Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN LAS

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengujian las dengan


dosen pengampu Drs. Yayat, M.pd

Oleh :

Muhammad Aufar Luthfan (1506851)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN D3

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2017
LANDASAN TEORI

A. Uji Tarik

Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui


keuletan dan ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta
pertambahan panjang yang dialami oleh bahan tersebut. Pada uji tarik (Tensile
Test) kedua ujung benda uji dijepit, salah satu ujung dihubungkan dengan
perangkat penegang. Regangan diterapkan melalui kepala silang yang digerakkan
motor dan alongasi benda uji, dengan pergerakan relatif dari benda uji. Beban
yang diperlukan untuk mengasilkan regangan tersebut, ditentukan dari difleksi
suatu balok atau proving ring, yang diukur dengan menggunakan metode hidrolik,
optik atau elektro mekanik. Uji tarik merupakan salah satu pengujian untuk
mengetahui sifat-sifat suatu bahan.

Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana


bahan ini bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material
itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiiliki
cengkeraman yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Pengujian tarik
banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu
bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan
pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian
yang penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan
berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam. Dalam bidang industri diperlukan
pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis
yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi
proses selanjutnya. Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai
mahasiswa metalurgi hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan
adanya kurva tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan
luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian
tarik ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan
fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita
dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.

Perhitungan Uji Tarik

Keuletan = elongation(ef)

Elongation merupakan perpanjangan dari sebuah material ketika diuji tarik


samapai patah. Hal ini berguna dalam merancang sebuah alat sepeti tali pada
jembatan dalam hal seberapa panjang tali tersebut mengalamai perpanjangan
sampai patah ketika diberi beban uniaksial. Elongation berguna dalam
menentukan apakah suatu material itu ulet apa getas, hal tersebut bias dilihat dari
nilai elongationnya. Jika nilai elongationnya besar material tersebut bersifat ulet
apabila nilai elongationnya kecil maka material tersebut dikatakan getas.

Reduksi Penampang = reduction of area(q)


Reduction of area merupakan pengecilan penampang ketika mengalami fracture.
Hal ini berguna dalam menentukan seberapa besar suatu material yang mengalami
beban uniaksial akan mengalami pengecilan luas penampang.

Kekakuan = stiffness, `
(E)elastic modulus = σ/e = tan α

Ketangguhan = toughness (Ut)

Dalam hal Perencanaan toughness dipakai untuk menentukan seberapa besar suatu
material menyerap energi sampai dia patah. Dalam aplikasinya toughness dipakai
untuk merusak material agar bias mengetahui energi maksimal sampai patah.

Grafik yang dihasilkan dari mesin uji tarik adalah grafik antara gaya atau beban
tarik terhadap perpanjangan yang terjadi. Grafik tersebut harus dikonversikan
menjadi grafik tegangan teknis terhadap regangan teknis, tujuannya untu
meminimalisasi pengaruh faktor geometris. Tegangan dan regangan teknis
dirumuskan sebagai berikut :
B. Uji Penetrant

Metode pengujian dengan penetran merupakan salah satu metode uji tidak
merusak (Non Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya tidak
berpori. Pengujian penetran ini dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau
diskontinuitas yang terbuka pada permukaan. Penggunaan uji penetran sangat
luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface pada benda kerja,
metode uji penetrant ini juga bisa untuk mendeteksi kerusakan retakan yang
terjadi pada komponen mesin seperti crank shaft, roda gigi, dll.

Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan


adalah cairan tidak kental dan mempunyai tegangan permukaan kecil, yang
biasanya berwarna sebagai penetrant. Material uji dicelup atau disemprot dengan
cairan ini, karena sifat kapilernya , maka cairan masuk kedalam retakan, celah
atau pori-pori pada perukaan material uji tersebut sampai ke bagian yang paling
dalam.
Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap penetran
, sehingga terlihat bekas yang jelas pada retakan, celah atu pori-pori.
Pemeriksaan dengan penetran ini dilakukan untuk cacat permukaan ( cacat
retak) dan dapat digunakan untuk material metal atau non metal (keramik dan
plastik). Sedangkan untuk cacat yang tidak sampai kepermukaan cara ini tidak
dapat dipakai :
 Benda yang diperiksa permukaannya harus bersih terhadap segala macam
kotoran, minyak, olie, parafin dan lain sebagainya. Dimana kotoran-
kotoran tersebut akan menutupi cacat yang diperiksa
 Benda yang diperiksa harus dalam keadaan kering dan tidak
keropos(porous)
 Jika permukaan benda dicat, maka hilangkan cat tersebut dengan kertas
gosok.

Sebagai bahan pembersih untuk membersihkan benda yang akan diperiksa


dapatdigunakan minyak bensin, acctone atau bahan kimia lain yang bersifat
serupa denganbahan pebersih diatas. Sedangkan bahan pembersih kedua yang
fungsinya untuk membersihkan penetran yang menempel pada benda yang
diperiksa adalah cairan pembersih (cleaner) dan biasanya dijual bersama satu set
dengan penetran dan developer, tetapi dapat juga dipakai air hangat, minya bensin
atau acetone atau cairan lain yang murah harganya. Tidak merusak benda yang
diperiksa ( menyebabkan karat) dan tidak beracun.
Diskontinuitas dapat dikelommpokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. INHERENT (Bawaan): Biasanya berhubungan dengan
diskontinuitas yang ditemukan dalam logam cair. Contoh: porocity

2. INHERENT WROUGHT DISCONTINUITIES: Disconinuitas


wrough bawaan, berhubungan dengan peleburan dan pembekuan ingot sebelum
dibentuk menjadi slab, bloom, dan billet.
3. INHERENT CAST DISCONTINUITIES: Discontinuitas tuangan
bawaan, berhubungan dengan peleburan, pengecoran, dan pembekuan benda cor.
Biasanya disebabkan karena variabel bawaan seperti kurang pengisian, gating,
suhu tuang berlebihan, dan gas yang terperangkap.
4. PROCESSING DISCONTINUITIES: Biasanya berhubungan dengan
aneka proses manufakur seperti permesinan, pembentukan, extruding, pengerolan,
pengelasan , laku panas, dan pelapisan.
5. SERVICE DISCONTINUITIES: Berhubungan dengan aneka kondisi
pengoperasian seperti korosi, tegangan, kelelahan dan erosi.

Langkah-langkah Pengunaan Penetrant

Berikut adalah langkah-langkah utama Inspeksi penetran cair / "dye


penetrant inspection" - cara kerja penetrant test:
1. Bersihkan permukaan material

Permukaan uji dibersihkan terlebih dahulu agar kotoran, cat, minyak, atau
gemuk tidak menimbulkan indikasi yang tidak relevan atau palsu. Metode
pembersihan dapat menggunakan cairan pembersihnya (Cleaner/Remover), untuk
pembersihan redusi alkali, atau uap degreasing. Tujuan akhir dari langkah ini
adalah permukaan yang bersih di mana setiap cacat terlihat dan terbentuk ke
permukaan, kering, dan bebas dari kontaminasi.

2. Semprotkan penetrant ke area yang akan di inspeksi:


Penetran test ini kemudian diterapkan pada permukaan material bahan yang
diuji. Penetran sebaiknya diberikan "waktu tunggu" untuk meresap ke dalam
setiap kemungkinan-kemungkinan cacat yang ada (biasanya 5 sampai 30
menit). Waktu tunggu terutama tergantung pada penetran yang digunakan, bahan
yang diuji dan ukuran kekurangan dicari. Seperti yang diharapkan, kekurangan
kecil membutuhkan waktu lebih lama dalam penetrasinya. Karena sifat yang tidak
kompatibel mereka harus berhati-hati untuk tidak menerapkan pelarut berbasis
penetran ke permukaan yang akan diperiksa dengan penetran yang telah dicuci.

3. Bersihkan sisa penetrant:

Sisa-sisa penetran kemudian dihapus dari permukaan. Metode


penghapusan dikendalikan oleh jenis penetran digunakan. Air-dicuci, pelarut-
removable, lipofilik pasca-diemulsikan, atau hidrofilik pasca-diemulsikan adalah
pilihan umum. Pengemulsi merupakan tingkat sensitivitas tertinggi, dan kimia
berinteraksi dengan penetran berminyak untuk membuatnya dilepas dengan
semprotan air. Bila menggunakan remover pelarut dan kain adalah penting untuk
tidak menyemprot pelarut pada permukaan tes langsung, karena ini dapat
menghapus penetran dari kekurangan. Jika penetran berlebih tidak benar dihapus,
setelah pengembang diterapkan, hal itu mungkin meninggalkan latar belakang di
daerah maju yang dapat menutupi indikasi atau cacat. Selain itu, ini juga dapat
menghasilkan indikasi palsu sangat menghambat kemampuan untuk melakukan
pemeriksaan yang tepat.

4. Penerapan Pengembang:

Setelah penetran berlebih telah dihapus pengembang putih diterapkan pada


sampel. Jenis pengembang tersedia beberapa, termasuk: non-berair pengembang
basah , bubuk kering, air suspendable, dan larut dalam air. Pilihan pengembang
diatur oleh kompatibilitas penetran (satu tidak dapat menggunakan pengembang
yang larut dalam air atau suspendable dengan air-dicuci penetran), dan oleh
kondisi inspeksi. Bila menggunakan non-berair pengembang basah (NAWD) atau
bubuk kering, sampel harus dikeringkan sebelum aplikasi, sedangkan
pengembang larut dan suspendable diterapkan dengan bagian masih basah dari
langkah sebelumnya. NAWD tersedia secara komersial dalam kaleng semprot
aerosol, dan dapat menggunakan aseton , alkohol isopropil , atau propelan yang
merupakan kombinasi dari dua. Pengembang harus membentuk semi-transparan,
bahkan lapisan pada permukaan.
Pengembang menarik penetran dari cacat keluar ke permukaan untuk membentuk
indikasi yang terlihat, umumnya dikenal sebagai berdarah-out. Setiap daerah yang
berdarah-out dapat menunjukkan lokasi, orientasi dan jenis kemungkinan cacat
pada permukaan. Menafsirkan hasil dan karakterisasi cacat dari indikasi yang
ditemukan mungkin memerlukan beberapa pelatihan dan / atau pengalaman
[ukuran indikasi bukanlah ukuran sebenarnya dari cacat]
5. Inspeksi:
Inspektur akan menggunakan cahaya tampak dengan intensitas yang
memadai untuk dye penetrant terlihat. Ultraviolet (UV-A) radiasi intensitas yang
memadai (1.000 mikro-watt per sentimeter kuadrat umum), bersama dengan
rendah tingkat cahaya ambient (kurang dari 2 foot-candle) untuk pemeriksaan
penetran neon. Inspeksi permukaan uji harus dilakukan setelah 10 sampai 30
menit waktu pengembangan, tergantung jenis produk.
Penundaan waktu memungkinkan tindakan blotting terjadi. Inspektur dapat
mengamati sampel untuk pembentukan indikasi kapan menggunakan pewarna
terlihat. Ini juga kebiasaan yang baik untuk mengamati indikasi karena mereka
terbentuk karena karakteristik berdarah keluar adalah bagian penting dari
karakterisasi penafsiran kekurangan.
6. Posting Pembersihan:
Permukaan uji sering dibersihkan setelah pemeriksaan dan pencatatan
cacat, terutama jika pasca-pemeriksaan proses pelapisan dijadwalkan.

LAPORAN PENGUJIAN LAS


Pengujian bahan yang dilakukan ialah uji tarik, berikut data laporannya :

1. UJI TARIK
Uji tarik ini menggunakn 2 jenis material yang berbeda. Jenis material
tersebut adalah Alumunium (Al), Baja St37

Berikut table data hasil pengujiannya untuk pengelasan GMAW :


Spesimen Lo Tebal Ao Tebal Lp Ap Fy Fmax Fp
(mm) awal(mm) (mm2) Akhir (mm) (mm2) (t) (t) (t)
(mm)
St 37 60 3,4 1993 3,0 64 1992 0,319 1,226 1,064
Ket :

Lo = Panjang Awal Lp = Panjang Akhir


Ao = Luas Awal Ap = Luas Akhir
Fy = Tegangan Yield Fmax = Tegangan Maksimal
Fp = Tegangan Putus

Hasil Uji Tarik Pengelasan GMAW

Analisis: Perpatahan ulet terjadi di garis tengah base metal dikarenakan


pengelasan yang kurang baik, pengelasan tidak full terisi sampai kedalam
Data hasil uji tarik pegelasan GMAW

Berikut table data hasil pengujiannya untuk pengelasan GTAW :

Spesimen Lo Tebal Ao Tebal Lp Ap Fy Fmax Fp


(mm) Awal (mm2) Akhir(mm) (mm) (mm2) (t) (t) (t)
(mm)
Al 60 2,5 1862,5 2,0 70 1432 0,109 0,832 0,519
Hasil Uji Tarik Pengelasan GTAW

Data hasi uji tarik pengelasan GTAW

Analisis: Apabila tegangan yang diberikan terhadap spesimen melebihi batas


luluhnya, maka pergerakan dislokasi ini akan mencapai permukaan. Pergerakan
dislokasi hingga mencapai permukaan inilah yang dinamakan deformasi plastis.
Deformasi plastis inilah yang menyebabkan pertambahan panjang pada spesimen
bersifat tetap. Apabila besarnya tegangan yang diberikan terhadap spesimen
mencapai titik Ultimate, maka spesimen mulai mengalami pengecilan setempat
pada bagian tengahnya. Pengecilan setempat inilah yang dikenal dengan
fenomena necking. Fenomena ini terjadi karena deformasi plastis yang terjadi
pada material tidak lagi homogen.
2. UJI PENETRANT

Dalam pengujian penetrant kali ini akan dipakai dua specimen dari
pengelasan lanjut, yaitu pengelasan GTAW dan GMAW. Pengujian akan
dilakukan pada pengelasan sambungan.

A. Pengelasan GTAW
Pada jenis pengelasan ini penulis memilih sambungan T atau pengelasan 1F untuk
di uji penetrant.
Analisis:
- Terdapat ada seperti warna putih pada pengelasan, berarti pengelasan
tersebut terjadi cacat undercut atau keretakan permukaan (surface
cracks)
- Pengelasan terdapat bolong atau porosity, diskontinyuitas yang ditandai
dengan keluarnya bercak-bercak berwarna merah, dikarenakan benda kerja
yang sudah bengkok kebawah atau distorsi menyulitkan untuk melakukan
pengelasan, selain itu heat input pun terlalu besar
Solusinya percepat kecepatan pada pengelasan dan kecilkan arus listrik
- Manik-manik las kurang rapih dikarenakan tangan welder kurang stabil
B. Pengelasan GMAW

Untuk pegelasan GMAW penulis memilh sambungan I atau posisi 1G untuk diuji
penentrant.
Ket: foto diambil setelah dibersihkan

Analisis:
- Terdapat ada seperti warna putih pada pengelasan, berarti pengelasan
tersebut terjadi cacat undercut dan keretakan permukaan (surface cracks)
- Pengelasan terdapat bolong atau porosity, diskontinyuitas yang ditandai
dengan keluarnya bercak-bercak berwarna merah

DAFTAR PUSTAKA

http://nondestes.blogspot.co.id/2013/08/liquid-penetrant-langkah-langkah.html
https://www.researchgate.net/.../307789782_ANALISA_KEKUATAN_TARIK_P
ENY..
jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Mekanikal/article/download/5259/4013
staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENGUJIAN%20LAS%20MATERI%20II.pdf
http://widimaterial.blogspot.co.id/2015/03/laporan-praktikum-pengujian-
mekanik_32.html

Anda mungkin juga menyukai