Disusun Oleh :
1. Cendra Ajeng Pramesti
2. M. Muaripin
3. Septi Amelia Putri
4. Uswatun Khasanah
XI IPS
MAN 2 GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi yang diampu oleh Guru
Pengampu Budi Suryaningsih, S.Pd.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Siswa-Siswi MAN 2
GROBOGAN. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna.
Untuk itu, kepada guru pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang
bermasyarakat. Selain itu, manusia juga diberi kelebihan yaitu akal pikiran yang
berkembang dan dapat dikembangkan. Dalam hubungannya manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup diantara manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menggambarkan dirnya dalam berbagai bentuk. Oleh
karena itu, dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia tidak akan bisa hidup sebagai
manusia jika tidak hidup ditengah-tengah manusia lainnya. Selain itu, manusia
memiliki dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Dalam kehidupan
bermasyarakat apabila kita amati, akan kita temui perbedaan antara masyarakat yang
tinggal di kota dengan yang tinggal di desa. Umumnya hal itu karena tingginya
persaingan di daerah perkotaan, baik persaingan pekerjaan, gengsi dalam kehidupan
sosial, maupun hal lainnya. Hal ini membuat masyarakat yang tinggal di daerah
perkotaan memiliki sifat yang lebih dinamis da n mobilitas yang tinggi dibanding
dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Dengan rendahnya mobilitas masyarakat
pedesaan, intensitas bertemu antar warga menjadi semakin intensif yang berimbas pada
hubungan antar warga.
Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur sosial
masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial sangat dipengaruhi oleh
lembaga- lembaga sosial (social institutions) yang ada pada masyarakat tersebut karena
struktur sosial dan lembaga- lembaga sosial pedesaan sangat berbeda dengan perkotaan
maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat pun tidak sama. Pada masyarakat
pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosial adalah motif-
motif sosial. Pada masyarakat pedesaan pola interaksinya horisontal banyak
dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian interaksi sosial?
2. Apa pengertian masyarakat pedesaan?
3. Mengapa kehidupan di desa lebih akrab dari pada kehidupan di kota?
4. Bagaimana pola interaksi masyarakat desa?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola pikir masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian interaksi sosial
2. Mengetahui pengertian masyarakat pedesaan
3. Untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sosiologi
4. Untuk mengetahui Penyebab Kehidupan di desa lebih akrab dari pada kehidupan
kota.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola pikir masyarakat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena dengan
tidak adanya interaksi sosial maka tidak ada kehidupan dalam masyarakat. Per gaulan
hidup akan terjadi dalam suatu kelompok sosial apabila terjadi kerjasama, saling
berbicara, saling berkomunikasi, dan sebagainya untuk mencapa i tujuan tertentu. Di
sisi lain, untuk mencapai tujuan dapat menimbulkan persaingan bahkan konflik sosial
diantara masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto, 2013: 55) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
dengan perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkan menurut Yoseph S. Roucek
(Bintarto, 1989: 63-64) “Interaction is a process in wich the responses of each partly
become, succesivesly, stimula for the responses of the other. It is reciprocal process in
wich one party is influenced by the other behavior through contact direct speaking,
listening, indirect writing” yang intinya dapat diartikan: interaksi merupakan suatu
proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari
pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang di dengar
atau melalui surat kabar.
Menurut (Soekanto, 2013:54) Pengertian interaksi sosial sangat berguna di
dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpanya
indonesia dapat dibahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara
pelbagai suku bangsa atau golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan
mengetahui dan memahami perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta
memengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu, pengetahuan kita dapat
disumbangkan pada usaha bersama yang dinamakan pembinan bangsa dan masyarakat.
Jadi, interaksi sosial adalah hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok yang baik melalui kontak langsung maupun melalui
perantara yang berupa media.
3
B. Masyarakat Pedesaan
Menurut R. Linton masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan
dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Seadangkan Hasan shadily mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia yang dengan pengaruh bertalian secara golongan dan
mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain. Jadi, masyarakat adalah sekelompok
orang yang hidup bersama pada suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu,
dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara
anggota dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 22/1948 menjelaskan bahwa
desa adalah bentuk daerah otonom terendah sesudah kota. Menurut Sutardjo
Kartohadikusumo (Hartomo, 2008: 240) Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Sedangkan menurut Bintarto Desa merupakan perwujudan persatuan geografi, sosial,
ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suat daerah dalam hubungannya dan
pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Masyarakat pedesaan mempunyai
hubungan yang mendalam dan erat antar warga. Jadi, di antara warganya mempunyai
hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya. Ini dikarenakan, seseorang merasa
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup
dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama
sebagai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak
tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam
masyarakat. Hal ini juga merupakan imbas dari intensitas pertemuan antar warga di
masyarakat pedesaan.
4
2. Mudah Curiga
Secara umum masyarakat desa akan menaruh curiga, pada: hal- hal baru diluar
dirinya yang belum dipahaminya dan seseorang atau sekelompok yang bagi
komunitas mereka dianggap asing.
3. Menjunjung Tinggi “Unggah-ungguh”
Sebagai “Orang Timur” orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau
“Ungah-ungguh” apabila: Bertemu dengan tetangga, Berhadapan dengan pejabat,
Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan, Berhadapan dengan orang yang
lebih mampu secara ekonomi, dan berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat
pendidikannya.
4. Guyub Kekeluargaan
Menjadi karakteristik khas masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan
persaudaraan telah “Mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.
5. Lugas
Berbicara apa adanya, itulah ciri khas lain masyarakat desa. Mereka tidak peduli
apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena mereka memang
tidak berencana menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri apabila ada orang yang bertanya
tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Terlebih pada orang yang belum
dikenal dekat. Hal ini menyulitkan bagi petugas survei atau mahasiswa yang
mencari data pendapatan dan pengeluaran mereka.
7. Persaan “Minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan masyarakat desa, baik secara langsung ataupun
tidak langsung ketika bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang
cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam atau tidak banyak bicara.
8. Menghargai “Ngajeni” orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan oramg lain yang yang
pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas budi sebesar- besarnya. Balas
budi ini tidak selalu berwujud material, tetapi juga dalam bentuk penghargaan
sosial atau dalam bahasa jawa biasa d isebut Ngajeni.
5
9. Jika diberi janji akan selalu ingat
Bagi masyarakat desa, janji yang diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan
sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini
didasari oleh pengalaman atau trauma yang selama ini sering mereka alami,
khususnya terhadap janji-janji program pembangunan daerahnya. Apabila janji itu
tidak ditepati bagi mereka akan menjadi luka dalam yang begitu membekas dihati
dan sulit menghapuskannya.
10. Suka Gotong-royong
Salah satu ciri masyarakat desa yang dimiliki hampir seluruh kawasan Indonesia
adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan
Sambatan. Uniknya tanpa dimintai pertolongan mereka akan serta merta
nyengkuyung atau bahu- membahu meringankan beban tetangganya yang sedang
punya gawe atau hajatan. Mereka tidak mempertimbangkan kerugian materiil yang
dikeluarkan untuk orang lain. Prinsip mereka “Rugi Sathak, Bathi Sanak” yang
kurang lebih artinya “Lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan
mendapat saudara”
11. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan
keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
meknisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini BPD (Badan Perwakilan
Desa) sangant penting dalam mengakomodasi pendapat/input warga.
12. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius, artinya dalam keseharian mereka taat
menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif mereka juga mengaktualisasikan
diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: Tahlilan,
rajaban, Jum’at Kliwonan dsb.
6
mereka sangat kuat hubungan kekeluargaanya. Contoh apabila ada yang terkena
musibah pada suatu individu pada pedesaan, tetangga umumnya akan datang dan
menanyakan apa yang sedang terjadi dan membantu mereka. Hal ini bukan pula
tidak ada di masyarakat kota tetapi intensitasnya cenderung rendah dalam
masyarakat perkotaan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial
terjadi apabila dalam masyarakat terjadi kontak sosial dan komunikasi.
Pada masyarakat desa selalu ada interaksi yang dilakukan oleh individu dengan
individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Interaksi
antara individu dengan individu dapat terlihat jika individu memberikan pengaruh
ataupun rangsangan terhadap individu lainnya. Wujud interaksi ini dapat terlihat
misalnya dalam bentuk berjabat tangan , bercakap-cakap maupun bertengkar.
Bentuk interaksi yang terjadi pada masyarakat perdesaan terdiri dari assosiatif
dan dissosiatif. Assosiatif meliputi kerjasama, akomodasi dan asimilasi sedangkan
dissosiatif terdiri dari pertentangan, konflik serta kontravensi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan
http://interaksisosial25.blogspot.com/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/
http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2009/03/interaksi-sosial.html
http://rachmatsoegiharto.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
pola.html
12