. 3 5 1= 100-200 ml d. pertahankan kebersihan tangan yang mengurangi terjadinya infeksi
JumlahUrin 2= 210-300 ml baik sebelum,selama,dan setelah insersi nosokomial
3= 310-400 ml atau saat memanipulasi kateter
4=410-500 ml e. dengan membersihkan daerah
5=600-1600 ml e. bersihkan sekitar daerah meatus uretra meatus uretra dapat mencegah
3. 3 5 1= distensi kanding dengan larutan anti bakteri,saline adanya jamur atau bakteri
Mengosongk kemih berat steril,atau air steril,sesuai kebijakan
ankandungke 2= distensi kanding 5lembaga
mihsepenuhn kemih cukup berat f. kateter dapat terpasang tepat
ya 3= distensi kanding f. pastikan bahwa kateter yang sesuai dengan anatomi tubuh
kemih sedang dimasukan cukup jauh ke dalam sehingga tujuan dapat tercapai
4= distensi kanding kandung kemih untuk mencegah trauma sesuai sasaran.
kemih ringan pada jaringan uretra. g. supaya urin bisa keluar
5= tidak ada distensi h. agar pasien dan keluar paham
kanding kemih g. lakukan pengosongan kantung kateter mengenai pemasangan kaderisasi
Edukasi : i. agar pasien dan keluarga paham
h. jelaskan prosedur dan rasional mengenai perawatan kateter
keterisasi sehingga terhindar dari infeksi
kolaborasi : -
i. ajarkan pasien dan keluarga mengenai
perawatan kateter yang tepat

kolaborasi : -
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth
2008). Cidera medula spinalis diidentifikasikan sebagai cidera atau kerusakan
pada medulla spinalis yang menyebabkan perubahan fungsional,baik secara
sementara maupun permanen, pada fungsi motoric, sensorik atau otonom.
Pada kasus cedera medula spenalis diagnosa yang muncul yaitu
ketidakefektifan pola napas cedera medula spenalis, retensi urine b.d inhibisi
arkus ( lengkung ) refleks, dan nyeri agens cedera fisik.

B. Saran
1. Mahasiswa sebaiknya mengetahui tentang penyakit cedera medula spenalis
dan bagaimana cara penanganan mandiri, kolaborasi dan preventif.
2. Mahasiswa sebaiknya mengetahui prosedur penanganan terhadap penyakit
cedera medula spenalis.
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengangkat diagnosa, intervensi dan tindakan
yang tepat sesuai dengan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alton, T. Dkk. 2009. Pertolongan Pertama Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga


Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan).Bandung: Ikatan Alumni Keperawatan Padjajaran
Muttaqin, A dan Kumala S, 2010. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Penerbit Selemba Medika
Price,S.A dan Lorraine, M.W. 1985. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC Penerbit Kedokteran
Smeltzer,Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai