Oleh
Mir’atunnisa 17721009
Mudrofin 17721065
PROGRAM PASCASARJANA
2018
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian baik manfaat toeretis maupun manfaat
praktis bagi sekolah, bagi guru, serta bagi siswa.
1
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cetakan Kelima (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2008), 1.
2
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cetakan Keenam
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2008), 21.
1
2
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat dalam dua aspek utama, baik
secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat secara teoritis mengacu kepada
manfaat keilmuan sedangkan manfaat secara praktis lebih mengarah kepada telaah
fungsional.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Analisis komponen kurikulum bahasa Arab di kelas IV MI Ma’arif Al Falah
Joyokusumo untuk mengetahui implementasi dan pengembangan komponen
kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Selain itu, diharapkan analisis ini dapat
memperkaya khazanah pendidikan bahasa Arab khususnya di tingkat madrasah
ibtidaiyah dan implementasi kurikulumnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, antara lain sebagai berikut.
a. Bagi sekolah
Hasil analisis makalah ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan
perbaikan kualitas pembelajaran dan pendidikan di MI Ma’arif Al Falah
Joyokusumo.
b. Bagi guru
Hasil analisis makalah ini dapat digunakan oleh guru sebagai bahan acuan
untuk memperbaiki ketidaksesuaian antara teori dan implementasi dalam
merumuskan tujuan, pemilihan isi, penentuan strategi dan metode, serta penentuan
evaluasi dan penilaian pembelajaran bahasa Arab untuk kelas IV di MI Ma’arif Al
Falah Joyokusumo.
c. Bagi siswa
Agar siswa mendapatkan materi yang sesuai serta dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan efektif dan efisien melalui penggunaan strategi, metode, dan
evaluasi yang terstandar.
BAB 2
LANDASAN TEORI
3
Muslam, Pengembangan Kurikulum Agama Islam Teoritis dan Praktis,( Semarang: PKPI2
Semarang, 2008), hlm. 53
4
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Cet. Ke-3 ( Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), hlm. 37.
5
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Cet. ke-3 ( Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 26
4
5
6
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm.
37
7
Muzammilah, Asas Asas Pengembangan Kurikulum. From :
http://muzzam.wordpress.com/2011/03/20/asas-asas-kurikulum/, diakses 07 April 2018 08.35
WIB.
8
Sholeh Hidayat, Op. Cit. Hlm. 40-41
6
budaya manusia. Salah satu indikator kemajuan peradaban manusia dapat diukur
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi banyak digunakan
dalam bidang kehidupan. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang
efektif, efisien, dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Produk teknologi tidak
selalu berbentuk fisik, seperti komputer, televisi, radio, tape recorder, video, film
dan sebagainya. Tetapi ada juga non-fisik, seperti prosedur pembelajaran, sistem
evaluasi, teknik mengajar dan sebaginya. Produk teknologi tersebut banyak
digunakan dalam pendidikan sehingga memberikan pengaruh yang sangat
signifikasi terhadap proses dan hasil pendidikan.9
Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih banyak
menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik
masyarakat Indonesia. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada
kemampuan peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi prodeuk teknologi
yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.10
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum juga secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan
untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan
masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.11
2.2 Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses
penyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai
tujuan, karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai
gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan. Dengan mempunyai gambaran
9
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014) hlm. 76-77
10
Ibid., hlm. 78
11
Sholeh Hidayat, Op. Cit. hlm. 49
7
jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu, dapatlah diupayakan berbagai kegiatan
maupun perangkat untuk mencapainya.12 Tujuan kurikulum pada hakikatnya
adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak
didik.13
Adapun tujuan dalam pendidikan menurut Ali dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:14
12
Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 52–53.
13
Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 21.
14
Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 70.
15
Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.
8
Cara merumuskan TIK yang dibuat oleh guru yaitu secara umum isi
rumusan TIK harus konsisten dengan rumusan TIU, dimana TIK harus memenuhi
beberapa kriteria berikut.
9
Pada analisis ini, pemakalah akan fokus pada tujuan instruksional khusus,
dimana tujuan tersebut berada pada ranah pengembangan oleh guru mata pelajaran.
Selain pendapat Sudjana di atas, pemakalah juga akan menganalisis menggunakan
pendapat yang dikemukakan oleh Gronlund bahwasanya untuk menghasilkan
rumusan tujuan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan dapat
diperoleh oleh siswa, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini.16
1. Mulai setiap tujuan pengajaran umum dengan kata kerja, seperti mengetahui,
mengerti, menghargai, dan sebagainya.
2. Nyatakan tentang performance siswa dalam setiap tujuan, bukan performance
guru.
3. Setiap tujuan harus menggambarkan hasil belajar, bukan proses belajar.
4. Setiap tujuan harus menggambarkan tentang terminal behavior, bukan tentang
bahan pelajaran yang dicakup selama berlangsungnya pelajaran.
5. Setiap tujuan hendaknya hanya mencakup satu jenis hasil belajar yang bersifat
umum, bukan terdiri atas berbagai macam hasil belajar.
6. Setiap tujuan pada tingkat keumumannya harus secara jelas menunjukkan
kepada hasil belajar yang diharapkan sehingga dapat dibatasi oleh bentuk-
bentuk perilaku siswa secara spesifik.
2.3 Isi Kurikulum
Isi kurikulum berkenaan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman
belajar yang harus diberikan kepada siswa untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan.17 Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar (fakta, konsep,
universalitas, dan teori), keterampilan, dan sikap yang telah dipilih dan
diorganisasikan dengan pola tertentu untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah
16
Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 90.
17
Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 27.
10
18
Hasan Ja’far al-Khalifah, al-Manhaj al-Madrasī al-Mu’āshir, Cetakan Keempat belas (Riyadh:
Maktabah al-Rushd, 2014), 119.
19
Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 95.
20
Ali, 96.
11
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip
prioritas dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip
bertahap, prinsip penghayatan, serta korelasi dan isi;21
1. Prinsip prioritas
21
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI, Cetakan Keempat (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,
2016).
12
MI. Pada usia 10-12 tahun anak-anak sudah dapat bekerja sama dengan temannya.
Mereka dapat diberi kegiatan untuk dikerjakan bersama-sama. Walaupun ada anak
yang sudah dapat berkonsentrasi lebih lama, variasi kegiatan masih diperlukan.
Kerja kelompok dapat berupa membuat daftar, melengkapi kalimat, mengisi teka-
teki silang dan masih banyak yang lain.
Kehidupan anak-anak dipenuhi dengan warna. Kegiatan dan tugas-tugas
yang disertai gambar-gambar yang cukup besar dan berwarna-warni dapat membuat
mereka lebih gembira. Kegiatan mewarnai gambar tentu akan dikerjakan dengan
gembira sambil mengenal nama-nama dalam bahasa Arab dan benda yang ada pada
gambar tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya anak-anak suka bernyanyi
dan mendengarkan lagu. Kegiatan belajar bahasa dengan melalui lagu disukai oleh
hampir semua anak termasuk anak yang pemalu sekalipun. Ketika anak-anak
bernyanyi berarti mereka menggunakan bahasa Arab untuk menyampaikan suatu
pesan yang cukup bermakna.
Games atau permainan, cerita dan teka-teki sama menariknya bagi
pembelajar muda. Melalui cerita, siswa dapat lebih memusatkan perhatian pada
konteks secara utuh, bukan kata demi kata. Demikian pula dengan melalui
permainan, siswa terdorong untuk lebih aktif dan lebih bebas dan alami
menggunakan bahasa Arab dalam situasi yang gembira.
Muhaiban (2008) menjelaskan beberapa karakteristik lain anak-anak seperti
berikut ini : (1) memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang, (2)
memahami hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik, (3)
belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut periode bisu (fatroh al-shumti),
dimana mereka hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara, (4) cenderung
belajar bahasa melalui pemerolehan, yaitu suatu pengembangan kemampuan
berbahasa secara alamiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan
mengkaji aturan-aturan bahasa; dan (5) pada usia sekolah dasar pada umumnya
berada pada taraf berfikir secara kongkret.
Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan
Borridge mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan
15
dalam pengajaran bahasa untuk anak-anak, yaitu sebagai berikut, (1) Pembelajaran
bahasa berpijak pada dunia anak, yaitu keluarga, rumah, sekolah, mainan dan teman
bermain. (2) Pembelajaran bahasa berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan
dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum diketahui
atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya, dari lingkungan rumah kelingkungan
luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat, kemudian ke lingkungan
sekolah. (3) Pembelajaran bahasa dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes
(daya tarik) anak. (4) Pokok-pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari
pengetahuan yang tidak dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab
sederhana. (5) Tugas-tugas dalam pelajaran bahasa diorientasikan kepada aktifitas
atau kegiatan gerak. (6) Bahan pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu
yang bersifat fiksi dan non-fiksi/kongkret. (7) Materi pembelajaran diorientasikan
kepada pengembangan keterampilan bahasa. (8) Budaya nasional dan asing
dikenalkan secara bertahap. (9) Pokok-pokok pembelajaran dan tugas-tugas
hendaknya disesuaikan dengan usia pembelajar.
Selain ciri-ciri pembelajar bahasa pemula yang telah dibahas sebelumnya,
masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru, antara lain berikut ini.
1. Anak-anak sebenarnya belum menyadari untuk apa mereka belajar bahasa
asing walaupun mereka senang dan bersemangat.
2. Anak belajar bahasa Arab mula-mula dengan cara menyimak, kemudian
menirukan. Kadang-kadang mereka seolah-olah tidak mendengarkan, tetapi
suatu ketika dapat menirukan dengan benar.
3. Dunia anak dengan berbagai kegiatannya berbeda dengan dunia orang dewasa.
Anak tidak selalu memahami apa yang dikatakan orang dewasa. Demikian pula
orang dewasa, tidak selalu mengerti apa yang dikatakan anak. Interaksi social
sangat penting manfaatnya.
4. Anak selalu ingin tahu. Oleh karena itu, anak-anak suka bertanya.22
Pengajaran bahasa Arab berkait erat dengan aspek-aspek pengajarannya itu
sendiri yang mencakup pendekatan (Approach), metode (method), dan teknik-
22
Nazrul Ahmad, “Umur Yang Layak Dalam Pembelajaran,” 2012,
http://nazrulahmad05.blogspot.co.id/2012/05/umur-yang-layak-dalam-pembelajaran.html?m=1.
16
23
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI, 12–13.
24
Departemen Agama RI, Metode Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2002), 88.
25
Sumiati, Metode Pembelajaran (Bandung: Wacana Prima, 2008), 91.
26
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI, 15–38.
17
27
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 156–57.
18
28
Pondok Pesantren Darunnaja, Macam-macam Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 2013,
https://pontrendarunnajah.wordpress.com/2013/01/04/macam-macam-metodologi-
pembelajaran-bahasa-arab/.
29
Ibid., hlm. 157
19
2.5 Evaluasi
30
Ibid., hlm. 159
31
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2016), 208–9.
21
32
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 5.
33
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), 204.
34
Ibid., Hal. 201
BAB 3
HASIL ANALISIS
22
23
Pada poin (d) dan (e), kalimat yang digunakan diawali dengan kata
‘menyebutkan’, hal ini sudah sesuai dengan ketentuan dimana menurut pendapat
Gronlund di atas, kalimat tujuan dimulai dengan kata kerja. Dari segi peran siswa
dalam perumusan tujuan, pada tujuan di atas sudah sesuai dimana kalimat tersebut
menyatakan tentang performance siswa dalam setiap tujuan, bukan performance
guru. Hal ini ditunjukkan dengan penulisan kalimat “Setelah mengamati, menanya
peserta didik mampu”. Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh
Sudjana yakni perumusan tujuan berpusat kepada peserta didik.
Berkenaan dengan hasil belajar, tujuan tersebut juga sesuai dengan
ketentuan, terlihat dari penggunaan kalimat pada poin (d) “Menyebutkan namanya
dalam bahasa Arab dengan benar”. Jadi, hasil yang ingin dicapai pada pembelajaran
keterampilan berbicara yaitu peserta didik tidak hanya sekadar menyebutkan
namanya saja dalam bahasa Arab, akan tetapi peserta didik diharapkan mampu
menyebutkan namanya dalam bahasa Arab dengan benar. Begitu juga dengan poin
(e).
Pada poin (d) dan (e) tujuan tersebut sudah sesuai dengan apa yang
disyaratkan Grounlund dimana setiap tujuan hendaknya hanya mencakup satu jenis
hasil belajar yang bersifat umum, bukan terdiri atas berbagai macam hasil belajar.
Hal ini ditunjukkan dari poin (d) dan (e) yang hanya mendeskripsikan satu tujuan
saja setiap poinnya.
Kesesuaian berikutnya terlihat pada penggunaan kata yang terbatas, yakni
untuk poin (d) terbatas pada penyebutan nama saja dan poin (e) terbatas pada
penyebutan asal daerah sebagaimana syarat terakhir yang diajukan oleh Grounlung
yakni setiap tujuan pada tingkat keumumannya harus secara jelas menunjukkan
kepada hasil belajar yang diharapkan sehingga dapat dibatasi oleh bentuk-bentuk
perilaku siswa secara spesifik. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sudjana, yaitu
rumusan tujuan mengandung tingkah laku yang operasional dimana kata-kata
tingkah laku dapat diukur.
Pada poin (d) sudah sesuai dengan pendapat Sudjana bahwa kalimat tujuan
mengandung makna keilmuan sesuai dengan isi bahan yang dipelajari. Hal ini
ditunjukkan melalui isi materi yang disampaikan yaitu percakapan antara dua orang
24
hasil belajar yang bersifat umum, bukan terdiri atas berbagai macam hasil belajar.
Hal ini ditunjukkan dari poin (a), (b), dan (c) yang hanya mendeskripsikan satu
tujuan saja setiap poinnya.
Kesesuaian berikutnya terlihat pada penggunaan kata yang terbatas, yakni
untuk poin (a) terbatas pada pelafalan teks qira’ah, pon (b) terbatas pada
penerjemahan teks qira’ah, dan poin (c) terbatas pada mempraktikkan bacaan teks
qira’ah sebagaimana syarat terakhir yang diajukan oleh Gronlund yakni setiap
tujuan pada tingkat keumumannya harus secara jelas menunjukkan kepada hasil
belajar yang diharapkan sehingga dapat dibatasi oleh bentuk-bentuk perilaku siswa
secara spesifik. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sudjana, yaitu rumusan tujuan
mengandung tingkah laku yang operasional dimana kata-kata tingkah laku dapat
diukur.
Pada poin (a) dan (c) sudah sesuai dengan pendapat Sudjana bahwa kalimat
tujuan mengandung makna keilmuan sesuai dengan isi bahan yang dipelajari. Hal
ini ditunjukkan melalui isi materi yang disampaikan yaitu teks qira’ah tentang tema
بالنفس التعريف. Untuk poin (b), pemakalah berpendapat bahwa terjadi
ketidaksesuaian antara tujuan dan materi. Adapun tujuan pada poin (b) adalah agar
peserta didik mampu menerjemahkan namun di sisi lain, tidak terdapat pengenalan
kosakata pada materi.
dan harus diajarkan sebelum keterampilan yang lain. Selain itu, keterampilan
menulis juga tidak diajarkan. Hal ini juga tidak sesuai, bahwa pembelajaran bahasa
Arab tidak dapat dipisahkan dari empat keterampilan berbahasa. Dengan demikian,
materi yang akan dianalisis dalam pembahasan ini adalah materi keterampilan
berbicara dan keterampilan membaca.
ِ ْ أَن، هو حسن، أَنْت إِب ر ِاهيم، أَنَا ِمن سولَو، أَنَا تِْل ِمي ٌذ ج ِدي ٌد،َْح ُد ِِ َ
ت ٌ َ َ َ ُ ُ ْ َْ َ ْ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ اصديْق ْي! أَنَا أ
َ َ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ َف
ْ لسيِ ُد ِر
،ض َوا ُن َ ذل،ُ هذه تِْل ِمْي َذةٌ ا ْْسُ َها َعائِ َشة، ه َذا تِلْ ِمْي ٌذ ا ْْسُهُ عُ َم ُر،ُ ه َي َخد ْْيَة،ُاط َمة
َّ َك ا
ِْ هو م َد ِرس ج ِدي ٌد ِِف الْم ْدرس ِة
. ُه َو ِم ْن َجا َك ْرتَا.اْلبْتِ َدائِيَِّة ََ َ ْ َ ٌ ُ َُ
Berdasarkan pendapat Taufik, sebelum mengajarkan bahasa dimulai dulu
dengan mengajarkan kalimat sederhana dan susunannya benar. Untuk dapat
membaca dan menerjemahkan teks sesuai dengan tujuan pembelajaran, hendaknya
guru mengajarkan tentang kosakata yang akan muncul dalam teks tersebut. Hal ini
akan mempermudah siswa dalam mengidentifikasi kata dan artinya. Selain itu,
untuk mengetahui susunan kalimat, siswa juga perlu dibekali dengan tata bahasa
Arab. Dalam materi tersebut, setidaknya siswa dikenalkan dengan kata ganti dalam
bahasa Arab (ism dhamir). Namun, pada kasus ini guru tidak memberikan materi
tentang tarkib. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengajaran keterampilan
membaca bahasa Arab tidak sesuai.
َ َْْحَ ُد َوأَن
ت؟ ْ أَنَا أ: َْحَ ُد
ْأ
ص ِديْ ِق ْي
َ ك
ِ
َ ذل: َْحَ ُد
ْأ
3.3 Analisis Strategi dan Metode Bahasa Arab kelas IV MI Ma’arif Al Falah
Joyokusumo
Pembelajaran Bahasa Arab di MI Ma’arif Al-Falah Joyokusumo
Banjarnegara menggunakan Pendeketan Saintifik Kurikulum 2013 dan proses
pembelajarannya menggunakan 4 kompetensi inti yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan paparan diatas, diketahui bahwa anak usia kelas IV SD/MI
telah mengalami proses perubahan yang tadinya egocentric menuju kehubungan
timbal balik, yaitu tidak hanya berpusat pada dirinya, tetapi sudah memperhatikan
orang lain yang tadinya berfokus pada dirinya sekarang mulai terbuka untuk yang
lain. Pada usia 10-12 tahun anak-anak sudah dapat bekerja sama dengan temannya.
Mereka dapat diberi kegiatan untuk dikerjakan bersama-sama. Walaupun ada anak
yang sudah dapat berkonsentrasi lebih lama, variasi kegiatan masih diperlukan.
30
terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan mencapai ketuntasan belajar
secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat atau karakter
terhadap mata pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mancapai ketuntasan
belajar secara maksimal.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai tingkah laku peserta
didik seperti perhatiannya yang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran,
kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi yang tinggi untuk mengetahui lebih
jauh tentang apa yang sedang dipelajarinya, penghargaan dan rasa hormat terhadap
guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Adapun intrumen dari penilaian sikap yang terdapat dalam Silabus Bahasa
Arb kels IV Madrasah Ibtidaiyah adalah, sebagai berikut :
a. Observasi / Pengamatan
Adalah teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator
perilaku yang diamati.
Observasi ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Andersen
(1980) yakni penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa
karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang
ditampilkan dan/atau reaksi psikologi.
Contoh Lembar penilaian sikap pada RPP Bahasa Arab Kelas IV di MI
Ma’arif Al Falah Joyokusumo.
Perilaku yang diamati
No Nama Peserta didik
A B C
1 A.Ahmad
2 Dani
3 Farida
Keterangan :
Kemampuan yang dikembangkan : Kriteria Penilaian
A : Percaya Diri 3 : Baik
B : Disiplin 2 : Cukup
C : Bekerjasama 1 : Kurang
32
b. Penilaian diri
Adalah teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Menurut teori yang dikemukakan oleh Andersen
(1980), metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan
afektif seseorang adalah dirinya sendiri.
Manfaat dari penilaian diri ini dapat mendorong siswa untuk
berusaha lebih giat dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Penilaian
diri dapat diterapkan untuk menilai pencapaian kompetensi pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Jika penilaian diri telah dilakukan secara efektif,
guru dapat memiliki catatan untuk membantu siswa melakukan refleksi diri
serta memotivasi mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran. Praktik
penilaian diri memungkinkan siswa untuk mampu menilai diri sendiri secara
sadar, memenuhi kebutuhna dan gaya belajarnya pada materi pelajaran yang
baru, serta pemenuhan sikap yang diinginkan.35
Contoh lembar penilaian diri pada RPP Bahasa Arab kelas IV di MI
Ma’arif Al Falah Joyokusumo
Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
Saya berusaha meningkatkan keimanan dan
1.
ketaqwaan kepada Tuhan YME agar
mendapat ridho-Nya dalam belajar
Saya berusaha belajar dengan sungguh-
2.
sungguh
3. Saya optimis bisa meraih prestasi
4. Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di
5.
sekolah dan masyarakat
Saya suka membahas masalah politik, hukum
6.
dan pemerintahan
35
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta:PT
Bumi Aksara) Hal. 214
33
Petunjuk penilaian :
Setiap jawaban ya diberi skor 1; tidak skor 0
Kategori hasil penilaian
Baik : jika jumlah skor 8 – 10
Sedang : jika jumlah skor 6 – 7
Kurang : jika jumlah skor 1- 5
c. Penilaian antar peserta didik
Adalah teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.
Penilaian ini penting digunakan dalam penilaian afektif, seperti yang
dipaparkan oleh Ridwan dalam bukunya Pembelajaran Saintifik untuk
implementasi kurikulum 2013 yaitu salah satu metode penilaian sikap yang
perlu dilakukan dan dapat membantu guru melakukan penilaian secara lebih
komprehensif adalah penilaian antar peserta didik atau oleh teman sejawat.
Contoh lembar penilaian antar teman pada pembelajaran Maharah Kalam
(Hiwar) kelas IV di MI Ma’arif Al Falah Joyokusumo
Simaklah dengan baik perkenalan dari setiap anggota kelompok. Isilah format
berikut ini sesuai dengan pendapatmu dengan memberikan tanda cek () pada
kolom .
34
d. Jurnal
Adalah catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
Kelebihan penggunaan Jurnal untuk penilaian sikap dan perilaku
adalah pecatatan peristiwa atau kejadian dengan segera sehingga data dapat
direkam secara lebih akurat dan tidak terlupakan.Oleh sebab itu, jurnal
bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan untuk memahami peserta
didik secara lebih tepat. Namun, jurnal ini memiliki kelemahan, yakni
reliabilitas yang rendah, memerlukan waktu yang banyak, perlu ketelitian,
dan dapat mengganggu perhatian dan tugas guru dalam mengajar sehingga
objektivitasnya dapat berkurang jika kejadian tidak dapat dicatat dengan
segera. Pengisian jurnal perlu dilakukan dengan memperhatikan perilaku
siswa di dalam maupun di luar kelas. Dan aspek yang diamati harus terkait
dengan kompetensi inti yang terkait dengan pelajaran.
35
a. Tes Tulis
Bentuk soal tes tertulis terdiri dari bentuk objektif dan nonobjektif.
Tes Objektif meliputi :
a. Pilihan ganda
b. Bentuk soal dua pilihan jawaban (Benar – Salah atau Ya – Tidak)
c. Menjodohkan
d. Isian atau melengkapi
e. Jawaban singkat
Sementara itu, tes nonobjektif meliputi soal uraian (esai)
Penyusunan soal-soal tetrsebut harus sesuai dengan kegiatan
pembelajaran. Guru harus mengupayakan agar masing-masing soal dapat
mengukur hasil belajar yang penting. Oleh sebab itu guru harus menetapkan
indikator dan kisi-kisi soal dalam rencana pembelajaran.37
b. Tes Lisan
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap
peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan
lisan yang diajukan kepada peserta didik di kelas harus jelas, dan semua
peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan
pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi
waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab
pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban peserta didik, jawaban tersebut
ditawarkan lagi kepada peserta didik lain untuk mengaktifkan kelas. Tingkat
36
W.S. Winkel. Psikologi Pengajaran. (Jakarta:PT Gramedia) Hal. 325
37
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta:PT
Bumi Aksara) Hal. 221
36
b. Tes Proyek
c. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya (hasil kerja) seorang peserta
didik dalam satu periode. Kumpulan karya ini menggambarkan taraf
kemampuan/kompetensi yang telah dicapai seorang peserta didik.
Hal penting yang menjadi ciri portofolio adalah karya tersebut dapat
diperbaiki jika peserta didik menghendakinya. Dengan demikian, portofolio
dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik.
Perkembangan tersebut tidak dapat terlihat dari hasil pengujian. Kumpulan
karya peserta didik itu merupakan refleksi perkembangan berbagai
kompetensi. Di samping itu, kumpulan karya yang berkelanjutan lebih
memperkuat hubungan pembelajaran dan penilaian.
Pengumpulan dan penilaian karya peserta didik yang terus-menerus
sebaiknya dijadikan titik sentral program pengajaran, karena penilaian
merupakan bagian dari proses pembelajaran. Karya tersebut harus selalu
38
Pada bab ini dijelaskan tentang simpulan dan saran. Adapun untuk
penjelasan lebih rinci akan dijabarkan pada masing-masing sub-babnya sebagai
berikut.
4.1 Simpulan
Kurikulum yang berlaku di Indonesia sekarang ini adalah kurikulum 2013.
Kurikulum sebagai acuan membutuhkan pengembangan oleh guru yang mengajar
di dalam kelas. Dengan demikian, tiap sekolah memiliki karakteristik sendiri dalam
mengembangkan kurikulum, baik tingkat SD hingga SMA, salah satunya MI
Ma’arif Al Falah Joyokusumo, Desa Parakancah, Kecamatan Banjarnegara,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Dalam melakukan kegiatan analisis kurikulum di MI tersebut, pemakalah
menggunakan beberapa teori sebagai landasan, yaitu teori-teori tentang komponen
kurikulum meliputi tujuan, isi, strategi dan metode, serta evaluasi.
Adapun hasil analisis komponen kurikulum bahasa Arab kelas IV di MI
Ma’arif Al Falah Joyokusumo yaitu adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian antara
teori kurikulum dengan implementasinya dalam pembelajaran, mulai dari tujuan
pembelajaran, isi/materi, strategi dan metode, serta evaluasi yang digunakan.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis komponen kurikulum bahasa Arab kelas IV di MI
Ma’arif Al Falah Joyokusumo, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut.
1. Bagi guru mata pelajaran bahasa Arab di kelas IV MI Ma’arif Al Falah
Joyokusumo dapat memanfaatkan hasil analisis dalam makalah ini untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Analisis ini bukan lah sebuah kegiatan yang sempurna, sehingga
memungkinkan untuk ditemukan kelemahan dan kesalahannya, maka
pemakalah menyarankan para ahli di bidang kurikulum dan mahasiswa
39
40
41