Anda di halaman 1dari 19

1.

1 Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan

keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan asidosis. (Sugeng, 2010).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara

spontan dan teratur sestelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan

hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,

atau seera setelah bayi lahir. (Sarwono, 2002).

Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tak dilakukan secara

sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungking timbul. (Sugeng, 2010).

1.2 Klasifikasi Asfiksia neonatorum

a. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)

Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

b. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)

Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari

100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

c. Asfiksia Berat

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari

100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek

iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus

menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung

menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.

Tabel Apgar Scor

Tanda 0 1 2

Frekuensi Jantung Tidak ada Kurang dari 100/ Lebih dari 100/ menit

menit

Usaha nafas Tidak ada Lambat tidak teratur Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakn aktif

Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/ melawan


Warna Biru/ pucat Tubuh kemerahan Seluruh tubuh kemerahan

ekstremitas biru

Apabila Nilai Apgar :

7- 10 : Bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan normal

4- 6 : Bayi mengalami asfiksia sedang

0- 3 : Bayi mengalami asfiksia berat

Nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah bayi

lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera sesudah bayi lahir. Apabila bayi

memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernafasan, denyut jantung atau warna bayi,

maka penilaian ini harus dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai

terlambat karena menunggu hasil penilaian Apgar 1menit. Kelambatan tindakan akan

membahayakan terutama pada bayi yang mengalami depresi berat.

Walaupun Nilai Apgar tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal

resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian

efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai Apgar perlu dinilai pada 1 menit dan 5 menit.

Apabila nilai Apgar kurang dari 7 penilaian nilai tambahan masih diperlukan yaitu tiap 5

menit sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukkan nilai 8 dan lebih.

1.3 Etiologi

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan

pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam

persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara

menahun akibat kondisi atau kelaianan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak

karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. (Sarwono, 2002).

Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit

menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada kedaan terakhir

ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan

pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat

dicegah atau dikurangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal yang sempurna, sehingga

perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan.


Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir

selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia bayi.

Keadaan ini perlu dikenal,gara dapat dilakukan persiapan yang sempurna pada saat bayi

lahir. Faktor-faktor yang mendadak ini terdiri atas :

1. Faktor-faktor dari pihak janin, seperti :

a. Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat

b. Depresi pernafasan karena onbat-obat anestesia/ analgetika yang diberikan kepada

ibu, perdarahan intrakranial, dan kelainan bawaan (hernia diafragmatika, atresia

saluran pernafasan, hipoplasia paru-paru, dll)

2. Faktor-faktor dari pihak ibu, seperti :

a. Gangguan his, misalnya hipertoni dan petani

b. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan misalnya, pada plasenta previa

c. Hipertensi pada eklampsia

d. Gangguan mendadak pada placenta seperti solusio placenta.

2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala asfiksia dapat muncul mulai dari saat kehamilan hingga kelahiran bayi

yang berupa :

a. Pada kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit,

halus dan ireguler serta adanyapengeluaran mekonium.

a) Jika DJJ normal dan ada meconium : janin mulai asfiksia

b) Jika DJJ 160x/mnt ke atas dan ada meconium : janin sedang asfiksia

c) Jika DJJ 100x/menit ke bawah dan ada mekonium : janindalam gawat

b. Pada bayi baru lahir

a) Bayi pucat dan kebiru-biruan

b) Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c) Hipoksia

d) Asidosis metabolik atau respiratori

e) Perubahan fungsi jantung

f) Kegagalan sistem multiorgan


g) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,

kejang, nistagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol pada amat yang terdiri

dari tremor kecil yang cepat kesatu arah dan yang lebih besar, lebih

lambat, berulang-ulang kearah dan yang berlawanan) dan menangis

kurang baik/tidak baik.

3 Patofisiologi

Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat

antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh

serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat.

a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk

mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan lahir atau

bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti

oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer.

b. Setelah waktu singkat lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena

dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai usaha bernafas otomatis dimulai. Hal

ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak

mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi

pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika

dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan

terjadi.

c. Frekuensi jantung menurun selama apneaprimer dan akhirnya turun di bawah 100

kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat bayi bernafas

terengah-engah tetapi bersama dengan menurun dan hentinya nafas terengah-

engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin

memburuk, metabolisme selular gagal, jantungpun berhenti. Keadaan ini akan

terjadi dalam waktu cukup lama.

d. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan

ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian, tekanan darah yang

terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea

terminal.
e. Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea primer dan

apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya bradikardi

berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal.

Pathway/WOC
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan Faktor lain : anestesi,

Presentasi janin abnormal Obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2
Paru-paru terisi cairan
Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat Suplai O2 ke paru Suplai O2 dalam Bersihan jalan


darah nafas tidak
efektif

Apneu Kerusakan
Otak Resiko Gangguan metabolisme &
ketidakseimbangan perubahan asam basa
suhu tubuh
DJJ & TD
Kematian
bayi
Resiko Asidosis Respiratorik
cidera
Janin tidak bereaksi Proses
keluarga
Terhadap rangsangan
terhenti Gangguan perfusi

Pola nafas tidak ventilasi


efektif

Kerusakan pertukaran
gas

4 Pemeriksaan

a. Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi.

b. Melihat dan meraba kepala bayi.

c. Melihat mata bayi.

d. Melihat mulut dan bibir bayi

e. Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari.
f. Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan.

g. Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan.

h. Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil.

i. Melihat dan meraba tulang punggung bayi.

5 Pemeriksaan Penunjang

a. Foto polos dada

b. USG kepala

c. Laboratorium : darah rutin( Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20

gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit

d. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat

rendah menunjukkan asfiksia bermakna.

e. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks

antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

6 Penatalaksaan Medis

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir

yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala

sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-

tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1. Memastikan saluran nafas terbuka :

a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar

b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea

c. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :

a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil

atau menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi

secara cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.

b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif.

3. Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau

bila perlu menggunakan obat-obatan. Cara resusitasi dibagi dalam tindakan

umum dan tindakan khusus :


1) Tindakan umum

a. Pengawasan suhu

b. Pembersihan jalan nafas

c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

2) Tindakan khusus

a. Asfiksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama

memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan

tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi

endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg.

Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan

bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-

20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan

kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi

obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak

telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul

setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali

inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi

jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan

frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi

tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi

tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika

tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin

hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang

belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia

diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b. Asfiksia sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila

dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan,

ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana

dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi


diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan

dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut

disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20

kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan

abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan

spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi

dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga

ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung

segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong

masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut

penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan

frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas

spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak

berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan

frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi

endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan

glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir

tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi

telah dilakukan dengan adekuat.

7 Komplikasi

a. Otak: hipokstik iskemik ensefalopati, edeme serebri, palsi selebralis

b. Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, pendarahan

paru, edema paru.

c. Gastrointestinal: enterokolitis nekotrikans

d. Ginjal : tubular nekrosis akut

e. Hematologi

8 Pengkajian Diagnosa Keperawatan

Pengkajian

1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,

jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi

karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.

2. Keluhan Utama

Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas

3. Riwayat kehamilan dan persalinan

Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi

belakang kaki atau sungsang

4. Kebutuhan dasar

a. Pola Nutrisi

Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh

terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah

terjadinya aspirasi pneumonia

b. Pola Eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama

pencernaan belum sempurna

c. Kebersihan diri

Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat

b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya

d. Pola tidur

Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,

pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium

pertama.

b. Tanda-tanda Vital

Pada umunya terjadi peningkatan respirasi

c. Kulit

Pada kulit biasanya terdapat sianosis

d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,

sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak

e. Mata

Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya

f. Hidung

Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping

hidung.

g. Dada

Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi

pernafasan yang cepat

h. Neurology / reflek

i. Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)

9 Pengkajian

1. Sirkulasi

a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai

80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).

b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri

dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.

c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.

d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena 2. Eliminasi

a) Dapat berkemih saat lahir.

b) Makanan/ cairan

c) Berat badan : 2500-4000 gram

d) Panjang badan : 44-45 cm

e) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

e. Neurosensori

a) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.

b) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama

setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).

c) Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).


d) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan

abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

f. Pernafasan

a) Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.

b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.

c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik

thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

g. Keamanan

a) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi

tergantung pada usia gestasi).

b) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah

muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor

(misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie

pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan

kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak

mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama

punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada

(penempatan elektroda internal)

10 Pemeriksaan Diagnostik

1. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah

menunjukkan asfiksia bermakna.

2. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.

3. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-

antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

11 Prioritas Keperawatan

1. Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.

2. Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh.

3. Mencegah cidera atau komplikasi.

4. Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.


12 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan

pada agen-agen infeksius.

5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.
13 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Bersihan jalan Tujuan : NIC I : Suction jalan nafas
nafas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses Intevensi :
efektif b.d keperawatan diharapkan jalan nafas lancar. 1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
produksi NOC I : 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .
mukus Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas 3. Beritahu keluarga tentang suction.
banyak. Kriteria Hasil : 4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.
1. Tidak menunjukkan demam. 5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan
. 2. Tidak menunjukkan cemas. sesudah suction.
Rata-rata repirasi dalam batas normal. NIC II : Resusitasi Neonatus
3. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas. 1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.
4. Tidak ada suara nafas tambahan. 2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi
NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas dengan baik.
Kriteria Hasil : 3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.
1. Mudah dalam bernafas. 4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium.
2. Tidak menunjukkan kegelisahan. 5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas
3. Tidak adanya sianosis. bawah.
4. PaCO2 dalam batas normal. 6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.
5. PaO2 dalam batas normal. 7. Monitor respirasi.
6. Keseimbangan perfusi ventilasi 8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat
Keterangan skala :
1: Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
2 Pola nafas Tujuan : NIC : Manajemen jalan nafas
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses Intervensi :
b.d keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif. 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
hipoventilasi/ NOC : 2. melakukan pengisapan lendir.
hiperventilasi. Status respirasi : Ventilasi 3. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria hasil : 4. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu nafas
2. Ekspansi dada simetris. 6. Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan. 7. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
3 Kerusakan Tujuan : NIC : Manajemen asam basa
pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses Intervensi :
b.d keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi. 1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.
ketidakseimba NOC : 2. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
ngan perfusi Status respiratorius : Pertukaran gas 3. Pantau hasil Analisa Gas Darah
ventilasi. Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas
2. Fungsi paru dalam batas normal
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5: Tidak Menunjukkan
4 Risiko cedera Tujuan : NIC : Kontrol Infeksi
b.d anomali Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses Intervensi :
kongenital keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah. 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.
tidak NOC : 2. Pakai sarung tangan steril.
terdeteksi atau Pengetahuan : Keamanan Anak 3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh
tidak teratasi Kriteria hasil : darah tali pusat dan adanya anomali.
pemajanan 1. Bebas dari cidera/ komplikasi. 4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi
pada agen- 2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level pelayanan kesehatan.
agen perkembangan anak. 5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin
infeksius. 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama. hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag),
Keterangan Skala : antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag
1 : Tidak sama sekali
2 : Sedikit
3 : Agak
4 : Kadang
5 : Selalu
5 Risiko Tujuan : NIC I : Perawatan Hipotermi
ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses Intervensi :
ngan suhu keperawatan diharapkan suhu tubuh normal. 1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat.
tubuh b.d NOC I : 2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan
kurangnya Termoregulasi : Neonatus warna kulit dll.
suplai O2 Kriteria Hasil : 3. Monitor temperatur dan warna kulit.
dalam darah. 1. Temperatur badan dalam batas normal. 4. Monitor TTV.
2. Tidak terjadi distress pernafasan. 5. Monitor adanya bradikardi.
3. Tidak gelisah. 6. Monitor status pernafasan.
4. Perubahan warna kulit. NIC II : Temperatur Regulasi
5. Bilirubin dalam batas normal. Intervensi :
Keterangan skala : 1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil.
1 : Selalu Menunjukkan 2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
2 : Sering Menunjukkan 3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
6 Proses Tujuan : NIC I : Pemeliharaan proses keluarga
keluarga Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses Intervensi :
terhenti b.d keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat. 1. Tentukan tipe proses keluarga.
pergantian NOC I : 2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga.
dalam status Koping keluarga 3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada.
kesehatan Kriteria Hasil : 4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi.
anggota 1. Percaya dapat mengatasi masalah. NIC II : Dukungan Keluarga
keluarga 2. Kestabilan prioritas. Intervensi :
3. Mempunyai rencana darurat 1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat yang terbaik.
4. Mengatur ulang cara perawatan. 2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga.
Keterangan skala : 3. Beri harapan realistik.
1 : Tidak pernah dilakukan 4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga.
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
NOC II :
Status Kesehatan Keluarga
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga.
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.
3. Akses perawatan kesehatan.
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.
Keterangan Skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
Daftar Pustaka

Rohardjo, Sarwono Prawi, 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Tridasa printer

Jitowiyono Sugeng, 2012. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Jakarta : Salemba

Medika

Ditta Ani faridda, 2013. Askep Asfiksia. https://www.scribd.com/

document/148963493/3114 4164-ASKEP-ASFIKSIA-NEONATORUM.

Riansyah, Wikeo Dwi Febri. 2015. Askep Asfiksia.

https://www.scribd.com/document/269182040/Askep-asfiksia

Anda mungkin juga menyukai