TINJAUAN PUSTAKA
2.1.5. Penatalaksanaan
Dalam modalitas terapi diabetes melitus, dibagi menjadi terapi non-
farmakologi dan terapi farmakologi :
Terapi farmakologi :6
Macam-macam obat antiglikemik oral
1. Golongan insulin sensitizing
Biguanid
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah
metformin. Metformin terdapat dalam konsentrasi yang tinggi
di dalam usus dan hati, tidak dimetabolisme tetapi secara cepat
dikeluarkan melalui ginjal. Setelah diberikan oral, metformin
akan mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 jam dan
diekskresi lewat urin dalam keadaan utuh dengna waktu paruh
2-5 jam.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Efek samping gastrointestinal tidak jarang (~ 50 %) didapatkan
pada pemakaian awal metformin. Efek samping lain yang
dapat terjadi adalah asidosis laktat, meski kejadiannya cukup
jarang (0,03 / 1000 pasien) namun berakibat fatal pada 30-50
% kasus. Metformin juga dikontraindikasikan pada gangguan
fungi hati, infeksi berat, penggunaan alcohol berlebih serta
penyandang gagal jantung yang memerlukan terapi. Pemberian
metformin perlu pemantauan ketat pada usia lanjut (lebih dari
80 tahun) dimana massa otot bebas lemaknya sudah berkurang.
- Glitazone
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Glitazone diabsorbsi dengan cepat dan mencapai konsentrasi
tinggi terjadi setelah 1-2 jam. Makanan tidak mempengaruhi
farmakokinetik obat ini. Waktu paruh berkisar antara 3-4 jam
bagi rosiglitazone dan 3-7 jam bagi pioglitazone.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Obat ini dapat menyebabkan penambahan berat badan yang
bermakna sama atau bahkan lebih dari SU serta edema.
Keluhan infeksi saluran nafas atas (16 %), sakit kepala (7,1%)
dan anemia delusional juga dilaporkan. Pemakaian obat ini
harus hati-hati pada pasien dengan riwayat penyakit hati
sebelumnya, gagal jantung kelas 3 dan 4 dan edema.
- Sulfonilurea
- Glinid
Mekanisme kerja
Obat ini mempelambat pemecahan dan penyerapan
karbohidrat kompleks dengan menghambat enzim alfa
glucosidase yang terdapat pada dinding enterosit yang
terletak pada bagian proksimal usus halus. Sebagai
monoterapi tidak merangsang sekresi insulin sehingga tidak
dapat menyebabkan hipoglikemia.
Prevalensi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian observasional
Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap RSUD Koja dalam periode 6 agustus
2018 – 13 Oktober 2018
Populasi target adalah semua pasien yang didiagnosa dengan DM dan dirawat inap
di RSUD Koja. Dalam RSUD Koja atau di ruang selain Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam namun dikonsulkan ke Bagian Penyakit Dalam RSUD Koja dengan
diagnose DM.
Subjek penelitian adalah mereka yang termasuk ke dalam populasi terjangkau dan
memenuhi kriteria penelitian. Metode pengambilan sampel adalah dengan cara non-
probability sampling yaitu purposive sampling.
Analisis Data
A. Data Dasar
1. Nama : No. Rm :
2. Gender : L/P
3. Usia : tahun Tanggal Lahir : …/…/…
4. Alamat : …………………………………… No…
Rt/rw
Kelurahan Kecamatan
Kota No. Telp/HP
5. Riwayat Diabetes Militus :
6. Riwayat keluarga dengan Diabetes Militus :
7. Gejala :
a. Banyak minum : Ada/Tidak
b. Banyak Makan : Ada/Tidak
c. Banyak kencing : Ada/Tidak
d. Penuruan Berat Badan
8. Keluhan Lainnya :
a. Mulut bau aseton
b. Nyeri sendi
c. Pandangan gelap
d. Nyeri uluhati
e. Mual/Muntah
f. Udem ekstremits
g. Baal
h. Lain-lain :
9. Pemeriksaan Laboratorium :
a. GDS :
b. GDP :
c. G2PP :
d. HbA1c :