oleh:
Mutmainnah
C111 13 063
residen pembimbing
dr. Yohanes Iddo Adventa
supervisor pembimbing:
Dr.dr.Hj.A. Mardiah Tahir, Sp.OG(K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
ii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT
Benar telah membacakan referat dengan judul “Audit Maternal Perinatal” pada:
Hari/tanggal :
Tempat :
Konsulen : Dr.dr.Hj.A. Mardiah Tahir, Sp.OG(K)
Minggu dibacakan :
Nilai :
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
iii
DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFERAT
Nama : Mutmainnah
NIM : C11113063
Hari/Tanggal :
Judul Referat : Audit Maternal Perinatal
Tempat :
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Surat Keterangan Pembacaan Referat iii
Daftar Hadir Pembacaan Referat iv
Daftar Isi v
BAB I. Pendahuluan 1
BAB II. Pembahasan 3
2.1 Pengertian AMP 3
2.2 Tujuan AMP 3
2.3 Azas AMP 4
2.4 Mekanisme Kerja AMP 5
2.5 Kebijakan dan Strategi AMP 6
2.6 Kendala dalam Pelaksanaan AMP 8
2.7 Kekurangan AMP 8
BAB III. PENUTUP 10
DAFTAR PUSTAKA 11
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada maternal dan perinatal, termasuk prosedur yang digunakan dalam
menentukan diagnosis dan tindakan yang diberikan berisi serangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui
kegiatan pembahasan kasus kesakitan, kematian ibu dan perinatal atau bayi.6
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2.4 Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang
diperlukan dalam hal mengatasi masalah yang ditemukan dalam
pembahasan kasus.
2.2.5 Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan
kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah/swasta, rumah bersalin, dan
bidan praktek dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.
4
berkaitan dengan faktor yang dapat dihindarkan. Prinsip ini harus
diterapkan saat proses audit sehingga tujuan untuk memperoleh
pembelajaran dan mencegah terjadinya kesalahan di masa datang dapat
tercapai.
2.3.4 No Pro Justisia (tidak untuk keperluan peradilan)
Seluruh informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP ini tidak dapat
digunakan sebagai bahan bukti di persidangan (no pro justisia). Seluruh
informasi adalah bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan untuk
keperluan memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan maternal dan
perinatal/neonatal.
2.3.5 Pembelajaran
Salah satu upaya AMP untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
maternal dan Perinatal/Neonatal adalah melalui pembelajaran yang dapat
bersifat: individual, kelompok terfokus, maupun massal berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan oleh pengkaji kepada seluruh komunitas
pelayanan KIA.
5
terkumpul dan sudah lengkap dibuat anonim. Sekretariat kemudian berkoordinasi
dengan Koordinator untuk mengagendakan pertemuan pengkaji dan menyiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pertemuan tersebut.
Kematian
Fasilitas Masyarakat
Pengkajian Kasus
Pelaporan
6
2.5.1 Peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dilakukan
secara terus menerus melalui program jaga mutu di puskesmas, di
samping upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan
pengendalian mutu antara lain dilakukan melalui kegiatan AMP.
2.5.2 Peningkatan fungsi Kabupaten/Kota sebagai unit efektif yang mampu
memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan
pelayanan KIA di seluruh wilayahnya.
2.5.3 Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA di tingkat pelayanan dasar
(puskesmas dan jajarannya) dan di tingkat rujukan (RS Kabupaten/Kota).
2.5.4 Peningkatan kemampuan Kabupaten/Kota dalam perencanaan program
KIA dengan memanfaatkan hasil kegiatan AMP mampu mengatasi
masalah kesehatan setempat.
2.5.5 Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para
pengelola dan pelaksana program KIA melalui kegiatan analisis
manajemen dan pelatihan klinis.
Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah:
2.4.1 Semua Kabupaten/Kota sebagai unit efektif dalam peningkatan program
KIA secara bertahap menerapkan kendali mutu, yang antara lain
dilakukan melalui AMP di wilayahnya atau di Kabupaten/Kota lain (lintas
batas). Mekanisme pelaporan kematian lintas batas dijelaskan di Bab III.
Dinas Kesehatan Provinsi diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan AMP
di Kabupaten/Kota bila terjadi kematian lintas batas.
2.4.2 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berfungsi sebagai penanggung jawab
yang bekerja sama dengan RS Kabupaten/Kota dan melibatkan
puskesmas dan jejaringnya serta unit pelayanan KIA swasta lainnya
dalam upaya kendali mutu di wilayah Kabupaten/Kota.
2.4.3 Di tingkat Kabupaten/Kota dibentuk tim AMP, yang selalu mengadakan
pertemuan rutin untuk mengumpulkan dan menyeleksi kasus,
menganonimkan kasus yang akan dikaji, membahas kasus dan membuat
rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan audit.
2.4.4 Perencanaan program KIA salah satunya dibuat dengan memanfaatkan
7
hasil temuan dari kegiatan audit, sehingga diharapkan berorientasi kepada
pemecahan masalah setempat.
2.4.5 Pembelajaran dan pembinaan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, bersama dengan RS Kabupaten/Kota (untuk aspek
teknis medis) dan lintas sektor (untuk aspek non-medis) dilaksanakan
sesuai kebutuhan dalam bentuk yang disepakati oleh tim AMP.
Pembelajaran dan pembinaan dari suatu proses kegiatan AMP harus dapat
dimanfaatkan oleh seluruh komunitas pelayanan KIA yang ada di
Kabupaten/Kota (RS pemerintah dan swasta, puskesmas dan jejaringnya,
RS ibu dan anak, Rumah Bersalin, bidan dan dokter praktek swasta).
8
2.7.1 Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat
pelayanan kesehatan
2.7.2 Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara
otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang
mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh
sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab
kematian.
Namun, dalam pelaksanaannya AMP masih memiliki beberapa
kekurangan yang menyebabkan tidak berjalannya AMP dengan baik. Pada suatu
penelitian khusus disebutkan bahwa bahkan pada Negara-negara yang mempunyai
sistem registrasi yang baik pun sekitar 50% kematian maternal tidak dilaporkan
karena tidak terklasifikasikan. Sistem registrasi tergantung pada identifikasi yang
tepat dari penyebab kematian maternal yang terjadi pada fasilitas kesehatan, hal
tersebut diidentifikasi dengan pemeriksaan patologi post-mortem dan dilaporkan
dalam otopsi verbal. Otopsi verbal adalah informasi tentang sebab kematian,
digunakan untuk menentukan prioritas kesehatan masyarakat, pola penyakit, tren
penyakit, dan untuk evaluasi dampak upaya preventif ataupun promotif.
Seringkali ditemukan kematian di masyarakat dan dilaporkan sesudah terjadinya
kematian.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AMP merupakan kegiatan menelusuri sebab kesakitan, kematian maternal
dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang
akan datang. Kegiatan ini memungkinkan tenaga kesehatan dapat menentukan
hubungan antara faktor penyebab kejadian kesakitan dan kematian maternal
perinatal, sehingga dapat menetapkan langkah-langkah intervensi. Kegiatan AMP
lebih cenderung ke arah pemecahan masalah dengan upaya peningkatan kualitas
pelayanan. Ruang lingkup AMP dibatasi, yaitu pada tingkat kabupaten atau kota,
karena wilayah tersebut dinilai efektif dalam memberikan pelayanan obstetrik,
perinatal, serta KIA secara langsung kepada masyarakat. Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota yang berperan sebagai koordinator dan penanggungjawab
kegiatan AMP, yang dilaksanakan minimal empat kali dalam jangka waktu satu
tahun yang bertujuan untuk menjaga mutu pelayanan KIA.
3.2 Saran
3.2.1 Perlu dilakukan evaluasi dan tindakan yang lebih terencana lagi dalam
AMP agar upaya percepatan penurunan AKI dan AKB dapat tercapai.
3.2.2 Perlu adanya kerjasama antar sektoral untuk upaya menurunkan AKI dan
AKB.
3.2.3 Sebaiknya dilakukan upaya peningkatan dan pengembangan standarisasi
mutu pelayanan kesehatan baik di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas)
dan Rumah Sakit terutama dalam pelayanan KIA.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Aeni, N. 2013. Faktor Risiko Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 7, No. 10.
2. Muthoharoh, N.A, dkk. 2016. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Kematian Maternal di Kabupaten Batang. Jurnal Pena Medika, ISSN : 2086-843X
Vol. 6, No. 1.
3. Kemenkes RI 2016. Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga TA.
Jakarta
4. Riyati, dkk. 2015. Kajian Pelaksanaan Program Audit Maternal Perinatal
(AMP) dalam Menurunkan Kematian Ibu di Kabupaten Jepara. Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang Vol.2
No.1
5. Iriani, D. 2017. Perlindungan Maternal, Perinatal, Neonatal Dan Pemberian
Asi Eksklusif Menurut Permen Kesehatan No. 97 Tahun 2014 Dan UU
Kesehatan No. 36 Tahun 2009. Justicia Islamica, Vol. 14 No. 2
6. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 2010. Pedoman Audit Maternal Perinatal
(AMP). Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
7. Kemenkes RI 2015.Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014.Jakarta
8. Suwanti, E dkk. 2013. Pemahaman Bidan Tentang Audit Maternal Perinatal
Kaitannya Dengan Kepatuhan Bidan Dalam Pelaksanaan Managemen Aktif
Kala Iii Di Wilayah Kabupaten Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan,
volume 2, nomor 2.
9. Fahmi, M.A. 2017. Evaluasi Program Audit Maternal Perinatal (AMP) Di
Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, Volume VIII Nomor 3.
10. Nyamtema, et al. 2014. Panduan Fasilitasi AMP Pemantapan Proses Audit Maternal
dan Perinatal di Kabupaten/Kota. Jakarta
11