Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wawasan kebangsaan pada hakekatnya adalah hasrat yang sangat kuat

untuk kebersamaan dalam mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi.

Wawasan kebangsaan tidak dilandasi atas asal-usul kedaerahan, suku,

keturunan, status sosial, agama dan keyakinan. Jadi wawasan kebangsaan itu

sangat mutlak untuk di miliki oleh setiap warga negara Indonesia, wawasan

kebangsaan tidak timbul dengan sendirinya, tetapi muncul secara bertahap

pada diri seseorang, yaitu dengan seringnya menegakan wawasan yang

diketahuinya dan kemudian bisa di aplikasikan kepada kehidupannya sehari-

hari.

wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang

membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh

Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa Indonesia yang

waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa hasil, karena belum

adanya persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum colonial terus

menggunakan politik “devide et impera”. Kendati demikian, catatan sejarah

perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang

semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha

mengusir penjajah dari Nusantara.

Dalam perkembangan berikutnya, muncul kesadaran bahwa perjuangan

yang bersifat nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan

1
kesatuan dari seluruh bangsa Indonesia akan mempunyai kekuatan yang

nyata.

Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu tonggak sejarah,

bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

1945. Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap, dan

tekad yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati oleh

cita-cita moral rakyat yang luhur. Sikap dan tekad itu adalah

pengejawantahan dari satu wawasan kebangsaan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian wawasan kebangsaan?

2. Bagaimana konsep wawasan kebangsaan?

3. Bagaimana realita dan masalah terkait wawasan kebangsaan di

Indonesia sekarang ini?

4. Bagaimana solusi kita sebagai masyarakat Indonesia dalam

mengatasi masalah tersebut?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian wawasan kebangsaan

2. Mengetahui konsep wawasan kebangsaan

3. Mengetahui realita dan masaah terkait wawasan kebangsaan di

Indonesia sekarang ini

4. Mengetahui solusi yang dapat diakukan untuk mengatasi masalah

terkait wawasan kebangsaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Wawasan Kebangsaan

Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu

“Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil

mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara

pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan

Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan

nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai

kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan .

“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal

keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.

Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai

golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan)

bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.

Wawasan kebangsaaan merupakan sudut pandang suatu bangsa

dalam memahami keberadaan jati diri dan lingkungannya pada dasarnya

merupakan penjabaran dari falsafah bangsa itu sesuai dengan keadaan

wilayah suatu negara dan sejarah yang dialaminya. Wawasan ini

menentukan cara suatu bangsa memanfaatkan kondisi geografis, sejarah,

3
sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan

nasionalnya serta bagaimana bangsa itu memandang diri dan

lingkungannya baik ke dalam maupun ke luar. Dalam konteks Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), makna dan hakikat serta

pengejawantahan wawasan kebangsaan tersebut penting dipahami oleh

setiap warga negara Indonesia.

2.2. Konsep Wawasan Kebangsaan

Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi

bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya konsep kebangsaan itu telah

dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam

Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.

Konsep kebangsaan itulah yang membedakan bangsa Indonesia dengan

bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari

perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan, memulihkan martabat kita

sebagai manusia. Wawasan kebangsaan Indonesia menolak segala

diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna kulit, kedaerahan,

golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan

maupun status sosial. Konsep kebangsaan kita bertujuan membangun dan

mengembangkan persatuan dan kesatuan.

Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori oleh Budi

Utomo menjadi tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika. Berdirinya

Budi Utomo telah mendorong terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-

4
organisasi yang sangat majemuk, baik di pandang dari tujuan maupun

dasarnya.

Dengan Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional, khususnya

kaum pemuda berusaha memadukan kebhinnekaan dengan ketunggalikaan.

Kemajemukan, keanekaragaman seperti suku bangsa , adat istiadat,

kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa tetap ada dan dihormati.

Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga negara

kelas satu, kelas dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini antara lain dibuktikan

dengan tidak dipergunakannya bahasa Jawa misalnya, sebagai bahasa

nasional tetapi justru bahasa melayu yang kemudian berkembang menjadi

bahasa Indonesia.

Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak

porandakan adat budaya yang menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan

akan melemahkan paham nasionalisme. Paham nasionalisme adalah suatu

paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi terhadap masalah duniawi

dari setiap warga bangsa ditunjukan kepada negara dan bangsa. Meskipun

dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan yang sangat

terkenal, yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan pangkal tolak

nasionalisme yang demokratis, namun dalam perkembangannya nasionalisme

pada setiap bangsa sangat diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang berkembang

dalam masyarakatnya masing-masing, sehingga memberikan ciri khas bagi

masing-masing bangsa.

5
Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak dapat

mengisolasi diri dari bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari yang

terimplementasikan menjadi wawasan nusantara bahwa wilayah laut

Indonesia adalah bagian dari wilayah negara kepulauan yang diakui dunia.

Wawasan kebangsaan merupakan pandangan yang menyatakan negara

Indonesia merupakan satu kesatuan dipandang dari semua aspek sebagai

pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi

Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk mengejawantahan semua

dorongan dan rangsangan dalam usaha mencapai perwujudan aspirasi bangsa

dan tujuan nasional yang mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya,

kesatuan ekonomi, kesatuan pertahanan keamanan.

Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi sumber perumusan

kebijakan desentralisasi pemerintahan dan pembangunan dalam rangka

pengembangan otonomi daerah harus dapat mencegah disintegrasi /

pemecahan negara kesatuan, mencegah merongrong wibawa pemerintah

pusat, mencegah timbulnya pertentangan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah. Melalui upaya tersebut diharapkan dapat terwujud

pemerintah pusat yang bersih dan akuntabel dan pemerintah daerah yang

tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan daya saing yang sehat antar

daerah dengan terwujudnya kesatuan ekonomi, kokohnya kesatuan politik,

berkembangnya kesatuan budaya yang memerlukan warga bangsa yang

kompak dan bersatu dengan ciri kebangsaan, netralitas birokrasi

pemerintahan yang berwawasan kebangsaan, sistem pendidikan yang

menghasilkan kader pembangunan berwawasan kebangsaan.

6
Wawasan kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa

Indonesia untuk proaktif mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik

dengan memberi contoh bagi bangsa lain dalam membina identitas,

kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi dengan

meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang

diperlukan dalam mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab.

Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana

wawasan kebangsaan perlu memahami secara mendalam falsafah Pancasila

yang mengandung nilai-nilai dasar yang akhirnya dijadikan pedoman dalam

bersikap dan bertingkah laku yang bermuara pada terbentuknya karakter

bangsa.

Nilai wawasan kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan

kesatuan bangsa memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar dan

fundamental, yaitu:

1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai

mahluk ciptaan tuhan.

2. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas,

merdeka dan bersatu.

3. Cinta akan tanah air dan bangsa.

4. Demokrasi atau kedaulatan rakyat.

5. Kesetiakawanan sosial.

6. Masyarakat adil dan makmur.

7
2.3. Realita dan Masalah Perkembangan Wawasan Kebangsaan di Masyarakat

Semakin berkembangnya era globalisasi, perubahan cara pikir para

masyarakat pun berubah. Paradigma berfikir masyarakat, termasuk para

generasi muda pun mengalami perkembangan. Namun seringkali

perkembangan cara berfikir mereka tidak diimbangi dengan wawasan

kebangsaan yang mumpuni(memadai). Sehingga seringkali mereka

bertindak melampaui batas sebagai warga negara, dengan sikap seperti itu

maka suatu negara tidak mengalami perkembangan yang seharusnya, oleh

karena itu perlu adanya pengimbangan antara wawasan kebangsaan

dengan cara berperilaku masyarakat terhadap perkembangan. Karena

dengan wawasan kebangsaan itulah seorang individu atau bahkan

masyarakat umum mampu menjawab tantangan besar di dunia luar, namun

tetap berpegang teguh dengan kepribadian bangsa. di Indonesia wawasan

kebangsaan sudah mulai tergeser oleh berbagai budaya asing yang masuk,

dan warga negara nya cenderung tidak peduli terhadap wawasan

kebangsaan tersebut, apalagi pada kalangan generasi muda saat ini, mereka

tidak bangga atas negaranya sendiri dan lebih membanggakan negara lain

yang menurut pandangan mereka lebih baik dan tentunya lebih modern.

Apabila hal ini terus terjadi, maka lambat laun wawasan kebangsaan

mereka akan terkikis dan wawasan kebangsaan itu akan menghilang dari

diri mereka.

Contoh masalah : maraknya kemaksiatan di tengah masyarakat

serta korupsi dan manipulasi dikalangan pejabat terjadi karena

menurunnya moral keagamaan bangsa kita. Meskipun negara kita adalah

8
negara dengan jumlah pemeluk agama Islam yang tertinggi di dunia, nilai-

nilai keTuhanan masih berupa ritual yang dipahami sebatas simbol dan

belum menjiwai perilaku keseharian masyarakat maupun para petinggi

negara kita.

Contoh-contoh nyata lainnya adalah lepasnya Timor-Timur dari

pangkuan Republik Indonesia, insiden-insiden bernuansa makar yang

terjadi di Papua, Aceh, dan Maluku, kerusuhan etnis di Sampit dan

Ambon, serta terorisme yang sedang menghangat akhir-akhir ini.

Bagaimana mungkin seorang anak bangsa mau melakukan pemboman di

negeri sendiri dan mengorbankan saudara sebangsa, jika mereka memiliki

rasa cinta tanah air yang tinggi? Yang juga mengherankan adalah

munculnya golongan-golongan radikal yang tidak lagi menghormati

Pancasila sebagai dasar negara dan sang Merah Putih sebagai bendera

nasional, padahal di satu sisi, kepentingan dan keselamatan mereka dijaga

dan dihormati oleh negara. Inilah akibat dari hilangnya tekad kebersamaan

sebagai suatu bangsa dan rasa cinta tanah air sehingga kepentingan

golongan menjadi suatu hal yang harus diperjuangkan di atas kepentingan

negara dan masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi lemahnya wawasan kebangsaan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia sangatlah komplek.

Secara umum dapat dilihat pengaruh dari dalam (internal) dan pengaruh

dari luar (eksternal).

1. Faktor internal, sebagai berikut:

9
a. Krisis multidimensial dibidang moneter, ekonomi, politik, hukum,

keamanan,sosial budaya,krisis moral,dan krisis kepercayaan.

b. Bahaya disintegrasi bangsa antara lain: yang dipicu oleh semangat

etnosentrisme,primodialisme , sektarianisme di satu pihak,dan

berseberangan dengan sikap uniformitas,sentralisme,dan

otoriterisme di pihak lain. Ditambah dengan aplikasi otonomi

daerah (UU No.22 tahun 1999) yang ‘kebablasan’ yang tidak

sesuai dengan semangat dan substansi otonomi daerah itu sendiri.

c. Etnosentrisme adalah suatu sikap atau pandangan yang semula

berpangkal pada rasa kebanggaan kepada masyarakat dan

kebudayaan sendiri,adat sendiri,atau etnisnya sendiri pada

kelompok masyarakat,tertentu, namun kemudian berkembang

menjadi sikap dan pandangan yang meremehkan ,memandang

rendah atau kurang menghargai kepada masyarakat,budaya atau

adat etnis yang lain.Loyalitas lebih dominan kepada orang sesuku

daerahnya

d. Primodialisme yaitu suatu sikap dan pandangan sutu kelompok

masyarakat tertentu bahwa segala urusan haruslah yang mula-

mula,yang asal,yang asli daerahnya,yang didahulukan

2. Faktor eksternal

Faktor luar yang merupakan tantangan kita pada masa kini ialah

tumbuh berkembangnya : liberalisasi dan liberalisme, neoliberal-

isme,neo-inperialisme dan globalisasi serta globalisme.

10
a. Liberalisasi adalah suatu usaha untuk mengaplikasikan paham

liberal dalam kehidupan ketatanegaraan dan kehidupan

ekonomi.(liberty,liberte – kebebasan). Liberalisasi di bidang

ekonomi dan perdagangan internasioanl dimaksudkan untuk

menghapus segala hambatan yang terjadi dalam perdagangan

multi nasional seperti adanya tarif,quota, dumping,sistem

proteksi,dan sebagainya dalam rangka meningkatkan volume

perdagangan internasinal dan menciptakan efisiensi dalam

hubungan perdagangan antar negara.

b. Liberalisme – adalah suatu paham atau filsafat yang

menginginkan kebebasan berpendapat secara lisan (berbicara)

maupun kebebasan pendapat secara tertulis,kebebasan

berorganisasi,berpolitik,beragama maupun berusaha ,tanpa

dicampuri atau diintervensi oleh negara atau kekuatan sosial

lainnya.

c. Globalisasi – adalah suatu kondisi atau keadaan dimana hubungan

antar bangsa,antar negara dan antar individu tidak lagi dapat

dibatasi oleh batas-batas fenomenal maupun batas-batas hukum

negara.

2.4. Solusi Permasalahan Wawasan Kebangsaan

Untuk mengatasi dan mencegah semua masalah tersebut di atas,

penanaman dan penguatan konsep yang diwujudkan dengan penerapan

nilai-nilai dasar wawasan kebangsaan menjadi agenda yang harus segara

dilakukan jika kita ingin menyelamatkan bangsa dan negara kita. Dalam

11
menerapkan konsep wawasan kebangsaan, Seminar Pendidikan Wawasan

Kebangsaan (1993) mengemukakan perlunya 2 (dua) aspek sebagai

berikut:

1. Aspek Moral, mensyaratkan adanya perjanjian diri (commitment) pada

seseorang atau masyarakat untuk turut bekerja bagi kelanjutan

eksistensi bangsa dan bagi peningkatan kualitas kehidupan bangsa.

2. Aspek Intelektual, menghendaki pengetahuan yang memadai mengenai

tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa serta potensi-potensi yang

dimiliki bangsa.

Konsep tanpa adanya komitmen untuk bertindak ibarat mimpi di siang

bolong. Karena itu, harus ada suatu gerakan moral berskala nasional, entah

apapun namanya, resmi maupun tidak resmi, sebagai suatu statemen

nasional untuk bersama-sama mendukung serta menerapkan nilai-nilai

wawasan kebangsaan. Media-massa sebagai penyalur informasi

memegang peranan penting dalam hal ini dan harus memiliki komitmen

tinggi terhadap pemulihan semangat nasionalisme. Kebebasan pers harus

dimaknai secara bertanggung-jawab, sehingga konsep wawasan

kebangsaan selalu tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Hal

yang terasa sepele namun cukup bermakna misalnya adalah penayangan

film-film dokumenter tentang perjuangan bangsa, serta pemutaran lagu-

lagu nasional di televisi pada jam-jam yang cukup efektif untuk

membentuk karakter dan kesadaran masyarakat tentang kehidupan

berbangsa dan bernegara. Komitmen yang bersungguh-sungguh dari

segenap lapisan dan komponen bangsa secara angsung maupun tidak

12
langsung akan menggugah semangat dan intelektualitas bangsa sehingga

mereka selalu waspada dan siap menghadapi tantangan-tantangan era

modern dengan segenap potensi yang ada. Pada gilirannya, penerapan

konsep wawasan kebangsaan yang baik akan dapat membentuk manusia

Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya sebagai obyek

dan sekaligus subyek usaha pembangunan nasional menuju masyarakat

adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang

bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan

Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan

pertahanan keamanan. Wawasan kebangsaan pada hakekatnya adalah hasrat

yang sangat kuat untuk kebersamaan dalam mengatasi segala perbedaan dan

diskriminasi. Wawasan kebangsaan tidak dilandasi atas asal-usul kedaerahan,

suku, keturunan, status sosial, agama dan keyakinan.

3.2. Saran

Agar pembaca dapat memahami sebuah arti dan pentingnya sebuah

wawasan kebangsaan sehingga dapat menambah wawasan atau pengetahuan

baik pembaca maupun pembuat mari membaca untuk kemajuan bangsa.

14
15

Anda mungkin juga menyukai