Anda di halaman 1dari 100

PENGARUH ARUS KAS DAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BEI


SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2013-2016

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Ahli Madya

Oleh :

NELVIO SYAFERI SETRIA ANJELI

NIM.12001078

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN

BATAM

2017
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Tugas akhir ini berjudul ”Pengaruh arus kas dan modal kerja terhadap

likuiditas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) sub

sektor makanan dan minuman tahun 2013-2016 adalah asli dan belum

pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (ahli madya, sarjana,

magister, dan/atau dokter), baik di Akademi Akuntansi Permata Harapan

Batam maupun di perguruan tinggi lainnya,

2. Tugas akhir ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya

sendiri, tanpa bantuan dari pihak lain selain arahan dari dosen

pembimbing,

3. Dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

ataupun dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka,

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran maka saya siap menerima

sanksi.

Batam, Juli 2017

Yang membuat pernyataan,


PENGARUH ARUS KAS DAN MODAL KERJA TERHADAP
LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN
PERIODE 2013-2016

Oleh :
Nelvio Syaferi Setria Anjeli

Pembimbing :
Wildayati, S.Pd., M.Pd.E,

ABSTRAK
Hasil Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh Arus Kas dan Modal Kerja terhadap Likuiditas. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, sampel dalam
penelitian ini adalah 8 perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun (2013-
2016). Analisis yang digunakan adalah analisis uji asumsi klasik, regresi
linear berganda, uji hipotesis, dan koefisien determinasi dengan
pendekatan kuantitatif.
Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1)
arus kas berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan
minuman periode 2013-2016, dimana nilai hasil signifikansinya adalah
0,024<0,05 (2) modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
likuiditas. Pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2016, dimana
nilai signifikansinya adalah 0,033<0,05 (3) arus kas dan modal kerja
berpengaruh signifikansinya terhadap likuiditas perusahaan Manufaktur
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016, dimana hasil
signifikansinya adalah 0,039<0,05

Kata Kunci :ArusKas, Modal Kerja, danLikuiditas

i
THE INFLUENCE OF CASH FLOW AND WORKING CAPITAL AGAINST
LIQUIDITY AT THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
SUB SECTORS FOOD AND DRINK
PERIODE 2013-2016

By :
Nelvio Syaferi Setria Anjeli

Adviser :
Wildayati, S.Pd.,M.Pd.E,

ABSTRACT
The results of this research aims to provide empirical evidence about the
influence of cash flow and working capital against liquidity. The sample in
this study using the method of purposive sampling, the sample in this
research was the company manufacturing sub sector of the food and
drinks were listed on the Indonesia stock exchange for 4 years (2013-
2016). The analysis used a classic assumption test is an analysis, multiple
linear regression, hypothesis testing, and the coefficient of determination
of the quantitative approach.
The results of hypothesis testing in this study suggest that (1) cash flows
have significant influence towards liquidity at the manufacturing
companies listed on the Indonesia stock exchange the sub sectors of food
and drink 2013-2016 period, where the value of significance is 0,024 <
0.05 (2) working capital have significant influence towards liquidity at the
manufacturing companies listed on the Indonesia stock exchange sector
sub food and drink 2013-2016 period, where the value of significance is
0,033 < 0.05 (3) cash flow and working capital significantly has an impact
on liquidity at the manufacturing companies listed on the Indonesia stock
exchange sector sub food and drink 2013-2016 period, where the value
of significance is 0,039 < 0.05.

Keywords: Cash Flow, Working Capital and Liquidity

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga dapat

diselesaikannya tugas akhir (TA) ini dengan judul “Pengaruh Arus Kas dan Modal

Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat di BEI

Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode 2013-2016”.

Penulisan tugas akhir (TA) ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Ahli Madya Akuntansi pada program studi Akuntansi di

Akademi Akuntansi Permata Harapan Batam. Penulis sangat menyadari bahwa dalam

pengerjaan penelitian tugas akhir ini masih jauh dari kata kesempurnaan, hal ini

terkait kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis. Dengan demikian, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan kedepannya.

Semoga tugas akhir (TA) ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penelitian

selanjutnya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara moril maupun materiil,

khususnya kepada :

1. Joko Setiawan, S.E., M.M. selaku Direktur Akademi Akuntansi Permata Harapan

2. Hermaya Ompusunggu, SE., M.Ak selaku Ketua Program Studi Akademi

Akuntansi Permata Harapan yang telah banyak memberikan nasehat serta

bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

iii
3. WildayatiS.Pd.,M.Pd.E selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing, dan membantu, memberikan saran – saran serta, dorongan

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Akademi Akuntansi Permata Harapan

yang telah memberikan seluruh dedikasinya dalam mengajar dan membimbing

penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Keluarga yang telah memberikan segala kasih sayang dan perhatiannya yang

begitu besar terutama Ayah dan Ibu penulis sehingga penulis merasa terdorong

untuk menyelesaikan studi agar dapat mencapai cita-cita dan memenuhi harapan

Ayah dan Ibu.

6. Teman–teman seperjuangan Akuntansi yang senantiasa menjadi teman kuliah

yang telah melalui banyak suka-duka bersama.

7. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta doanya kepada

penulis, yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu.

Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan

peneliti-peneliti yang akan melanjutkan penelitian lebih mendalam.

Batam, Juli 2017

Nelvio Syaferi Setria Anjeli

iv
DAFTAR ISI

Judul Halaman

ABSTRAK ............................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Batasan Masalah.................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ...................................................................... 10


1. Arus Kas .......................................................................... 10
a. Pengertian Arus Kas .................................................. 10
b. Tujuan Arus Kas ....................................................... 13
c. Klarifikasi Arus Kas .................................................. 14
d. Arus Kas dari kegiatan pembiayaan .......................... 16
e. Metode Pelaporan Arus Kas ..................................... 17

v
1) Metode Langsung .......................................... 17
2) Metode Tidak Langsung ............................... 17
2. Modal Kerja .................................................................... 18
a. Pengertian Modal Kerja ............................................ 18
b. Konsep Modal Kerja ................................................. 21
1) Konsep Kuantitatif .............................................. 21
2) Konep Kualitatif .................................................. 22
3) Konsep Fungsional .............................................. 22
c. Jeni-jenis Modal Kerja .............................................. 23
1) Modal Kerja Primer............................................. 23
2) Modal Kerja Normal ........................................... 23
d. Manfaat Modal Kerja ................................................ 23
e. Sumber-sumber Modal Kerja .................................... 24
f. Penggunaan Modal Kerja .......................................... 26
g. Kebijakan Modal Kerja ............................................. 27
3. Likuiditas ........................................................................ 29
a. Pengetian Likuiditas .................................................. 29
b. Komponen-komponen Likuiditas ............................. 30
c. Macam-macam Rasio Likuiditas .............................. 34
1) Rasio Lancar.................................................. 35
2) Rasio Cepat ................................................... 36
3) Rasio Kas ...................................................... 37
4) Rasio Perputaran Kas .................................... 37
5) Inventory to Networking capital ................... 38
B. Penelitian Terdahulu ............................................................. 39
1. Kerangka Konseptual ...................................................... 41
a. Keterkaitan Arus Kas dengan Likuiditas .................. 42
b. Keterkaitan Modal Kerja dengan Likuiditas ............. 43
C. Hipotesis................................................................................ 45

vi
BAB III METODE PENELITIA

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 46


B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 46
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 47
1. Populasi ........................................................................... 47
2. Sampel ............................................................................. 47
D. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 48
1. Jenis Data ........................................................................ 48
2. Sumber Data .................................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 49
F. Variabel Penelitian ................................................................ 50
1. Variabel Independen ....................................................... 50
2. Variabel Dependen .......................................................... 50
G. Teknik Analisis Data ............................................................. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sttistik Deskriptif .................................................................. 59


B. Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................... 61
1. Hasil Uji Normalitas ....................................................... 61
2. Hasil Uji Analisis Grafik................................................. 61
3. Hasil Uji Analisis Statistik .............................................. 63
4. Hasil Uji Multikolinearitas .............................................. 64
5. Hasil Uji Autokorelasi..................................................... 65
6. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 66
C. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda ......................... 67
D. Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 68
1. Hasil Uji t ........................................................................ 68
2. Hasil Uji F ....................................................................... 69
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi ..................................... 60
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 71

vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................... 74
B. Saran ...................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 76

LAMPIRAN ........................................................................................... 77

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Nilai Arus Kas ............................................................................ 4

Tabel 2 Nilai Modal Kerja ...................................................................... 4

Tabel 3 Nilai Likuiditas .......................................................................... 5

Tabel 4 Metode Pelaporan ArusKas ....................................................... 18

Tabel 5 Penelitian Terdahulu .................................................................. 47

Tabel 6 Datar Sampel Perusahaan........................................................... 54

Tabel 7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................... 68

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas analisis statistik ........................................ 71

Tabel 9 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................ 72

Tabel 10 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................. 73

Tabel 11 Hasil Uji t Hipotesi (X1) .......................................................... 74

Tabel 12 Hasil Uji t Hipotesis (X2) ........................................................ 75

Tabel 13 Hasil Uji F ................................................................................ 77

Tabel 13 Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................. 77

Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Pearson

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar1 Diagram KerangkaPemikiran .................................................. 47

Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Histogram ............................................. 69

Gambar 3 Hasil Uji Normalitas pp-Plot .................................................. 70

Gambar 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 73

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 .............................................................................................. 77

Lampiran 2 .............................................................................................. 77

Lampiran 3 .............................................................................................. 78

Lampiran 4 .............................................................................................. 78

Lampiran 5 .............................................................................................. 78

Lampiran 6 .............................................................................................. 79

Lampiran 7 .............................................................................................. 80

Lampiran 8 .............................................................................................. 80

Lampiran 9 .............................................................................................. 81

Lampiran 10 ............................................................................................ 81

Lampiran 11 ............................................................................................ 82

Lampiran 12 ............................................................................................ 82

Lampiran 13 ............................................................................................ 83

Lampiran 14 ............................................................................................ 83

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha yang semakin modern dimasa sekarang ini

mengakibatkan tingkat persaingan yang ketat di antara perusahaan yang sejenis.

Agar dapat bersaing, perusahaan harus dapat mengelola seluruh kekayaan,

kewajiban, arus kas, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri

semaksimal mungkin sehingga kegiatan operasional dapat berjalan dengan

baik.Salah satu perusahaan yang harus mengantisipasi persaingan tersebut

adalah perusahaan manufaktur. Data dari kementrian perindustrian menyatakan

bahwa indeks manufaktur sebagian besar komponen pembentuknya terdiri atas

“indeks consumer industry” yakni produsen penghasil kebutuhan konsumen

seperti makanan, minuman, obat-obatan dan contoh lainnya.

Pertumbuhan dunia usaha di bidang industri barang konsumsi saat ini

sudah sangat pesat. Begitu pun halnya di Indonesia yang ditandai dengan

banyaknya perusahaan-perusahaan yang berdiri dengan memproduksi barang

dan jasa yang berbeda-beda. Menurut data statistik terdapat hampir 23.345

jumlah perusahaan manufaktur pada tahun 2010. Dengan banyaknya jumlah

perusahaan ini berdampak pada beraneka ragamnya produk yang diproduksi

oleh perusahaan sehingga membuat kebutuhan masyarakat akan barang

konsumsi menjadi terpenuhi.

1
2

Keadaan seperti inilah yang membuat perusahaan-perusahaan khususnya

untuk perusahaan yang sejenis, gencar melakukan berbagai inovasi terhadap

produknya, sehingga membuat tingkat persaingan semakin tinggi. Dalam

keadaan demikian, perusahaan harus dapat menetapkan strategi yang tepat

dengan membaca situasi pasar sehingga perusahaan dapat memanfaatkan

peluang yang ada untuk mengubah peluang itu menjadi suatu keuntungan.

Kelangsungan hidup perusahaan dapat dipengaruhi oleh banyak hal, salah

satunya upaya perusahaan dalam mengelola dana yang biasanya dilaporkan

dalam laporan arus kas. “Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah

laporan keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh

suatu perusahaan selama periode tertentu.” Informasi yang akan tersaji dalam

bentuk laporan arus kas (statement of cash flows) juga dapat memenuhi

kebutuhan informasi bagi para investor dan kreditor dalam menganalisa. Namun

tidak hanya arus kas, modal kerja juga sangat memiliki dampak terhadap

kelangsungan kegiatan operasional perusahaan.Modal kerja dan arus kas sangat

berhubungan erat. Seperti yang kita ketahui salah satu bentuk modal atau

sumber dana yang terdapat di perusahaan adalah arus kas.

Dalam setiap perusahaan membutuhkan dana atau modal kerja yang

digunakan untuk membiayai kegiatan operasionalnya dan untuk mengadakan

pengembangan usahanya. (Muktiadji: 2007). Pentingya unsur modal kerja bagi

suatu perusahaan dikarenakan cukup memungkinkan bagi perusahaan untuk

beroperasi dengan seefisien mungkin sehingga tidak akan mengalami kesulitan


3

dalam menghadapi bahaya yang timbul akibat adanya krisis atau kekacauan

keuangan. Modal kerja efisien tidak hanya berdampak pada profitabilitas

perusahaan namun berpengaruh pula pada likuiditas perusahaan, sehingga

akhirnya akan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan akan terlihat likuid atau

ilikuidkah perusahaan tersebur.

Analisis rasio keuangan adalah teknik analisis yang berfungsi untuk

mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu pada setiap elemen keuangan. Hasil

dari perhitungan rasio yang didapat, dapat dibandingkan dengan hasil tahun

lalu, agar dapat mengatahui perubahan yang terjadi, apakah mengalami

kenaikan atau penurunan.Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi

dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling

tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%.

Jika perusahaan mampu membayar kewajibannya, maka perusahaan

tersebut dapat dinyatakan sebagai perusahaan yang likuid. Namun sebaliknya,

jika perusahan tersebut tidak dapat membayar kewajibannya, maka perusahaan

tersebut dapat dinyatakan ilikuid. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih

menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio

kas (kas terhadap kewajiban lancar). Likuiditas perusahaan menunjukkan

kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat

waktunya dengan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva

yang diubah menjadi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan (Sartono,

2010:116).
4

Tabel 1.
Arus Kaspada Perusahaan Manufaktur yang tercatat
di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2016

Sumber : Data sekunder diolah (2017)

Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa arus kas pada setiap emiten

berfluktuasi kecuali emiten ROTI dan MLBI. Terjadi fluktuasi pada arus kas

diduga akan mengakibatkan terjadi perubahan kemampuan perusahaan

membayar kewajiban lancarnya (likuiditas), hal ini disebabkan karna arus kas

merupakan salah satu akun dari asset lancar , asset lancar adalah salah satu

penentu besar kecilnya likuiditas pada suatu perusahaan

Dari Tabel 2 berikut ini emiten modal kerja bagus karena setiap periode

naik, kecuali INDF ALTO dan CEKA. Modal kerja berpengaruh pada

kemampuan perusahaan untukmembayar kewajiban lancarnya (likuiditas),

seperti yang telah saya katakana di table 1 hal ini disebabkan karna modal kerja

menjadi salah satu penentu besar kecilnya likuiditas pada perusahaan tersebut.
5

Tabel 2.
Modal Kerjapada Perusahaan Manufaktur yang tercatat
di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2016

Sumber : Data sekunder diolah (2017)

Menurut tabel 3 dibawah ini terlihat likuiditas emiten yang tidak stabil,

beberapa emiten tersebut ialah CEKA dan ALTO, dapat dilihat emiten yang

paling likuid ialah ULTJ, hal ini dikarenakan perusahaan tersebut memiliki

kemampuan yang tinggi untuk membayar kewajibannya disetiap periode. suatu

perusahaan dikatakan likuid jika semakin besar modal kerja pada perusahaan

tersebut maka semakin kecil pula ketidakmampuan perusahaan tersebut untuk

membayar kewajiban lancarnya, sebaliknya semakin kecil aktivapada suatu

perusahaan maka semakin kecil pula kemampuan perusahaan untuk membayar

kewajiban lancarnya.
6

Tabel 3.
Likuiditas pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat
di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2016
EMITEN 2013 2014 2015 2016
INDF 1.67 1.81 1.70 1.51
MYOR 2.40 2.1 2.36 2.25
ROTI 1.14 1.07 2.05 2.96
SKLT 1.23 1.18 1.19 1.32
ALTO 1.84 3.08 1.58 0.75
CEKA 1.63 1 0.31 2.19
MLBI 1 1 1 1
ULTJ 2.47 3.34 3.75 4.84
Sumber : Data sekunder diolah (2017)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas terlihat bahwa

terdapat hubungan erat antara ketiganya, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul :

“Pengaruh Arus Kas dan Modal Kerja terhadap Likuiditas pada

perusahaan Manufaktur yang tercatat di BEI Sub sektor Makanan dan

Minuman periode 2013-2016”

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian inipembatasan masalah yang akan dibahas dibatasi

pada pengaruh Arus Kas, Modal Kerja, dan Likuiditas yang dilakukan

menggunakan metode deskriptif verifikatif.Objek dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor Makanan dan Minuman

Periode 2013-2016.
7

C. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh arus kas terhadap likuiditas pada perusahaan

manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor Makanan dan Minuman

Periode 2013-2016?

2. Apakah terdapat pengaruh modal kerja terhadap likuiditas pada

perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor Makanan dan

Minuman Periode 2013-2016?

3. Apakah terdapat pengaruh arus kas dan modal kerja terhadap likuiditas

pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor Makanan dan

Minuman Periode 2013-2016?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan untuk penelitian ini untuk menganalisis dan mengukur :

1. Untuk mengetahui pengaruh antara arus kas terhadap likuiditas pada

perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan

minuman periode 2013-2016

2. Untuk mengetahui pengaruh antara modal kerja terhadap likuiditas pada

perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan

minuman periode 2013-2016


8

3. Untuk mengetahui pengaruh arus kas dan modal kerja yang terdapat pada

perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan

minuman periode 2013-2016

E. Manfaat Penelitian

a. ManfaatTeoritis

Adapaun Manfaat Teoritis bagi penelitian ini yakni :

1. Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi, merupakan referensi bagi pembaca

tentang pengaruh arus kas dan modal kerja terhadap kikuiditas

perusahaan.

2. Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

uji kemampuan dan wawasan dalam pengembangan ilmu yang diterima

selama perkuliahan serta mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh

Arus Kas dan Modal Kerja terhadap Likuiditas perusahaan.

b. Manfaat Praktis

Adapun Manfaat Praktis pada penelitian ini yaitu :

1. Bagi Perusahaan, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber

informasi yang positif dan digunakan sebagai masukan, sumbangan

pikiran, serta saran yang dapat membantu perusahaan dalam menjalankan

operasinya.
9

2. Bagi Investor, hasil penelitian ini dapat memberikan acuan pengambilan

keputusan investasi terkait dengan Arus Kas Perusahaan, Modal kerja

perusahaan terhadap likuiditas yang ada pada perusahaan tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Arus Kas

a. Pengertian Arus Kas

Arus kas memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kas dan setaras kas. Arus kas masuk atau cash in flows

merupakan penerimaan kas yang berasal dari kegiatan rutin perusahaan,

misalnya : penjualan tunai, penerimaan piutang maupun penerimaan kas yang

bersifat tidak rutin, seperti : penyertaan modal, penjualan saham, penjualan

aktiva perusahaan. Sementara arus kas keluar (cash out flows) adalah

pengeluaran yang bersifat continue, misalnya : pembayaran bunga, deviden dan

pembayaran pajak. Pola arus kas akan terus berlangsung selama perusahaan

menjalankan kegiatannya.

Kas dalam laporan arus kas didefinisikan sebagai alat bayar atau alat

tukar dalam transaksi keuangan berupa uang tunai yang terdapat di perushaan

atau bank. Perusahaan memerlukan kas untuk menjalankan kegiatan usahanya.

Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2008:83) pengertian kas

merupakan alat pertukaran yang juga digunakan sebagai alat ukuran dalam

akuntansi. Salah satu kegiatan perusahaan adalah mengelola dana untuk

memaksimalkan keuntungan pemegang saham. Investor berkepentingan dengan

10
11

informasi aliran kas guna menilai apakah manajemen memiliki dana yang cukup

untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo serta untuk mengambil

keuntungan dari investasi.

Dalam menyusun laporan arus kas, istilah kas berarti kas dan setara kas.

Setara kas (cash equivalent) terdiri atas investasi jangka pendek yang sangat

likuid seperti treasury bill, surat berharga komersial, dan dana pasar uang yang

tujuan satu-satunya adalah untuk mendapatkan keuntungan dari adanya kas

menganggur. Lanjutnya,dari pada hanya sekedar menyimpan kas yang tersisa

banyak, perusahaan melakukan investasi seperti itu untuk mendapatkan bunga

dan dapat dengan mudah dikonversi kembali menjadi kas apabila dibutuhkan.

Investasi jangka pendek yang likuid tersebut biasanya dimasukkan dalam akun

sekuritas yang dapat diperdagangkan (marketable securities) di neraca.

Menurut Nurul Hayati (2011) Laporan arus kas salah satu bagian laporan

keuangan yang harus dibuat perusahaan. Selain itu, laporan arus kas untuk

membantu investor dan kreditur dalam membuat keputusan yang berkaitan

dengan perusahaan.

Laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas yang

diklasifikasikan menjadi tiga kegiatan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan.

Aktivitas operasi menimbulkan pendapatan dan beban dari operasi utama suatu

perusahaan.Arus masuk kas terbesar operasi yang berasal dari pengumpulan kas

dari pelanggan.Arus keluar kas meliputi pembayaran pemasok dan karyawan,

serta pembayaran bunga dan pajak. Arus kas operasi di catatat pada bagian awal
12

laporan arus kas karena arus kas operasi merupakan sumber kas terbesar dan

sangat penting untuk sebagian besar perusahaan, Nurul Hayati (2011).

Aktivitas investasi meningkatkan dan menurunkan aktiva jangka

panjang yang digunakan perusahaan untuk melakukan kegiatannya. Pada

laporan arus kas kegiatan investasi mencakup lebih dari sekedar pembelian dan

penjualan aktiva yang digolongkan sebagai investasi di neraca. Pemberian

pinjaman juga merupakan suatu kegiatan investasi karena pinjaman

menciptakan piutang kepada peminjam. Pelunasan pinjaman tersebut juga

dilaporkan sebagai kegiatan investasi pada laporan arus kas. Kegiatan investasi

juga merupakan perolehan dan penjualan aktiva yang digunakan dalam operasi.

Oleh karena itu, penjualan aktiva tetap dan penjualan investasi merupakan arus

kas masuk dari kegiana investasi, Nurul Hayati (2011) “Arus Kas adalah suatu

analisis dari semua perubahan yang mempengaruhi kas dalam kategori operasi,

investasi, dan keuangan”.

Laporan arus kas adalah salah satu dari laporan keuangan dasar. Laporan

ini, berguna bagi manajer dalam mengevaluasi operasi masa lalu dan dalam

merencanakan aktivitas investasi serta pembiayaan di masa depan. Laporan arus

kas juga berguna bagi para investor, kreditor dan pihak lainnya dalam menilai

potensi laba perusahaan. Selain itu, laporan arus kas jugamenjadi dasar untuk

menilai kemampuan perusahaan membayar utangnya yang telah jatuh tempo.


13

Pengertian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa laporan arus kas

adalah laporan yang melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang

utama dari suatu perusahaan selama satu periode.

b. Tujuan Arus Kas

Tujuan penyajian laporan arus kas menurut Sofyan Syafri Harahap

(2007:25) adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan

pengeluaran kas atau setara kas suatu perusahan berdarkan periode tertentu.

Laporan arus kas harus menggambarkan keluar masuknya kas selama peride

tertentu serta mengklarifikasikannya berdasarkan kegiatan operasional, investasi

dan pendanaan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan standar akuntansi

keuangan (PSAK) No. 2 tentang Laporan Arus Kas (2009:29).

Tujuan arus kas menurut Sofyan Syafri Harahap (2008 : 257) adalah

sebagaiberikut :

1) Mengetahui kemampuan perusahaan meng”generate” kas,merencanakan,

mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaanpada masa

lalu.

2) Mengetahui kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas

bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa

yang akan datang.

3) Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dari

sumber kekayaan perusahaan.


14

4) Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa

yang akan datang.

5) Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan

dan pengeluaran kas.

6) Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya

terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu”.

Tujuan menyajikan laporan arus kas menurut Sofyan Syafri Harahap

(2007: 25) adalah: “Memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan

dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode

tertentu.”

Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dibuatnya

laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi historis mengenai kas dan

setara kas sehingga dapat membantu para investor dalam pengambilan

keputusan investasi.

c. Klarifikasi Arus Kas

Sofyan Syafri Harahap (2009) mengklasifikasikan arus kas sebagai berikut :

1) Arus kas dari kegiatan operasional.

Semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam

Laporan Laba/Rugi dikelompokkan dalam golongan ini. Demikian juga Arus

Kas Masuk lainnya yang berasal dari kegiatan operational, misalnya :


15

a) Penerimaan dari langganan

b) Penerimaan dari piutang bunga

c) Penerimaan deviden

d) Penerimaan refund dari supplier.

Arus Kas Keluar misalnya berasal dari:

a) Kas yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa yang akan dijual

b) Bunga yang dibayar atas utang perusahaan

c) Pembayaran pajak penghasilan

d) Pembayaran gaji.

2) Arus kas dari kegiatan investasi

Disini dikelompokkan transaksi kas yang berhubungan dengan perolehan

fasilitas investasi dan nonkas lainnya yang digunakan oleh perusahaan. arus kas

masuk terjadi jika kas diterima dari hasil atau pengembalian investasi yang

dilakukan sebelumnya misalnya dari hasil atau penjualan.

Kas yang diterima misalnya dari:

a) Penjualan aktiva tetap

b) Penjualan surat berharga yang berupa investasi

c) Pemberian pinjaman pada pihak lain

d) Pembayaran untuk aktiva lain yang digunakan dalam kegiatan produktif

seperti hak paten (tidak termasuk persediaan yang merupakan persediaan

operasional).
16

e) Transaksi yang berkaitan dengan aktiva lain-lain juga dapat disamakan

dengan aktiva tetap.

d. Arus kas dari kegiatan pembiayaan

Kelompok ini menyangkut bagaimana kegiatan kas diperoleh untuk

membiayai perusahaan termasuk operasinya. Dalam kategori ini, arus kas

masuk merupakan kegiatan mendapatkan dana untuk kepentingan perusahaan.

arus kas keluar adalah pembayaran kembali kepada pemilik dan kreditor atas

dana yang diberikan sebelumnya. Arus kas masuk misalnya:

a) pengeluaran saham

b) pengeluaran wesel

c) penjualan obligasi

d) pengeluaran surat utang hipotiek, dan lain-lain.

Arus kas keluar misalnya:

a) pembayaran dividend an pembagian lainnya yang diberikan kepada

pemilik

b) pembelian saham pemilik (treasury stock)

c) pembayaran utang pokok dana yang dipinjam (tidak termasuk bunga

karena dianggap sebagai kegiatan operasi)”.


17

e. Metode Pelaporan Arus Kas

Perusahaan menyusun laporan arus kas sebagai bagian dari laporan

keuangan tahunannya. Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan

informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi

likuiditas perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2

tentang Laporan Arus Kas (2009 : 2.17) untuk menentukan dan menyajikan arus

kas yang berasal dari aktivitas operasi dapat digunakan salah satu dari metode

berikut ini:

a) Metode langsung (Direct method).

Dalam metode ini, pelaporan arus kas dilakukan dengan cara

melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari

kegiatan operasi secara lengkap (gross), tanpa melihat laporan laba/rugi dan

dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan.

b) Metode tidak langsung (indirect method).

Dalam indirect method, penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan

selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam

pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik

turun aktiva lancar dan utang lancar”.


18

Tabel 4
.Metode Pelaporan Arus Kas

Sumber : Data sekunder diolah (2017)

2. Modal Kerja

a. Pengertian Modal Kerja

Modal merupakan salah satu sumber data terbatas yang digunakan

oleh setiap perusahaan dalam membiayai kegiatan operasional sehari-hari,

sebagai contoh : pembelian bahan baku, membayar upah pegawai dan

lainnya.perusahaan secara umum diharapkan mampu mempertahankan jumlah

modal kerja ketingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah hutang

lainnya. Hal ini dimaksudkan sebagai jaminan kemampuan perusahaan dalam


19

membayar kewajiban jangka pendek. Jika unsur modal kerja ini dihitungkan

secara matematis dengan pola aktiva lancar dikurangi hutang lancar, maka

akan menghasilkan nilai modal kerja bersih (net working capital).

Pengertian modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang tersedia

dan dimiliki perusahaan guna mebiayai kegiatan operasionalnya. Kelebihan

ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang

dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif Karena menunjukkan

kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada utang

jangka pendek serta menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka

pendek dan menjamin kelangsungan bisnis dimasa mendatang. Sumber modal

kerja berasal dari pendapatan bersih, keuntungan dari penjualan surat

berharga, penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva lancar

lainnya, penjualan obligasi dan saham serta konstribusi dana dari pemilik,

dana pinjaamn jangka pendek lainnya serta kreditur dari supplier atau trade

creditor.

Modal kerja sangat penting sebagai motor penggerak didalam sistem

keuangan perusahaan. mengingat pentingnya modal kerja dalam perusahaan,

manajemen keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya

jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan

karena jikaterjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi

tingkat profitabilitas perusahaan menurut Nusa Muktiadji (2007).


20

Suatu perusahaan dapat dikatakan seimbang keuangannya apabila

perusahaan tersebut selama menjalankan fungsi operasionalnya tidak

menghadapi gangguan-gangguan keuangan, karena adanya jumlah

keseimbangan jumlah antara jumlah modal kerja yang tersedian dengan

jumlah modal kerja yang dibutuhkan, Nusa Muktiadji (2007)

Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama

kewajiban jangka pendeknya (yang sudah jatu tempo) menurut Kasmir (2012)

disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama bisa dikarenakan perusahaan tidak

memiliki dana sama sekali dan yang kedua bisa mungkin saja perusahaan

memiliki dana, namun pada saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana

(yang cukup) untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang,

menjual surat-surat berharga, atau menjual persediaan atau aktiva lainnya,

Kasmir 2012:128)

Definisi modal kerja menurut Sutrisno (2007:39) mengatakan bahwa:

“Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku,

pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran lainnya disebut

modal kerja”.

Modal kerja menurut Sofyan Syafri Harahaf (2007:288), mengatakan

bahwa : “Modal kerja adalah asset lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja

juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam

asset tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar”.


21

Modal kerja menurut Jumingan (2009:66) mengatakan bahwa :

“Modal kerja adalah kelebihan asset lancar terhadap utang jangka pendek.

Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini

merupakan jumlah asset lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan

modal sendiri”.

Modal kerja yaitu keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,

atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk

membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, sedangkan likuiditas

menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang

harus segera dipenuhi. Oleh Karena itu, tingginya modal kerja merupakan

salah satu faktor meningkatnya likuiditas.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja meliputi

semua aspek pengelolaan asset lancar dan kewajiban lancar yang digunakan

perusahaan.

b. Konsep Modal Kerja

Di dalam modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja. Menurut

Sutrisno (2007:39) ada tiga konsep modal kerja, yaitu:

1) Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam

dalam asset yang masa perputarannya kurang satu tahun. Modal kerja menurut

konsep ini adalah keseluruhan elemen asset lancar. Oleh karena semua elemen
22

asset lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering disebut

modal kerja bruto atau gross working capital.

2) Konsep Kualitatif

Pada konsep ini modal kerja bukan semua asset lancar, tetapi telah

mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan

demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai

operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-

permbayaran hutang yang segera jatuh tempo. Karena menurut konsep ini

hutang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal kerja

merupakan selisih antara asset lancar dengan hutang lancarnya.

3) Konsep Fungsional

Konsep ini lebih menitikberatkan pada fungsi dana dalam menghasilkan

pengahasilan langsung atau current income. Pengertian modal kerja menurut

konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan

current income sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada satu periode

tertentu”.

Dari ketiga konsep tersebut, konsep kuantitatif dan kualitatiflah yang

sering digunakan perusahaan karena lebih sederhana dan mudah dimengerti.


23

c. Jenis –jenis Modal Kerja

Penggolongan jenis-jenis modal kerja yang dikemukakan oleh W.B

Taylor dan dikutip oleh Sawir (2005:132) adalah: “Modal Kerja Permanen

(Permanent Working Capital) Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada

perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal

kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran perusahaan.

Modal kerja permanen dibedakan menjadi :

1) Modal kerja primer (Primary Working Capital)yaitu, modal kerja

minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin

kontinuinitas usahanya.

2) Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu, modal kerja yang

diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal dalam artian

yang dinamis”.

d. Manfaaat Modal Kerja

Modal kerja digunakan untuk membiayai pengeluaran atau operasi

perusahaan sehari-hari, dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan

perusahaan, disamping bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.

Menurut Munawir (2004:116), keberadaan modal kerja yang cukup akan

memberikan beberapa manfaat yaitu:

1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunya asset

lancar
24

2) Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek tepat

pada waktunya.

3) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan perusahaan untuk dapat menghadapi kesulitan-kesulitan

keuangan yang mungkin terjadi.

4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan barang dalam jumlah yang

cukup untuk melayani konsumen.

5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat kredit

yang lebih menarik bagi pelanggan.

6) Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi lebih efisien karena

tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang

dibutuhkan”.

e. Sumber-sumber modal kerja

Perusahaan memerlukan modal kerja untuk dapat memperlancar operasi

perusahaan. Menurut Munawir (2004:120), modal kerja yang dibutuhkan oleh

perusahaan dapat dipenuhi dari empat aktivitas pembelajaan yang memberikan

modal kerja, yaitu:

1) Hasil operasi perusahaan

Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat

dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan laba rugi perusahaan

tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan,


25

dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka

laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek)

Surat berharga yang dimiliki perusahaan unutk jangka pendek adalah

salah satu elemen asset lancar yang segera dapat dijual dan akan

menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan

surat berharga ini menyebabkan terjadnya perubahan dalam unsur modal

kerja yaitu dari surat berharga berubah menjadi kas.

3) Penjualan aset tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan

asset tetap, investasi jangka panjang, dan aset tidak lancar lainnya yang

tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aset ini menjadi

kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar

hasil penjualan tersebut.

4) Penjualan saham/obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan

dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para

pemilik perusahaan untuk menambah modal sahamnya, disamping itu

perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka

panjang lainya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya”.

Dari uraian tentang sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan

bahwa modal kerja akan bertambah apabila:


26

a) Adanya kenaikan sektor modal kerja baik yang berasal dari laba maupun

adanyapengeluaran modal saham atau bertambahnya investasi dari

pemilik perusahaan.

b) Adanya pengurangan atau penurunan aset tetap yang diimbangi dengan

bertambahnya aset lancar karena adanya penjualan aset tetap maupun

melaui proses depresiasi.

c) Adanya penambahan utang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi,

hipotek atau utang jangka panjang lainya yang diimbangi dengan

bertambahnya aset lancar.

f. Penggunaan Modal Kerja

Di peroleh mennurut Kasmir (2008:259) Penggunaan dana untuk modal

kerja dapat diperoleh dari kenaikan asset dan menurunnya pasiva. Secara umum

penggunaan modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk :

1) Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainya yang

digunakan untuk menunjang penjualan

2) Pengeluaran untuk membeli bahan baku yang digunakan dalam proses

produksi atau membeli barang dagangan untuk dijual kembali

3) Menutupi akibat penjualan surat berharga

4) Pembentukan dana, merupakan pemisahan aset lancar untuk tujuan dalam

jangka panjang. Pembentukan dana ini akan mengubah bentuk aset dari

aset lancar menjadi aset tetap


27

5) Pembelian asset tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dll),

pembelian ini akan mengakibatkan berkurangnya aset lancar dan

timbulnya utang lancar

6) Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka

panjang)

7) Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar dengan cara

membeli kembali, untuk sementara waktu maupun selamanya

8) Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi, termasuk

pengambilan keuntungan atau pembayaran deviden oleh perusahaan”.

g. Kebijakan Modal kerja

Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh

perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai

alternative sumber dana. Seperti diketahui bahwa sumber dana untuk memenuhi

modal kerja bisa dipilih dari sumber dana jangka panjang atau jangka pendek.

Dimana masing-masing alternatif mempunyai konsekuensi dan keuntungan

tersendiri. Oleh karena itu perlu kebijakan untuk mencari sumber pembelanjaan

sehingga diperoleh biaya yang paling murah.

Kebijakan modal kerja apa yang harus diambil perusahaan tergantung

dari seberapa besar manajer berani mengambil resiko. Kebijakan modal kerja

yang diambil oleh perusahaan menurut Sutrisno (2007:42) adalah sebagai

berikut:
28

1) Kebijakan konservatif

Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana

pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana

jangka pendek. Kebijakan ini disebut konservatif (hati-hati) karena sumber dana

jangka panjang mempunyai jatuh tempo yang lama sehingga perusahaan

memiliki keleluasaan dalam pelunasan kembali, artinya perusahaan mempunyai

tingkat keamanan atau margin of safety yang besar.

2) Kebijakan moderat

Pada kebijakan atau strategi pendanaan ini perusahaan membiayai asset

dengan dan yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu

perputaran asset tersebut. Kebijakan ini didasarkan atas matching principle

yang menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan

dengan lamanya dana tersebut diperlukan.

3) Kebijakan Agresif

Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor

keamanan sehingga margin of safety nya besar, tetapi tentunya akan

mengakibatkan tingkat profitabilits menjadai rendah. Sebaliknya dengan

kebijakan agresif, maka sebagian kebutuhan dana jangka panjang akan dipenuhi

dengan sumber dana jangka pandek. Pada pendekatan ini berarti perusahaan

menanggung resiko yang cukup besar, sedangkan trade off yang diharapkan

adalah memperoleh tingkat profitabilitas yang besar”.


29

3. Likuiditas

a. Pengertian Likuiditas

Aktivitas pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh kas dari

investor dan kreditor yang diperlukan untuk menjalankan dan melanjutkan

kegiatan perusahaan. kegiatan pendanaan mencakup pengeluaran saham,

peminjaman uang dengan mengeluarkan wesel bayar pinjaman obligasi,

penjualan saham perbendaharaan, dan pembayaran terhadap pemegang saham

seperti deviden dan pembelian saham perbendaharaan. Asumsi bahwa

ketersediaan kas yang tinggi dari aktivitas pendanaan akan mempengaruhi

jumlah aktiva lancar berupa kas sehingga memungkinkan perusahaan untuk

memiliki tingkat likuiditas yang tinggi untuk membayar kewajiban jangka

pendeknya. (Hayati, Nurul : 2011)

Menurut Subramanyam (2011:241) yang dialih bahasakan oleh Dewi

yanti, mendefinisikan likuiditas sebagai berikut: “Likuiditas adalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”.

Menurut Themin (2012:175) mendefinisikan likuiditas sebagai berikut:

“Likuiditas adalah mengukur seberapa cepat suatu item dapat di konversi

menjadi kas”.

Berdasarkan pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa

likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya kepada kreditor yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai

operasi yang harus segera dipenuhi. Setiap perusahaan harus memiliki likuiditas
30

badan usaha (pihak eksternal) dan likuiditas perusahaan (pihak internal). Utang

jangka pendek dijadikan utan gjangka panjang dan 4. Utang jangka pendek

dijadikan modal sendiri. Menurut Riyanto (2010:25-26) masalah likuiditas

adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansialnya yang segera dipenuhi. Jumlah alat

pembayaran yang dimiliki perushaan pada saat tertentu merupakan kekuatan

membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang dapat

memenuhi segala kewajiban finansialnya dapat dikatakan perusahaan tersebut

adalah likuid dan sebaliknya yang tidak memiliki kemampuan membayar

adalah ilikuid.

Dengan demikian masalah ini dapat mengarah pada penjualan investasi

dan aktiva dengan terpaksa, dan dalam bentuk yang paling parah mengarah

kebangkrutan menurut John Wild (2011: 241).

Oleh karena itu, perusahaan haruslah perlu untuk mengusahakan dan

menjaga keseimbangan dalam mengatur siklus perputaran modal kerja, karena

di dalam pengelolaan modal kerja itu sendiri ada 6 “modal kerja yang menitik

beratkan pada usaha untuk menjaga likuiditas”. Nusa Muktiadji (2007).

b. Komponen-Komponen Likuiditas

Menurut Subramanyam (2011:239) yang dialih bahasakan oleh Dewi

Yanti, tentang komponen-komponen likuiditas sebagai berikut: “Likuiditas

mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi


31

kebutuhan kas jangka pendek. Likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh kapan

arus kas masuk dan arus kas keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja

masa depan. Jadi, likuiditas berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki

perusahaan dan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam periode singkat”.

Menurut Subramanyam (2012:273) yang dialih bahasakan oleh Dewi

Yanti, komponen-komponen yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut:

1) Kas adalah aset yang paling likuid, mencakup mata uang, deposito dana,

money orders, cek dan

2) Setara kas (Cash equivalents) juga tergolong sangat lancar, investasi jangka

pendek yang (1) siap dikonversi menjadi kas dan (2) hampir jatuh tempo

sehingga risiko perubahan harga yang disebabkan pergerakan tingkat bunga

yang hanya minimal. Investasi ini biasanya jatuh tempo dalam waktu tiga

bulan atau kurang. Contoh setara kas adalah treasury bill (surat berharga

yang dikeluarkan oleh pemerintah AS) jangka pendek, commercial paper,

dan dana pasar uang. Setara kas sering kali digunakan sebagai wadah

sementara kelebihan kas”.

Sedangkan menurut Arfan (2009:202) komponen-komponen yang

mempengaruhi likuiditas sebagai berikut: “Kas adalah uang tunai yang tersedia,

baik di laci, di dompet, tabungan di bank, maupun dalam deposito yang jatuh

temponya di bawah satu tahun. Perlu diperhatikan, kas bukan merupakan

persediaan barang dagangan, piutang, tanah ataupun bangunan yang kita miliki.
32

Memang hal-hal tersebut bisa dijadikan uang namun biasanya akan

membutuhkan waktu, yang kadang kala memakan waktu cukup lama. Sering

kali karena kita terdesak oleh kebutuhan uang atau kas yang cukup besar,

sementara di sisi lain uang/kas di tangan tidak mencukupi untuk berbagai

keperluan seperti untuk membayar gaji karyawan, membayar pemasok barang,

membayar utang bank, dan lain sebagainya. Sebagai jalan keluar untuk

menutup keperluan pengeluaran yang besar tersebut maka langkah yang dapat

di ambil adalah berutang.

Namun berhutang akan menjadi maksimal pada satu titik (ada batasnya)

dan tidak mungkin mendapatkan utang lagi. Sehingga langkah terakhir yang

dapat di ambil adalah harus menjual sebagian aktiva yang kita miliki seperti

modal, tanah, bangunan, dan lain-lain. Karena harus segara menjadi uang, maka

harga jualnya menjadi rendah bahkan mungkin di bawah harga pasar. Malah

dalam banyak kasus seiring terjadi kerugian karena harga jual lebih sedikit

dibandingkan dengan harga beli”.

Menurut Subramanyam (2011:91) yang dialih bahasakan oleh Dewi

Yanti, tentang komponen-komponen likuiditas sebagai berikut: “Uang tunai

atau kas (cash) merupakan saldo sisa dari arus kas masuk dikurangi arus kas

keluar yang berasal dari periode-periode sebelumnya. Arus kas bersih atau

disebut arus kas, mengacu pada arus kas masuk dikurangi arus kas keluar pada

periode berjalan. Ukuran arus kas mengakui arus kas masuk saat kas diterima

walaupun belum tentu telah dihasilkan, dan mengakui arus keluar saat kas
33

dibayarkan walaupun beban belum tentu telah terjadi. Laporan arus kas

melaporkan ukuran arus kas untuk tiga aktivitas utama dalam aktivitas usaha:

operasi, investasi, dan pendanaan. Kas merupakan aset yang paling likuid serta

menawarkan likuiditas bagi perusahaan. Kas merupakan awal sekaligus akhir

siklus operasi perusahaan.

Aktivitas operasi perusahaan melibatkan konversi kas menjadi berbagai

aset (seperti persediaan) yang digunakan untuk menghasilkan piutang dari

penjualan kredit. Siklus operasi menjadi lengkap saat kas kembali ke

perusahaan melalui proses penagihan yang memungkinkan dimulainya siklus

operasi baru. Analisis laporan keuangan mengakui bahwa akuntansi akrual,

dimana perusahaan mengakui pendapatan saat dihasilkan dan beban saat terjadi,

berbeda dengan akuntansi berbasis kas. Kas digunakan untuk membayar utang,

mengganti peralatan, memperluas fasilitas, dan membayar dividen. Dengan

demikian, analisis arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan berikut

sumber operasi, investasi, dan pendanaan. Analisis ini membantu kita menilai

likuiditas karena likuiditas merupakan kedekatan aset dan kewajiban pada kas”.

Menurut Arfan (2009:203) tentang komponen-komponen likuiditas

sebagai berikut: “Perlu di ingat, apabila kita memiliki perusahaan atau sebuah

usaha yang menguntungkan, tidak secara otomatis hal tersebut dapat

meningkatkan jumlah kas atau uang di tangan. Sebagai contoh yang ekstrem,

kita menjual barang dengan sistem kredit maka tentunya kita tidak akan

menerima uang untuk saat ini. Sehingga walaupun, katakanlah kita memiliki
34

keuntungan 10 juta saat ini dari hasil penjualan kredit tersebut, namun hal

tersebut belum-lah menjadi uang atau kas yang benar-benar ada di tangan kita.

Jadi meningkatnya keuntungan belum tentu sejalan dengan meningkatnya

jumlah uang di tangan kita.

Singkatnya kita tidak bisa membayar sesuatu dengankeuntungan, namun

hal tersebut hanya bisa di bayar dengan uang atau kas. Dapat disimpulkan

bahwa komponen-komponen likuiditas terdiri dari kas dan setara kas.

c. Macam-macam Rasio Likuiditas

Menurut Lukas (2008:415) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai

berikut: “Rasio likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo”.

Menurut Kasmir (2012:129) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai

berikut: “Rasio likuiditas merupakan analisis keuangan yang berkaitan dengan

kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya”.

Berdasarkan pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa

rasio likuiditas adalah ukuran yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi utang-utang lancarnya yang telah jatuh tempo.

Menurut Kasmir (2012:130) tentang rasio likuiditas sebagai berikut:

“Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

likuidnya perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang

ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka
35

pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat

perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu”.

Menurut Kasmir (2012:133) jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat

digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya sebagai berikut:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo

pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva

lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera

jatuh tempo.

Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:

Rasio Lancar =
Sumber: Kasmir (2012:135)

Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang

dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi

kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka,

pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva

lancar lainnya. Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek


36

(maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu

paling lama satu tahun.

Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun,

utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka,

utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka

pendek lainnya.

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan

bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil

pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat

saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test)

Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka

pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Artinya,

nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva

lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif

lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat

untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.

Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi

dengan nilai persediaan.


37

Rumus untuk mencari rasio cepat dapat digunakan sebagai berikut:

Rasio Cepat =
Sumber: Kasmir (2012:137)

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa

besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas

dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti

rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukan

kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang

jangka pendeknya.

Rumus untuk mencari rasio kas dapat di gunakan sebagai berikut:

Rasio Kas =
Sumber: Kasmir (2012:139)

4. Rasio Perputaran Kas

Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal

kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai

penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas

untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan

penjualan.
38

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio ini adalah sebagai berikut:

Rasio Perputaran Kas =


Sumber: Kasmir (2012:141)

5. Inventory to Net Working Capital

Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan

modal kerja perusahaan.

Rumus yang digunakan untuk mencari Inventory to Net Working Capital

sebagai berikut:

Inventory to NWC =
Sumber: Kasmir (2012:142)

Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang

lancar”.

Penulis menggunakan rasio lancar (current ratio) karena Perhitungan

rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar

dengan total utang lancar. Sehingga perusahaan yang memiliki total aktiva

lancar yang tinggi dapat dijadikan jaminan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dan menarik calon investor serta investor dalam membuat keputusan

investasi atau kebijakan ekonomi sebuah perusahaan.


39

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan

penulis :

Tabel 5.
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul penelitian Hasil penelitian

Pada penelitian ini,


Pengaruh arus kas terhadap secara simultan arus
Nurul Hayati dan likuiditas pada perusahaan kas dari aktivitas
1 Christina Riani telekomunikasi yang operasi, investasi, dan
Jurnal spread – April terdaftar di BEI pendanaan
2011, Volume 1 Nomor berpengaruh terhadap
1 likuiditas.
Hasil uji korelasi antar
variabel menunjukkan
Pengaruh arus kas operasi bahwa terdapat
Iswandi dan laba akuntansi korelasi positif yang
Sukartaatmadja terhadap tingkat tinggi antara arus kas
2 JIR, Volume 5 No. 2, keuntungan dan likuiditas operasi dan laba
Oktober 2005 : 125 – saham emiten sector akuntansi, sementara
132 keuangan di bursa efek terdapat korelasi
Jakarta posotifyang tinggi
antara tingkat
keuntungan saham dan
likuiditas.
Pengaruh perubahan arus Terdapat pengaruh
kas terhadap profitabilitas yang signifikan antara
dan likuiditas pada perubahan arus kas
perusahaan terhadap likuiditas dan
40

Manufaktur profitabilitas yang


sektor makanan dan ditunjukkan F-hitung
minuman yang tercatat di masing-masing
bursa efek Jakarta persamaan lebih besar
3 Evi Mulyo Suprojo dari nilai F-tabel
dengan taraf signifikan
0,000. Dan pengaruh
perubahan arus kas
yang paling dominan
adalah berpengaruh
terhadap
likuiditas, hal ini
ditunjukkan oleh nilai
koefisien determinasi
yang lebih besar
dibanding persamaan
antara perubahan
arus kas terhadap
profitabilitas.
Analisis Modal Kerja Modal kerja memiliki
Nusa Muktiadji dalam Pengendalian hubungan yang positif
4 JIR. Volume 7 No. 1, Likuiditas dan terhadap likuiditas
April 2007 : 37-44 Profitabilitas

Pengaruh Modal Kerja Pengaruh modal kerja


Yoyon Supriyadi Terhadap Likuiditas dan terhadap rasio lancar
5 JIR, Volume 11 No. 1, Profitabilitas (likuiditas) memiliki
April 2011 : 1-11 pengaruh yang positif.
41

1. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual Penelitian, menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar

(2008:54) menjelaskan secara teoritis model konseptual variable-variabel

penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan

variable-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variable bebas dengan

variable terikat.

Laporan keuangan menyediakan informasi yang membantu investor serta

kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya dalam menilai jumlah,

penetapan waktu, dan ketidak pastian penerimaan kas prospektif dari dividen

atau bunga dari hasil penjualan, penebusan, atau jatuh tempo sekuritas atau

pinjaman.

Kas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kelangsungan

aktivitas perusahaan, sehingga dalam pengelolaannya diperlukan perhatian yang

khusus. Pengelolaan kas yang kurang efektif dapat menyebabkan kelebihan

investasi dalam kas.

Laporan arus kas akan sangat berguna untuk menentukan kebijakan-

kebijakan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya. Sedangkan bagi

pihak ekstern akan berguna sebagai salah satu alternatif analisa dalam

pengalokasian dana yang akan mereka tanamkan.

Jumlah kas terlalu besar ataupun jumlah kas yang terlalu kecil akan

mempunyai akibat yang berbeda. Kebutuhan akan kas itu sendiri besarnya

haruslah disesuaikan dengan komposisi keuangan perusahaan agar diperoleh


42

jumlah yang ideal dalam membiayai operasional perusahaan sehari-hari. Dari

kutipan di atas dapat diketahui bahwa kas merupakan salah satu unsur atau

aktiva lancar yang tinggi tingkat likuiditasnya. Hal tersebut berarti bahwa

semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka akan

semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.

Pada umumnya, modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap

kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) suatu perusahaan, atau disebut Net

Working Capital. Adanya kelebihan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar

mengisyaratkan bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban lancarnya.

Modal kerja merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi

perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari

perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan

kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas

perusahaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya.

a. Keterkaitan Arus Kas dengan Likuiditas

Hubungan antara arus kas dengan likuiditas didasarkan pada asumsi

bahwa jumlah arus kas dari aktivitas pendanaan akan mempengaruhi jumlah

kas dan setarakas yang digunakan untuk menambah atau mengurangi jumlah

dan komposisi modal serta hutang jangka panjangnya, Erick A Helfert (1997) .

Menurut Bambang Riyanto (2001:96) apabila aliran kas senyatanya selalu

sesuai dengan estimasinya, maka perusaaan tersebut tidak akan mengalami


43

kesukaran likuiditas. Sebaliknya perusahaan yang aliran kasnya sering

mengalami penyimpangan yang merugikan dari yang diestimasikan, perlulah

perusahaan ini mempertahankan adanya persediaan minimal kas yang agak

besar”.

Menurut Henry Simamora (2003;179) Laporan arus kas bermanfaat

secara internal bagi manajemen dan secara eksternal bagi pemodal dan kreditor.

Manajemen memakai laporan arus kas untuk menilai likuiditas, menentukan

kebijakan deviden, dan mengevaluasi imbas keputusan-keputusan kebijakan

pokok yang menyangkut investasi dan pendanaan”.

b. Keterkaitan Modal Kerja dengan Likuiditas

Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi operasional suatu

perusahaan. Di samping itu, manajemen modal kerja juga memiliki tujuan

tertentu yang hendak dicapai. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusahan

memenuhi kebutuhan modal kerjanya agar dapat meningkatkan likuiditasnya.

Kemudian dengan terpenuhi modal kerja, perusahaan juga dapat

memaksimakan perolehan labanya. Perusahaan dalam kekurangan modal kerja

dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan,

akibat tidak dapat memenuhi likuiditas dan target laba yang diinginkan

pendapat Kasmir (2012:252)

Modal kerja juga penting untuk mengukur cadangan likuiditas yang

tersedia untuk memenuhi kontijensi dan ketidakpastian yang terkait dengan


44

keseimbangan antara arus kas masuk dengan arus kas keluar perusahaan,

pendapat Subramanyam (2011:241)

Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas dan didukung oleh

pendapat para ahli serta penelitian terdahulu, maka Dengan paradigma

penelitian, penulis dapat menggambarkan pengaruh antara variabel independen

dengan variabel dependen. Variabel independen disimbolkan dengan (X),

sedangkan variabel dependen disimbolkan dengan (Y). Arus Kas dan Modal

Kerja merupakan variabel independen, arus kas disimbolkan dengan X1 dan

modal kerja disimpbolkan dengan X2 lalu likuiditas disimbolkan dengan Y

sedangkan likuiditas merupakan variabel dependen.

Kerangka konseptual dapat digambarkan seperti dibawah ini :

Arus Kas
H1
(X1)
Likuiditas
(Y)

Modal Kerja H2
(X2)

H3

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran


45

C. Hipotesis

Setelah adanya kerangka pemikiran , maka diperlukannya suatu pengujian

hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat.

Menurut Sugiyono (2011:64) mendefinisikan hipotesis adalah sebagai

berikut: “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan.”

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti berasumsi

mengambil keputusan sementara (hipotesis) adalah sebagai berikut :

H1 : Arus Kas berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahan manufaktur

yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-

2016

H2 : Modal Kerja berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahan manufaktur

yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-

2016

H3 : Arus Kas dan Modal Kerja secara simultan berpengaruh terhadap

likuiditas pada perusahan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor

makanan dan minuman periode 2013-2016.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel

penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik

(Indriantoro & Supomo, 2009:12). Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan

dan mengevaluasi konsep-konsep teoritis dengan menguji hipotesis apakah

variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

Penelitian ini hanya bersifat memecah permasalahan secara teoritis dan tidak

mempunyai pengaruh secara langsung dalam penentuan kebijakan, tindakan

atau kinerja (Indriantoro & Supomo, 2009:23).

Penelitian ini menguji pengaruh Arus Kas, Modal Kerja terhadap

Likuiditas Pada perusahaan manufaktur yang tercata di BEI sub sektor makanan

dan minuman periode 2013-2016.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di Bursa Efek Indonesia, dalam kurun waktu 01 April 2017-

30 Juni 2017.

46
47

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2014:148).

Populasi penelitian ini adalah 51 perusahaan yang bergerak pada

sektor makanan dan minuman pada perusahaan manufaktur yang tercatat di

Bursa Efek indoinesia .

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014:149). Adapun metode pemilihan sampel

yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel tidak

secara acak tetapi sesuai dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria untuk

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memiliki laporan keuangan lengkapdari tahun 2013 – 2016.

b. Memiliki satuan mata uang yang sama yaitu Rupiah.

Berdasarkan pada kriteria pengambilan sampel seperti yang telah

disebutkan diatas penulis mengambil 8 laporan keuangan perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman. Adapun perusahaan yang

menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat secara lebih jelas dalam

tabel 6 berikut ini.


48

Tabel 6.
Daftar sampel Perusahaan manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia sub sektor Makanan dan Minuman
periode 2013-2016

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Data kuantitatif menurut Siregar (2013:17) adalah data yang berupa angka.

Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan

menggunakan teknik perhitungan statistik.

Jenis data penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung atau melalui media perantara (Indriantoro & Supomo, 2009:147).

Data tersebut berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, khususnya neraca, laporan laba rugi, dan laporan

perubahan laba ditahan.


49

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

atau melalui media perantara (Indriantoro & Supomo, 2009:147). Data tersebut

berupa laporankeuangan tahunan perusahaan. Data yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari www.idx.go.id.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,

yaitu:

a. Penelitian Kepustakaan

Dalam rangka memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat

memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan

dengan membaca buku, literatur, hasil penelitian yang sejenis, dan media lain

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mencatat data dari laporan-laporan,

catatan, dan arsip-arsip yang ada di beberapa sumber melalui media internet

sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian

yang diperlukan.
50

F. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek,

organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono

(2014:96).

Definisi operasional variabel diperlukan dalam menentukan jenis,

indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian,

sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara

benar.

Variabel penelitian dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Variabel independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Arus Kas dan Modal

Kerja.

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Likuiditas.
51

G. Teknik Analisis Data

1. Pengertian Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang

dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dalam sugiono 2012).

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan

setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang

diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Ketajaman dan ketepatan dalam

penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan pengambilan

kesimpulan, karena itu kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang tidak

dapat diabaikan begitu saja dalam proses penelitian. Kesalahan dalam

menentukan alat analisis dapat berakibat fatal terhadap kesimpulan yang

dihasilkan dan hal ini akan berdampak lebih buruk lagi terhadap penggunaan

dan penerapan hasil penelitian tersebut. Dengan demikian, pengetahuan dan

pemahaman tentang berbagai teknik analisis mutlak diperlukan bagi seorang

peneliti agar hasil penelitiannya mampu memberikan kontribusi yang berarti

bagi pemecahan masalah sekaligus hasil tersebut dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Secara garis besarnya, teknik analisis

data terbagi ke dalam dua bagian, yakni analisis kuantitatif dan kualitatif.

Yang membedakan kedua teknik tersebut hanya terletak pada jenis

datanya. Untuk data yang bersifat kualitatif (tidak dapat diangkakan) maka
52

analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, sedangkan terhadap data

yang dapat dikuantifikasikan dapat dianalisis secara kuantitatif, bahkan dapat

pula dianalisis secara kualitatif.

a. Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2013:105), pengujian asumsi klasik meliputi uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati

normal (Ghozali, 2013:160).

2) Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2013:105), menyatakan bahwa uji multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat

korelasi antar variabel independen. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari

nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel indenpenden


53

menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih

yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).

3) Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2013:110), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam

suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terdapat

korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul

karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama

lainnya.

Autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi yang

datanya adalah time series, atau berdasarkan waktu berkala, seperti bulanan,

tahunan dan seterusnya (Santoso, 2010:216). Penelitian ini menggunakan data

time series sehingga peneliti melakukan uji autokorelasi.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dapat dilihat dari uji

Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Imam Ghozali,

2011).
54

Tabel 3.2
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif NoDecision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif NoDecision 4 - du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokrelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du

4) Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2013:139), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila

variance pengganggu tidak mempunyai variance yang sama untuk semua

observasi, sehingga mengakibatkan penafsiran regresi tidak efisien. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut terjadi homoskedastisitas. Jika berbeda, maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas

atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan dari data cross sectional

mengandung situasi heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data

yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi dan

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode regresi


55

linier berganda karena memiliki tiga variabel independen dan satu variabel

dependen. Analisis regresi linear berganda pada dasarnya merupakan analisis

yang memiliki pola teknis dan substansi yang hampir sama dengan analisis

regresi linear sederhana. Analisis ini memiliki perbedaan dalamhal jumlah

variabel independen yang merupakan variabel penjelas jumlahnya lebih dari

satu buah (Wibowo, 2012:126). Regresi berganda menurut Siregar (2012:301)

adalah pengembangan dari regresi linier sederhana, yaitu sama-sama alat yang

dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di masa akan datang

berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih

variabel bebas (independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent).

Model regresi ini dipilih untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen

apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan

untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen yaitu pengaruh

piutang, persediaan serta biaya administrasi dan umumdengan variabel

dependen yaitu laba apakah positif atau negatif.

1) Uji t

Menurut Sugiyono (2008,p244) uji t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas secara individual alam

menerangkan variasi variabel terikat. Rumusnya adalah :

t = r √n-2

√1-r²
56

Keterangan :

t = thitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan ttabel

r = korelasi parsial yang ditemukan

n = jumlah sampel

Dasar pengambilan keputusan pengujian :

 Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak

 Jika thitung < ttabel maka H0 diterima

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Hipotesis 1 :

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan arus kas terhadap

likuiditas di Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor

makanan dan minuman periode 2013-2016

H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas terhadap

likuiditas di Perusahaan manufaktur di BEI sub sektor makanan dan

minuman

 Hipotesis 2 :

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan arus kas terhadap

likuiditas di Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor

makanan dan minuman periode 2013-2016


57

H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan modal kerja terhadap

likuiditas di Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor

makanan dan minuman periode 2013-2016

2) Uji F

Menurut Sugiyono (2008, p264) uji F digunakan untuk menguji

variabel – variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat

.Selain itu dengan uji F ini dapat diketahui pula apakah model regresi linier

yang digunakan sudah tepat atau belum. Rumusnya adalah :

F= R² /k

(1-R² ) / (n-k-1)

Keterangan :

F = Fhitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan Ftabel

R² = Korelasi parsial yang ditemukan

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel bebas Dasar pengambilan keputusan pengujian adalah :

 Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak

 Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima

 Hipotesis 3:

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan arus kas dan modal

kerja, secara bersamaan terhadap likuiditas pada Perusahaan


58

manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016.

H1 = terdapat pengaruh yang signifikan arus kas dan modal kerja

secara bersamaan terhadap likuiditas pada Perusahaan manufaktur

yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-

2016.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Statistik Deskriptif

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

yang dikumpulkan adalah laporan keuangan tahunan yang didalamnya

terdapat pembahasan mengenai laporan, audit, neraca, dan catatan atas

laporan keuangan dengan rentang waktu 2013-2016 dari perusahaan

Manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

Total perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 51 perusahaan, Jumlah perusahaan

yang dijadikan sampel adalah sebanyak 8 perusahaan dengan observasi

berturut-turut 4 tahun sehingga data observasi sebanyak 32 data.

Berdasarkan data berikut jumlah data dalam penelitian ini ada 32 data

dimana nilai minimum Arus Kas (X1) =1.00, nilai maximum 849,00, nilai

mean 1,7028, dengan nilai standard 249,41987. Nilai minimum Modal Kerja

(X2) =1,00, nilai maximum 995,00, nilai mean 3,0784, nilai standard diviation

359,34475. Nilai minimum Likuiditas (Y) =0,31, nilai maximum 4,84, nilai

standard deviation 0,96692.

59
60

Berikut data sampel yang dapat digunakan dari keseluruhan populasi

yang ada :

Berdasarkan data diatas jumlah data dalam penelitian ini ada 32 data

dimana nilai minimum Arus Kas (X1) =1.00, nilai maximum 849,00, nilai

mean 1,7028, dengan nilai standard 249,41987. Nilai minimum Modal Kerja

(X2) =1,00, nilai maximum 995,00, nilai mean 3,0784, nilai standard diviation

359,34475. Nilai minimum Likuiditas (Y) =0,31, nilai maximum 4,84, nilai

standard deviation 0,96692.

Berikut ini data sampel yang dapat digunakan dari keseluruhan

populasi yang ada :

Tabel 7.
Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel

Sumber : Data sekunder diolah (2017)


61

B. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengaji apakah dalam model regresi,

variabel pengguna atau residual memiliki distribusi normal seperti diketahui

uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribus normal.

Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel yang kecil, ada dua cara untuk mendeteksi residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu :

2. Hasil Uji Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah

dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi

dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya

dengan melihat histogram, hal inidapat menyesatkan khususnya untuk jumlah

sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi

normal. Distribusi normal akan membandingkan dengan garis diagonal. Jika

distribusi data residul normal, maka garis yang menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Dari Gambar 2 histogram dibawah ini dapat terlihat bahwa residual

berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari kurva yang berbentuk

kemiringan yang cendrung imbang antara sisi kanan dan kiri.


62

Gambar 2.Hasil Uji Normalitas Histogram


Sumber : Data sekunder diolah (2017)

Gambar 3.Hasil Uji Normalitas pp-Plot


Sumber : Data sekunder diolah (2017)
63

Dari gambar 3 normal p-p plot diatas menunjukkan bahwa titik-titik

menyebar disekitar garis diagonal atau atau mengikuti garis linear, sehingga

dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam model regresi dalam

penelitian ini adalah normal.

3. Hasil Uji Analisis Statistik

Uji statistic sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis

dengan nilai skewness dari residual nilai z statistic untuk skewness dapat

dihitung dengan rumus :

Zskewness = , sedangkan nilai z kurtosis dapat dihitung dengan

rumus :

Zkurtosis = , dimana N adalah jumlah sampel, jika Z hitung > Z

tabel, maka distribusi tidak normal

Tabel 8.Hasil Uji Normalitas Analisis statistic

Sumber : Data sekunder diolah (2017)


64

Dari nilai Zskewness dan Zkurtosis dapat dihitung nilai Zskewness

dan Zkurtosis sebagai berikut :

a. Arus Kas

Zskewness = = 3,3672 , dan Zkurtosis = = 1,008

b. Modal Kerja

Zskewness = = 1,7667, dan Zkurtosis = = -1,2852

c. Likuiditas

Zskewness = = 2,8267, dan Zkurtosis = = 2,1743

Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis diatas nilai tabel. Jadi

dapat disimpulkan bahwa data residual dan berdistribusi normal, hal ini

konsisten dengan uji grafik.

4. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang ditemukan

terdapat korelasi antar variable bebas. Ada atau tidaknya multikolinieritas

dapat dilihat dari nilai tolerance. Berdasarkan hasil uji tabel 9 diketahui

bahwa Variabel arus kas,modal kerja tidak terjadi multikolinearitas karna nilai

toleransi 0,984> dari 0,10 dan nilai VIF 1.017< 10, berarti model regresi

dalam penelitian ini bebas multikolinearitas.


65

Tabel 9.
Hasil Uji Multikolinearitas
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

1 (Constant)
1.786 .229 7.792 .000

Arus Kas (X1) .002 .001 .399 2.385 .024 .984 1.017

Modal Keerja
.000 .000 -.259 -1.546 .033 .984 1.017
(X2)
Sumber : Data sekunder diolah (2017)

5. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji dalam sebuah model regresi

linear ada atau tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu

period eke periode berikutnya, dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada

tidaknya autokorelasi dilakukan pengujian menggunakan uji Durbon-Watson

(DWtest) dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 10.
Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .447 .200 .145 .89413 2.034

a. Predictors:(Constant),X2, X1 b. Dependent Variabel:Y

Sumber : Data sekunder diolah (2017)


66

Hasil uji Durbin-Watson (DW test) bahwa nilai du<d<4-du, yaitu

sebesar 2,034<4 sehingga dapat diketahui bahwa data bebas autokorelasi.

6. Uji Heteroskedastisitas

Cara mendeteksi gangguan heteroskedastisitas adalah dengan melihat

pola diagram pencar residual, ada dua keputusan :

a. Jika diagram pencar yang adaa bentuk pola-pola tertentu yang teratur,

maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas

b. Jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak

mengalami gangguan heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil uji dibawah ini maka diketahui bahwa diagram

pencar tidak membentuk pola atau acak, maka regresi tidak mengalami

heteroskedastisitas.

Sumber : Data sekunder diolah (2017)


Gambar 4.Hasil Uji Heteroskedastisistas
67

C. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat atau arus kas , modal kerja terhadap likuiditas.

Tabel 11.Hasil Uji analisis linear berganda

Sumber : Data sekunder diolah (2017)

Y=a+B1X1+B2X2

Dari tabel 11 tersebut dapat kita simpulkan bahwa :

1) Koefisien (a) 1,786, maka jika variable independen dianggap kontanta,

maka variable dependen rentabilitas atau ROE sebesar 1,786.

2) Koefisien variable independen (X1) pada tabel diatas menunjukkan angka

0,002, berarti bahwa apabila arus kas mengalami kenaikkan 1 poin, maka

rentabilitas (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,002

3) Koefisien variable independen (X3) pada tabel diatas menunjukkan angka

0,000. Hal ini dapat diartikan bahwa apabila pertumbuhan perusahaan

mengalami kenaikan 1 poin maka rentabilitas akan mengalami kenaikan

0,000.
68

D. Hasil Uji Hipotesis

1. Uji t

Uji t dilakukan untuk melihat besarnya pengaruh dan tingkat signifikan

dari setiap variabel independen yang berskala rasio terhadap variabel

dependen dilihat nilai signifikansi dari setiap variabel independen pada

persamaan regresi.

Tabel 12.
Hasil Uji t

Sumber : Data sekunder diolah (2017)

a. Konstanta memiliki nilai sebesar 1.786 ini menunjukkan nilai X1 (Arus

Kas), X2 (modal kerja) adalah secara simultan berpengaruh terhadap Y

(Likuiditas).

b. Hipotesis X1 (H1)

Karna nilai signifikan sebesar 0,024 > 0,05 maka Ho1 ditolak dan H1

diterima sehingga secara parsial terdapat pengaruh arus kas terhadap likuiditas
69

di perusahaan manufaktur sub sektor makanan minuman di BEI tahun 2013-

2016.

c. Hipotesis X2 (H2)

Karna nilai signifikan sebesar 0,033 > 0,05 maka Ho2 ditolak dan H2

diterima sehingga secara parsial terdapat pengaruh arus kas terhadap likuiditas

di perusahaan Manufktur sub sektor makanan minuman di BEI tahun 2013-

2016.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh Arus Kas dan Modal

Kerja terhadap Likuiditas pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI

sub sektor makanan minuman periode 2013-2016.

Tabel 13.
Hasil Uji F

Sumber : Data Sekunder diolah (2017)

Dari table hasil uji F dibawah ini dapat dilihat nilai signifikansi

sebesar 0,039 < 0,05 maka H1 diterima, berarti arus kas dan modal kerja
70

bersama-sama atau secaraa silmultanberpengaruh terhadap likuiditas pada

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan

minuman tahun 2013-2016.

3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan

yang diberikan variabel bebas (arus kas dan modal kerja) terhadap variable

terikat (likuiditas) yang ditunjukkan dengan persentase. Hasil perhitungan

menggunakan program Spss ver 16.0 maka dapat diperoleh nilai sebagai

berikut :

Tabel 14.
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber : Data sekunder diolah (2017)

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa R Square adalah kemampuan

model dalam menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat. Nilai adjusted R² = 0,145, berarti dapat diketahui bahwa sumbangan

atau pengaruh yang diberikan oleh arus kas dan modal kerja terhadap

likuiditas sebesar 0,145 atau 14,5 %, sedangkan 85,5% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak diteliti.


71

E. Pembahasan Hasil penelitian

1. Pengaruh arus kas terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur

yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-

2016. Berdasarkan hasil penelitian melalui uji parsial (Uji t) dapat

dilihat bahwa adanya pengaruh arus kas terhadap likuiditas pada

perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan

minuman periode 2013-2016. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t

dimana nilai signifikansinya sebesar 0,024<0,05.

Hal penelitian diatas sejalan dengan pendapat Bambang Riyanto

(2001:96) apabila aliran kas senyatanya selalu sesuai dengan estimasinya,

maka perusahaan tersebut tidak akan mengalami kesukaran likuiditas artinya

semakin itnggi arus kas pada perusahaan tersebut maka tingakat likuiditas

juga akan semakin itnggi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurul Hayati dan Christina Riyani

(2011) dengan judul penelitian arus kas terdao likuiditas pada perusahan

telekomunikasi yang terdaftar di BEI menghasilkan bahwa secra simultan arus

kas dari aktifitas operasi investasi dan pendaan berpengaruh terhadap

likuiditas.

2. Pengaruh modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur

yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-

2016. Berdasarkan hasil penelitian melalui uji parsial (Uji t) dapat

dilihat bahwa adanya pengaruh modal kerja terhadap likuiditas


72

manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016.

Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t dimana nilai signifikansinya

sebesar 0,033<0,05. Hal ini sejalan dengan pendapat Kasmir (2012:252)

bahwa perusahaan dalam kekurangan modal kerja dapat membahayakan

kelangsungan hidup perusahaan, akibat tidak dapat memenuhi likuiditas dan

target laba yang diinginkan, hal ini berarti semakin kecil modal kerja maka

akan semakin tinggi ketidakmampuan perusahaan membayar keajiban

lancarnya (likuiditas), dan sebalikanya semakin besar modal kerja pada suatu

perusahaan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar

kewajiban lancar (likuiditas). Penelitian ini juga didukung oleh penelitian

hasil sebelumnya yang dilakukan oleh Yoyon Supriyadi (2011) dengan judul

pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dan profitabilitas dimana hasilnya

memnunjukan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap rasio lancar

(likuiditas).

3. Pengaruh arus kas dan modal kerja terhadap likuiditas pada

perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sub sektor makanan dan

minuman periode 2013-2016. Berdasarkan hasil penelitian melalui Uji

simultan (Uji F) dapat dilihat bahwa adanya pengaruh arus kas dan

modal kerja secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan

manufaktur di BEI sub sektor makanan dan minuman periode 2013-


73

2016. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji F dimana nilai

signifikansinya sebesar 0,039<0,05.

Hal ini sejalan dengan pendapat Kasmir (2012:130), rasio likuiditas

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu

perusahaan. Caranya dengan membandingkan komponen yang ada di neraca,

yaitu aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dengan ditunjang teori

dan analisis data serta pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis uji t parsial, diketahui bahwa arus kas

berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2016.

2. Berdasarkan hasil analisis uji t parsial, diketahui bahwa modal kerja

berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2016.

3. Informasi arus kas dan modal kerja secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman periode 2013-2016.

74
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa yang

telah dilakukan, makan ada beberapa hal yang dapat disarankan oleh penulis bagi

peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut, yaitu :

1. Memperpanjang periode penelitian sehingga hasil penelitian akan lebih

dapat digeneralisasi dan akan lebih dapat menggambarkan kondisi yang

sesungguhnya terjadi dalam jangka panjang.

2. Tidak hanya meneliti perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman melainkan jenis perusahaan lain yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

75
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki (2008), “Intermediate Accounting”. Yogyakarta: BPFE

Darsono (2006), “Manajemen Keuangan”. Jakarta: Gramedia

Ghozali, Imam (2011), “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. SPSS
19”.Edisi ke-5. Semarang: Universitas Diponegoro

Horne, James C & Wachowicz (2012), “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”.


Jakarta: Salemba Empat

Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti (2012), “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”.


Yogyakarta: UPP. AMP YKPN

Ikatan Akuntan Indonesia (2009), “Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta: Salemba


Empat

John J. Wild (2005), “Financial Statement Analysis”. Edisi 8 Buku Dua. Jakarta:
Salemba Empat

Jumingan (2009), “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: Bumi Aksara

Lukman Syamsuddin (2005), “Manajemen Keuangan Perusahaan”. Yogyakarta: PT.


Hanindita Graha Widya

Mesno (2011), “Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Return Spread terhadap
Likuiditas Perusahaan Consumer Good Yang Terdaftar di BEI”.Skripsi.

Riyanto, Bambang (2010), “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”.


Yogyakarta:Universitas Gajah Mada

Sartono, Agus (2010), “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi ke-4.
Yogyakarta: BPFE

Sofyan Syafri Harahap (2007), “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”. Jakarta:
PTRaja Grafindo Persada

Sugiyono (2008), “Metode Penelitian Bisnis”.Bandung : Alfabeta

76
LAMPIRAN

1. Lampiran 1 (Arus Kas)

Arus Kas perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan

dan minuman periode 2013-2016

2. Lampiran 2 (Modal Kerja)

Modal kerja perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor

makanan dan minuman periode 2013-2016

77
78

3. Lampiran 3 (Likuiditas)

Likuiditas perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor

makanan dan minuman periode 2013-2016

EMITEN 2013 2014 2015 2016

INDF 1.67 1.81 1.70 1.51


MYOR 2.40 2.1 2.36 2.25
ROTI 1.14 1.07 2.05 2.96
SKLT 1.23 1.18 1.19 1.32
ALTO 1.84 3.08 1.58 0.75
CEKA 1.63 1 0.31 2.19
MLBI 1 1 1 1
ULTJ 2.47 3.34 3.75 4.84

4. Lampiran 4 (Statistik Deskriptif)

Hasil Uji Statistik Deskriptif menggunakan Spss versi 16 perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016.

5. Lampiran 5 (Hasil Uji Normalitas Histogram)

Hasil Uji Normalitas Histogram menggunakan Spss versi 16 perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016
79

6. Lampiran 6 (Hasik Uji Normalitas pp-Plot)

Hasil Uji Normalitas pp-Plot menggunakan Spss versi 16 perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016
80

7. Lampiran 7 (Haisl Uji Normalitas Analisis Statistik)

Hasil Uji Normalitas Analisis statistik menggunakan Spss versi 16 perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016

8. Lampiran 8 (Hasil Uji Multikolinearitas)

Hasil Uji Multikolinearitas menggunakan Spss versi 16 perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016
81

9. Lampiran 9 (Hasil Uji Autokorelasi)

Hasil Uji Autokorelasi menggunakan Spss versi 16 perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2016.

10. Lampiran 10 (Hasil Uji Heteroskedastisitas)

Hasil Uji Heteroskedastisitas menggunakan Spss versi 16 perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016
82

11. Lampiran 11 (Hasil Uji t Arus Kas)

Hasil Uji t Hipotesis Arus Kas (X1) menggunakan Spss versi 16 perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016

a
Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable:Y

F df1 df2 Sig.

.614 25 6 .018

12. Lampiran 12 (Hasil Uji t Modal Kerja)

Hasil Uji t Hipotesis Modal Kerja (X2) menggunakan Spss versi 16

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan

minuman periode 2013-2016

a
Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable:Y

F df1 df2 Sig.

.614 25 6 .018
83

13. Lampiran 13 (Hasil Uji F)

Hasil Uji F menggunakan Spss versi 16 perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2016.

14. Lampiran 14 (Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²))

Hasil Uji Koefisien Determinasi F menggunakan Spss versi 16 perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

periode 2013-2016
RIWAYAT HIDUP

Nama : Nelvio Syaferi Setria Anjeli


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Batam/21 Juni 1995
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah :Perum.Central Raya Blok c no. 3a Tanjung Uncang
Alamat Email : nelvio.ssa@gmail.com

Pendidikan Formal
SD (2002-2008) : SDII Luqman Al-Hakim Hidayatullah Batam
SMP (2008-2011) : SMPN 11 Sungai Penuh Jambi
SMK (2011-2014) : SMKN 5 Sungai Penuh Jambi

Riwayat Pekerjaan
1. Staff Document Control : PT. Databank Indonesia (June 2014-July
2016)
2. Staff Admint : CV. Nasa Marine International ( Agustus
2016- Finish)

Anda mungkin juga menyukai