Oleh :
NANING SRININGSIH
16060049
SILIWANGI
CIMAHI
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
siswa terhadap lingkungan sudah muncul karena siswa membuang sampah pada
tempatnya walaupun harus sering diingatkan oleh guru, mayoritas siswa tidak
membiasakan diri untuk mencontek sehingga saat pemberian tugas atau lembar
evaluasi jawaban yang diberikan siswa sangat beragam. Selain itu anak kelas ini
mudah untuk bersosialisasi, meskipun ada siswa yang cenderung hiperaktif,
namun secara keseluruhan tidak ada permasalahan antara hubungan sosial antar
siswa satu sama lain, selama melakukan observasi karakteristik sikap ilmiah siswa
sudah muncul, namun masih perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap
ilmiah siswa meningkat.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2008 tentang wajib
belajar, pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dan menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara tahun 2003 Nomor 78,
tambahan lembaran Negara nomor 4301). Ada banyak model dan metode yang
dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa, salah satu
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah model pembelajaran kerjasama
dalm kelompok dengan metode hands on activity
Hands On Activity merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang
untuk melibatkan peserta didik dalam menggali informasi dengan bertanya,
beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis serta
membuat kesimpulan. Belajar dengan melakukan kegiatan tangan dan kegiatan
berpikir (minds on activity). Hands On Activity pada pengamatan materi
pembelajaran ditekankan pada perkembangan penalaran, membangun model,
keterkaitannya dengan aplikasi dunia nyata (Ahmad, 2015, hal.9)
1.6 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah:
”Kemampuan kerjasama dalam kelompok siswa SDN 1 Cibodas kelas II
meningkat melalui kegiatan hands on activity”
8
BAB ll
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA DALAM KELOMPOK
SISWA SEKOLAH DASAR KELAS II MELALUI KEGIATAN HANDS ON
ACTIVITY
lain, maka pekerjaan akan lebih cepat terselesaikan dan lebih cepat
membuahkan hasil.
d. Pekerjaan terasa lebih ringan
Pekerjaan yang sesulit apapun akan terasa lebih ringan dan lebih mudah
terselesaikan karena di kerjakan oleh banyak orang yang saling mendukung
satu sama lain.
Manusia merupakan makhluk sosial yang dimana mereka tidak dapat
hidup sendiri, jadi harus membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalankan
hidupnya. Jadi dapat dikatakan bahwa dibutuhkan kerjasama dalam
menjalankannya.
Kerjasama merupakan interaksi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia karena manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan.
Kerjasama bisa terjadi ketika individu-individu yang bersangkutan mempunyai
kepentingan dan kesadaran yang sama untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan
dan kepentingan bersama. Dalam Sosiologi, definisi kerja sama adalah bentuk
interaksi sosial dengan sifat asosiatif yang terjadi ketika ada kelompok masyarakat
yang punya pandangan sama untuk mewujudkan tujuan bersama.
1. Menurut Pamudji, kerja sama adalah pekerjaan yang dilakukan individu
individu, adanya interaksi dan adanya tujuan yang sama dua orang atau lebih
dengan melibatkan interaksi antarindividu bekerja bersama sama sampai
terwujud tujuan yang dinamis. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa unsur utama
kerjasama ada tiga yakni adanya.
2. Seorang ahli bernama Charles H. Cooley berpendapat, kerjasama akan timbul
jika orang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama dan
sekaligus memiliki pengetahuan yang cukup serta kesadaran atas diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan kepentingan tersebut.
3. Menurut Rosen, kerja sama merupakan sumber yang dianggap sangat efisien
untuk kualitas pelayanan terutama dalam konteks kerjasama bidang ekonomi
khususnya jual beli.
12
beberapa suku bangsa, agama, ras, politik, ekonomi yang dipersatukan dan diatur
oleh sistem sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Masyarakat dengan kebudayaaan yang kompleks bersifat plural (jamak)
dan heterogen (beraneka ragam). Pluralitas mengindikasikan adanya suatu situasi
yang terdiri atas beraneka ragam dijumpainya berbagai sub kelompok masyarakat
yang tidak bisa dijadikan satu kelompok.
Demikian pula dengan kebudayaan mereka, heterogenitas
mengindikasikan suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan ketidaksamaan
dalam unsur-unsurnya. Setiap masyarakat suku bangsa secara turun-temurun
mempunyai dan menempati wilayah tempat hidupnya yang diakui sebagai hak
riwayatnya. Tempat tersebut merupakan sumber daya warga masyarakat suku
bangsa yang memanfaatkannya untuk kelangsungan hidup mereka.
Pengertian Kelompok Sosial.
Kelompok sosial terbentuk setelah di antara individu yang satu dan
individu yang lain bertemu. Pertemuan antar individu yang menghasilkan
kelompok sosial haruslah berupa proses interaksi, seperti adanya kontak,
komunikasi, kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi untuk mencapai
tujuan bersama, bahkan mungkin mengadakan persaingan, pertikaian, dan konflik.
Dengan demikian, interaksi merupakan syarat utama yang harus dipenuhi
agar terbentuk kelompok sosial. Sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua
hasrat atau keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia
lain di sekelilingnya (masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan
suasana alam sekelilingnya.
Untuk dapat menyesuaikan diri, manusia menggunakan pikiran, perasaan,
dan kehendaknya. Di dalam menghadapi lingkungannya, seperti udara yang
dingin, alam yang keras, dan sebagainya, manusia kemudian menciptakan rumah,
pakaian, dan lain-lain.
Manusia juga harus makan agar badannya tetap sehat. Untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut, dia juga mengambilnya dari alam dengan menggunakan
akal, misalnya di laut manusia akan menjadi nelayan untuk mendapatkan ikan.
Semuanya itu menimbul kan kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam
14
mendengar, melihat dan bertindak pada subjek yang akan diajarkan selama sisa
waktu. Ini dapat membuat suasana menyenangkan, mengurangi rasa bosan
siswa dan pembelajaran menjadi lebih efektif
2.3 Penelitian terdahulu yang relevan.
Menurut Pamudji, kerja sama adalah pekerjaan yang dilakukan individu
individu, adanya interaksi dan adanya tujuan yang sama dua orang atau lebih
dengan melibatkan interaksi antarindividu bekerja bersama sama sampai terwujud
tujuan yang dinamis. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa unsur utama kerjasama
ada tiga yakni adanya kelompok merupakan kumpulan individu yang diberi
kesamaan berdasarkan sesuatu hal. Kelompok di dalam kehidupan masyarakat
sangat banyak jumlahnya.
Hal ini merupakan pengkategorian terhadap tujuan dari setiap anggotanya
yang sama, jenis kegiatan yang sama, dan orientasi yang sama. Anggota-anggota
dari suatu kelompok berinteraksi secara langsung, dan melakukan proses sosial
secara akrab dan intensif. Pergaulan manusia tersebut akan menimbulkan suatu
perasaan yang saling membutuhkan semuanya itu menimbulkan kelompok-
kelompok sosial (social group) yang merupakan himpunan atau kesatuan-
kesatuan manusia yang hidup bersama dan saling berhubungan, seperti
masyarakat yang terdiri atas anggota-anggotanya, namun lebih bersifat kompleks.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas menunjukan bahwa, Model
pembelajaran kerjasama dalam kelompok berpengaruh besar dalam
merningkatkan kemampuan siswa dan prestasi belaja Penelitian tersebut memiliki
kesamaan dalam menggunakan model pembelajaran hands on activity dalam
pembelaran IPA tetapi dalam beberapa penelitian ini hal yang ingin ditingkatkan
berbeda. Meskipun demikian pengaruh dari pembelajaran kerjasama dalam
kelompok dan hans on activity terbukti dapat meningkatkan prestasi dan keaktifan
belajar siswa sehingga dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini.
24
25
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin namun
terdapat perbedaan dalam komponen acting (tindakan) dan observing
(pengamatan) menjadi satu kesatuan.
Model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada hakikatnya
berupa perangkat-perangkat dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen,
yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang
berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian
siklus pada kesempatan ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada gambar yang terdapat di bawah
tergambar dua siklus, dalam pelaksanaan sesungguhnya jumlah siklus bergantung
kepada permasalahan yang perlu dipselesaikan., Dalam pelaksanaan
sesungguhnya jumlah siklus adalah dua. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian
dapat digambarkan pada gambar 3.1 sebagai berikut:
Perencanaan
Siklus I
Observasi Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan
Siklus II
Observasi Pelaksanaan
Refleksi
Hasil tindakan
26
Gambar 3.1 Alur Penelitian Diadaptasi dari Desain Kemmis dan Mc Taggart
(Kusumah, W dan Dwitagama, D., 2010, hlm. 20)
3.2 Subjek, Waktu dan objek penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN 1 Cibodas, yang
terletak di Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 30 siswa terdiri dari siswa
laki-laki 12 dan siswa perempuan 18 siswa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salahsatu sekolah di kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat pada semester 2 Tahun ajaran 2017/2018
3. Objek Penelitian
Subjek penelitian memiliki beberapa karakteristik sikap ilmiah
diantaranya, siswa tidak banyak mengeluh pada saat proses pembelajaran
sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara terencana dan kondusif,
kepekaan siswa terhadap lingkungan sudah muncul karena siswa
membuang sampah pada tempatnya walaupun harus sering diingatkan oleh
guru, mayoritas siswa tidak membiasakan diri untuk mencontek sehingga
saat pemberian tugas atau lembar evaluasi jawaban yang diberikan siswa
sangat beragam. Selain itu anak kelas ini mudah untuk bersosialisasi,
meskipun ada siswa yang cenderung hiperaktif, namun secara keseluruhan
tidak ada permasalahan antara hubungan sosial antar siswa satu sama lain,
selama melakukan observasi karakteristik sikap ilmiah siswa sudah
muncul, namun masih perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap
ilmiah siswa meningkat.
Obyek penelitian adalah kemampuan kerjasama siswa dalam
kelompok siswa kelas II SDN Cibodas 1 Desa Cibodas Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat.
27
evaluasi atau posttest berfungsi untuk mengetahui daya serap siswa terkait dengan
materi secara kognitif, sedangkan angket berfungsi untuk mengetahui respon
siswa terkait dengan pembelajaran.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan (Action)
1) Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
2) Menerapkan tahapan pembelajaran sesuai pendekatan pembelajaran
keterampilan proses. Proses belajar mengajar dengan tahap : mengamati,
mengelompokkan/ mengklasifikasikan, memprediksi, mengukur,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan
3) Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai
rencana.
4) Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan
yang dilaksanakan
5) Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat
melakukan tahap tindakan
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada Bulan Pebruari 2018,penelitian ini
dilaksanakan di kelas II dengan jumlah siswa 30 siswa.
3 Tahap observasi
1. Melakukan diskusi dengan kepala sekolah untuk rencana observasi.
2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan
pendekatan pembelajaran keterampilan proses.
3. Melakukan diskusi dengan untuk membahas tentang kelamahan-
kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
Hal-hal yang diobservasi meliputi aktivitas murid dalam pembelajaran materi
IPA mengenai bagian-bagian utama tumbuhan. Meliputi bagian akar, batang daun,
bunga dan buah.
4 Tahap refleksi (Reflection)
1) Menganalisis temuan saat melakukan observasi
2) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan peneliti saat menerapkan
29
2. Pengolahan Data
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan data
kualitatif dan kuantitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata,
bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan, observasi yang dituangkan dalam bentuk
instrumen guru dan siswa terkait dengan penerapan pendekatan keterampilan
proses, dan lembar observasi sikap ilmiah siswa. Data kuantitatif digunakan untuk
32
menghitung besar ketercapaian siswa dan guru terhadap kriteria yang telah
ditetapkan dan menghasilkan data angka atau berupa presentase.
Adapun pengolahan data yang peneliti gunakan menyesuaikan dengan
jenis data yang diminta pada rumusan masalah.
a. Data Pelaksanaan
Data pelaksanaan menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif. Karena
diolah dengan cara mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa, lalu ditafsirkan
dalam bentuk presentase ketercapaian aktivitas.
b. Sikap Ilmiah
Data sikap ilmiah menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif, hasil
observasi observer akan dideskripsikan lalu ditafsirkan dalam bentuk presentase.
Presentase tersebut didapat dari ketercapaian indikator dari setiap aspek sikap
ilmiah. Aspek tersebut yaitu, rasa ingin tahu, ketekunan, peka terhadap
lingkungan, peka terhadap data atau fakta, serta kerjasama dan terbuka.
Berikut akan dipaparkan pengertian dan cara untuk setiap analisis data
baik kualitatif maupun kuantitatif
1) Analisis Kualitatif
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang
menggambarkan aktivitas siswa atau partisipasi siswa dalam pembelajaran, serta
merekam sebanyak mungkin situasi yang diteliti pada saat itu sehingga
memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan
sebenarnya.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
(1984) (dalam Sutopo, 2006, hlm. 7) adalah sebagai berikut:
a) Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti. Mereduksi data berati merangkum, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, serta membuang yang tidak perlu.
b) Klasifikasi Data
33
4.2 Pembahasan
Pertanyaan:
1. Apakah Hands On Activity dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dalam
kelompok di kelas II SDN 1 Cibodas kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat.
35
36
sekolah ?”, A.Y berkata “Sakit bu, JT sakit perut dan NS demam”, guru
menjawab “Baik, semua harus menjaga kesehatan ya supaya tidak mudah
terserang penyakit karena sebentar lagi kalian UKK jadi kalian harus selalu
sehat.”Siswa diberi perjanjian jika guru berkata “kelas II” maka siswa harus
berkata “Siap”sambil duduk yang rapi, ketika ada siswa yang ingin berbicara
harus mengangkat tangan terlebih dahulu, siswa harus membuang sampah
pada tempatnya, dan bagi siswa yang aktif akan mendapatkan reward bagi
kelompoknya dan siswa yang tidak disiplin akan mendapat hukuman. Guru
melakukan apersepsi mengenai materi sebelumnya yaitu, manfaat tumbuhan.
“Kalian masih ingat pembelajaran sebelumnya kita belajar mengenai manfaat
tumbuhan, apa saja manfaat tumbuhan bagi manusia?”. RF menjawab “untuk
mencegah longsor,bu. Guru berkata “ya tepat sekali salah satu manfaat
tumbuhan yaitu mencegah banjir”. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
“nah, hari ini kita akan belajar mengenai bagian-bagian utama tumbuhan.”
b. Tahap Mengamati :
Guru menunjukan gambar pohon “Nah coba dari gambar ini sebutkan
bagian-bagian utama tumbuhannya ?” AI berkata “Pohon, daun,akar dan
buah”. Guru menjawab “ iya tepat sekali.” Guru membagikan LKS pada
sembilan kelompok, dan menjelaskan petunjuk pengerjaan LKS. Siswa
bersama guru melakukan pengamatan mengenai bagian-bagian utama
tumbuhan yang ada. Siswa melakukan pengamatan. Siswa mengamati pohon
yang di bawa oleh masing-masing kelompo. Pada tahap ini banyak siswa
yang tidak memperhatikan.
c. Tahap Mengelompokkan/ Mengklasifikasikan.
Sebelumnya siswa di bagi kelompok terlebih dahulu,berdasarkan jender.
Lalu mereka melakukan pengamatan, siswa menyebutkan dan menulis di
LKS.. NI bertanya. Siswa kemudian mengamati gambar yang ada di LKS,
lalu mengerjakan dan mengisi LKS tersebut.
d. Tahap Memprediksi
Siswa memprediksi jika.tumbuhan tersebut tidak ada akarnya maka
tumbuhan tersebut akan mati.AS bertanya”bu, jika akarnya tidak ada maka
39
a. Aktivitas Guru
Pelaksanaan observasi pelaksanaan aktivitas guru dilakukan oleh tiga orang
observer, observer mengamati sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran dapat
dicapai, pengamatan yang dilakukan observer berlangsung. Observer memberi
tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia, dan observer juga menuliskan hasil
pengamatan pada kolom deskripsi pengamatan.
Hasil observasi yang dilakukan observer, keterlaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru sebagian besar sudah terlaksana dengan cukup baik,
namun ada beberapa tahap yang harus mendapatkan perbaikan. Berikut
merupakan lembar observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I terkait dengan
pendekatan keterampilan proses dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Dari tabel di atas ketercapaian aktivitas guru adalah sebesar 85,5% dan
tafsiran presentase aktivitas guru berkategori baik sekali, namun untuk tahap
memprediksi dan memantau kemajuan belajar siswa yang masih pada kategori
cukup maka masih diperlukan perbaikan. Berdasarkan lembar observasi guru
temuan selama penelitian adalah sebagai berikut :
1) Pra pembelajaran, guru telah menyiapkan media, membentuk kelompok dan
menyiapkan kesiapan siswa sebelum pembelajaran dimulai.
2) Pendahuluan, guru melaksanakan semua kegiatan pendahuluan dengan
rancangan pelaksanaan pembelajaran tanpa ada tahap yang terlewatkan.
3) Tahap Mengamati, Guru membimbing siswa dalam pengamatan lingkungan
sekolah secara langsung, dan proses pengamatan berjalan lancar dan kondusif
karena siswa tidak mengganggu kelas yang lain, siswa tidak ada yang keluar
lingkungan sekolah, namun guru tidak menjelaskan indikator mengamati
yang baik terlebih dahulu sehingga mayoritas siswa tidak menyentuh objek
dan melakukan proses pengamatan secara teliti.
4) Tahap mengelompokkan, guru telah mampu membimbing dan memfasilitasi
siswa untuk dapat menyebutkan bagian-bagian utama tumbuhan.
5) Tahap memprediksi, pada saat tahap ini siswa kesulitan untuk memprediksi
permasalah, hal ini karena guru tidak membimbing siswa untuk mencari
sumber informasi terlebih dahulu sehingga siswa tidak cukup untuk
memprediksi suatu permasalah, selain itu bahasa yang digunakan pada lembar
kerja kelompok yang masih sulit dipahami.
6) Tahap mengukur, guru telah mampu membimbing dan memfasilitasi siswa
pada tahap mengukur sehingga seluruh kelompok mampu menghitung jumlah
daun,bunga dan batang tumbuhan.
7) Tahap menyimpulkan, siswa kesulitan menyimpulkan hasil pengamatan dan
diskusi kelompok, sehingga tahap ini masih didominai oleh guru.
8) Tahap mengkomunikasikan, guru telah memberikan kesempatan kepada
setiap siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.
9) Penilaian proses dan hasil belajar, pada saat penilaian hasil guru telah
melakukannya dengan test hasil belajar namun karena siswa yang jumlahnya
42
banyak membuat guru tidak memantau kemajuan belajar setiap siswa, hanya
terpaku pada penilaian kelompok.
10) Pada saat proses pembelajaran karena jumlah murid yang terlalu banyak
maka suasan kelas gaduh..
11) Pada saat menyampaikan kesimpulan masih di dominasi guru yang
seharusnya di lakukan oleh siswa.
Berdasarkan deskripsi pelaksanaan aktivitas guru, hal ini dapat
disampaikan dalam bentuk grafik 4.1 sebagai berikut :
100% 100% 100% 100% 100% 100%
90% 83.3% 83.3% 83.3% 77.8%
80% 66.7%
70%
60% 50%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I
b. Aktivitas Siswa
Berdasarkan lembar observasi aktivitas yang terlihat dari siswa pada
pembelajaran yang menerapkan pendekatan keterampilan proses ini juga
mendapat pengamatan dari observer. Observer pada aktivitas siswa dilakukan oleh
tiga observer dengan hasil pengamatan tersebut akan digambarkan pada tabel 4.2
berikui ini :
Tabel 4.4 Presentase Ketercapaian Aktivitas Siswa
Langkah-langkah Presentase
Kategori
Aktivitas Siswa Ketercapaian
Mengamati 33,3% KurangSekali
Mengelompokkan 100% Sangat Baik
43
Tahap
Temuan Lapangan Faktor Penyebab
Pembelajaran
Siswa mengamati tumbuhan Guru tidak menjelaskan
yang mereka bawa dari rumah indikator mengamati
dan kondusif tanpa yang baik, yaitu :
mengganggu kelompok lain menyentuh objek,
Mengamati yang sedang belajar, dan tidak mengamati objek dengan
keluar darikelas. Tetapi siswa teliti, teliti terhadap
tidak mengamati secara setiap informasi yang di
seksama, siswa hanya dapat.
mengamatitumbuhan tersebut..
44
Siklus I
100% 86%
80% 73%
60%
40%
20%
0%
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
No Sikap
Aspek Sikap Ilmiah Presentase (%) Kategori
Ilmiah
1 Rasa ingin tahu 47% Kurang
2 Ketekunan 54% Kurang
3 Peka terhadap lingkungan 78,25% Baik
4 Peka terhadap data/ fakta 51,75% Kurang
5 Kerjasama dan terbuka 60% Cukup
Presentase Ketercapaian 58,1% Cukup
100%
90% 78.25%
80%
70% 60%
60% 54% 51.75%
47%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Rasa Ingin Ketekunan Peka Terhadap Peka Terhadap Kerjasama dan
Tahu Lingkungan data atau Fakta Terbuka
Siklus I
A. Pembahasan Siklus I
Berikut akan dibahas mengenai hasil temuan-temuan yang ada pada saat
pelaksanaan tindakan siklus I, pembahasan ini membahas mengenai tujuan dalam
penelitian ini. Maka dari itu berdasarkan tujuan penelitian, maka akan dibahas
mengenai ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang meliputi hasil observasi
aktivitas guru dan aktivitas siswa serta hasil ketercapaian sikap ilmiah siswa.
1. Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan data hasil observasi diketahui aktivitas guru mengajar
terkait pendekatan keterampilan proses pada siklus 1 sebesar 85,5%, sedangkan
jika melihat data aktivitas belajar siswa terkait pendekatan keterampilan proses
sebesar 73% tercatat keberhasilan kesesuaian penampilan mengajar dengan
menerapkan pendekatan keterampilan proses hasil penelitian siklus I dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
a. Tahap Mengamati
Tahap mengamati siklus I mengamati gambar dan lingkungan sekolah
siswa yang mampu mengamati dengan teliti hanya mencapai 33.3%. Siswa tidak
55
dipahami dan berbicara dengan suara yang pelan. Hal ini bertentangan dengan
pendapat ahli menurut Dewi, S (2008, hlm.63) “komunikasi sebagai dasar
keterampilan proses IPA berjalan saling beriringan dengan pengamatan,
komunikasi yang dijalin harus jelas dan efektif agar siswa lain dapat memahami
informasi yang disampaikan”. Hal ini dapat terjadi karena biasanya siswa
mengkomunikasikan hasil melalui tulisan saja tanpa diimbangi kemampuan
komunikasi secara lisan, hal ini berdampak pada penggunaan bahasa siswa yang
masih tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan siswa, serta tidak adanya
pembiasaan pengkomunikasian secara lisan membuat siswa tidak percaya diri
untuk mengkomunikasikan, dan siswa pun mengkomunikasikan hasil diskusinya
dengan suara yang pelan.
Hasil observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diamati oleh
observer dapat dilihat pada lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
(lampiran). Berdasarkan penjelasan diatas penerapan pendekatan keterampilan
proses mengalami peningkatan secara keseluruhan rata-rata pencapaian aktivitas
guru 85,5% dengan kategori baik sekali , serta ketercapaian aktivitas siswa
sebesar 73% dengan kategori baik.
rasa ingin tahu adalah 47% kategori kurang. Aspek rasa ingin tahu siswa yang
masih dibawah rata-rata hal ini disebabkan karena siswa yang kurang antusias
terhadap pembelajaran, dan proses pengamatan yang masih menggunakan media
gambar, hal ini bertentangan dengan pendapat Herlen (dalam Bundu 2006, hlm.
141) menyatakan bahwa :
Aspek rasa ingin tahu siswa harus menunjukan “Antusias mencari
jawaban, perhatian pada objek yang diamati, antusias pada proses sains
dan menanyakan setiap langkah kegiatan”. Selain itu pembelajaran harus
multi media agar siswa tidak bosan dan tetap antusias mengikutin
pembelajaran.
b. Ketekunan
Sikap ketekunan terdiri dari indikator : (1) Melengkapi kegiatan
walaupun teman sekelasnya telah selesai 44% kategori kurang (2) Siswa tidak
mengeluh mengenai tugas yang di berikan guru 72% kategori baik (3) Siswa
menyelesaikan seluruh pekerjaan tanpa melewatkan satu pekerjaan 28% kategori
kurang sekali (4) Siswa melakukan tahap pengerjaan tugas dengan baik dan benar
72% kategori baik. Pada saat proses pembelajaran hampir seluruh siswa tidak
mengeluh mengenai tugas dan menyelesaikan proses pembelajaran dengan baik.
Namun pada saat pengumpulan hasil diskusi ada beberapa siswa yang tidak
menyelesaikan tugas dan memilih langsung mengumpulkan. Presentase
ketercapaian aspek ketekunan adalah 54% kategori kurang. Pada saat
pengumpulan tugas siswa masih melewatkan beberapa soal saat teman yang lain
telah mengumpulkan, hal ini dikarenakan siswa ingin cepat selesai dan ada rasa
ketakutan tertinggal dari teman yang lain, hal ini bertentangan dengan pendapat
Herlen (dalam Bundu 2006, hlm. 141) bahwa “Sikap ketekunan terlihat apabila
siswa melanjutkan meneliti sesudah “kebaruannya” hilang, mengulangi percobaan
meskipun berakibat kegagalan, melengkapi satu kegiatan meskipun teman
kelasnya selesai lebih awal”. Sehingga guru harus membimbing siswa agar siswa
mneyelesaikan seluruh pekerjaannya walaupun teman sekelasnya telah
menyelesaikan tugas lebih awal.
59
yang mencapai ketuntasan. Sedangkan pada saat posttest siklus I hasil belajar
siswa mencapai rata-rata nilai 66,17 dan siswa yang tuntas ada 18 siswa yang
tuntas, artinya 56,25 % siswa telah mencapai ketuntasan minimal. Peningkatan
hasil belajar ini bisa didukung oleh hasil angket yang disebar ke 30 responden
siswa yang mengikuti pembelajaran 83% senang mengikuti pembelajaran.
Penelitian di observasi oleh 6 orang observer, yaitu : Ika Rosdiana, S.Pd, Azizah
Zahra, Hanna Karimah, Fauziah Sri, Fina Fidiana, dan Afni Nuraisyah.
Dalam pelaksanaan tindakan siklus II melakukan tahap berdasarkan
prinsip pendekatan keterampilan proses dengan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pendahuluan
Siswa menyiapkan siswa duduk bersama kelompoknya duduk yang rapi
dan menempelkan media gambar, serta menyiapkan media video. Guru meminta
ketua murid memimpin berdo’a. Guru mengabsen setiap siswa dan siswa BB serta
FL tidak hadir karena sakit. Guru menyampaikan perjanjian mengenai
pembelajaran hari ini yaitu :
a) Setiap guru berkata 4A siswa menjawab “semangat”
b) Setiap siswa yang ingin menjawab dan bertanya harus mengangkat tangan
terlebih dahulu
c) Siswa yang aktif akan menyumbangkan stiker untuk kelompoknya dan
kelompok yang tidak disiplin mendapat stiker punishment. Kelompok yang
banyak mendapat stiker reward akan mendapat hadiah dan kelompok yang
mendapat stiker punishment terbanyak akan mendapat hukuman.
d) Setiap siswa harus mengecek sampah terlebih dahulu di sekililingnya, dan
tidak boleh meninggalkan sampah setelah pembelajaran.
b. Tahap Mengamati
Siswa telah duduk rapi bersama kelompoknya. Guru berkata “Setiap
siswa harus duduk yang rapi bersama kelompoknya, dan bagi siswa yang
membawa alat dan bahan simpan dulu di bawah agar rapi.”Perwakilan siswa
membawa LKS yang diberikan guru. Sebagai rekomendasi dari hasil refleksi
siklus I Sebelum mengerjakan LKS guru menjelaskan petunjuk pengerjaan LKS
terlebih dahulu. Berdasarkan rekomendasi dari hasil refleksi siklus I Guru
menjelaskan indikator mengamati yang baik dan benar sebelum siswa
melaksanakan tahap pengamatan. Siswa mengamati video mengenai kerusakan
lingkungan. Guru menjelaskan langkah-langkah percobaan sesuai petunjuk yang
ada pada LKS agar meminimalisir kesalahan yang terjadi pada saat percobaan.
63
Guru mengecek alat dan bahan serta syarat dari setiap alat dan bahan yang telah
di bawa. Siswa melakukan percobaan untuk mengamati hal yang akan terjadi
berdasarkan kegiatan yang dilakukan.
c. Tahap mengelompokkan
Siswa mengelompokkan gambar yang ditunjukkan guru. Siswa
mengelompokkan sumber daya alam berdasarkan ketersediaan dan jenisnya dari
alat dan bahan yang ada. Pada tahap ini tidak ada siswa yang bertanya satu orang
pun hal tersebut menunjukan siswa mengerti pengelompokkan sumber daya alam.
Karena pada siklus sebelumnya tahap ini siswa sudah baik, maka pada
pelaksanaan siklus ke II siswa sudah sangat baik.
d. Tahap mengukur
Siswa mengukur panjang dan tinggi pot yang telah dibawa. Siswa
mengukur pengaruh kenaikan jumlah penduduk terhadap ketersediaan sumber
daya alam yang ada dialam terutama sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Sama halnya dengan siklus sebelumnya yang dianggap sudah baik
maka pada siklus ini siswa sudah mampu membandingkan hal yang akan terjadi
jika ketersediaan sumber daya alam terus berkurang sementara sumber daya
tidak dapat diperbaharui.
e. Tahap memprediksi
Berdasarkan refleksi siklus I diperlukan pertanyaan pengantar untuk
mengarahkan siswa pada prediksi yang tepat, siswa ditunjukan gambar hutan
yang baik dan hutan yang telah mengalami kerusakan. Siswa bertanya jawab
dengan guru mengenai kegunaan pohon dan becana yang akan ditimbulkan jika
tidak ada pohon. Siswa memprediksi hal yang akan terjadi jika manusia tanpa
pohon.
64
f. Tahap menyimpulkan
Siswa menyimpulkan hasil percobaan, pada saat percobaan ada tiga
kelompok yang belum mampu menyimpulkan, kelompok pertama membawa alat
dan bahan yang tidak sesuai yaitu ukuran pot yang berbeda, kelompok kedua
memadatkan tanah sehingga laju air tidak keluar, kelompok tiga pot yang
digunakan tidak memiliki lubang. Sehingga kesimpulan dan tujuan percobaan
ketiga kelompok ini berbanding terbalik, dan hal tersebut cukup membuat ketiga
siswa kebingungan. Namun guru langsung mengkonfirmasi dan memberitahukan
letak kesalahannya setelah siswa mencari faktor penyebab terlebih dahulu. Siswa
dijelaskan guru dalam menyimpulkan harus dengan mempertimbangkan tahap
mengamati, mengukur dan memprediksi sesuai dengan rekomendasi siklus I.
Siswa menyampaikan kesulitan selama pengambilan kesimpulan.
g. Tahap mengkomunikasikan
Setiap kelompok mengkomunikasikan hasil diskusinya secara bergantian.
Karena diterapkan reward dan punishment kondisi kelas menjadi kondusif sesuai
dengan rekomendasi siklus I. Siswa melaksanakan tahap mengkomunikasikan
dengan kondusif karena akan ada hadiah bagi yang kondusif.
h. Kegiatan Penutupan
Pada saat kegiatan penutupan guru bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran hari ini, guru mengkonfirmasi pembelajaran hari ini, tidak ada siswa
yang bertanya sehingga setelah siswa mengerjakan lembar evaluasi guru menurup
pelajaran.
a. Aktivitas Guru
Observasi pelaksanaan aktivitas guru dilakukan oleh tiga orang observer.
Observer mengamati sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran dapat dicapai,
pengamatan yang dilakukan observer berlangsung selama kegiatan pembelajaran
dilakukan oleh siswa dan guru sebagai peneliti. Pengisian lembar observasi sama
dengan lembar observasi pada siklus sebelumnya dengan memberikan tanda
ketercapaian aktivitas dan memberikan deskripsi pelaksanaan aktivitas guru dan
siswa.
Hasil observasi yang dilakukan observer, keterlaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru sudah terlaksana dengan baik. Presentase ketercapaian
aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.8 Presentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru
No Aspek yang Diamati % Kategori
1 Kegiatan Pra pembelajaran 100% Baik Sekali
2 Kegiata Pendahuluan 100% Baik Sekali
3 Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Pendekatan Keterampilan Proses
1) Mengamati 100% Baik sekali
2) Mengelompokkan/mengklasifikasikan 100% Baik Sekali
3) Memprediksi 100% Baik sekali
4) Mengukur 100% Baik Sekali
5) Menyimpulkan 100% Baik sekali
6) Mengkomunikasikan 100% Baik Sekali
B. Penilaian proses dan hasil belajar 100% Baik sekali
C. Penggunaan bahasa 100% Baik Sekali
4 Penutup 100% Baik Sekali
Rata-rata Presentase keterlaksanaan 100% Baik Sekali
66
9) Mengukur penilaian hasil dan proses, guru telah melaksanakan penilaian hasil
di akhir pembelajaran dengan lembar evaluasi, sedangkan penilaian proses
guru melakukan dengan mengukur reward yang di miliki siswa.
10) Penutup, Siswa menarik kesimpulan, memberikan refleksi menggunakan
angket dan guru mengkonfirmasi pembelajaran. Lalu dilanjutkan dengan
berdo’a.
Berdasarkan deskripsi pelaksanaan aktivitas guru, hal ini dapat
disampaikan dalam bentuk grafik 4.5 sebagai berikut :
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Siklus II
b. Aktivitas Siswa
Berdasarkan lembar observasi aktivitas yang terlihat dari siswa pada
pembelajaran yang menerapkan pendekatan keterampilan proses ini juga
mendapat pengamatan dari observer. Observer pada aktivitas siswa dilakukan oleh
enam observer dengan hasil pengamatan tersebut akan digambarkan pada tabel
4.7 berikui ini :
68
Tahap
Temuan Lapangan Faktor Penyebab
Pembelajaran
Siswa mengamati video Ada tiga kelompok
kerusakan lingkungan dan mendapatkan kesulitan dalam
mengamati percobaan mengamati laju air yang
berdasarkan kegiatan yang terjadi karena terdapat
Mengamati
dilakukan. Pada tahap ini kesalahan pada alat dan
ada tiga kelompok yang bahan. Kelompok pertama,
masih belum dapat menggunakan pot yang
mengkorelasikan antara berbeda ukuran sehingga
69
Siklus II
Siklus II
ketercapaian pelaksanaan aktivitas guru pada siklus I adalah 85,5%, dan pada
siklus II mencapai 100%, maka terjadi peningkatan 16,9%. Hasil dari peningkatan
aktivitas guru dapat digambarkan melalui grafik 4.9 Sebagai berikut :
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I Siklus II
Siklus I Siklus II
79
berikut :
Grafik 4.10 Presentase Peningkatan Aktivitas Siswa
Siklus I Siklus II
meningkat.
lima kelompok mampu Semua kelompok mampu
menyimpulkan hasil menyimpulkan dengan baik
pengamatan, mendefinisikan karena guru mengarahkan
sumber daya alam dan siswa untuk memperhatikan
menuliskan penggolongan tahap mengamati, mengukur,
macam-macam sumber daya dan memprediksi dalam
alam. Temuan observer dan menyimpulkan. Namun, pada
hasil diskusi lembar kerja saat percobaan masih ada tiga
kelompok menunjukkan kelompok yang salah dalam
bahwa empat kelompok proses dan persiapan alat dan
Menyimpulkan
kesulitan untuk bahan.
menyimpulkan hasil diskusi
kelompoknya. Dan pada saat
menyimpulkan hubungan
antara sumber daya alam dan
lingkungannya hanya tiga
kelompok yang mampu
menyimpulkan hubungannya.
Guru masih dominan dalam
proses menyimpulkan.
semua siswa Semua siswa
mengkomunikasikan hasil mengkomunikasikan dengan
Mengkomunik diskusi kelompoknya, hanya kondusif karena ada
asikan saja kondisi kelas tidak peraturan dalam
kondusif pembelajaran yaitu reward
dan punishment
menyimpulkan dengan tepat. Selain itu siswa harus selalu dibiasakan untuk
teliti mengambil hal penting dalam sebuah kegiatan agar siswa peka terhadap
informasi sekecil apapun.
6) Mengkomunikasikan, karena pada tahap ini reward dan punishment sudah
diterapkan sehingga setiap siswa memperhatikan proses mengkomunikasikan
setiap kelompok.
4.3 Analisis dan Pembahasan Hasil Pembelajaran
secara tertulis. Bentuk soal tematik dengan spesifik untuk mata pelajaran IPA
bentuk soal pilihan ganda dan untuk soal Matematika berbentuk uraian.
Berdasarkan deskripsi penelitian yang telah penulis kemukakan di awal bab ini,
tampak bahwa rata-rata perolehan skor akhir peserta didik pada pra siklus adalah
57, angka yang masih sangat kurang untuk mencapai target perolehan nilai
berdasarkan KKM.
Sesuai dengan KKM yang harus dicapai, peserta didik yang mencapai
target KKM 75 pada pra siklus yaitu 8 peserta didik atau 26,7%untuk pelajaran
IPA, 3 peserta didik atau 10% untuk pelajaran Matematika selebihnya belum
mencapai KKM sebanyak 19 peserta didik atau 46% untuk IPA, 27 peserta didik
atau 90% untuk Matematika. Untuk lebih melihat gambaran yang jelas, hasil dari
pembelajaran pada pra siklus disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.12
REKAPITULASI HASIL PEMBELAJARAN PRASIKLUS
Kualifikasi Ketuntasan
No IPA Matematika
Pembelajaran
1 Tuntas 8 3
2 Belum Tuntas 22 27
Jumlah Peserta Didik 30 30
Prosentase Tuntas 26,7% 10%
Prosentase Belum Tuntas 63,3% 90%
84
Setelah mendapat gambaran dari hasil tes awal pada kegiatan prasiklus
sebagaimana tertera pada tabel 4.8, pada siklus 1 diperoleh rata-rata sebesar 91.
Peserta didik yang mencapai ketuntasan minimal sebanyak 22 orang atau 73%
untuk pelajaran IPA, 29 orang atau 96,7% untuk Matematika. Adapun perolehan
peserta didik atau 27% untuk IPA, 1 orang atau 3,3% untuk Matematika.
berhasil dengan baik karena masih kurang dari 75% peserta didik yang seluruh
Tabel 4.13
REKAPITULASI HASIL PEMBELAJARAN SIKLUS 1
Kualifikasi Ketuntasan
No IPA Matematika
Pembelajaran
1 Tuntas 22 29
2 Belum Tuntas 8 1
Jumlah Peserta Didik 30 30
Prosentase Tuntas 73% 96,7%
Prosentase Belum Tuntas 27% 3,3%
Pada siklus 2 diperoleh rata-rata sebesar 97. Peserta didik yang mencapai
didik yang belum mencapai ketuntasan minimal sebanyak 1 peserta didik atau
Tabel 4.14
REKAPITULASI HASIL PEMBELAJARAN SIKLUS 2
Kualifikasi Ketuntasan
No IPA Matematika
Pembelajaran
1 Tuntas 30 29
2 Belum Tuntas 0 1
Jumlah Peserta Didik 30 30
Prosentase Tuntas 100% 96,7%
Prosentase Belum Tuntas 0% 3,3%
Data yang diperoleh dari hasil penelitian di atas adalah data kuantitatif
yang diperoleh dari hasil tes. Data-data tersebut berupa skor kemampuan peserta
didik pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Agar data-data tersebut lebih
bermakna, berikut ini penulis sajikan peningkatan peserta didik dalam bentuk
Grafik 4.15
KETUNTASAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK
30 30
29
30
25 22
20
Prasiklus
15
Siklus 1
10 Siklus 2
5 3
1
0
IPA Bahasa
Indonesia
Rata-rata skor pada pra siklus, peserta didik dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 75 yaitu baru mencapai nilai rata-rata kelasnya adalah 57 yang
berarti 23% peserta didik yang baru tuntas dalam pembelajaran ini, dalam
pembelajaran IPA ada 8 peserta didik yang belum tuntas namun secara
gambaran bahwa prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA dan
rata-rata skor yaitu 91 atau 96,7% artinya berada pada kualifikasi sangat baik,
namun belum mencapai target ketuntasan minimal karena pada materi pelajaran
IPA masih ada yang nilainya masih di bawah kriteria ketuntasan minimal
87
sebanyak 8 orang. Hasil ini belum mencapai sesuai target, sebab belum mencapai
KKM 75 mencapai 30 orang atau sekitar 100% dari total peserta didik 30 orang.
Hal ini memberikan gambaran bahwa materi tersebut sudah dipahami oleh peserta
didik, karena ketuntasan dikatakan selesai apabila materi telah diserap sekitar
minimal 75%.
pada nilai peserta didik maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja dalam
Bandung Barat
Adapun distribusi nilai tes awal dan tes akhir diambil dari nilai Pra Siklus
dan tes akhir diambil dari siklus 1 sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 4.16
IPA Matematika
No Nama Pra Deviasi Pra Siklus Deviasi
Siklus 1 (d2) (d2)
Siklus (d) Siklus 1 (d)
1 Adika Pratama 60 80 20 400 50 100 50 2500
2 Aji Agung Ahdiatna 20 70 50 2500 50 80 30 900
Aldhi Ramadhani
3 70 100 30 900 60 100 40 1600
N.
4 Amalia Fajar Rini 80 100 20 400 60 100 40 1600
Annisa Maya
5 40 90 50 2500 70 100 30 900
Patama
6 Anis Safangah 60 60 0 0 80 100 20 400
88
IPA Matematika
No Nama Pra Deviasi Pra Siklus Deviasi
Siklus 1 (d2) (d2)
Siklus (d) Siklus 1 (d)
7 Danu Pranata 70 90 20 400 50 100 50 2500
Fabian Yusuf
8 30 100 70 4900 60 100 40 1600
Prasetyo
Giovanny Putra
9 70 60 -10 100 60 100 40 1600
Yudha
10 Keysa Novia Luana 60 80 20 400 50 100 50 2500
Muhammad Daffa
11 40 90 50 2500 60 100 40 1600
Al Fatih
Muhammad
12 40 100 60 3600 60 100 40 1600
Dzulfikry
Mutia Safarotun
13 40 90 50 2500 50 100 50 2500
Nisa
14 Nabila Nurcahyani 40 100 60 3600 50 100 50 2500
Nayla Sabila
15 50 70 20 400 70 100 30 900
Ramadani
Nazwa Maharani
16 80 100 20 400 50 100 50 2500
Zyfana
Raden Gelar Satria
17 60 70 10 100 50 100 50 2500
P.P.
Raditya Rafa
18 50 60 10 100 50 100 50 2500
Prapdipta
Rafka Nova
19 40 90 50 2500 50 100 50 2500
Pratama
Rahma Amelia
20 80 100 20 400 60 100 40 1600
Faizah
21 Rahsya Tri Aditya 40 90 50 2500 50 100 50 2500
Raihanah Putri
22 50 90 40 1600 70 100 30 900
Ramadhani
23 Ralita Juliyani 50 100 50 2500 50 100 50 2500
Revandra Ali
24 30 80 50 2500 50 100 50 2500
Ramdan
25 Rezky Ramdhani 40 70 30 900 40 80 40 1600
Rifky Baruno
26 70 90 20 400 70 100 30 900
Wibowo
27 Satrio Ari Rivianto 70 80 10 100 60 100 40 1600
28 Sri Hardiyanti 40 100 60 3600 50 100 50 2500
29 Taufik Fajar Sidik 40 80 40 1600 50 100 50 2500
30 Wulan Wulandari 40 70 30 900 50 70 20 400
4520 293 5470
Jumlah 1550 2550 1000 1680 1250
0 0 0
1506, 97,6 1823,
Rata-rata 51,67 85,00 33,33 56,00 41,67
7 7 33
89
M = ∑X1
N
= 1550
30
= 51,67
M = ∑X2
N
= 2550
30
= 85
Mean deviasi
Md = ∑d
N
= 1000
30
= 33,33
Db = N–1
= 30 – 1
= 29
90
t = Md
√ ∑xd²
N(N – 1)
= 33,33
√ 45.200
870
= 33,33 .
√ 52
= 33,33
7,2
= 4,6
Dari penghitungan tes awal dan tes akhir, diketahui thitung adalah 4,6.
berikut :
Jika t hitung < t tabel, maka hipotesis nol diterima ataupun hipotesis
kerja ditolak.
Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis nol ditolak ataupun hipotesis
kerja diterima.
maka harga t (tabel) – 2,15 dengan demikian thitung = 4,6 > dari ttabel =
M = ∑X1
N
= 1680
30
= 56
M = ∑X2
N
= 2930
30
= 97,7
Mean deviasi
Md = ∑d
N
= 1250
30
= 41,67
Derajat kebebasan
Db = N–1
= 30 – 1
= 29
92
t = Md
√ ∑xd²
N(N – 1)
= 41,67
√ 54.700
870
= 41,67 .
√ 62,87
= 41,67
7,9
= 5,3
Dari penghitungan tes awal dan tes akhir, diketahui thitung adalah 5,3. Hipotesis
Jika t hitung < t tabel, maka hipotesis nol diterima ataupun hipotesis kerja
ditolak.
Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis nol ditolak ataupun hipotesis kerja
diterima.
(tabel) – 2,3 dengan demikian thitung = 5,3 > dari ttabel = 2,3. Hal ini berarti
94
95
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar, pasal 5 ayat
(2).