Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEHIDUPAN DI DESA LEBIH AKRAB DIBANDINGKAN KEHIDUPAN


DI KOTA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
POLA PIKIR DAN PERILAKU MASYARAKAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sosiologi


Guru Pengampu : Budi Suryaningsih, S.Pd

Disusun Oleh :
1. Cendra Ajeng Pramesti
2. M. Muaripin
3. Septi Amelia Putri
4. Uswatun Khasanah

XI IPS

MAN 2 GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi yang diampu oleh Guru
Pengampu Budi Suryaningsih, S.Pd.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Siswa-Siswi MAN 2
GROBOGAN. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna.
Untuk itu, kepada guru pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
A. Interaksi Sosial ................................................................................................... 3
B. Masyarakat Pedesaan ........................................................................................... 4
C. Faktor Kehidupan di Desa Lebih Akrab dari pada Kehidupan di Kota............... 4
D. Pola Interaksi Masyarakat Desa .......................................................................... 7
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pikir Masyarakat ............................... 8
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

iii
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang
bermasyarakat. Selain itu, manusia juga diberi kelebihan yaitu akal pikiran yang
berkembang dan dapat dikembangkan. Dalam hubungannya manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup diantara manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menggambarkan dirnya dalam berbagai bentuk. Oleh
karena itu, dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia tidak akan bisa hidup sebagai
manusia jika tidak hidup ditengah-tengah manusia lainnya. Selain itu, manusia
memiliki dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Dalam kehidupan
bermasyarakat apabila kita amati, akan kita temui perbedaan antara masyarakat yang
tinggal di kota dengan yang tinggal di desa. Umumnya hal itu karena tingginya
persaingan di daerah perkotaan, baik persaingan pekerjaan, gengsi dalam kehidupan
sosial, maupun hal lainnya. Hal ini membuat masyarakat yang tinggal di daerah
perkotaan memiliki sifat yang lebih dinamis da n mobilitas yang tinggi dibanding
dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Dengan rendahnya mobilitas masyarakat
pedesaan, intensitas bertemu antar warga menjadi semakin intensif yang berimbas pada
hubungan antar warga.
Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur sosial
masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial sangat dipengaruhi oleh
lembaga- lembaga sosial (social institutions) yang ada pada masyarakat tersebut karena
struktur sosial dan lembaga- lembaga sosial pedesaan sangat berbeda dengan perkotaan
maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat pun tidak sama. Pada masyarakat
pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosial adalah motif-
motif sosial. Pada masyarakat pedesaan pola interaksinya horisontal banyak
dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian interaksi sosial?
2. Apa pengertian masyarakat pedesaan?
3. Mengapa kehidupan di desa lebih akrab dari pada kehidupan di kota?
4. Bagaimana pola interaksi masyarakat desa?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola pikir masyarakat?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian interaksi sosial
2. Mengetahui pengertian masyarakat pedesaan
3. Untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sosiologi
4. Untuk mengetahui Penyebab Kehidupan di desa lebih akrab dari pada kehidupan
kota.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola pikir masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena dengan
tidak adanya interaksi sosial maka tidak ada kehidupan dalam masyarakat. Per gaulan
hidup akan terjadi dalam suatu kelompok sosial apabila terjadi kerjasama, saling
berbicara, saling berkomunikasi, dan sebagainya untuk mencapa i tujuan tertentu. Di
sisi lain, untuk mencapai tujuan dapat menimbulkan persaingan bahkan konflik sosial
diantara masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto, 2013: 55) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
dengan perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkan menurut Yoseph S. Roucek
(Bintarto, 1989: 63-64) “Interaction is a process in wich the responses of each partly
become, succesivesly, stimula for the responses of the other. It is reciprocal process in
wich one party is influenced by the other behavior through contact direct speaking,
listening, indirect writing” yang intinya dapat diartikan: interaksi merupakan suatu
proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari
pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang di dengar
atau melalui surat kabar.
Menurut (Soekanto, 2013:54) Pengertian interaksi sosial sangat berguna di
dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpanya
indonesia dapat dibahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara
pelbagai suku bangsa atau golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan
mengetahui dan memahami perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta
memengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu, pengetahuan kita dapat
disumbangkan pada usaha bersama yang dinamakan pembinan bangsa dan masyarakat.
Jadi, interaksi sosial adalah hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok yang baik melalui kontak langsung maupun melalui
perantara yang berupa media.

3
B. Masyarakat Pedesaan
Menurut R. Linton masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan
dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Seadangkan Hasan shadily mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia yang dengan pengaruh bertalian secara golongan dan
mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain. Jadi, masyarakat adalah sekelompok
orang yang hidup bersama pada suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu,
dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara
anggota dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 22/1948 menjelaskan bahwa
desa adalah bentuk daerah otonom terendah sesudah kota. Menurut Sutardjo
Kartohadikusumo (Hartomo, 2008: 240) Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Sedangkan menurut Bintarto Desa merupakan perwujudan persatuan geografi, sosial,
ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suat daerah dalam hubungannya dan
pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Masyarakat pedesaan mempunyai
hubungan yang mendalam dan erat antar warga. Jadi, di antara warganya mempunyai
hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya. Ini dikarenakan, seseorang merasa
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup
dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama
sebagai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak
tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam
masyarakat. Hal ini juga merupakan imbas dari intensitas pertemuan antar warga di
masyarakat pedesaan.

C. Faktor Kehidupan di Desa Lebih Akrab dari pada Kehidupan di Kota


1. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini
terjadi dalam dua hal, yaitu: secara ekonomi memeng tidak mampu dan secara
budaya tidak suka menyombongkan diri.

4
2. Mudah Curiga
Secara umum masyarakat desa akan menaruh curiga, pada: hal- hal baru diluar
dirinya yang belum dipahaminya dan seseorang atau sekelompok yang bagi
komunitas mereka dianggap asing.
3. Menjunjung Tinggi “Unggah-ungguh”
Sebagai “Orang Timur” orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau
“Ungah-ungguh” apabila: Bertemu dengan tetangga, Berhadapan dengan pejabat,
Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan, Berhadapan dengan orang yang
lebih mampu secara ekonomi, dan berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat
pendidikannya.
4. Guyub Kekeluargaan
Menjadi karakteristik khas masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan
persaudaraan telah “Mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.
5. Lugas
Berbicara apa adanya, itulah ciri khas lain masyarakat desa. Mereka tidak peduli
apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena mereka memang
tidak berencana menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri apabila ada orang yang bertanya
tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Terlebih pada orang yang belum
dikenal dekat. Hal ini menyulitkan bagi petugas survei atau mahasiswa yang
mencari data pendapatan dan pengeluaran mereka.
7. Persaan “Minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan masyarakat desa, baik secara langsung ataupun
tidak langsung ketika bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang
cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam atau tidak banyak bicara.
8. Menghargai “Ngajeni” orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan oramg lain yang yang
pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas budi sebesar- besarnya. Balas
budi ini tidak selalu berwujud material, tetapi juga dalam bentuk penghargaan
sosial atau dalam bahasa jawa biasa d isebut Ngajeni.

5
9. Jika diberi janji akan selalu ingat
Bagi masyarakat desa, janji yang diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan
sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini
didasari oleh pengalaman atau trauma yang selama ini sering mereka alami,
khususnya terhadap janji-janji program pembangunan daerahnya. Apabila janji itu
tidak ditepati bagi mereka akan menjadi luka dalam yang begitu membekas dihati
dan sulit menghapuskannya.
10. Suka Gotong-royong
Salah satu ciri masyarakat desa yang dimiliki hampir seluruh kawasan Indonesia
adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan
Sambatan. Uniknya tanpa dimintai pertolongan mereka akan serta merta
nyengkuyung atau bahu- membahu meringankan beban tetangganya yang sedang
punya gawe atau hajatan. Mereka tidak mempertimbangkan kerugian materiil yang
dikeluarkan untuk orang lain. Prinsip mereka “Rugi Sathak, Bathi Sanak” yang
kurang lebih artinya “Lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan
mendapat saudara”
11. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan
keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
meknisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini BPD (Badan Perwakilan
Desa) sangant penting dalam mengakomodasi pendapat/input warga.
12. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius, artinya dalam keseharian mereka taat
menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif mereka juga mengaktualisasikan
diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: Tahlilan,
rajaban, Jum’at Kliwonan dsb.

Dengan demikian, pada umumnya masyarakat pedesaan masih kuat dalam


memegang kebudayaan dan adat kebiasaan mereka. Mereka seakan menolak
kebudayaan asing yang masuk. Hal ini membuat kultur adat keb iasaan mereka
sangat kental, mungkin hal ini pula yang dulunya membuat bangsa Indonesia
menjadi salah satu Negara yang paling ramah di dunia sejak dahulu. Pola interaksi

6
mereka sangat kuat hubungan kekeluargaanya. Contoh apabila ada yang terkena
musibah pada suatu individu pada pedesaan, tetangga umumnya akan datang dan
menanyakan apa yang sedang terjadi dan membantu mereka. Hal ini bukan pula
tidak ada di masyarakat kota tetapi intensitasnya cenderung rendah dalam
masyarakat perkotaan.

D. Pola Interaksi Masyarakat Desa


Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang
kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga /anggota masyarakat yang kuat
yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat dimana ia hidup serta memiliki perasaan untuk berkorban
setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat karena
beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarat yang saling mencintai saling
menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan
kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut:

1. Di dalam masyarakat pedesaan diantara warganya mempunyai hubungan yang


lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaab lainnya
di luar batas-batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
(Gemeinchaft atau paguyuban).
3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-
pekerjaan yang ukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (Part Time) yang
biasanya sebagai pengisi waktu luang.
4. Masyarakat tersebut homogen seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-
istiadat, dan sebagainya.
Oleh karena anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir
sama maka mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan
mereka. Seperti pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta perkawinan,
memperbaiki jalan desa, membuat saluran air, dan sebagainya. Dalam hal- hal
tersebut mereka akan selalu bekerja sama.

Bentuk-bentuk kerjasama dalam masyarakat sering diistilahkan dengan


gotong-royong dan tolong-menolong. Pekerjaan gotong-royong pada waktu sekarang
7
lebih populer dengan istilah kerja bakti, misalnya memperbaiki jalan, saluran air,
menjaga keamanan desa (ronda malam), dan sebagainya. Sedangkan mengenai macam
pekerjaan gotong-royong (kerja bakti) itu, ada dua macam:

1. Kerjasama pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat


itu sendiri (biasanya diistilahkan dari bawah).
2. Kerjasama untuk pekerjaan-pekerjaan yang inisiatifnya tidak timbul dari
masyarakat itu sendiri atau berasal dari luar (biasanya berasal dari atas).
Hubungan sosial masyarakat pedesaan terjadi secara kekeluargaan dan jauh
menyangkut masalah-masalah pribadi. Satu dengan yang lain mengenal secara rapat,
menghayati secara mendasar. Suka atau duka yang dirasakan salah satu anggota akan
dirasakan oleh seluruh anggota. Pertemuan-pertemuan dan kerjasama untuk
kepentingan sosial lebih diutamakan dari pada kepentingan individu. Segala
kehidupan sehari- hari diwarnai gotong-royong, misalnya: mendirikan rumah,
mengerjakan sawah, menggali sumur, maupun melayat orang meninggal.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pikir Masyarakat


Sedikitnya ada empat faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang, yaitu
lingkungan keluarga, pergaulan dengan masyarakat, pendidikan, dan sistem
kepercayaan atau keyakinan.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga yang mengembangkan kebiasaan makan bersama, membaca
buku, mematikan lampu setelah selesai digunakan, dan kebiasaan positif lainnya,
akan menghasilkan anggota keluarga yang memiliki pola pikir yang terwarnai
oleh nilai-nilai yang dibangun bersama oleh keluarga tadi.
Pola pikir seseorang yang berasal dari keluarga yang sarat dengan sistem
nilai positif, dipastikan akan lebih unggul dari keluarga yang tidak atau kurang
membangun sistem nilainya.
2. Pergaulan dengan Masyarakat
Aparatur yang banyak berteman dengan pengusaha, cenderung
memperlihatkan pola pikir seperti pengusaha. Aparatur yang berteman dengan
politikus, cenderung akan mengikuti gaya berpikir politikus. Aparatur yang
berteman dengan tukang rumpi, dia akan tertular dengan kegatalannya para
perumpi. Dan, bila seorang aparatur berteman dengan orang yang shalih, diapun
cenderung akan mengadopsi sifat-sifat dan cara berpikir orang shalih tersebut.
8
Konsekuensinya, bila seorang aparatur ingin memiliki pola pikir yang baik, ia
akan berhati-hati dalam memilih teman.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah solusi terbaik untuk membentuk pola pikir yang
unggul. Seorang aparatur tidak akan membiarkan waktunya berlalu tanpa
membaca buku. Ia akan rajin men-charge dirinya sendiri melalui seminar-
seminar yang bermanfaat. Ia akan gunakan internet untuk mencari berbagai
informasi yang dapat mendukung karirnya sebagai seorang aparatur. Ia akan
berusaha untuk meningkatkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, bukan
karena selembar ijazah atau kebanggaan menyandang sederet gelar akademik, tapi
karena kesadaran untuk terus meningkatkan kompetensi diri. Iapun Ia tidak akan
membiarkan dirinya menonton TV lebih dari satu jam sehari.
4. Sistem Kepercayaan (Belief System)
Faktor yang paling dominan mempengaruhi pola pikir adalah sistem
kepercayaan atau keyakinan seseorang (belief system). Bukti sangat kuat bahwa
sistem keyakinan memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap pola pikir
seorang aparatur, adalah ketika ia dihadapkan pada peluang melakukan korupsi.
Satu-satunya yang sanggup mencegah perbuatan tersebut bukanlah sanksi dari
atasan, KPK, Kejaksaan, atau dari Kepolisian.., tetapi rasa takutnya kepada
Tuhannya. Bahwa suatu hari nanti, setiap orang akan dibalas sesuai dengan apa
yang diperbuatnya. Ia merasa tidak akan sanggup menghadapi murka Tuhan
Yang Maha Keras siksanya atas korupsi yang ia lakukan. Ia juga sadar bahwa
azab neraka, bukanlah akhir kehidupan yang baik.
Belief System, atau sistem kepercayaan, atau sistem keyakinan, juga
mampu mengarahkan seorang Aparatur untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada semua orang yang berurusan dengannya, baik itu masyarakat, atasan,
bawahan, atau kolega.
Seorang Aparatur yang mempunyai mental senang, ikhlas, dan antusias
dalam melayani, berkeyakinan bahwa semua itu ia lakukan semata karena ia
ingin bermanfaat bagi manusia lainnya.
Ia meyakini bahwa apa yang ditabur akan dituai, artinya pelayanannya
kepada masyarakat bukan sekedar melaksanakan tugas, tapi juga investasi yang
sangat bernilai untuk akhiratnya kelak. Investasi yang dapat menghantarkannya
kepada hadiah yang paling dinanti umat manusia sedunia, ...surga !! – the most
9
most beautiful place, where anybody in it are allowed to do and to get anything
they want. A Place that never imagine before.
Bila dalam sebuah lembaga ditemukan aparatur yang selalu disiplin,
berkinerja baik, bertanggungjawab, selalu berusaha meningkatkan
kompetensinya, berusaha melayani pimpinan, kolega, bawahan, dan
masyarakatnya dengan pelayanan yang terbaik, sangat boleh jadi ia adalah
aparatur yang memiliki pola pikir akhirat, belief system yang menurut kami tiada
tandingannya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial
terjadi apabila dalam masyarakat terjadi kontak sosial dan komunikasi.
Pada masyarakat desa selalu ada interaksi yang dilakukan oleh individu dengan
individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Interaksi
antara individu dengan individu dapat terlihat jika individu memberikan pengaruh
ataupun rangsangan terhadap individu lainnya. Wujud interaksi ini dapat terlihat
misalnya dalam bentuk berjabat tangan , bercakap-cakap maupun bertengkar.
Bentuk interaksi yang terjadi pada masyarakat perdesaan terdiri dari assosiatif
dan dissosiatif. Assosiatif meliputi kerjasama, akomodasi dan asimilasi sedangkan
dissosiatif terdiri dari pertentangan, konflik serta kontravensi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan

Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek

Kuswanto dan Bambang Siswanto. (2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai

http://interaksisosial25.blogspot.com/

http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/

http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2009/03/interaksi-sosial.html

http://rachmatsoegiharto.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
pola.html

12

Anda mungkin juga menyukai