JR's Pharmaceutical
JR's Pharmaceutical
KELOMPOK 1
PROGRAM APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
bahan obat. Dalam hal ini, pembuatan obat adalah seluruh tahapan
harfiah definisi obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini dikarenakan, industri farmasi
steril salah satunya yaitu JR’sLind Injection. Sediaan steril ini mengandung
Lidocain HCl yang banyak digunakan untuk meringankan gatal, rasa sakit
dari radang kulit, dan terbakar. Disuntikkan sebagai obat bius gigi atau
II.1.1. Lambang
II.1.3 Visi
Indonesia dan menjadi mitra pilihan pertama bagi para pelanggan serta
II.1.4 Misi
berkesinambungan.
II.2.1 Direktur
Tugas wewenang serta tanggung jawab direktur adalah :
1. Hasil (product)
Produk yang dimiliki hendaklah memiliki keunggulan dibandingkan
perusahaan lain. Keunggulan bisa terlihat dari penampilan, kualitas,
dan ragam produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Harga (price)
Produk memiliki harga yang terjangkau
3. Promosi (Promotion)
Produk dipromosikan melalui tatap muka langsung oleh medical
representative mapun media cetak.
4. Ditribusi (place)
Produk didistribusikan ke Apotek atau Rumah Sakit dan Institusi.
Analisis Pemasaran
Sebelum JR’s Pharmaceutical menentukan produk yang akan di
produksi, JR’s Pharmaceutical menyelidiki obat apa yang sering
digunakan di rumah sakit. Berdasarkan hasil survei, Lidokain merupakan
golongan obat gawat darurat yang sering digunakan di rumah sakit dan
klinik dokter. Oleh karena itu perusahaan JR’s Pharmaceutical
menetapkan untuk memproduksi suatu sediaan steril berupa injeksi
lidokain.
Lidokain merupakan anestesi lokal yang sering digunakan di rumh
sakit maupun klinik. Lidokain digunakan pada pemberian injeksi, seperti
pada sediaan yang mengandung kortikosteroid, untuk menghilangkan
rasa sakit, rasa gatal, dan iritasi lokal lainnya. Lidokain juga sering sekali
digunakan oleh klinik dokter gigi.
Strategi Pemasaran
Secara umum pendistribusian produk farmasi terbagi menjadi 3 cara yaitu:
1. Pemasaran melalui pelaku medis
Dalam hal ini biasanya dipakai untuk produk ethical yang hanya
boleh dikonsumsi melalui resep dari pelaku medis seperti dokter
dengan bantuan penyebaran informasi produk melalui medical
representative. Rantai distribusi produk dimulai dari pabrik atau
perusahaan manufaktur ke distributor ke Apotek atau Rumah Sakit dan
Institusi.
2. Pemasaran obat bebas dengan pola pemasaran massal
Pola ini biasa terjadi untuk obat-obat OTC yang memang dijual
bebas di toko obat, apotek, pasar swalayan dan di warung – warung.
Rantai distribusi produk dimulai dari pabrik atau perusahaan
manufaktur ke distributor, sub-distributor ke Apotek, Toko Obat,
Retailer.
3. Pemasaran partai besar
Penjualan sistem tender ke rumah sakit atau institusi serta
penjualan ke PBF (pedagang besar farmasi). Rantai distribusi produk
dimulai dari pabrik atau perusahaan manufaktur ke distributor ke PBF
(pedagang besar farmasi).
Pemasaran obat-obatan ethical melalui resep dari pelaku medis
dilakukan oleh medical representative yang telah diberikan
pembekalan pengetahuan produk yang memadai oleh perusahaan.
Medical Representative menginformasikan pengetahuan produk yakni
mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam produk, khasiat
maupun efek samping (jika ada) sebagai sarana media komunikasi
dari perusahaan ke pelaku medis serta “mendorong” pelaku medis
dalam hal resep dan penggunaan produk obat tersebut.
Sedangkan obat-obatan OTC dilakukan oleh tenaga penjualan
yang biasa disebut salesman ke toko-toko obat, apotek, pasar modern
dan rumah sakit. Sebagai tenaga penjualan juga harus mengetahui
pengetahuan produk walaupun tidak secara mendalam dan yang
paling penting adalah harus memiliki pengetahuan penjualan dan
pemasaran serta target pasar yang dituju oleh perusahaan. Karena
sediaan injeksi Lidokain merupakan obat yang harus melalui resep
dokter pemasaran melalui pelaku medis dan Pemasaran partai besar.
Biaya Pemasaran
1. Biaya media cetak dan elektronik
2. Biaya training para dokter dalam memperkenalkan produk farmasi
3. Diskon kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF), rumah sakit, klinik,
apotek yang bekerjasama dengan perusahaan JR’s Pharmaceutical
4. Bonus kepada dokter – dokter yang telah menuliskan resep obat
produksi JR’s Pharmaceutical kepada pasiennya.
1. Bagian Engineering
- Bertanggung jawab untuk menyiapkan peralatan mesin yang
diperlukan untuk membuat produksi.
- Bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan mesin
sesuai kebutuhan.
- Kontrol stok suku cadang mesin
2. Bagian utility
Adapun peralatan di bagianiniuntukpembuatansediaanampuladalah
a. Ampoule Cleaning
Washing Machine merupakan Mesin cuci otomatik yang
digunakan untuk mencuci ampul yang akan diisi dengan larutan atau
serbuk steril. Pencucian dilakukan dengan air murni (purified water),
dilanjutkan menggunakan air untuk injeksi (water for injection), diikuti
dengan udara steril untuk pengeringan. Mesin ini memiliki kapasitas
pencucian hingga 9.000 ampul per jam.
b. Ampoule Sterilization
Depyrogenation Machine. Mesin ini digunakan untuk proses
sterilisasi dan depirogenasi ampul pada suhu maksimum 340° C, dan
aliran udara dalam mesin diatur laminar dengan melalui HEPA filter.
Mesin ini memiliki kapasitas hingga 9.000 ampul per jam.
c. AmpouleFilling and sealing
Filling & Selling Machine. Mesin filling ini digunakan untuk
melakukan pengisian larutan atau serbuk steril pada ampul steri ldan
penutupan ampul yang telah diisi dengan pemijaran. Semua proses ini
dilakukan dibawah kondisi aliran udara laminar dengan HEPA filter.
d. Ampoule Coding, Inspection , Labelling , and Packaging
Coding, Inspection & Labelling Machine. Inspeksi dilakukan
terhadap semua ampul yang menggunakan Inspection Machine
diteruskan dengan proses labelling secara otomatis, dilanjutkan
dengan proses packaging.
FORMULA
Rancangan Formula
Tiap 2 mL ampul JR’sLind® injection mengandung :
Lidokain HCL 1%
NaCl 0,69%
Na2EDTA 0,01%
SWFI ad 100%
Master Formula
Nama Produk : JR’sLind® Injection
Jumlah Produk : 10.000 ampul @ 2 ml
Tanggal Formula : 11 September 2017
Tanggal Produksi : 18 November 2017
No.Registrasi : DKL 17 100001 43 A1
No.Batch : 11 174301
Kode Jumlah bahan
Nama bahan Fungsi bahan
bahan Perwadah Perbatch
ZA-R Lidokain HCl Zat aktif 2 mg 210 g
ZT-NK Natrium Klorida Pengisotonis 13 mg 144,9 g
ZT-DE Dinatrium Edetat Pengkhelat 0.02 2,1 g
ZT-
SWFI Pembawa ad 2 ml ad 21 L
SWFI
Dasar Formulasi
Alasan Pembuatan Sediaan
Formulasi sediaan parenteral sangat sesuai untuk obat-obat yang
memiliki bioavailabilyas rendah/jelek dan obat-obat yang dapat
terdegradasi dalam saluran pencernaan dan merupakan metode
pemberian obat bagi pasien yang tidak kooperatif atau yang kesulitan
menelan obat melalui oral sehingga diberikan dalam bentuk injeksi
(Fastrack : Pharmaceutical Dosage Form & Design, 2008).
2. Dinatrium edetat
Dinatrium edetat digunakan sebagai zat pengkelat dalam berbagai
sediaan farmasi, termasuk obat kumur, obat mata, dan obat topikal.
Biasanya digunakan pada konsentrasi antara 0,005 dan 0,1% b/v.
disodium edetat membentuk kompleks yang stabil dengan alkaline alam
dan ion-ion logam (Handbook of Pharmeceutical Excipient 6th : 2009).
3. NaOH/HCl 0,1 N
Asam klorida digunakan sebagai pemberi suasan asam dalam
berbagia sediaan biasanya digunakan dalam bentuk HCl encer, sedangkan
NaOH digunakan sebagai pemebri Susana alkali Handbook of
Pharmeceutical Excipient 6th : 2009).
Air banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan dan pelarut dalam
pengolahan, perumusan dan pembuatan farmasi produk, bahan aktif
farmasi (API) dan intermediet, dan reagen analitis. Nilai spesifik dari air
yang digunakan untuk aplikasi tertentu dalam konsentrasi hingga 100%
(Handbook of Excipient 6th: 2009)
SWFI USP merupakan air yang disterilisasi, tidak mengandung
pengawet atau bahan antimikroba, bebs pirogen dan sesuai untuk sedian
single dose dengan volume tidak lebih dari 1000 mL (Encyclopedia Of
Pharmaceutical Technology 3th Ed,2008).
Dosis & Dosis injeksi 0,5-5% dan diberikan melaui rute i.v,
:
Pemberian I,m dan SC
RM/BM : , C14H22N2O.HCl/234,3
RB
Uraian Stabiltas
Inkompatibiltas Lidokainhidrokloridainkompatibeldalamlarutandengan
: Amphotericin B, Sulfadiazin sodium, Methohexital
sodium, Cefazolin sodium, dan Phenytoin sodium
Saran Disimpan pada shu dbawah 40°C, sebaiknya
Penyimapana : dismpan pada suhu 15-30oC dan hindari
penyimpanan pada pendingin.
1. Natrium Klorida
2. Natrium Edetat
RM/BM : H20/18,02
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa. Diproses dengan metode destilasi
:
reverse osmosis, steril, bebas pirogen dan tidak
mengandung bakteriostatika
2. Parameter Kritis
Tentukan parameter kritis dan pengujiannya
No. Tahap Parameter Penguji
1. Mixing 1 Kritis
Homogen an
Organoleptis
2. Mixing 2 Homogen Organoleptis
Rancangan Pengemasan
Kemasan Primer
Jenis : Glass Type 1 Borosilikat
Bahan : Kaca
Dimensi : 4.5 cm x 4.5 cm x 10 cm
Volume : 60 mL2 mL
Kemasan Sekunder
Jenis : Kertas formika
Bahan : Kertas
Dimensi : 5 cm x 5 cm x12cm
Volume : 300 cm3
Leaflet
Jenis : kertas HVS GSM 70
Bahan : Kertas
Dimensi : 13 cm x 8 cm
Label
Jenis : Kertas sticker
Bahan : Kertas
Dimensi : 8 cm x17 cm
Nomor Registrasi Injeksi
Nomor registrasi untuk JR’sLind® Injection
DKL 17 001001 43 A1
D = obat dengan nama dagang
K = golongan obat keras
L = produksi dalam negeri (lokal)
17 = tahun pendaftaran obat jadi
100 = nomor urut pabrik
001 = nomor urut obat jadi yang disetujui
43 = bentuk sediaan obat jadi untuk injeksi
A = kekuatan obat jadi
1 = kemasan untuk kekuatan obat jadi tersebut.
Nomor Batch
No batch sediaan untuk JR’sLind® Injection
Keterangan :
11 = bulan produksi
17 = Tahun produksi
43 = kode bentuk sediaan
01 = nomor urut pembuatan
TUGAS PPIC
Adapun tugas dan tanggung jawab dari Product Planning and
Inventory Control (PPIC) sebagai berikut :
1. Merencanakan kegiatan produksi berpedoman pada rencana bagian
Marketing
2. Merencanakan pengadaan (bahan baku, bahan kemasan dan
produk jadi) berdasarkan rencana dan kondisi stock dengan
menghitung kebutuhan material produksi menurut standar stock
yang ideal (ada batasan minimal dan maksimal yang harus
tersedia).
3. Memonitoring inventory yang ada agar kegiatan produksi dan
penjualan dapat berjalan dengan lancar.
4. Melakukan evaluasi proses produksi.
5. Membuat standar kriteria SDM dalam penerimaan karyawan.
6. Melakukan pelatihan setiap 2 bulan sekali untuk meningkatkan
kualitas SDM.
7. Menghitung standar tenaga kerja berdasarkan realisasi produksi
setiap tahun
8. Menghitung standar yield berdasarkan realisasi produksi setiap
tahun.
9. Sebagai juru bicara perusahaan dalam hal kerja sama dengan
perusahaan.
10. Mengkoordinir kegiatan distribusi obat.
Ket : semakin tinggi nilai servis level (100%) PPIC maka kinerja
semakin baik karena dapat memenuhi permintaan marketing.
Supplier/ pemasok
Adapun kriteria supplier yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
1. Merupakan badan hukum yang sah
2. Memiliki sertifikat COA (sertifikat of analysis)
3. Dari peralihan CPOB/GMP ke CPOB terkini/cGMP pemasok harus
menyertakan kelengkapan dokumen master master file disebut
DMF (Drug Master File) yang merupakan salah satu standar yang
dipersyaratkan oleh cGMP.
4. DMF merupakan main requirement dan bukti bahwa pemasok
adalah perusahaan yang telah memiliki sertifikat standar cGMP.
Badan POM memberikan perhatian khusus pada DMF yang
merupakan informasi rinci original submission dan amandemen yan
mencakup data. Dalam memiliki bahan baku yang menunjang
product safety, efficacy dan quality, industry harus
memperhitungkan standar ekspektasi pasar yang jelas makin tinggi.
5. Memiliki serifikat ISO 9000 yang merupakan bukti yang
menunjukkan kualitas supplier.
6. Bahan tersebut telah dinyataan memenuhi persyaratan pada
pengujian yang dilakukan oleh pihak Quality Control.
II.10 PRODUKSI
Menurut CPOB 2012, tugas seorang Kepala Produksi yaitu :
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar
dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat,
termasuk:
a) memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur
agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;
b) memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan
produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara
tepat;
c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebelum diserahkan
kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);
d) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di
bagian produksi;
e) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan.
Di samping itu, kepala bagian Produksi bersama dengan kepala
bagian Pengawasan Mutu (lihat Butir 2.8) dan penanggung jawab teknik
hendaklah memiliki tanggung jawab bersama terhadap aspek yang
berkaitan dengan mutu. Yaitu :
Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama
dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang
berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:
a) otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;
b) pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat;
c) higiene pabrik;
d) validasi proses;
e) pelatihan;
f) persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;
g) persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan
kontrak;
h) penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk;
i) penyimpanan catatan;
j) pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB;
k) inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk pemantauan
faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk
2. Syarat Personalia
a. Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh
berada di area bersih; hal ini penting khususnya pada proses
aseptis. Inspeksi dan pengawasan hendaklah dilaksanakan
sedapat mungkin dari luar area bersih.
b. Personil yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih
secara seksama untuk memastikan bahwa mereka dapat
diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin dan tidak
mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang
dapat menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap
produk.
c. Semua personil (termasuk bagian pembersihan dan perawatan)
yang akan bekerja di area tersebut hendaklah mendapat
pelatihan teratur dalam bidang yang berkaitan dengan
pembuatan produk steril yang benar, termasuk mengenai higiene
dan pengetahuan dasar mikrobiologi. Bila personil dari luar yang
tidak pernah menerima pelatihan seperti di atas (misal kontraktor
bangunan atau perawatan), yang harus masuk ke dalam area
bersih, perhatian khusus hendaklah diberikan dengan instruksi
dan pengawasan.
d. Staf yang bekerja dengan bahan yang berasal dari jaringan
hewan atau biakan mikroba selain dari yang digunakan dalam
proses pembuatan yang berlaku (the current manufacturing
process) hendaklah tidak memasuki area produk-steril kecuali
mematuhi prosedur masuk yang ketat dan rinci.
e. Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah
esensial. Personil yang terlibat dalam pembuatan produk steril
hendaklah diinstruksikan untuk melaporkan semua kondisi
kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran cemaran yang
tidak normal jumlah dan jenisnya; pemeriksaan kesehatan
secara berkala perlu dilakukan. Tindakan yang diambil terhadap
personil yang dapat menimbulkan bahaya pencemaran
mikrobiologis hendaklah diputuskan oleh personil kompeten yang
ditunjuk.
f. Pakaian rumah dan pakaian kerja reguler hendaklah tidak
dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan
dengan ruang ber-Kelas B dan C. Untuk tiap personil yang
bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril (disterilkan atau
disanitasi dengan memadai) hendaklah disediakan untuk tiap
sesi kerja. Sarung tangan hendaklah secara rutin didisinfeksi
selama bekerja. Masker dan sarung tangan hendaklah diganti
paling sedikit pada tiap sesi kerja.
g. Penggantian dan pencucian hendaklah mengikuti prosedur
tertulis yang didesain untuk meminimalkan kontaminasi pada
pakaian area bersih atau membawa masuk kontaminan ke area
bersih.
h. Arloji, kosmetika dan perhiasan hendaklah tidak dipakai di area
bersih.
i. Personil yang memasuki area bersih atau area steril hendaklah
mengganti dan mengenakan pakaian khusus yang juga
mencakup penutup kepala dan kaki. Pakaian ini tidak boleh
melepaskan serat atau bahan partikulat dan hendaklah mampu
menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh. Pakaian ini
hendaklah nyaman dipakai dan agak longgar untuk mengurangi
gesekan. Pakaian ini hanya boleh dipakai di area bersih atau
area steril yang relevan.
j. Pakaian dan mutunya hendaklah disesuaikan dengan proses
dan kelas kebersihan area kerja. Pakaian tersebut hendaklah
dipakai sesuai dengan tujuannya untuk melindungi produk dari
kontaminasi.
k. Pakaian untuk area bersih hendaklah dicuci dan ditangani
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kontaminan
tambahan yang kemudian akan terlepas. Cara penanganan ini
hendaklah mengikuti prosedur tertulis. Sebaiknya tersedia
fasilitas khusus untuk pencucian pakaian area bersih.
Penanganan yang tidak tepat terhadap pakaian area bersih akan
merusak serat dan dapat meningkatkan risiko pelepasan partikel.
l. Hanya personil yang berwenang yang boleh memasuki area
bangunan dan fasilitas dengan akses terbatas.
3. Ketentuan Pakaian
Ketentuan pakaian diatur dalam CPOB sebagai berikut :
Kelas Ketentuan Pakaian
Kelas Penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut
serta – jika relevan – janggut dan kumis; penutup
A/B
kepala hendaklah diselipkan ke dalam leher baju;
penutup muka hendaklah dipakai untuk mencegah
penyebaran percikan. Model terusan atau model
celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya
dapat diikat dan memiliki leher tinggi, hendaklah
dikenakan. Hendaklah dipakai sarung tangan plastik
atau karet steril yang bebas serbuk dan penutup kaki
steril atau didisinfeksi. Ujung celana hendaklah
diselipkan ke dalam penutup kaki dan ujung lengan
baju diselipkan ke dalam sarung tangan. Pakaian
pelindung ini hendaklah tidak melepaskan serat atau
bahan partikulat dan mampu menahan partikel yang
dilepaskan dari tubuh.
Kelas C Rambut dan – jika relevan – janggut dan kumis
hendaklah ditutup. Pakaian model terusan atau model
celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya
dapat diikat, memiliki leher tinggi dan sepatu atau
penutup sepatu yang sesuai hendaklah dikenakan.
Pakaian kerja ini hendaklah tidak melepaskan serat
atau bahan partikulat.
Kelas D Rambut - dan jika relevan – janggut hendaklah ditutup.
Pakaian pelindung reguler, sepatu yang sesuai atau
penutup sepatu hendaklah dikenakan. Perlu diambil
tindakan pencegahan yang sesuai untuk
menghindarkan kontaminasi yang berasal dari bagian
luar area bersih.
Tipe glass menurut USP terkait dengan reaktifitas kimia dari glass
yang diukur dengan alkalinitas yang tercuci dari gelas oleh air pada satu
dari dua tes glass.
batas
Tipe Deskripsi umum Tipe tes Ukuran ml dari 0,02N
(ml) asam
8. Sterilisasi
Sterilisasi akhir
Tindakan Perbaikan
a. Validasi Awal
- Apabila ampul yang tercemar dari 1 bets melebihi Batas Waspada,
Segera lakukan investigasi. Bila tidak ditemukan penyimpangan
lakukan tambahan 1 bets.
- Apabila ampul yang tercemar dari 1 bets melebihi Batas Bertindak,
langsung hentikan kegiatan validasi. Setelah penyebab cemaran
diketahui, ulangi kembali “Kualifikasi Awal”.
b. Revalidasi Periodik
- Apabila jumlah ampul yang tercemar melebihi Batas Waspada, dan
penyebab dari cemaran diketahui, segera lakukan perbaikan.
Lakukan 1 bets tambahan.
- Apabila penyebab dari cemaran tidak diketahui atau hasil dari
Validasi Proses Aseptis yang kedua di atas Batas Waspada,
lakukan kembali Validasi Awal (Initial Validation) (3 bets).
Jumlah maksimum
Jumlah Wadah Jumlah Sampel wadah tercemar yang
diperkenankan
151 – 280 32 1
281 – 500 50 2
501 – 1200 80 3
1201 – 3200 125 5
3201 – 10000 200 7
10001 – 35000 315 10
35001 – 150000 500 14
LABEL PEMERIKSAAN BAHAN/PRODUK
Untuk bahan/produk “Karantina”
PERUSAHAAN : PT. JR’s Pharmaceutical
KARANTINA
NOMOR BETAS :……………………………….
PEMBUAT/PEMASOK :………………………………..
OLEH :
DILULUSKAN TANGGAL
…………………..
PEMASOK/PEMBUAT : …………………….
JUMLAH : …………………….
DITOLAK
NAMA PRODUK/BAHAN : ……………………
PEMASOK/PEMBUAT : …………………….
JUMLAH : …………………….
1. Int. Auditor
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi
diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian
dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
meningkatkannya. Audit mutu umunya dilaksanakan oleh spesialis dari
luar independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit juga dapat diperluas terhadap pemasokan
penerimaan kontrak. Hendaklah dibuat daftar pemasokan yang disetujui
untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar pemasok hendalah
disiapkan dan ditinjau ulang. Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum
pemasokan disetujui dan dimasukan ke dalam daftar pemasokan atau
spesifikasi. Evaluasi hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan
sifat bahan yang dipasok. Semua pemasok yang telah ditetapkan
hendaklah dievaluasi secara teratur