Anda di halaman 1dari 55

Daftar Isi

Menu Navigasi Prosedur Tetap


Perawatan Penderita

 Judul
 Pengantar
 Protap Umum
 Alur Pelayanan
 Protap Emergency
1. Syok Anafilaksis
2. Trauma Capitis (Rudapaksa Kepala)
3. Sesak Nafas (Dyspneu)
4. Kejang Demam
5. Kolik Abdomen (Nyeri Perut / Abdominal Pain)
6. Keracunan (Intoksikasi)
7. Gagal Jantung (Decompensatio Cordis)
 Protap Penyakit
1. Gastro Enteritis (GE)
2. Demam Tifoid (Typhus Abdominalis)
3. Malaria
4. Demam Berdarah Dengue (DBD)
5. Luka Bakar (Combustio)
6. Perawatan Luka (Vulnus)
7. Hipertensi
8. Nephrotic Syndrome (Sindroma Nefrotik)
 Protap Persalinan
1. Persalinan Normal
2. Persalinan Abnormal
3. Perdarahan Ante Partum
4. Perdarahan Post Partum
5. Ketuban Pecah Dini
6. Asfeksia Neonatorum
7. Infeksi Post Partum
 Kehamilan Resiko Tinggi
1. Hiperemesis Gravidarum
2. Pre Eklampsia dan Eklampsia
3. Abortus
 Penutup

Klik tiap item untuk menuju ke materi Protap


Protap Umum
November 5, 2006 pada 6:02 pm | Ditulis dalam ProTap | Tinggalkan Komentar

Protap Umum

 Penderita dari Poliklinik Rawat Jalan, Rujukan dari Dokter Praktek, Bidan, Perawat,
Poliklinik Perusahaan atau datang sendiri dengan indikasi Rawat Inap, diterima di
Ruang Unit Gawat Darurat oleh Petugas Jaga.
 Petugas Jaga mencatat identitas Penderita di Buku Register dan Kartu Status Rawat
Inap, masukkan dalam berkas rawat Inap.
 Periksa Tanda Vital ( Tensi, Suhu, Nadi, Respirasi ) dan catat di Buku Vital Sign
 Melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Bila ada perintah tertulis: Lakukan sesuai perintah / tindakan
2. Bila belum ada perintah: Konsultasi Dokter
3. Bila tidak ada Dokter: berikan pertolongan pertama sesuai keadaan penderita
pada saat itu, misalnya pasang Infus, perawatan luka, pasang kateter, dan lain-
lain.
 Setelah diberikan terapi / tindakan, pindahkan penderita ke bangsal perawatan.
 Awasi keadaan umum penderita secara berkala, termasuk pengamatan Vital Sign.
Tulis dan buat grafiknya setiap 6 – 8 jam di kartu rawat inap.
 Melaksanakan petunjuk / perintah pengobatan selanjutnya dari Dokter
 Pemberian obat oral diatur sebagai berikut:
1. Pagi: Jam 06.00-07.00 wita oleh Petugas Jaga Malam
2. Siang: Jam 12.00-13.00 wita oleh Petugas Jaga Pagi
3. Sore: Jam 18.00-19.00 wita oleh Petugas Jaga Sore
4. Malam: Jam 22.00-23.00 wita oleh Petugas Jaga Malam
 Rawat Inap tidak melayani penderita rawat jalan Apabila ada penderita yang minta
pelayanan rawat jalan di ruang rawat inap pada jam kerja, agar dianjurkan ke
Puskesmas dan bila di luar jam kerja dianjurkan berobat ke Petugas Puskesmas,
kecuali bila ada indikasi Rawat Inap atau Penderita yang perlu mendapatkan
pertolongan segera.
 Rawat Inap Puskesmas Palaran tidak melayani makan. Menu makanan disediakan
oleh keluarga Penderita atas saran dan advis dari Puskesmas
 Apabila kondisi Pasien menurun atau ada perubahan mendadak, segera konsultasi ke
Dokter
 Jika terjadi Anafilaksis shock, tangani sesuai Protap Anafilaksis, kemudian baru
konsultasi
 Petugas jaga dilarang memberikan tindakan / terapi tanpa ijin Dokter, kecuali Dokter
tidak ada.
 Setiap melakukan tindakan / terapi / konsultasi, ditulis dalam Kartu Status dan Buku
Laporan Rawat Jaga
 Setiap penggantian Petugas Jaga, lakukan serah terima, meliputi: lapporan Pasien,
obat dan peralatan. Petugas tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum penggantinya
datang
 Penggunaan obat oral, topical, injeksi, infus dicatat di Buku Stok
 Pasien yang perlu pemeriksaan Laboratorium disiapkan oleh Petugas
 Pasien yang perlu tindakan Rehabilitasi dilaksanakan oleh Petugas sesuai jadual
 Petugas Jaga mengikuti visite yang dilakukan oleh Dokter
 Rujukan ke Rumah Sakit di Samarinda didampingi Petugas Jaga
 Permintaan pulang Pasien tidak perlu konsultasi Dokter, setelah menyelesaikan
urusan administrasi dan pembayaran
 Konsultasi Pasien harus melalui Petugas Jaga
 Pasien yang tidak dapat ditangani di Puskesmas atau memerlukan tindakan lebih
lanjut atau tindakan operatif, dirujuk ke Rumah Sakit di Samarinda, disertai Rujukan
dan tindakan sementara yang sudah dilakukan
 Penggunaan mobil Ambulance harus seijin Kepala Puskesmas dan dikenai tarif sesuai
Perda yang berlaku
 Setiap pembayaran diberikan tanda terima, dan dibuat 3 (tiga) rangkap, 1 lembar
untuk Penderita, 1 lembar untuk arsip Rawat inap dan 1 lembar untuk Bendaharawan
Rawat Inap
 Petugas senantiasa menjaga kebersihan dan kerapian, serta memberikan anjuran
kepada Pasien dan keluarganya agar ikut menjaga kebersihan
 Dokter dan Petugas tidak diperkenankan memungut tambahan biaya di luar ketentuan
 Dokter dan Petugas tidak diperkenankan menerima sesuatu dan melakukan deal-deal
dengan pihak manapun yang berujung pada pebengkakan biaya oleh penderita
 Dokter hendaknya membuat standarisasi obat sesuai keperluan minimal berdasarkan
indikasi medis dan memilih Apotik yang kredibel dalam pengadaan obat. Dalam
menentukan jenis obat hendaknya memertimbangkan daya jangkau penderita tanpa
mengurangi kualitas obat.
 Semua komponen Rawat Inap hendaknya bersikap ramah dengan Penderita dan
keluarganya, memberikan support serta mendidik penderita berkenaan dengan
penyakitnya.

Semoga Protap Umum ini memeberi manfaat kepada sesama. Amin

Copyright © 2005 Puskesmas Rawat Inap Palaran Samarinda

» ke daftar isi
Alur Pelayanan
November 5, 2006 pada 5:44 pm | Ditulis dalam ProTap | 1 Komentar

Alur Pelayanan

 Setiap Pasien, masuk melalui Unit Gawat Darurat untuk mendapatkan Pelayanan
Medis sebelum ke Ruang Perawatan
 Petugas UGD melaksanakan Pelayanan Medis sesuai Instruksi Medis Dokter atau
Prosedur Tetap Rawat Inap Puskesmas Palaran
 Petugas UGD membuat Registrasi dan mencacat di Lembar Status Penderita
 Petugas UGD mengantar Penderita ke Ruang Perawatan sesuai Kriteria
 Petugas UGD melakukan serah terima dengan Petugas Perawatan
 Penderita diperkenankan pulang setelah membayar biaya perawatan
 Setiap Penderita diberikan Kwitansi dan Catatan Medis pasca perawatan
 Apabila Penderita perlu dirujuk, maka Pasien dirujuk setelah mendapatkan tindakan
stabilisasi
 Apabila Penderita meninggal dunia, maka keluarganya diperkenankan membawa
jenazah setelah 2 jam dan membayar biaya perawatan

Bagan Alur Pelayanan

cak moki

» ke daftar isi
Protap Emergency
November 5, 2006 pada 5:22 pm | Ditulis dalam ProTap | Tinggalkan Komentar

Yang dimaksud Emergency, adalah kondisi atau penyakit yang memerlukan


penanganan khusus berdasarkan tingkat kedaruratan yang mengancam
keselamatan penderita. Pada dasarnya semua penderita dengan kondisi atau
penyakit apapun perlu mendapatkan penanganan yang cepat pada tahap awal
untuk kemudian dilakukan evaluasi dan penata laksanaan sesuai kondisi
penyakitnya.

 Syok Anafilaksis
 Trauma Capitis (Rudapaksa Kepala)
 Sesak Nafas (Dyspneu)
 Kejang
 Kolik Abdomen (Nyeri Perut / Abdominal Pain)
 Keracunan (Intoksikasi)
 Gagal Jantung (Decompensatio Cordis)

» ke daftar isi
Syok Anafilaksis
November 5, 2006 pada 5:02 pm | Ditulis dalam ProTap | 7 Komentar

Reaksi syok anafilaksis adalah terjadinya reaksi renjatan (syok) yang


memerlukan tindakan emergency karena bisa terjadi keadaan yang
gawat bahkan bisa menimbulkan kematian. Kalangan awam
menerjemahkan keracunan, padahal sesungguhnya adalah resiko dari tindakan medis atau
penyebab lain yang disebabkan faktor imunologi. Perlu diingat bahwa reaksi alergi tidak
semata ditentukan oleh jumlah alergen, namun pada kenyataannya setiap pemberian obat
tertentu (umumnya antibiotika secara parenteral) dilakukan test kulit untuk melihat ada
tidaknya reaksi alergi. Apakah tindakan ini hanya bersifat psikologis? Perlu kajian mendalam
dari kalangan medis dan publikasi kepada publik tentang reaksi alergi agar tidak
diterjemahkan sebagai “mal praktek“.

Dikatakan “medical error” apabila nyata-nyata seseorang yang mempunyai riwayat alergi
obat tertentu tetapi masih diberikan obat sejenis. Karena itu penting untuk memberikan
penjelasan dan cacatan kepada penderita yang mempunyai riwayat alergi, agar tidak terjadi
reaksi syok anafilaksis.
Berikut ini adalah penyebab, reaksi tubuh, derajat dan penatalaksanaan reaksi syok
anafilaksis.

Penyebab:

 Obat-obatan:
1. Protein: Serum heterolog, vaksin,ektrak alergen
2. Non Protein: Antibiotika,sulfonamid, anestesi lokal, salisilat.
 Makanan: Kacang-kacangan, mangga, jeruk, tomat, wijen, ikan laut, putih telor,
susu, coklat, zat pengawet.
 Lain-lain: Olah raga, berlari, sengatan (tawon, semut)

Reaksi Tubuh:

 Lokal: Urtikaria, angio-edema


 Sistemik:
1. Kulit/mukosa: konjungtivitis,rash,urtikaria
2. Saluran napas: edema laring, spasme bronkus
3. Kardiovaskuler: aritmia
4. Saluran cerna: mual, muntah, nyeri perut, diare

Derajat Alergi:

Ringan:
Rasa tidak enak, rasa penuh di mulut, hidung tersumbat, edema pre-orbita, kulit gatal, mata
berair.

Sedang:
Seperti di atas, ditambah bronkospasme

Berat (syok):
 Gelisah, kesadaran menurun
 Pucat, keringat banyak, acral dingin
 Jantung berdebar, nyeri dada, takikardi, takipneu
 Tekanan darah menurun, oliguri

Penatalaksanaan Reaksi Alergi:

Ringan:
Stop alergen, beri Antihistamin

Sedang:

 Seperti di atas di tambah: aminofilin atau inj. Adrenalin 1/1000 0,3 ml sc/im, dapat
diulang tiap 10-15 menit sampai sembuh, maksimal 3 kali.
 Amankan jalan nafas, Oksigenasi.

Berat:

 Seperti sedang ditambah: posisi terlentang, kaki di atas


 Infus NaCl 0,9% / D5%
 Hidrokortison 100 mg atau deksametason iv tiap 8 jam
 Bila gagal: beri difenhidramin HCl 60-80 mg iv secara pelan > 3 menit
 Jika alergen adalah suntikan, pasang manset di atas bekas suntikan (dilepas tiap 10-15
menit) dan beri adrenalin 0,1-0,5 ml im pada bekas suntikan
 Awasi tensi, nadi, suhu tiap 30 menit
 Setelah semua upaya dilakukan, jika dalam 1 jam tidak ada perbaikan rujuk ke RSUD.

» ke daftar isi
Trauma Capitis
November 5, 2006 pada 4:50 pm | Ditulis dalam ProTap | 2 Komentar

Penatalaksanaan:

Anamnesa

 Pingsan apa tidak? Jika pingsan -> berapa lama? jika > 10 menit ->
rujuk ke RSUD
 Apakah disertai mual, pusing/sakit kepala, muntah/tidak

Bila pasien tidak sadar

 Perbaiki posisi dengan mengangkat dagu


 Membuang benda-benda asing atau melepas gigi palsu
 Hisap lendir

Pemeriksaan:

 Tensi, nadi, pernafasan. Jika tensi menurun -> infus RL


 Periksa trauma tulang belakang : bila ada tanda kelumpuhan ekstremitas -> rujuk ke
RSUD
 Tentukan nilai derajat kesadaran, periksa pupil:
1. Isokor / anisocor dan bila midriasis > 1 mm -> rujuk ke RSUD.
2. Reflek cahaya langsung / tidak langsung. Jika negatif -> rujuk ke RSUD
 Periksa ekstremitas : jika ada tanda fraktur/kelumpuhan -> rujuk ke RSUD

Perawatan rawat inap di Puskesmas:

 Istirahat baring tanpa bantal selama dalam perawatan


 Awasi tensi, nadi, pernafasan, suhu setiap 30 menit
 Infus D10% (kalau ada kecurigaan oedem otak). Jika KU lemah selang-seling dengan
RL.
 Pengobatan : Analgesik k/p, Diazepam (bila gelisah), Dimenhidrinat (bila muntah),
Antibiotika (bila ada luka).

Perawatan di rumah

Melanjutkan istirahat baring tanpa bantal selama 1-2 minggu dan oabat-obat diteruskan
sesuai kebutuhan.

Penilaian Derajat Kesadaran (Ditentukan oleh 3 variabel)

Pembukaan Mata:

 Spontan: nilai=4
 Dengan perintah verbal: nilai=3
 Rangsang sakit: nilai=2
 Tanpa reaksi: nilai=1
Respon Motorik:

 Mengikuti perintah: nilai=6


 Melokalisasi sakit: nilai=5
 Gerakan fleksi: nilai=4
 Fleksi abnormal: nilai=3
 Ekstensi abnormal: nilai=2
 Tanpa reaksi: nilai=1

Respon Verbal:

 Orientasi baik: nilai=5


 Disorientasi: nilai=4
 Kata-kata jelas: nilai=3
 Suara tidak berarti: nilai=2
 Tanpa reaksi: nilai=1

Catatan:
Dari masing-masing variabel hanya diambil nilai teringgi saja, kemudian dijumlahkan.

Bila jumlah nilai derajat kesadaran:

 Nilai 14-15 -> pasien rawat jalan


 Nilai 10-13 -> pasien rawat inap
 Nilai < 10 -> rujuk ke RSUD

» ke daftar isi
Sesak Nafas (Dyspneu)
November 5, 2006 pada 4:35 pm | Ditulis dalam ProTap | 60 Komentar

Penyebab:

 Bebagai penyakit yang memerlukan penanganan cepat


 Jika diagnosis dan terapi lerlambat -> fatal
 Penatalaksanaan, anamnesis, pemeriksaan jasmani yang seksama -> memegang
peranan sangat penting.

Penyakit-penyakit penyebab Sesak Napas:

 Alergi: Asma Bronkiale


 Kardiologi: Payah Jantung
 Pulmonologi: Efusi pleura masif, Pneumonia, Pneumothoraks, Penyakit Paru
Obstruksi Menahun (PPOM)
 Penyakit dalam: Gastritis, Esofagitis
 Psikiatri: Kesakitan atau ketegangan

Yang Harus Ditanyakan pada Anamnesa:

 Sejak Kapan: Baru saja ? Sudah lama dan kambuh-kambuhan ? Tiba-tiba atau
Perlahan-lahan?
 Apakah timbul sesudah kegiatan fisik berat?
 Apakah timbul bila berjalan jauh atau naik tangga?
 Apakah disertai batuk-batuk?
 Apakah disertai sputum : banyak? Berbuih? Mengandung darah?
 Apakah disertai nyeri dada kiri?

Asma Bronkiale
Anamnesa:

 Sering kambuh pada saat-saat tertentu (menjelang pagi, udara dingin, banyak debu,
dll)
 Nafas berbunyi, disertai/ tanpa sputum
 Kadang ada riwayat alergi (makanan tertentu, Obat, dll)
 Ada riwayat alergi/ sesak pada keluarga lain yang sedarah
 Kadang dicetuskan oleh stres.

Payah Jantung (Decompensatio Cordis)


Anamnesa:

 Timbul setelah aktivitas fisik berat (jalan jauh, naik tangga, dll) dan berkurang dengan
istirahat
 Lebih enak berbaring dengan bantal tinggi.
Efusi Pleura, Pneumonia, Pneumothorax, Penyakit Paru Obstruktif Menahun
Anamnesa:

Sesak napas terus-menerus dan berkepanjangan

Gastritis (Dispepsia)

Sesak nafas di hulu hati, sesaknya berhubungan dengan kecemasan, makanan, misalnya
sesudah makan makanan yang merangsang (pedas, kecut, kopi, dll)

Penatalaksanaan Umum Sesak Napas:

 Diagnosis Pasti : anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thorak,EKG.


 Berikan O2 2-4 liter/ menit tergantung derajat sesaknya (secara intermiten)
 Infus D5% 8 tetes/menit, jika bukan payah jantung -> tetesan dapat lebih cepat
 Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi -> usahakan yang paling
enak buat pasien. Bila syok -> Posisi kepala jangan tinggi.
 Cari penyebab -> tindakan selanjutnya tergantung penyebab.

Perhatian :

 Pada panyah jantung -> jangan beri infus NaCl, dan tetesan harus pelan sekali -> agar
tidak makin memberatkan beban jantung
 Pada (riwayat) sakit dada -> jangan injeksi adrenalin -> fatal
 Pada PPOM, jika diperlukan O2 -> aliran kecil : 1-2 liter/ menit -> dapat terjadi
Apnea.

Pengobatan Spesifik:

Penatalaksanaan secara spesifik dilanjutkan sesuai dengan kausa nya.

» ke daftar isi
Kejang Demam
November 5, 2006 pada 3:36 pm | Ditulis dalam ProTap | 12 Komentar

Definisi:

Kejang Demam ialah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang
disebabkan oleh proses ekstrakranial.

Pembagian:

1. Kejang Demam Sederhana (KDS)


2. Kejang Demam Komplikata

Kejang Demam Sederhana


Penyebab:
OMP, Bronkopneumonia, Tonsilofaringitis akut, GE,dll.
Gejala dan Tanda:

 Umur 6 bulan – 4 tahun


 Lama kejang < 15 menit
 Kejang bersifat umum
 Kejang terjadi dalam 16 jam sesudah terjadi kenaikan suhu tubuh
 Frekuensi < 4 x/ tahun
 Gambaran EEG normal (diperiksa sedikitnya 1 minggu setelah kejang)

Penatalaksanaan:

Pertolongan Pertama:

 Bebaskan jalan Nafas


 Letakan karet antara kedua rahang supaya lidah tidak tergigit
 Monggarkan pakaian
 Tempatkan perderita sedemikian rupa supaya tidak cedera.
 Memberantas kejang secepatnya:
1. Beri Diazepam (Valium) iv pelan-pelan (dalam 2-3 menit) dengan dosis:
 BB < 10 kg:0,5 mg/ kg BB minimal 2,5 mg atau Stesolid suppos. 5 mg
 BB > 10 kg;0,5 mg/ kg BB minimal 7,5 mg atau stesolid suppos. 10
mg
 Bila dalam 20 menit tidak berhenti dapat diulangi dengan dosis yang
sama dan bila dalam 20 menit tidak juga berhenti -> ulangi dengan
dosis yang sama tetapi im.
2. Jika tidak ada Diazepam dapat diberikan Fenobarbital (Luminal) im/iv dengan
dosis : Usia < 1 tahun: 50 mg -> dalam 15 menit tidak berhenti -> ulangi
dengan dosis 30 mg.
 Usia > 1 tahun: 75 mg -> dalam 15 menit tidak berhenti -> ulangi
dengan dosis 50 mg.
 Turunkan panas dengan kompres air/ es, dan beri parasetamol 10 mg/
kg BB/ dosis.
 Cari penyebab: beri Diazepam dan parasetamol untuk penyakit-
penyakit yang disertai demam.

Kejang Demam Komplikata


Penyebab:

Meningitis, Ensefalitis, Abses Otak.

Gejala dan Tanda:

Di luar kriteria KDS

Pencegahan:

Beri fenobarbital (Luminal) 5-7 mg/kg/24 jam dibagi dalam 3 dosis, diberikan sampai 2 tahun
bebas kejang atau sampai usia 6 tahun.

Kejang Tanpa Demam

Definisi:

Kejang tanpa demam adalah bangkitan kejang yang terjadi tanpa disertai kenaikan suhu
tubuh, dapat bersifat klonik maupun tonis. Umumnya karena proses intrakranial yang
merupakan kelanjutan kejang demam komplikata, misalnya terjadi epilepsi.

Penatalaksanaan:

Sama dengan Kejang Demam Komplikata, tetapi tanpa penurun panas.

Kejang Pada Dewasa

Prinsip penatalaksanaan sama dengan anak, hanya berbeda dosis, yaitu :


Dizepam 1- 20 mg iv pelan-pelan, 30 menit tidak berhenti ulangi dengan dosis sama, dapat
sampai 3 kali. Bila tidak ada Diazepam, dapat diberikan Luminal 100 mg im, dapat diulang 3
kali.
Jika usaha tersebut tidak menolong dan terjadi status konvulsi -> rujuk dengan infus D10%
terpasang didampingi seorang paramedis.

» ke daftar isi
Kolik Abdomen
November 5, 2006 pada 3:22 pm | Ditulis dalam ProTap | 7 Komentar

Diagnosa Banding

1. Kanan Atas:
o Kolesistitis akut
o Pankreasitis akut
o Perforasi tukak peptik
o Hepatitis akut
o Abses hati
o Kongestif hepatomegali akut
o Pneumonia dengan reaksi pleura
2. Kiri Atas:
o Perforasi lambung
o Pankreasitis akut
o Perforasi kolon
o Pneumonia dengan reaksi pleura
o Infark Miokard
o Pielonefritis akut
3. Peri Umbilikal:
o Obstruksi
o Apendiksitis
o Pankreasitis akut
o Hernia strangulasi
o Divertikulitis
4. Kanan Bawah:
o Apendiksitis
o Adneksitis
o Endometriosis
o KET (kehamilan ektopik terganggu
o Divertikulitis
o Perforasi caecum
o Batu ureter
o Hernia
o Abses psoas
5. Kiri Bawah:
o Divertikulitis
o Adneksitis / Endometriosis
o Perforasi kolon / sigmoid
o Batu ureter
o Hernia
o Abses psoas

Penatalaksanaan
Anamnesa

 Bagaimana sifat nyeri


 Lokasi nyeri: menyebar / tidak ? Bagaimana menyebarnya?
 Apakah disertai mutah? Disertai demam?
 Apakah disertai sesak nafas?
 Apakah disertai debar-debar?
 Adakah tanda-tanda kehamilan (untuk KET)
 Adakah riwayat gastritis/dispepsia?
 Bagaimana BAK, dan bagaimana BAB? Apakah bisa kentut?

Pemeriksaan

 Tensi, nadi, pernafasan, suhu


 Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri, adakah nyeri tekan / nyeri lepas ? Adakah
pembesaran hati, apakah teraba massa?
 Pemeriksaan rektal : lokasi nyeri pada jam berapa, adakah faeces, adakah darah?
 Laboratorium : Leukosit dan Hb

Tindakan

 Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1


 Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
 Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ; jika
kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau penyebab tidak
jelas
 Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit
 Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
 Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3 cc
atau Deksametason 2 amp
 Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD

Penatalaksanaan selanjutnya, berdasarkan spesifikasi penyakitnya.

» ke daftar isi
Keracunan (intoksikasi)
November 5, 2006 pada 3:06 pm | Ditulis dalam ProTap | 2 Komentar

Penatalaksanaan Umum:
Secara garis besar, penatalaksanaan keracunan adalah mencegah /
menghentikan Penyerapan Racun. Berdasarkan tempat masuknya, maka
perawatan awal adalah sebagai berikut:

Racun melalui mulut:

 Norit 2 sendok takar + 1 gelas air teh pekat + 1 sendok takar antasida
 Rangsang muntah: rangsang dinding faring dengan jari yang telah dibersihkan.
 Perhatian: rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif dan
penderita dengan gangguan kesadaran
 Pencahar dengan Na Sulfat atau klisma dengan air sabun per-rektal

Racun melalui kulit / mata:

 Pakaian yang terkena dilepas


 Bilas kulit dengan air sabun

Racun Inhalasi:

Pindahkan penderita ke tempat yang aman, dan lakukan nafas buatan dengan ambubag.

Penatalaksanaan Spesifik dan Antidotum:

Sesuai dengan jenis masing-masing racun/toksin.

Alkohol

 Gejala: Emosi labil, kulit merah, muntah, depresi pernafasan, stupor,koma


 Tindakan:
1. Emesis, bilas lambung
2. Infus glukosa

Amidopirin (Antalgin)

 Gejala: Edema angionerotika dan kelainan kulit, gelisah


 Tindakan:
1. Antihistamin
2. Epinefrin 0,3 ml sc
3. Kortikosreroid parenteral dan atau oral

Sabun dan detergen rumah tangga

 Gejala: Muntah, diare


 Tindakan:
1. Emesis
2. Bilas lambung (kalau tertelan banyak)

Insektisida (DDT, Endrin, Chlordane)

 Gejala: Muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, sesak nafas, koma
 Tindakan:
1. Bilas lambung -> Pencahar
2. Kalsium glukonat 10% 10 ml iv lambat
3. Jika kondisi jelek, rujuk ke RS

» ke daftar isi
Gagal Jantung (Decompensatio Cordis)
November 5, 2006 pada 2:42 pm | Ditulis dalam ProTap | 4 Komentar

Kriteria diagnostik

 Sesak nafas setelah aktivitas


 Oedem / Oedem anasarka
 Ada bising jantung ( mur-mur) dan gangguan irama jantung
 Ada oedem paru ( ronchi basah )
 Ada pembesaran hepar.

Perawatan

 Diberi oksigenasi, bila sesak sekali: 1 L/menit


 Pasang infus D5% tetesan maintanance
 Beri furosemide (lasix) injeksi iv/im 40 mg per hari
 Beri KCI per kolf ( 1 kali per hari)
 Beri alinamin F injeksi 1 amp. 1 kali per hari untuk supplement
 Terapi oral : Digoxin 2 x 1 tab
 Roborantia
 Diet : TKTP, bedrest total
 Foto thorax
 Jika tiga hari tidak ada perbaikan (rujuk ke RSUD)
 Awasi KU, tensi, nadi, respirasi
 Awasi volume cairan urine yang keluar selama 24 jam.

Lebih jauh tentang Penatalaksanaan Gagal Jantung, silahkan download kardiovaskuler dalam
format flash swf. Klik kanan download lalu pilih Save Target As …

» ke daftar isi
Protap Perawatan Penyakit
November 5, 2006 pada 1:39 pm | Ditulis dalam ProTap | Tinggalkan Komentar

Pada Protap Penyakit ini, untuk sementara kami tampilkan beberapa


Penyakit Terbanyak dan penyakit-penyakit yang masih memungkinkan
dirawat di Puskesmas Perawatan khususnya di Puskesmas Palaran
Samarinda.
Adapun beberapa penyakit yang memerlukan penanganan spesifik telah kami buat secara
terpisah dalam format Flash, eBook, pdf dan Help File.

 Gastro Enteritis (GE)


 Demam Tifoid (Typhus Abdominalis)
 Malaria
 Demam Berdarah Dengue (DBD)
 Luka Bakar (Combustio)
 Perawatan Luka (Vulnus)
 Hipertensi
 Nephrotic Syndrome (Sindroma Nefrotik)

Perlu diingat bahwa Protap ini hanyalah ringkasan yang lebih banyak aspek perawatannya,
sedangkan penjelasan tentang Patofisiologi, Etiologi, Prognosa dan Komplikasi, rencananya
kami kemas dalam format Flash dan eBook, yang insya Allah siap tayang online melalui
Blog Puskesmas Palaran atau Personal Blog.

salam
lia – cakmoki

» ke daftar isi
Gastro Enteritis (GE)
November 5, 2006 pada 5:35 am | Ditulis dalam ProTap | 5 Komentar

Gejala dan tanda umum

Diare dan mutah dapat mengakibatkan pengeluaran cairan dan elektrolit dalam jumlah
banyak, yang dapat berakibat:

 Syok hipovolemik
 Kekurangan elektrolit
 Kegagalan ginjal mendadak
 Asidosis metabolik, disebabkan:
1. Pengeluaran ion bicarbonat dalam jumlah besar
2. Akibat kegagalan ginjal mendadak
3. Pembakaran energi secara anaerobik

Penggolongan GE

GE pada Dewasa
Dehidrasi Ringan: (kehilangan cairan: 40-50 ml/kg BB)
Gejala klinis:

 Keadaan umum: Haus, sadar, gelisah


 Nadi, respirasi, tekanan darah, turgor, mata, urine: Normal. Mukosa: basah

Dehidrasi Sedang: (kehilangan cairan: 60-90 ml/kg BB)


Gejala klinis:

 Keadaan umum: Haus dan gelisah


 Nadi: cepat dan kecil, respirasi: agak cepat, tekanan darah: normal/turun, turgor:
kurang, mata: cekung, mukosa: kering, urinasi: kurang

Dehidrasi Berat: (kehilangan cairan: 100-120 ml/kg BB)


Gejala klinis:

 Keadaan umum: ngantuk, lemah, koma


 Nadi: tidak teraba, respirasi: cepat dan dalam, tekanan darah: <80 mmHg/tak terukur,
turgor: kurang sekali, mata: cekung sekali, mukosa: kering sekali, urinasi: tidak ada

Penyebab :

 GE coliform (diare, mutah, tanpa mules, tanpa tinismus) -> sering dehidrasi berat, R/
tetrasiklin 4×500 mg 3 hari)
 GE desentriform (kolik,,diare,tenemus,lendir,darah) -> jarang dehidrasi:
1. Entamuba histolitika : R/ Metronidazol 3x500mg (5 hari) dengan tetrasiklin
4X250 mg (10 hari)/LI>
2. Shigella atau Salmonela : R/ Chloramphenicol 4 x 500 mg (7-14 hari)
 GE tidak spesifik, tidak memerlukan antibiotik (kasus terbanyak)
Penatalaksanaan:
Prinsip Perawatan:

 Mengganti cairan dan eletrolit yang hilang


 Mengenal dan mengatasi komplikasi
 Memberantas penyebab

Urutan tindakan:

 Menentukan derajat dehidrasi


 Pemberian cairan peroral (oralit, LGG) dan perinfus (RL)
 Pemberian terapi sesuai penyebab (seperti di atas)

GE pada Bayi dan Anak


Dehidrasi Ringan: Kekurangan cairan 0-5% (25 ml/Kg BB)
Gejala Klinis:

 Kesadaran: compus mentis


 Nadi: 120 x/menit
 Pernapasan: normal
 Ubun-ubun besar: agak cekung
 Mata: agak cekung
 Turgor dan tonus: normal

Dehidrasi Sedang: Kekurangan cairan 5-10% (75 ml/Kg BB)


Gejala Klinis:

 Kesadaran: gelisah
 Nadi: 120-130 x/menit
 Pernapasan: agak cepat
 Ubun-ubun besar: cekung
 Mata: cekung
 Turgor dan tonus: agak kurang

Dehidrasi Berat: Kekurangan cairan > 10% (125 ml/Kg BB)


Gejala Klinis:

 Kesadaran: apatis, koma


 Nadi: > 140 x/menit
 Pernapasan: kusmaull
 Ubun-ubun besar: cekung sekali
 Mata: cekung sekali
 Turgor dan tonus: kurang sekali

Penatalaksanaan : adalah mengatasi dehidrasi


Dehirasi ringan, sedang:

 Oralit, LGG (dengan sendok, bukan dengan botol) walau mutah -> teruskan
 ASI diteruskan
 Kalau muntah terus menerus -> infus RL
Dehidrasi berat:

 Rawat inap -> infus RL


 Pada umumnya GE pada anak/banyi disebabkan oleh rotavirus tidak perlu antibiotika,
kecuali jelas ada tanda-tanda infeksi bakteri (persentase kecil)
 Kalau kembung KCl peroral 75 mg/kg BB/hari (bila kembungnya sebelum diare ->
curigai Ileus)
 Refeeding : bersamaan dengan rehidrasi (tidak perlu menunggu 24 jam)
 Kalau curiga Kolera (BAB seperti air cucian beras, presyok/syok): -> Infus RL:
1. 1 jam pertama tetesan 10 x BB tetes/menit: bila 1 jam teratasi lanjutkan
sampai 2-3 jam, bila 1 jam belum teratasi teruskan sampai teratasi
2. 7 jam berikutnya tetesan 3 X BB tetes/menit
3. Tetrasiklin 30-50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis

Lebih jauh tentang Rehidrasi GE, silahkan download formula rehidrasi dalam format flash
swf. Klik kanan download, lalu pilih Save Target As …

» ke daftar isi

Link terkait:
» unicef
» WHO
Demam Tifoid (Typhus Abdominalis)
November 5, 2006 pada 5:29 am | Ditulis dalam ProTap | 16 Komentar

Definisi :
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.

Gejala dan Tanda:

 Demam > 7 hari, terutama pada malam hari, dan tidak spesifik
 Gangguan saluran pencernaan: nyeri perut, sembelit/diare, muntah
 Dapat ditemukan: lidah kotor, splenomegali, hepatomegali
 Gangguan kesadaran : iritabel-delirium, apati sampai semi-koma
 Bradikardi relatif, Rose-spots, epistaksis (jarang ditemukan)
 Laboratorium : titer Widal 1/200 atau lebih atau 1/320 pada pemeriksaan ulangan dan
klinis. Diagnosa pasti dengan kultur. Titer aglutinin bisa tetap positip setelah
beberapa minggu, bulan bahkan tahun, walau penderita sudah sehat. Kadang
leukositosis, kadang leukopeni

Penatalaksanaan :

 Bet rest total (tirah baring absolut) sampai minimal 7 hari bebas panas atau selama 14
hari, lalu mobilisasi secara bertahap -> duduk -> berdiri -> jalan pada 7 hari bebas
panas
 Diet tetap makan nasi, tinggi kalori dan protein (rendah serat) -> lihat Buku Ajar
Penyakit Dalam jilid 1, edisi 3 cetakan ke 7, halaman 439, PAPDI, tahun 2004
 Medikamentosa:
1. Antipiretik (Parasetamol setiap 4-6 jam)
2. Roborantia (Becom-C, dll)
3. Antibiotika:
o Kloramfenikol, Thiamfenikol : 4×500 mg, jika sampai 7 hari panas tidak turun
(obat diganti)
o Amoksilin/ampisilin : 1 gr/6 jam selama fase demam. Bila demam turun ->
750 mg/6 jam sampai 7 hari bebas panas
o Kotrimoksasol : 2 X 960 mg Selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas panas.
Jika terjadi leukopeni (obat diganti)
o Golongan sefalospurin generasi III (mahal)
o Golongan quinolon (bila ada MDR)

Catatan:

Kortikosterroid: khusus untuk penderita yang sangat toksik (panas tinggi tidak turun-turun,
kesadaran menurun dan gelisah/sepsis):

 Hari ke 1: Kortison 3 X 100 mg im atau Prednison 3 X 10 mg oral


 Hari ke 2: Kortison 2 X 100 mg im atau Prednison 2 X 10 mg oral
 Hari ke 3: Kortison 3 X 50 mg im atau Prednison 3 X 5 mg oral
 Hari ke 4: Kortison 2 X 50 mg im atau Prednison 2 X 5 mg oral
 Hari ke 5: Kortison 1 X 50 mg im atau Prednison 1 X 5 mg oral
Pada Anak :

 Klorampenikol : 50-100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas /
minimal 14 hari. Pada bayi < 2 minggu : 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis. Bila dalam
4 hari panas tidak turun obat dapat diganti dengan antibiotika lain (lihat di bawah)
 Kotrimoksasol : 8-20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas /
minimal 10 hari
 Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Kloramfenikol diterapi dengan
Ampisilin 100 mg/ kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis
 Bila dengan upaya-upaya tersebut panas tidak turun juga, rujuk ke RSUD

Perhatian :

 Jangan mudah memberi golongan quinolon, bila dengan obat lain masih bisa diatasi
(baca ulasan penulis dalam: Booming Cyprofloxacin)
 Jangan mudah memberi Kloramfenikol bagi kasus demam yang belum pasti Demam
Tifoid, mengingat komplikasi Agranulositotis
 Tidak semua demam dengan leukopeni adalah Demam Tifoid
 Demam < 7 hari tanpa leukositosis pada umumnya adalah infeksi virus, jangan beri
kloramfenikol

Lebih jauh tentang Tifoid, silahkan download Mengenal Typhus dalam format flash swf. Klik
kanan download lalu pilih Save Target As …

» ke daftar isi
Malaria
November 5, 2006 pada 4:33 am | Ditulis dalam ProTap | 3 Komentar

Definisi:
Malaria adalah infeksi Protozoa (Plasmodium), yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles.

Etiologi (Penyebab):

 Plasmodium vivax
 Plasmodium malariae
 Plasmodium falcifarum
 Plasmodium ovale

Perjalanan penyakit:

 Demam terjadi saat sporulasi dan destruksi eritrosit -> keluar zat pirogen -> demam
 Anemia karena sporulasi dan destruksi Eritrosit
 Terjadi Aglutinasi Erytrosit intravaskuler
 Anoksia sel karena anemia dan aglutinasi
 Hepatospleenomegali karena hypertrofi RES
 Ikterus krn hemolisis eritrosit intravaskuler
 Anemia Malaria oleh P. falsifarum lebih hebat daripada lain

Gejala klinis:

 Masa tunas antara 10-14 hari


 Fase prodormal: menggigil, demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksi, lelah
 Gejala khas: serangan berulang paroksismal, menggigil-demam-berkeringat-
rekonvalesen
 Ikterus, Anemia, Hepatomegali, Spleenomegali, Hipotensi postural, Urobilinuria
 Plasmodium vivax: demam tiap hari ke 3
 Plasmodium falsifarum: demam kurang 48 jam
 Plasmodium malariae: demam tiap 72 jam

Penatalaksanaan:

 Tirah baring
 Infus Cairan dengan tetesan pemeliharaan (kecuali ada tanda dehidrasi)
 Medikamentosa:
1. Sulfadoksin pirimetamin 3 tab (dosis tunggal)
2. Kloroquin: Hari I – II 600 mg ds tunggal dan hari III 300 mg dosis tunggal
3. Primaquin: 15 mg selama 3 hari ( P. vivax, ovale dan malariae selama 5 hari)
4. Roborantia bila perlu
 Bila ada penyulit, atasi penyakit penyulit sesuai jenis penyakitnya
 Malaria oleh P.falsifarum berat: obat seperti di atas, ditambah:
1. Rehidrasi
2. Antikonvusi
3. Transfusi atau Dialisis
4. Plasma expander, bila berat: Rujuk

Links terkait:
» emedicine
» WHO

» ke daftar isi
Demam Berdarah Dengue (DBD)
November 5, 2006 pada 3:25 am | Ditulis dalam ProTap | 5 Komentar

Definisi:
DBD adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe I-IV,
disertai demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok: angka
kematian cukup tinggi.

Gejala dan tanda :

 Derajat 1: panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas, RL (+)


 Derajat 2: seperti derajat I + perdarahan spontan (petekie, ekimosa, epistaksis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi, uterus, telinga, dll)
 Derajat 3: ada gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 /
menit), tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), tekanan darah menurun dapat mencapai 0
 Derajat4: nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung > 140 / menit,
acral dingin, berkeringat, kulit biru

Gejala Lain :

 Hati membesar, nyeri spontan dan pada perabaan


 Asites
 Cairan dalam roga pleura (kanan)
 Ensepalopati: kejang, gelisah, sopor, koma

Prinsip penatalaksanaan :

 Memperbaiki keadaan umum


 Mencegah keadaan yang lebih parah
 Memperbaiki syok dan perdarahan (pen: rehidrasi sampai hari ke 7, namun hati-hati
pada hari ke 6 dapat terjadi arus balik cairan intersitiel ke pembuluh darah)

Penatalaksanaan :

Penderita Rawat Jalan:

 Minum susu / Oralit / LGG sampai air kencing cukup banyak


 Pesankan pada penderita : bila lemah, gelisah, kaki tangan dingin -> segera ke
puskesmas
 Kontrol tiap hari terutama hari ke 4 atau 5 -> anamnesis, pemeriksaan fisik,
Hematokrit

Penderita Rawat Inap:

Tanpa syok:

 Minum susu/oralit/LGG sebanyak-banyaknya


 Bila mutah / sakit perut ( infus RL dengan tetesan pemeliharaan
 Antipiretik bila perlu (jangan beri aspirin/salisilat)
 Antibiotika hanya diberikan jika ada infeksi sekunder

Dengan syok:

 Infus RL 20 ml kg BB, evaluasi tiap 15 menit pada jam pertama


 Oksigenasi bila perlu
 Dexametason 2-5 mg/kg BB tiap 4-6 jam sampai keadaan stabil
 Bila dalam 30 menit pertama nadi dantensi belum ada perbaikan -> rujuk keRSUD
disertai oksigenasi
 Antipiretik dan antibiotik sama dengan yang tanpa syok

Lebih jauh tentang Rehidrasi DBD, silahkan download formula rehidrasi dalam format flash
swf. Klik kanan download, lalu pilih Save Target As …

» ke daftar isi
Luka Bakar
November 5, 2006 pada 2:54 am | Ditulis dalam ProTap | 21 Komentar

Definisi :
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik, dll) atau zat-
zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).

Tindakan Terpenting :

 Segera menghentikan paparan panas


 Mencegah meluas dan mendalamnya kerusakan jaringan kulit
 Mencegah dan mengatasi infeksi
 Mencegah kontraktur dan perlengketan jari tangan/kaki
 Segera tentukan diagnosis dengan mencantumkan derajat dan berat luka bakar

Derajat Luka Bakar


(berdasarkan kedalamanlapisan kulit yang terkena)

 Derajat 1: mengenai lapisan luar epidermis, kulit merah, sedikit oedem, dan nyeri
 Derajat 2: mengenai epidermis dan sebagian dermis, terbentuk bulla,sedikit
oedem,nyeri berat. Bila bulla pecah tampak agak kemerahan
 Derajat 3: mengenai seluruh lapisan kulit, lesi pucat, warna kecoklatan dengan
permukaan lebih rendah dari bagian yang tidak terbakar

Beratnya Luka Bakar


(berdasar derajat dan luasnya kulit yang terkena)

 Ringan: luka bakar derajat I atau derajat I atau derajat II seluas < 15% atau derajat II
seluas < 2%
 Sedang: luka bakar derajat II seluas 10-15% atau derajat II seluas 5-10%
 Berat: luka bakar derajat II seluas > 20% atau derajat III seluas > 10% atau mengenai
wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan
tinggi (> 1000 V) atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan jaringan
lunak/gangguan jalan nafas

Perhitungan Luasnya Luka Bakar


Anak-anak (dihitung menurut rumus Lund dan Browder : dalam %), sedangkan dewasa
(dihitung menurut rumus Rule of Nine)
Pertolongan Pertama (di tempat kejadian):

 Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplay) Oksigen dengan menutup tubuh
penderita dengan selimut, handuk, seprai, karung, dll
 Perhatikan Keadaan Umum penderita
 Pendinginan:
1. Buka pakaian penderita
2. Rendam dalam air atau air mengalir 20 – 30 menit, derah wajah dikompres air
3. Yang disebabkan zat kimia: selain air dapat dapat digunakan NaCI (untuk zat
korosif) atau gliserin (untuk fenol)
 Mencegah infeksi:
1. Luka ditutup dengan perban/ kain kering bersih yang tidak dapat melekat pada
luka
2. Penderita ditutup kain bersih
3. Jangan beri zat yang tidak larut dalam air seperti: mentega, menyak, kecap,
pasta gigi,telor, dll
4. Rujuk ke Puskesmas

Perhatian:
pendinginan tidak ada gunanya jika luka bakar > 1 Jam.

Penatalaksanaan:
Menurut derajat Luka Bakar

 Derajat 1: cuci dengan larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah
muka, genital rawat inap
 Derajat 2: inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksoid (TT) 1 ml im
 Derajat 2 tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa
steril, beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu
 Derajat 3: rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Menurut Beratnya Luka Bakar

 Ringan tanpa komplikasi: berobat jalan


 Sedang: sebaiknya rawat inap untuk observasi
 Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Indikasi Rawat Inap

 Luka bakar didaerah wajah dan leher


 Luka bakar di daerah tangan
 Luka bakar di daerah mata
 Inhalasi

» ke daftar isi
Perawatan Luka
November 5, 2006 pada 2:45 am | Ditulis dalam ProTap | 3 Komentar

Penatalaksanaan

 Antisepsis sekitar luka


1. Cuci dengan betadine
2. Pada fraktur terbuka : cuci dengan NaCl 0,9%
 Antisepsis luka
1. Untuk luka kotor : cuci dengan H2O2 (perhidrol) kemudian NaCl 0,9%
2. Untuk fraktur terbuka : cuci dengan NaCI 0,9%
3. Untuk luka bersih : cuci
4. Selanjutnya beri betadine -> untuk semua jenis luka
 Hecthing (Jahit) kalau memang diperlukan

Perhatikan :

luka dengan fraktur/ruptur tendon jangan dijahit, tetapi dicuci dengan NaCl 0,9% -> tutup
dengan kasa steril, bila ada perdarahan -> ditampon / verban -> rujuk ke RSUD.

Pengobatan

 Bila luka kotor/lebar/dalam beri ATS 1.500 IU (tes dulu) atau TT 0,5 ml
 Inj. PP (tes dulu) atau inj Ampisilin 4x500mg-1gr per hari
 Amoksisilin 3-4×500 mg
 Analgesik -> jika perlu

Catatan Penting

 Luka lecet cukup diolesi betadine tanpa ditutup, tanpa ATS, tanpa AB
 Luka kecil yang hanya membutuhkan 1 jahitan boleh tanpa anestesi
 Anestesi lokal diberikan sebelum luka dibersihkan, untuk mengurangi rasa sakit
 Luka pada kepala, cukur dulu sekitar luka sebelum dijahit. Jahitan pada kepala dapat
diangkat pada hari kelima atau kurang
 Luka yang cukup dalam harus dijahit berlapis, bagian dalam memakai cut gat dan
bagian luar memakai silk
 Luka yang cukup panjang, jahitan sebaiknya mulai dari tengah
 Luka berbentuk V, sudut dasar V dijahit terdahulu
 Luka yang banyak mengeluarkan darah, terlebih dahulu klem dan jahit yang rapat
pada sumber darah. Jika darah berhenti -> jahitan dilanjutkan.
 Setelah selesai dijahit ternyata masih merembes -> bongkar -> Jahit ulang -> bekas
jahitan didep agak kuat. Jika masih merembes -> rujuk ke RSUD
 Pada kondisi terputusnya pembuluh darah besar -> klem/dep/ tampon yang kuat
dengan kasa steril -> rujuk ke RSUD dengan infus terpasang
 Selesai menjahit, dengan pinset sirurgi tepi kulit dibuat ektropion (membuka keluar)
 Kontrol sebaiknya pada hari 3-4 setelah dijahit -> angkat jahitan pada hari ke 6-7
 Pada luka yang terlalu panjang atau terjadi infeksi -> jahitan diangkat selang-seling
(tidak sekaligus)
 Pada waktu mengangkat jahitan, benang yang dipotong yaitu pada ujung yang
berlawanan dengan simpul (untuk menghindari benang bagian luar ikut menyusup ke
dalam)
 Kalau pada jahitan terdapat PUS -> buka -> bersihkan, kompres dengan Revanol 2
kali sehari
 Tidak semua luka perlu ATS -> lihat kriteria di atas
Hipertensi
November 5, 2006 pada 2:17 am | Ditulis dalam ProTap | 4 Komentar

Kasus hipertensi pada seseorang cenderung meningkat seiring dengan


meningkatnya umur, demikian pula angka kematian dan kesakitan kasus
kardiovaskuler juga cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya
tekanan darah sistolik dan diastolik.

Klasifikasi pengukuran tekanan darah

(The sixth report of Joint National Committee on detection, education and treatment of high
blood pressure (JNC VI). Arc Intern Med 1997)

Klasifikasi Sistolik Diastolik Tindak lanjut


Normal < 130 mmHg < 85 mmHg Kontrol dalam 2 tahun
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-90 mmHg Kontrol dalam 1 tahun
Hipertensi Ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg Kontrol dalam 2 bulan
Hipertensi Sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg Kontrol dalam 1 bulan
Hipertensi Berat > 180 mmHg > 110 mmHg Kontrol dalam 1 minggu atau dirawat

Penatalaksanaan :

Terapi Tanpa Obat :

 Untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat
 Diet rendah garam 5 gr / hari dan rendah lemak
 Menurunkan BB Pada Obesitas (penurunan BB tiap 1 kg -> tensi turun 1,5-2,5
mmHg)
 Olah raga teratur, sesuai usia dan kemampuan
 Berhenti merokok dan minum alkohol

Terapi Obat Antihipertensi:

Pilihan obat antihipertensi (dapat tunggal/ kombinasi)

 Diuretik: HCT 1-2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari. Kontraindikasi:
DM, Gout
 Beta bloker : Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma, DM, Gagal
Jantung
 Adrenergik neuron bloker : Reserpin 1-3 X 0,1 mg . Kontraindikasi : ulkus ventrikuli
 ACE-inhibitor: captopril 2-3×12,5-25 mg
 Dan lain-lain

Hipertensi Ringan
 Terapi tanpa obat selama 1 bulan -> kontrol
 Diastolik < 100 mmHg -> kontrol tiap 3 bulan
 Diastolik > 100 mmHg -> Tetapi obat tunggal + kontrol setiap 1-2 bulan, jika tidak
terkendali -> kombinasi 2 obat

Hipertensi Sedang

Diuretik dengan Beta bloker atau obat anti hipertensi golongan lain, dan kontrol setiap 1-2
bulan

Hipertensi Berat

Diuretik iv -> Evaluasi dan bila tidak membaik -> rujuk ke RSUD

Krisis Hipertensi

Pada keadaan ini, tekanan darah harus diturunkan dalam waktu 1 jam.

Hipertensi Ensefalopati

Adalah sindrom klinik akut reversibel karena kkenaikan tekanan darah secara tiba tiba,
dengan gejala klinik :

 Sakit kepala hebat,mual, mutah, mengantuk, bingung


 Kejang umum sampai koma
 Tekanan darah biasanya > 250 / 150 mmHg (tetapi bersifat individualistik)

Hipertensi Malikna

Dapat disertai komplikasi pada target organ. Tekanan darah > 200 /130 mmHg, disertai
komplikasi :

 Dekompensasi kordis kiri dan edem pulmonum


 Infark jantung atau Unstable angina pectoris
 Perdarahan intrakranial
 Gagal jantung progresif

Lebih jauh tentang Penatalaksanaan dan Jenis serta Dosis Antihipertensi, silahkan download
kardiovaskuler dalam format flash swf. Klik kanan download lalu pilih Save Target As …

cak moki

» ke daftar isi
Nephrotic Syndrome (Sindroma Nefrotik)
November 5, 2006 pada 1:43 am | Ditulis dalam ProTap | 1 Komentar

Kriteria Diagnostik:

 Oedem anasarka/oedem lokal


 Riwayat oedem palpebra pada pagi hari (bangun tidur)
 Ada hipertensi/tidak
 Proteinuri (+) s/d (++++)

Perawatan:

 Bed rest
 Diet TKTP dan rendah Garam
 Beri Lasix injeksi atau Furosemide tab. 40 mg 2×1
 Tampung urine setiap hari dan timbang BB tiap hari
 Terapi oral: Prednison 5 mg/kg BB dibagi 3-4 dosis, kemudian dosis diturunkan
secara tappering 1-2 minggu sewaktu perawatan di rumah
 Roborantia, bila perlu
 Jika 3 hari tidak ada perbaikan -> rujuk ke RSUD

Penyakit ini memerlukan perawatan jangka panjang (bulanan bahkan tahunan), karenanya
perlu penjelasan kepada penderita dan atau keluarganya. Sebaiknya kontrol protein urine
secara teratur, walaupun sudah normal dan tidak lagi ada tanda edema.

» ke daftar isi
Prosedur Tetap Persalinan
Oktober 7, 2006 pada 3:37 am | Ditulis dalam ProTap | 1 Komentar

Berikut di bawah ini adalah ringkasan Prosedur Tetap


Persalinan di Puskesmas Perawatan. Untuk perbaikan
layanan, dimohon kepada para ts agar senantiasa
berkonsultasi dengan para spesialis kebidanan setempat. Dan
apabila ringkasan ini sudah tidak sesuai lagi dengan ilmu
terkini, dimohon memakai yang terbaru teriring harapan agar
dapat memberi info kepada kami, melalui email:
puskesmaspalaran@yahoo.go.id

Prosedur Tetap Persalinan, meliputi:

 Persalinan Normal
 Persalinan Abnormal
 Perdarahan Ante Partum
 Perdarahan Post Partum
 Ketuban Pecah Dini
 Asfeksia Neonatorum
 Infeksi Post Partum

» ke daftar isi
Persalinan Normal
Oktober 7, 2006 pada 3:28 am | Ditulis dalam ProTap | 15 Komentar

 Dibuat status penderita, perderita diletakan di ruang persalinan.


 Lakukan anamnesa lengkap.
 Lakukan pemeriksaan umum: TB, BB, Vital sign (Tensi, Respirasi,
dan Suhu), dan LLA. Apabila didapatkan kelainan dari hasil
pemeriksaan, konsultasikan ke Bidan Senior / Dokter jaga / Kepala
puskesmas.
 Lakukan pemeriksaan luar: tentukan letak, presentasi dan sikap janin,
DJJ. Jika didapatkan kelainan, konsul Dokter.
 Lakukan pemeriksaan dalam : bagaimana keadaan vagina, dinding vagina, ada tumor /
tidak / penyempitan ? Bagaimana kadaan sertviks uteri, pembukaan atau kelainan-
kelainan lain, keadaan ketuban +/- , Apabila ada kelainan, konsul Dokter / Bidan
senior.
 Apabila pembukaan pada primipara antara 1-7 cm, Penderita diminta untuk berjalan-
jalan, membersihkan, BABdan BAK ; apabila belum bisa BAB Lakukan lavement.
Untuk multipara jika pembukaan 1-5 cm lakukan hal yang sama seperti pada
primipara.
 Apabila dari pemeriksaan ketuban ( – ), periksa dalam harus lebih 4 jam kemudian,
dan beri injeksi PPC 4 cc (lakukan test sensitisasi) sehari 2x. Apabila ketuban (+), PD
setiap 2 jam.
 Jika ibu dan janin normal, kepala sudsh masuk panggul, ketuban (+), pembukaan < 7
cm, ibu boleh jalan-jalan atau tiduran miring ke kiri / kanan.
 Tunggu pembukaan lengkap:
 Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit.
 Evaluasi PD tiap 2 jam.
 Pasien diajak ngobrol, dihibur, diajari cara menarik nafas dan cara mengejan dan
motivasi ASI eksklusif.
 Anjuran banyak minum.
 Kosongkan kandung kencing tiap 4 jam.

Bila ada tanda-tanda keluar lendir, darah banyak, pasien ingin muntah dan ingin mengejan/
berak/ anus terbuka/ ketuban pecah spontan, periksa dalam: jika pembukaan lengkap,
kosongkan kandung kencing dengan kateter Nelaton.
Bila ketuban (+) -> pecahan
Bila ketuban (-) -> pastikan tidak ada bagian kecil janin / tali pusat menumbung.

Setiap ada HIS, pimpin mengejan:

 Pada primipara, lakukan episiotomi. Apabila kala II 1-2 jam tidak lahir, konsul bidan
senior / dokter.
 Pada multipara, tergantung kondisi Perineum, kala II ½-1 jam tidak lahir, konsul
bidan senior / dokter.

Setelah kepala lahir, bersihkan mulut dan hidung dengan kasa steril, hisap lendir hidung dan
mulut secara hati-hati:
 Bila ada lilitan tali pusat, longgarkan dan lepaskan melalui leher.
 Bila lilitan ketat -> potong tali pusat saat itu juga

Pada kondisi normal, potong tali pusat setelah semua bagian bayi lahir, beri Betadin dan ikat:

 Prematur: tali pusat langsung dipotong tanpa diurut.


 Cukup Umur: sebelum dipotong , urut dulu tali pusat ke arah bayi.

Kalau terjadi asphexya, lakukan:

 Pembersihan jalan nafas, diberi kain penghangat, rangsang refleks pernafasan dengan
refleks nyeri.
 Jika asfeksia sedang / berat, beri oksigenasi, pijat jantung dan koreksi asidosis, beri
meylon 7,5 % + glukosa 40 % dan akuabides (3 ml:3 ml:6 ml) melalui vena umbilical,
aminopilin 2 mg iv untuk merangsang pernafasan. Jika 15 menit tidak membaik
dirujuk, dan jika membaik masukkan couvis.

Cek keadaan bayi : lubang anus, telinga, adakah cacat anggota tubuh lain. Jika tidak ada
kelainan, bayi diserahkan kepada pembantu untuk dimandikan dan di-room mingin. Ukur TB,
BB,dan LK. Jika ada kelainan, konsultasikan ke dokter.
Kosongkan kandung kencing ibu dengan kateter logan:

 Jika tidak ada pendarahan -> tunggu plasenta lepas sendiri.


 Jika ada pendarahan banyak -> evaluasi manual.

Setelah plasenta lahir, pastikan bahwa semua kotiledon dan selaput ketuban lengkap. Kalau
ada yang tertinggal -> evaluasi manual.

Palpasi uterus:

 Jika kontraksi baik, tak apa-apa -> beri injeksi neuroboran.


 Jika kontraksi jelek:

1. Yakin plasenta lahir lengkap -> beri injeksi ergometrin 1-2 amp iv /im
2. Bila tidak yakin plasenta lahir lengkap -> beri injeksi oxytosin 1 amp. 1 ml.
sambil masage uterus dari luar sampai kontraksi baik. Jika tetap jelek,
kompresi bimanual 15 -30 menit, pasang infus NaCI 0,9% konsul Dokter dan
atau rujuk ke RSUD.

Luka episiotomi / ruptur per inci jahit dengan cat gut, jahit luar degan silk, tutup dengan kain
kasa stiril betadin ; kemudian mandikan ibu dan bersihkan. Dekatkan bayi dan segera susui.
Awasi pasien 2 jam di ruang bersalin. Lihat pendarahan yang terjadi : normal / tidak,periksa
fundus dan kontraksi uteri, dan cek vital sign. Jika tidak terjadi apa-apa, pindahkan ibu ke
bansal post partum dan rawat gabung dengan bayinya.

Terapi di Ruang Perawatan :


Ibu :

 Beri Vit. A dosis tinggi 1 x.


 Roborantia dan tablet Besi
 Jika ada episiotomi / ruptur / KPD / manual / VE, tambah Antibiotika PPC / ampisilin
500 mg 4×1.

Bayi :

 ASI Ekslusif.
 Mata tetesi dengan cairan Ag Nitrat 2 tetes 1 x.
Persalinan Abnormal
Oktober 7, 2006 pada 3:23 am | Ditulis dalam ProTap | 2 Komentar

Partus dengan janin presentasi bokong (prebo)


Partus lama
Partus dengan janin letak lintang
Partus dengan janin gemelli
Partus pada ibu hamil Resiko Tinggi (eklampsia, anemia, dekomp cordis, dll)

Untuk Presbo dan Partus Lama

 Diusahakam partus dengan persalinan normal.


 Dengan menggunakan perasat Brach persalinan presbo dilahirkan, apabila gagal
segera dirujuk ke RSUD.
 Dengan menggunakan vaccum extraksi, partus lama coba dilahirkan: bila gagal segera
dirujuk ke RSUD. Penangannan sebelum vaccum : Perbaiki KU dengan pasang infus,
RL / NaCI tetesan maintanance, penanganan kala II aktif.
 Untuk Letak Lintang, Gemeli dan Ibu Bersalin Resiko Tinggi
 Setelah dipastikan melalui periksa luar dan dalam, rujuk segera ke RSUD.

Pesan:
Layanilah setiap pasien dengan penuh keramah-ramahan dan senyum manis, sama seperti
perlakuan yang anda harapkan dari sipenolong sewaktu anda sendiri melahirkan bayi anda.

Catatan:
Untuk mengetahui apakah kemungkinan persalinan dapat berlangsung pervaginam,
digunakan penilaian pelviks menurut BISHOP, sebagai berikut :

Pelvic Score
Untuk mengetahui kematangan servik -> penilaian kemungkinan dapat berlangsung
pervaginam.

BISHOP (Modifikasi Gulardi H. Wiknjosastro)

Kondisi Portio:
Ketebalan:

 tebal 3 cm : nilai=0
 tebal 2 cm : nilai=1
 tipis lunak 1 cm : nilai=2
 tidak teraba : nilai=3

Kekakuan:

 kaku : nilai=0
 lunak : nilai=1
 mudah diregang : nilai=2

Posisi :
 arah ke belakang : nilai=0
 agak ke belakang : nilai=1
 arah ke muka : nilai=2

Pembukaan:

1. Tidak ada : nilai=0


2. 1-2 cm : nilai=1
3. 3-4 cm : nilai=2
4. Lebih 5 cm : nilai=3

Presentasi Kepala:

 3 cm di atas garis IS : nilai=0


 2 cm di atas garis IS : nilai=1
 1 cm di atas/di garis IS : nilai=2
 1-2 cm di bawah garis IS : nilai=3

Hasil Penilaian:
Bila jumlah nilai pelvic:

 10 (matang) -> segera lahir sekitar 15 menit


 Lebih dari 7 -> kemungkinan persalinan pervaginam 100%
 Nilai 5-7 -> kemungkinan persalinan pervaginam 40-60%
 Lebih dari 5 -> kemungkinan persalinan pervaginam 0-15%.

» ke daftar isi
Perdarahan Ante Partum
Oktober 7, 2006 pada 3:18 am | Ditulis dalam ProTap | 5 Komentar

Definisi :
Perdarahan ante partum adalah pendarahan pada kehamilan > 28 minggu dengan/tanpa
disertai nyeri perut yang penyebabnya tidak jelas, dengan masih ada/tanpa gerakan janin.

Penyebab :

 Plasenta Previa
 Solusio plasenta

Penatalaksanaan :

 Kontraindikasi untuk periksa dalam


 Perdarahan baru pertama kali terjadi dan hanya sedikit -> istirahat total, beri NaCI
0,9% atau RL.
 Perdarahan telah berulang/perdarahan banyak -> dirujuk dengan infus terpasang dan
didampingi paramedis.

» ke daftar isi
Perdarahan Post Partum
Oktober 7, 2006 pada 3:16 am | Ditulis dalam ProTap | 46 Komentar

Definisi :
Perdarahan Post partum (PPP) adalah perdarahan setelah bayi lahir
(Kala IV) sebelum / pada saat setelah plasenta lahir, dengan jumlah
>500 cc.

Penyebab :

 Atonia uteri
 Laserasi jalan lahir
 Retensio Plasenta
 Kelainan proses pembekuan darah.

Penatalaksanaan :

 Pasien diinfus
 Pasien tidur trendelenberg
 Selimuti tubuh Pasien
 Oksigenasi

Atonia Uteri

 Massage uterus melalui diding abdomen dengan cara : tangan kanan penolong
melakukan gerakan memutar sambil menekan infus uteri.
 Bersamaan dengan massage uterus ? beri methergin 0,2 mg ( Metil ergometrin ) iv
 Bila pendarahan belum berhenti -> beri oxytosin 5-10 unit dalam 500 ml Dextrose 5%
atau RL.
 Bila tindakan di atas tidak menolong -> kompresi bimanual, dengan cara : satu tangan
masuk uterus, tangan yang lain menahan korpus uteri melalui abdomen. Uterus
diangkat, diantefleksikan, lalu dengan gerakan memutar uterus dimassage dan ditekan
di antara kedua tangan.
 Bila pendarahan belum juga berhenti -> tamponade uterus, dengan cara : salah satu
tangan memegang dan menahan fundus uteri, tangan yang lain memasukan tampon
kasa panjang ke dalam uterus. Tampon dipasang dari tepi ke tepi sampai seluruh
kavum uteri terisi dan vagina juga terisi tampon . Pada dinding abdomen di atas
fundus uteri diberi ganjal -> pasang stagen.
 Tampon diangkat 24 jam kemudian.
 Uterus yang makin membesar, tanda vital yang makin jelek -> rujuk dengan
keterangan bahwa di dalam uterus terpasang tampon (selama dalam perjalanan tetap
dilakukan kompresi bimanual).

Laserasi jalan lahir


Dengan spekulum lakukan eksplorasi, apakah ada :

 Perlukaan jalan lahir / robekan vagina / robekan serviks


 Luka episiotomi / robekan perineum
 Varises pecah
 Ruptur uteri (terutama bila riwayat persalinan sebelumnya sulit / dilakukan tindakan)

Penanganan :

 Perlukaan -> jahitan silang yang dalam


 Ruptur uteri -> rujuk ke RS / RSUD dengan infus terpasang didampingi seorang
paramedis.

Retensio Plasenta
Lakukan manual Plasenta :

 Satu tangan menahan fundus, tangan yang lain (dengan sikap obstetrik) dimasukan ke
dalam vakum uteri dengan menyusuri tali pusat.
 Pinggir plasenta ( sisa ) dicari dan dilepaskan secara tumpul dengan sisi ulnar tangan.
 Setelah yakin semua plasenta lepas -> genggam dan keluarkan.
 Pengeluaran ini dibarengi dengan massage uterus dari luar dan injeksi ergometrin
0,152 mg / metergin 0,2 mg iv.

Bila ditemukan plasenta akreta -> rujuk ke RS / RSUD dengan infus terpasang diserta
seorang paramedis.

Kelainan proses pembekuan darah -> Rujuk

» ke daftar isi
Ketuban Pecah Dini
Oktober 7, 2006 pada 3:11 am | Ditulis dalam ProTap | 10 Komentar

Definisi :
Pecahnya selaput ketuban pada pembukaan servik < 5 cm dalam kehamilan/persalinan.

Prognogis: Bila jarak pecahnya ketuban dengan partus:

 24 jam -> kematian perinatal 2x


 48 jam -> kematian perrinatal meningkat 3x

Penatalaksanaan :
Bila kehamilan < 32 minggu, TBJ + 1500 gr -> terapi konservatif (diharapkan ketuban
menutup)

 Istirahat total
 Sedative : Fenobarbital (luminal) 3 X 30 mg/hari
 Minum 2 liter (10 gelas)/hari
 Antibiotika: Amoksisilin 3 X 500 mg (5 hari)
 Deksametason 3 x 5mg/hari (2 hari) -> mematangkan paru
 Bila dalam 3 x 24 jam air ketuban tidak keluar -> Mobilisasi
 Bila terjadi infeksi (AL > 15.000, suhu > 38ºC, air ketuban keruh) -> ahiri kehamilan.

Bila kehamilan 33 – 35 minggu, TBJ < 2500 gr.

 Terapi konservatif 24 jam


 Induksi.

Bila kehamilan > 36 minggu, TBJ > 2500 gr


Bila HIS (+) -> pimpin persalinan
Bila HIS (-):

1. KPD < 6 jam, Pelvic Score > 5 -> Induksi


2. KPD < 6 jam, Pelvic Score < 5 -> Rujuk RS (SC)

» ke daftar isi
Asfeksia Neonatorum
Oktober 7, 2006 pada 3:09 am | Ditulis dalam ProTap | 4 Komentar

Definisi:
Asfeksia Neonatorum merupakan keadaan di mana bayi baru
lahir gagal bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir.

Penyebab:
Hipoksia janin dalam rahim, yang berhubungan dengan
berbagai faktor selama kehamilan, persalinan, dan segera
setelah lahir.

Gejala dan tanda :

 Selama persalinan timbul tanda gawat janin :


 DJJ > 160x/menit atau DJJ < 100x/menit atau tidak teratur
 Mekonium dalam air ketuban pada janin presentasi kepala.

Setelah persalinan, ditegakkan dengan dasar nilai APGAR, seperti tampak di bawah ini:
Tabel APGAR Score:
Denyut jantung:

 Tidak ada : 0
 <100x/menit : 1
 > 100x/menit : 2

Pernapasan:

 Tidak ada : 0
 Lambat, tidak teratur : 1
 Menangis kuat : 2

Tonus Otot:

 Lumpuh : 0
 Sedikit fleksi : 1
 Gerak aktif : 2

Reflek terhadap rangsang:

 Tidak ada : 0
 Sedikit mimik : 1
 Batuk / bersin : 2

Warna kulit:

 Biru / pucat : 0
 Tubuh kemerahan, ekstremitas biru : 1
 Kemerahan : 2
Perhitungan nilai APGAR dilakukan pada menit ke 1 dan ke 5 dengan tujuan:

1. Menit ke 1 : menggambarkan tindakan yang akan dilakukan


2. Menit ke 2 : menilai prognosa

Arti penilaian :
Nilai 7-10 : bayi normal
Nilai 4-6 : asfeksia ringan-sedang
Nilai 0-3 : asfeksia berat.

Penatalaksanaan : -> Resusitasi

Tindakan Umum (untuk semua BBL):

 Keringkan dan hangatkan badan bayi dengan selimut


 Bersihkan jalan nafas -> posisi kepala lebih rendah -> isap lendir dari nasofaring,
kemudian hidung
 Rangsang refleks pernafasan dengan refleks nyeri (memukul telapak kaki, menekan
tendo achilles).

Tindakan Khusus
Asfeksia Sedang -> rangsang pernafasan1-2 menit, jika gagal -> tatalaksana asphexya berat.
Asfeksia Berat:

 Oksigenasi 1 liter / menit, lebih baik dengan ambubag dengan kekuatan 1/3 orang
dewasa sebanyak 30-40 X /menit
 Pijat jantung dengan kedua ibu jari pada sternum sebanyak 80-100 x/menit
 Koreksi asidosis : Meylon 7,5 dicampur Glukosa 40% dan Aquabides (3ml:3ml:6ml)
melalui v. umbilicalis
 Aminofilin 2 mg iv untuk merangsang pernafasan
 Siapkan kendaraan, jika dalam 15 menit tidak BAK -> rujuk (disertai oksigenasi dan
seorang paramedis).

» ke daftar isi
Infeksi Post Partum
Oktober 7, 2006 pada 3:03 am | Ditulis dalam ProTap | 1 Komentar

Kriteria diagnostik :

 Suhu tubuh meninggi (Panas 38º – 40ºC), 3-7 hari post partum
 Lochia berbau busuk
 Kadang-kadang disertai kejang

Perawatan :

 Pasang infus RL/D 10% tetesan maintanance


 Antibiotika injeksi/oral:

 Suhu < 39ºC -> beri Ampisilin / Amoksisilin 4 x 500 mg per hari
 Suhu > 39ºC -> beri Antibiotika: Amoksilin 1 gr (inj) dengan garamisin (inj)
80 mg atau Kemisetin ( inj ) 1 flc. Pagi dan sore

 Anti piretik : parasetamol 3 X 500 mg


 Keadaan umum jelek / sepsis -> beri Dexametason (inj) iv 2 amp. Pagi dan sore, atau
Cortison 4 cc im pagi dan sore
 Kompres
 Jika kejang -> beri Dizepam (inj) iv 10mg setiap 30 menit sampai kejang teratasi
 Diet TKTP
 Jika 3 hari tidak ada perbaikan -> rujuk ke RSUD.

» ke daftar isi
Kehamilan Resiko Tinggi
Oktober 7, 2006 pada 2:58 am | Ditulis dalam ProTap | Tinggalkan Komentar

Di bagian ini tidak banyak yang dapat kami tampilkan, mengingat


kasus-kasus kebidanan kebanyakan memerlukan tindakan
spesialistik.
Karenanya, hanya sebagian kecil yang dapat kami lakukan. Namun
demikian diharapkan ada semacam transfer of knowledge dari RSUD ke Rawat Inap dalam
rangka upaya perbaikan mutu pelayanan.
Mungkin hal itu dapat terlaksana bila ada semacam komitment bersama antara para spesialis
dengan pihak Dinas Kesehatan Dati II.

Prosedur tetap Perawatan Kehamilan dengan Resiko Tinggi, meliputi:


Hiperemesis Gravidarum
Pre Eklampsia dan atau Eklampsia
Abortus

» ke daftar isi
Hiperemesis Gravidarum
Oktober 7, 2006 pada 2:40 am | Ditulis dalam ProTap | 25 Komentar

Emesis Gravidarum

Kriteria :

 Mual dan mutah selama kehamilan muda (6 – 16 minggu)


 Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari;
 Sering timbul pada pagi hari (morning sickness).

Penatalaksaan :

 Pendekatan psikologis –>> terangkan bahwa itu merupakan gejala kehamilan muda,
akan hilang sendiri setelah kehamilan 16 minggu
 Perbanyak istirahat
 Kurangi beban kerja sehari-hari dan beban psikologis
 Medikamentosa : pasang infus RL / D10% , jika KU jelek atau pre-shock –>>
Antivomitus ( Primperan inj. +/ oral ) tranguliser.

Hiperemesis Gravidarum

Kreteria :

 Mual dan mutah semakin hebat


 Tidak dapat lagi melakukan aktivitas sehari-hari.

Penatalaksaan :

 Rawat inap
 Stop makan / minum dalam 24 jam pertama
 Obat-obat diberikan parenteral
 Infus D10% ( 2000 ml ) + RD5% ( 2000 ml) / hari tiap botol tambahan :
 Antiemetik ( metoklopramid hidrochlorid ) 1 amp (10 mg)
 Roborantia
 Kalau perlu Diazepam 10 mg im
 Psikoterapi
 Dalam 24 jam pertama –>> evaluasi
 Bila membaik : boleh makan / minum bertahap ;
 Bila tetap : Stop makan minum ? lanjutka R/ di atas untuk 24 jam kedua
 Bila dalam 24 jam kedua tidak membaik –>> pertimbangan rujukan
 Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan mutah

Kriteria pulang :

 Mual dan mutah tidak ada lagi


 Keluhan subyektif tidak ada
 Tanda-tanda vital baik.
» ke daftar isi
Pre Eklampsia dan Eklampsia
Oktober 7, 2006 pada 2:37 am | Ditulis dalam ProTap | 2 Komentar

Kreteria Pre-Eklampsia:

 Hipertensi
 Proteinuria
 Oedem tungkai

Kreteria Eklampsia:

 Hipertensi
 Proteinuria
 Oedem tungkai
 Kejang

Penatalaksaan:

 Infus D5%
 Beri Diazepam ( inj ) 10 mg iv
 Beri Furosemide 40 mg iv
 Jika tidak ada perubahan —>> Rujuk ke RSUD .

Catatan: Penatalaksanaan di atas bersifat penunjang, langkah selanjutnya adalah rujuk ke


RSU, lebih-lebih pada kasus eklampsia.
cakmoki | link sejenis

» ke daftar isi
Abortus
Oktober 7, 2006 pada 2:32 am | Ditulis dalam ProTap | 29 Komentar

Abortus imminens ( masih dapat dipertahankan )

Definisi :
Abortus imminens adalah perdarahan pada kehamilan < 28 minggu, dengan /
tanpa kontraksi uterus yang nyata, dengan hasil konsepsi dalam uterus tanpa
dilatasi servik.

Gejala dan tanda :

 Mules-mules
 Perdarahan pervaginam
 Tanda-tanda kehamilan (+)
 Status generalis ( + )
 Status generalis: denyut bayi normal
 Besar uterus sesuai umur kehamilan
 Inspekulo : Ostium tertutup, Keluar darah dari ostium.

Diagnosa banding :

 Mola hidotidosa
 Kehamilan di luar rahim.

Penatalaksanaan :

 Bed rest
 Observasi perdarahan
 Fenobarbital 3 x 30 mg / hari
 Papaverin 3 x 40 mg / hari.

——————————————————————————————
Abortus insipiens ( sedang berlangsung )

Definisi :
Abortus insipiens adalah perdarahan pada kehamilan < 28 minggu dengan dilatasi servik
meningkat, dan hasil konsepsi masih dalam uterus.

Gejala dan tanda :

 Amenore
 Perdarahan pervaginam
 Mules-mules
 Tanda – tanda kehamilan (+)
 Inspekulo : Ostium terbuka, Ketuban (+).

Penatalaksanaan :
 Infus D5% = Oksitosin 10 unit ;
 Bila abortus tidak lengkap ? lihat Abortus inkomplit

——————————————————————————————
Abortus inkomplit

Penatalaksanaan :

 Infus NaCI / RL
 Kuretase
 Paska kuretase : Metil ergometrin 3 x 1 tab dan antibiotika
 Observasi perdarahan

——————————————————————————————
cak moki

last update: september 2006

» ke daftar isi
Penutup
Oktober 7, 2006 pada 2:26 am | Ditulis dalam ProTap | Tinggalkan Komentar

Demikian Prosedur Tetap ini dibuat dengan harapan dapat membantu Petugas
Kesehatan baik medis maupun Paramedis serta Petugas lain dalam upaya
optimalisasi perawatan penderita.
Kami menyadari bahwa Prosedur tetap ini masih sangat sederhana, karena itu
kritik dan saran perbaikan dari berbagai pihak khususnya Teman Sejawat para Dokter
Spesialis sangat kami harapkan.
Akhirnya kami ucapkan terimakasih kepada Teman Sejawat yang telah membantu kami
dalam penyusunan Buku ini, teriring do’a semoga upaya kita mendapatkan ridlo dari Allah
SWT. Amin.

Samarinda, Desember 2002 M


last up date 2006
dr. H. Hatmoko

Kepustakaan:

 Principles of Internal Medicine, Harrison, Fifth edition


 Protap Ruang Rawat Inap Puskesmas Semanu I Kabupaten Gunung Kidul tahun 1997.
 PDT UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya, 1994
 Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak FK Unair, 1994
 PDT UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Soetomo Surabaya, 1994
 PDT UPF Ilmu Penyakit Jantung RSUD Dr Soetomo Surabaya, 1994
 PDT UPF Ilmu Penyakit Paru RSUD Dr Soetomo Surabaya, 1994
 PDT UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr Soetomo Surabaya, 1994
 Pedoman Pengobatan, Manual Of Medical Therapeutics, Yayasan Essentia Medica
Yogyakarta, 1992

Anda mungkin juga menyukai