Anda di halaman 1dari 13

1.

TPPRJ
A. Pelayanan Rawat Jalan
Rawat jalan merupakan salah satu unit kerja Rumah Sakit yang melayani
pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh
prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang akan datang rawat jalan
meupakan bagien terbesar dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut
Marsuli tahun 2005, disebutkan bahwa Pada akhir tahun 1990-an sendiri, rawat
jalan merupakan salah satu yang dominan dari pasar rumah sakit dan merupakan
sumber keuangan yang bermakna. Pertumbuhan yang cepat dari rawat jalan
ditentukan oleh 3 faktor yaitu: (a) penekanan biaya untuk mengontrol peningkatan
harga perawatan kesehatan dibandingkan dengan rawat inap, (b) peningkatan
kemampuan dan sistem reimbursment untuk prosedur di rawat jalan, (c)
perkembangan secara terus menerus dari teknologi tinggi untuk pelayanan rawat
jalan akakn menyebabkan pertumbuhan rawat jalan pada abad mendatang.
Menurut sholeh tahun 1993, menyebutkan bahwa tujuan pelayanan Rawat
Jalan diantaranya adalah untuk memberikan konsultasi kepada pasien yang
memerlukan pendapatan dari seorang dokter spesialis, dengan tinfakan
pengobayan atau tidak selain tiu juga untuk menyediakaan pelayanan tindak lanjut
bagi pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang tetapi harus dikontrol kondisi
kesehatannya.
B. Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)
Menurut Shofari tahun 2005, menyebutkan bahwa tempat penerimaan pasien
rawat jalan disebut juha loker pendaftaran Rawat Jalan. tugas pokoknya yaitu: (a)
menerima pendaftaran pasein yang akan berobat di rawat jalan, (b) melakukan
pencatatn pendaftaran (regristrasi), (c) menyediakan fomulir-formulir rekam
medis (DRM) bagi pasien yang baru pertama kali berobat (pasien baru) dan pasien
yang datang pada kunjungan berikutnya (pasien lama), (d) mengarahkan pasien ke
Unit Rawat Jalan (URJ) umu atau spesialis yang sesuai dengan keluhannya, (e)
memberi infomrasi tentang pelayanan-pelayanan di rumah sakit atau puskesmas
yang bersangkutan.
Menurut Shofari tahun 2005, menyebutkan bahwa fungsi atau peranannya
dalam pelayanan kepada pasien adalah sebagai pemberi pelayanan pertama kali
yang diterima pasien atau keluarganya sehingga baik buruknya mutu pelayanan
akan dinilai di sini. Mutu pelayanan meliputi kecepatan, ketepatan, kelengkapan
dan kejelasan informasi, kenyamanan ruang tunggu dan lain lain. Sehubungan
dengan pelayanan rekam medis, maka fungsi TPPRJ adalah: (a) sebagai
pencatatan identitas ke formulir RM RJ, data dasar pasien, kartu identitas berobat
(KIB), kartu indeks utama pasien (KIUP) dan buku register pasien RJ, (b) pemeri
dan pencatatan nomor rekam medis sesuai dengan kebijakan penomoran yang
ditetapkan, (c) sebagi penyedia DRM baru untuk pasine baru, (d) sebagai
penyedia DRM lama untuk pasien lama melalui bagian filing, (e) sebagi
penyimpanan dan pengguna KIUP, (f) sebagai pendistribusian DRM untuk
pelayanan RJ, dan penyedia informasi jumlah kunjungan pasien RJ.
C. Alur Pasien Rawat Jalan Baru di RSUD Dr R Soedarsono Kota Pasuruan
Tempat penerimaan rawat jalan atau tempat pendafataran pasien rawat jalan
(TPPRJ) atau disebut juga loket pendaftaran rawat jalan merupakan tempat
penerimaan pendaftaran pasien rawta jalan yang akan berobat di rumah sakit. Alur
pendaftaran pasien rawat jalan baru di RSUD Dr R Soedarsono Kota Pasuruan
antara lain:

1) Petugas pendaftaran pasien baru menanyakan kepada pendaftar tentang nama,


umur, pekerjaan, alamat, permintaan poli dan mengisi KIB, serta mengecek
pasien berpenjamin atau tidak.
2) Apabila pasien berpenjamin BPJS atau BBM, petugas mengecek kelengkapan
berkas persyaratan.
3) Pasien yang telah lengkap berkasnya, KIB diserahkan kepada petugas komputer
untuk diinputkan ke komputer, sistem penomoran yang digunakan satu nomor
rekam medis untuk satu pasien (Numbering Unit / Penomoran Unit).
4) Setelah data diinputkan dan pasien mendapat nomor rekam medis, petugas
membuatkan map baru untuk pasien.
5) Apabila pasien berpenjamin BPJS, maka akan dibuatkan SEP dan diberikan
resume rawat jalan untuk disertakan dalam map.

D. Dan untuk alur pendaftaran pasien rawat jalan lama di RSUD Dr R Soedarsono
Kota Pasuruan antara lain:

1) Petugas Pendaftaran menanyakan KIB dan permintaan poli.


2) Untuk pasien berpenjamin BPJS atau BBM, menyerahkan berkas persyaratan.
3) Berkas persyaratan dan KIB diserahkan kepada petugas penyimpanan untuk
dicarikan berkas rekam medis. Apabila pasien berpenjamin BPJS, maka akan
dibuatkan SEP terlebih dahulu.
4) Apabila berkas telah ditemukan, maka petugas distribusi akan mengantarkan
berkas ke poliklinik tujuan.

E. Alur dokumen Rawat Jalan Baru di RSUD Dr R Soedarsono Kota Pasuruan


Alur dokumen rawat jalan baru adalah di RSUD Dr R Soedarsono Kota
pasuruan antara lain :

1) Pasien datang ke tempat pendaftaran.


2) Dibuatkan berkas rekam medis dan nomor rekam medis ( KIUP, KIB dan
BRM ).
3) Berkas rekam medis diserahkan ke poliklinik oleh petugas distribusi dan KIB
disimpan oleh pasien untuk berobat ulang.
4) Setelah pasien pulang BRM akan diserahkan ke unit rekam medis.
5) Kemudian dilakukan assembling.
6) Setelah itu di lakukan filling.

F. Alur dokumen Rawat Jalan Lama di RSUD Dr R Soedarsono Kota Pasuruan


Alur dokumen rawat jalan lama adalah di RSUD Dr R Soedarsono Kota
pasuruan antara lain :

1) Pasien datang ke tempat pendaftaran.


2) Pasien menunjukkan KIB, apabila pasien yang tidak membawa akan di
carikan pada sistem elektronik.
3) Setelah dilakukan pelayanan apabila pasien memerlukan pelayanan lebih
lanjut ( rawat inap ) maka keluarga pasien di arahkan ke loket pendaftaran.
4) Setelah dilakukan pelayanan dokumen rekam medis di serahkan ke unit rekam
medis untuk dilakukan assembling.

2. TPPRI
A. Pelayanan rawat inap
Instalasi rawat iap merupakan unit pelayanan non sstruktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan
perorangan yang meliputi observasi, diagnosa , pengobatan, keperawatan dan
rehabilitasi medik. Menurut Jati tahun 2009, menjelaskan bahwa rawat inap
adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita tinggal mondok
sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksanaan pelayanan kesheatan
atau rumah sakit pelaksanaan pelayanan kesehatan lain.
Unit pelayanan rawat inap merupakan suatu unit dimana terdapat beberapa
gabungan dari fungsi kelompok pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit, dan
pasien yang dikategorikan di rawat inap adalah pasien yang perlu akan perawatan
intensif atau observasi ketat yang disebabkan oleh penyakitnya. Menurut
Muninjaya (2004), menjelaskan bahwa rawat inap merupakan pelayanan
kesehatan perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan,
rehabilitas medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan
rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan rumah bersalin yang oleh
karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami tingkat
transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan
boleh pulang.
Menurut SK Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tanggal 28
Oktober 2009 tentang Rumah Sakit, menyebutkan bahwa rawat inap terdiri dari :
1. Unit Ruangan Perawatan Umum
2. Unit Ruangan Perawatan Penyakit Dalam
3. Unit Ruangan Perawatan Bedah
4. Unit Ruangan Perawatan Obstetri Ginekologi
5. Unit Ruangan Perawatan Bayi
6. Unit Ruangan Perawatan Pediatri
Unit rawat inap merupakan pelayanan yang saling berhubungan satu sama lain
dengan unit-unit lain, seperti rekam, staf medis fungsional, laboratorium,
pemeliharaan sarana rumah sakit, radiologi, logistik farmasi dan keuangan,
Santosa (1998). Sesuai dengan penjelasan diatas bahwa ruang perawatan rawat
inap di rumah sakit terbagi menjadi 8 bagian, antara lain:
1. Pelayanan penerimaan pasien
2. Pelayanan rawat inap
3. Pelayanan tenaga medis
4. Pelayanan non medik
5. Lingkungan langsung penderita
6. Sarana medik, non medik, dan obat-obatan
7. Pelayanan menu dan makanan
8. Pelayanan administrasi dan keuangan
B. Tujuan pelayanan rawat inap
Dalam proses pelayanan rawat inap, tujuan dari pelayanan rawat inap di rumah
sakit yaitu :
a. Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehubungan dengan
penyembuhan penyakitnya
b. Mengebangkan hubungan kerja sama yang produktif antara unit maupun
profesi
c. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk meningkatkan keterampilanya
d. Meningkatkan suasana yang memungkinkan timbul dan berkembangnya
gagasan yang kreatif
e. Memanfaatkan hasil evaluasi sebagai alat peningkatan maupun perbaikan
praktek keperawatan yang digunakan
C. Indikator mutu pelayanan rawat inap
Menurut Depkes RI tahun 2005, menjelaskan bahwa Indikator Pelayanan
Rumah Sakit merupakan suatu perangkat yang dapat digunakan dalam
pemantauan suatu proses tertentu. Indikator pelayanan rumah sakit yang dipakai
antara lain :
1. BOR (Bed Occupancy Rate)
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit, dengan nilai parameter ideal dari BOR antara 60%-
85%. Yang diartikan jika angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat, dan jka angka
BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat
tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit ataupun
penambahan tempat tidur.
2. ALOS (Average Length Of Stay)
Average Length Of Stay (ALOS) merupakan rata-rata lama rawat seorang
pasien, perhitungan ALOS di RSUD Dr R Soedarsono kota Pasuruan adalah
untuk mengukur rata-rata hari pasien dirawat.
3. BTO (Bed Turn Over)
Bed Turn Over (BTO) merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur pada
suatu periodem dimana perhitungan ini dipergunakan untuk mengukur berapa
kali tempati tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu, dimana dengan ideal
pertahunnya rata-rata dipakai adalah 40-50 kali.
4. TOI (Turn Over Interval)
Turn Over Interval (TOI) merupakan rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Dimana jika semakin besar
TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek, dan idel
perhitungan tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 haru.
5. NDR (Net Death Rate)
Net Death Rasio (NDR) merupakan angka kematian netto, dimana angka
kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar,
digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Jika
semakin rendah nilai NDR dari suatu rumah sakit berarti mutu pelayanan
rumah sakit tersebut semakin baik, nilai sekurang-kurangnya GDR adalah
kurang dari 25 per 1000 pasien keluar.
6. GDR (Gross Death rate)
Gross Death Rate (GDR) merupakan angka kematian brutto yaitu angka
kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar, yaitu digunakan untuk
mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah
GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Dan nilai GDR
minimalnya adalah tidak lebih dari 45 per 1000 pasien keluar.

G. Alur pendaftaran pasien rawat inap di RSUD Dr R Soedarsono Kota Pasuruan


antara lain:

1) Pasien yang dinyatakan rawat inap oleh dokter di poliklinik atau IGD,
mendaftar ke loket pendaftaran.
2) Petugas pendaftaran melakukan pengecekan persyaratan
3) Petugas pendaftaran melakukan input data pasien ke dalam sistem elektronik.
4) Petugas membuat BRM baru untuk setiap pasien yang melakukan rawat inap.
5) BRM rawat inap yang telah siap, diserahkan kembali kepada pasien untuk
dibawa ke ruang rawat inap. untuk pasien BPJS, instruksikan pasien untuk
meminta stempel di loket BPJS.

H. Alur dokumen pasien rawat inap di RSUD Dr R Soedarsono Kota Pasuruan antara
lain:

1. Pasien datang ke tempat pendaftaran.


2. Di buatkan berkas rekam medis dan di beri nomor register ( DRM, KIB dan
KIUP ).
3. Untuk dokumen rekam medis di berikan kepada pasien untuk di serahkan
kepada petugas ruangan ( SMF ) sedangkan KIB di simpan untuk berobat
ulang.
4. Setelah pasien pulang dokumen rekam medis akan diserahakn kepada unit
rekam medis oleh petugas ruangan.
5. Kemudian dilakukan pemeriksaan berkas rekam medis ( analisa kelengkapan )
apabila sudah lengkap akan di serahkan ke bagian assembling dan apabila
tidak lengkap maka akan di kembalikan pada SMF tempat pasien itu dirawat.
6. Setelah dilakukan assembling maka akan di lakukan cek kode ICD-X.
7. Setelah itu di lakukan penyimpanan pada rak filling.

3. TPP IGD
A. Pengertia n IGD (Instalansi Gawat Darurat)
Pelayanan gawat darurat meupakan bagian dari pelayanan kedokteran yang
dibutuhakan oleh penderita atau pasien yang membutuhkan pelayanan dalam
waktu segera untuk menyelamatkaan kehidupannya. Sesuai dengan yang
dipaparkan oleh Arul (1997). Menyebutkan bahwa, Gawat darurat (emergency
care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita
dalam waktu segera menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat dinamaakn
instalasi gawat darurat (IGD), tergantung dari kemampuan yang dimiliki.
Walaupun semakin majunya sistem rumah sakit yang dianut disetiap rumah
sakit di nusantara bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan
mengelola IGD sendiri, karena IGD sendiri adalah salah satu dari unit
kesehatan yang paling padat modal, padat karya, dan padat teknlogi. IGD
sendiri adalah unit yang ada di rumah sakit yang memiliki tim kerja dengan
kemampuan khusus dan peralatan yang memberikan pelayanan pasien gawat
darurat yang terorganisir.
Salah satu tujuan dari IGD (Instalasi Gawat Darurat) adalah sebagai berikut :
1) Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
2) Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
3) Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang
terjadi dalam maupun diluar rumah sakit
4) Suatu IGD haru mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi
pada masyarakat dengan problem medis akut.
4. Assembling
a. Definisi Assembling Rekam Medis
Menurut Budi (2011), menjelaskan bahwa assembing berarti merakit.
Kegiatan assembling termasuk juga mengecek kelengkapan pengisian berkas
rekam medis dan formulir yang haru ada pada berkas rekam medis. yang
berarti bahwa assemblin di rumah sakit mmerupakan kegiatan merakit
formulir rekam medis baik itu berkas rawat inap ataupun rawat jalan dimana
formulir ataupun berkas apapun yang termasuk dirapikan dan ditata untuk
selanjutnya akan disimpan di tempat penyimpanan berkas rekam medis.
b. Tupoksi Assembling Rekam Medis
Menurut Bambang Shofari (2004), menjelaskan bahwa peran dan fungsi dalam
pelayanan rekam medis yaitu sebagai perakit formulir rrekam meids, peneliti
isi data rekam medis pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir
rekam medis.
Berdasarkan fungsi tersebut assembling memiliki tugas pokok yaitu:
1) Sensus harian yang diterima
a. Menerima SHRJ, SHGD, SHRI beserta DRM rawat jalan,
gawat darurat dan rawat inap setiap hari..
b. Mencocokan jumlah DRM dengan jumlah pasien yanng tercatat
pada sensus harian masing-masing
c. Menandatangani buku ekspedisi sebagai bukti serah terima
DRM
d. Mengirim sensus harian tersebut ke fungsi analising dan
reporting
2) Dokumen rekam medis yang diterima
a. Merakit kembali formulir rekam medis bersamaan dengan itu
melakukan kegiatan penelitian tehadap kelengkapan data rekam
medis pada setiap lembar formulir rekam medis sensus.
b. Mencatat hasil penelitian tersebut ke dalam formulir
i. Kertas kecil untuk mencatat data yang tidak lengkap
kemudian ditempel pada halaman depan folder DRM
ii. Kartu kendali (KK) yang isi datanya meliputi, tanggal
diterimanya DRM, no. RM,, nama pasien, umur atau
tanggal lahir pasien, alamat pasien, tanggal masuk
pasien, tanggal keluar pasien, lama dirawat,, keadaan
keluar pasien, diagnose utama, diagnose kedua,,
kegiatan dan seterusnyam diagnose komplikasi,
tindakan medi ata operasi, sebab kematian, doter yang
merawat, ruang atau bangsal perawatan, kelas
perawatan, peserta askes atau non askes, ketidak
lengkapan data rekam medis
c. Bila DRM telah lengkap
i. Menyerahkan DRM dan KK ke bagian koding atau
indeksing
ii. Menyerahkan sensus harian ke baigan analisis ataau
reporting
d. Dila DRM tidak lengkap
i. Menempelkkan kertas kecil pada halaman depan folder
DRM
ii. Dengan menggunakan buku ekspedisi,, menyerahkan
DRM tidak lengkap kepada unit pencattan untuk
diteruskan kepada petugas pada kelengkapan isi data
rekam medis
iii. Menyiman KK berdasarkan isi data rekam medis yang
bersangkutan untuk dilenkapai
iv. Mengambil kembali DRM tidak lengkap pada 2x24 jan
setlah waktu penyerahannya
5. Indexing
A. Pengertian indeksing
Indeks adalah daftar istilah atau kata-kata penting yang tersusun secara
alfabetik untuk memberi informasi tentang halaman atau kata tersebut ditemukan.
Indeks dalam dunia rekam medis, adalah daftar kata atau istilah penting yang
disusun dengan tata cara/kebijakan suatu institusi penyelenggara kesehatan baik
secara manual maupun elektronik, yang bertujuan agar memudahkan dalam
pencarian kembali kata atau istilah tersebut.
Menurut Diren Yanmed (2006:61) “Indeksing adalah membuat tabulasi
sesuai dengan kode yang sudah dibuat kedalam indeks-indeks (dapat
menggunakan kartu indeks atau komputerisasi)”.
B. Jenis jenis indeksing
Pengindeksan dalam rekam medis atau manajemen informasi kesehatan
dibagi menjadi 5, yakni :
1. Indeks Pasien
Indeks pasien adalah suatu tabulasi kartu katalog yang
berisikan nama semua pasien yang pernah berobat di rumah sakit.
Informasi yang terdapat dalam kartu ini adalah :
a. Halaman Depan : Nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat,
tempat, pekerjaan dan tanggal lahir pasien.
b. Halaman Belakang : Tanggal masuk, tanggal keluar, hasil
penunjang medis, dokter, nomor rekam medis.
Ukuran kartu indeks penderita tergantung dari banyak
sedikitnya penderita yang berobat ke rumah sakit. Ukuran yang
dianjurkan adalah 12,5 x 7,5 cm. untuk rumah sakit sangat banyak
penderita rawat jalannya dianjurkan menggunakan kartu dengan
ukuran 4,25x7,5 cm. Kartu indeks penderita dapat digunakan sebagai
kunci untuk menemukan berkas rekam medis seorang penderita.
Untuk rumah sakit yang menggunakan sistem komputerisasi
tabulasi daftar nama pasien dapat dilakukan dengan menggunakan
komputer, dengan menggunakan sistem komputerisasi akan diperoleh
kemudahan secara kecepatan-didalam proses tabulasi data. Kegunaan
kartu indeks adalah kartu indeks penderita adalah kunci untuk
menemukan berkas rekam medis seorang penderita.
2. Indeks Dokter
Indeks dokter adalah sebuah tabulasi data yang berisi nama
dokter yang memberikan pelayanan medis kepada pasien. Indeks
dokter merupakan catatan yang bersifat rahasia (confidential record).
Kegunaan untuk menilai pekerjaan dokter dan bukti pengadilan.
Indeks dokter menyediakan catatan tentang pasien yang telah
dirawat bagi setiap staf medis yang bersifat rahasia (confidential
record), informasi pada indeks dokter tersedia hanya bagi the
governing board, chief executive officer, dan committees of the medical
staff yang ditugaskan untuk menelaah kerja dokter.
Kadang-kadang informasi pada Indeks dokter dapat digunakan
pada kasus-kasus malpraktek atau investigasi pajak penghasilan.
Indeks dokter dibuat dengan kode dokter, koode dokter sebaiknya
dibedakan antara dokter yang satu dengan yang lainnya.
Data yang diperlukan pada indeks dokter meliputi :
a. Nama Pasien
b. Nomor Rekam Medis
c. Length of stay (LOS)
d. Biaya Pengobatan dan perawatan
e. Hasil perawatan (pulang, meninggal) yang diperlukan
3. Indeks Penyakit
Indeks penyakit adalah daftar tabulasi kode-kode penyakit yang
disusun dalam masing-masing daftar sesuai dengan kode penyakitnya.
(Budi, 2011).
Ketentuan penulisan indeks penyakit yaitu, satu jenis
penyakit menggunakan satu kartu indeks, setiap nama penyakit
diikuti dengan penulisan kode ICD (International Statistical
Classification of Desease and Related Health Problem) yang
berlaku (revisi ke 10 sampai 3 digit). (Budi, 2011)
Pada umumnya indeks penyakit dapat memberikan
rincian guna melengkapi keperluan laporan medis dan statistik,
dan dapat digunakan untuk memenuhi permintaan informasi
pasien secepat mungkin dan terperinci.
C. Manfaat Indeks Penyakit :
a. Menelusuri nomor rekam medis dan nama pasien dengan penyakit yang
sama untuk disediakan dokumen rekam medisnya guna berbagai
keperluan,misalnya untuk audit medik oleh Komite Medik.
b. Menyusun laporan morbiditas berdasarkan umur,jenis
kelamin,wilayah,hasil pelayanan (sembuh,dirujuk,mati< 48 jam dan > 48
jam),dokter yg menangani dan bagaimana cara pembayaran pasien dalam
memperoleh pelayanan tersebut.
c. Sebagai sumber data untuk statistik RS.
d. Sebagai sumber data untuk keputusan-keputusan manajemen setelah data
tersebut diolah, misalnya perencanaan obat dengan metode
morbiditas,perencanaan kebutuhan peralatan medis dll.
Kegunaan :
a. Meyuguhkan data pelayanan yang di perlukan dalam survey kemampuan
rumah sakit.
b. Menemukan rekam medis dimana dokternya hanya ingat diagnosa atau
operasinya, sedangkan nama pasien yang bersangkutan lupa.
c. Menyediakan materi pendidikan untuk mahasiswa kedokteran, perawat dll.
Informasi yang ada didalam kartu ini adalah :
1) Nomor Kode
2) Judul, Bulan, Tahun
3) Nomor penderita
4) Jenis kelamin
5) Umur
6) Untuk indeks Operasi ditambah : Dokter bedah, hari pre operasi, post po,
pasien meninggal keluar (sembuh, cacat).
7) Untuk indeks penyakit ditambah : Diagnosa lain, dokter lain, hari
perawatan, meninggal/keluar (sembuh, cacat).
Dafpus

Eka setiawan, sistem informasi rekam medis, fakulats teknik UMP, tahun 2005,
http://repository.ump.ac.id/1923/3/Eka%20Setiawan%20BAB%20II.pdf

Astri mevwati zendrato, gambaran pelaksanaan pelayanan penerimaan pasien rawat inap dan
kelengkapan pengisian berkas rekam medis di rumah sakit universitas sumatra utara, tahun
2017,
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1391/131000668.pdf?sequence=1&is
Allowed=y

SOP pelayana pendaftaran pasien rawaat dan rawat inap RSUD Dr R Soedarsono Kota
Pasuruan

Kepmenkes nomor 856 tahun 2009, tetang standart IGD

”Sistem Penyimpanan Rekam Medis”.https://indrayonatan.wordpress.com/2013/05/18/sistem-


informasi-rekam-medis/ .(Diaksestanggal 27 juli tahun 2018, pukul 22:53 WIB)

“Alur dan Prosedur Rekam Medis “. http://lilikanggar.blogspot.co.id/2013/07/alur-dan-prosedur-


rekam-medis.html. (Diakses tanggal 27 juli 2018, pukul 23:10 WIB)

“Indeksing Rekam Medis”. http://www.medrec07.com/2014/12/indeksing-rekam-medis.html.


(Diakses tanggal 29 juli 2018, pukul 19:55 WIB)

Anda mungkin juga menyukai