Anda di halaman 1dari 83

MAKALAH FARMASI INDUSTRI

Manufacturing Injeksi Lidokain HCl

KELOMPOK 1

DHELVY DELIANTI RUKMAN (N014171004)


ANANDA LISDA PUTRI (N014171006)
DARMAYADI DANDURU (N014171015)
ANDI MINTASARY (N014171033)
NOVIA WIDYANI (N014171049)
APRIANI (N014171059)
IRMAWATI (N014171060)
JARIER (N014171080)
NUR AF’IDAH ANAS (N014171704)
AGUSTIANTO LUKMAN (N014171706)
LACEMMANG (N014171710)
RIZKY PUSPITASARI (N014171715)
ANDI NURWAQIAH TENRIAWARU (N014171716)
NURWAHIDA (N014171717)
ANDI SITTI MAULANA YAHYA (N014171734)
NURUL AYUKATI (N014171735)
IKA RISTI LEMPANG (N014171757)
NURHASNIATI (N014171792)

PROGRAM APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Definisi Industri Farmasi menurut Permenkes Republik Indonesia

Nomor 1799/Menkes/per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

bahan obat. Dalam hal ini, pembuatan obat adalah seluruh tahapan

kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal

dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan

pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Secara

harfiah definisi obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi, untuk manusia. Sedangkan definisi bahan obat adalah bahan

baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam

pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.

Industri Farmasi dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan

pembuatan obat dan/atau bahan obat wajib menerapkan Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini dikarenakan, industri farmasi

harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan

penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen


izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan

penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.

Terdapat banyak industri di Indonesia, dan salah satunya adalah

PT. JR’s Pharmaceutical yang terletak di daerah Makassar, dimana

seluruh fasilitas yang digunakan dalam kegiatan produksi telah

disesuaikan dengan standar CPOB yang berlaku dalam menjalankan

seluruh proses produksi PT. JR’s Pharmaceutical selalu berusaha

meningkatkan kualitas kerja untuk menghasilkan produk-produk obat yang

aman dan berkualitas dan sesuai dengan standar CPOB.

PT. JR’s Pharmaceutical memproduksi beberapa produk sediaan

steril salah satunya yaitu JR’sLind Injection. Sediaan steril ini mengandung

Lidocain HCl yang banyak digunakan untuk meringankan gatal, rasa sakit

dari radang kulit, dan terbakar. Disuntikkan sebagai obat bius gigi atau

sebagai anestesi local untuk operasi kecil.


BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Profil Perusahaan

II.1.1. Lambang

PT. JR’s Pharmaceutical


Makassar-Indonesia
II.1.2 Sejarah

- 2003 : PT. JR’s Pharmaceutical didirikan pada tahun 2003 dalam

bentuk industri farmasi berskala kecil, setelah menyelesaikan segala

bentuk administrasi dan persyaratan yang berlaku. PT. JR’s

Pharmaceutical memproduksi berbagai jenis sediaan dengan jumlah

karyawan tidak lebih dari 50 orang yang direkrut berdasarkan

rekomendasi rekan se-profesi.

- 2004 :Telah terdaftar di BPOM dan mempunyai Nomor Registrasi pada

setiap bentuk sediaan yang dibuat.

- 2005: Meningkatkan kapasitas produksi karena melihat peluang pasar

yang menjanjikan atas penjualan berbagai sediaan.

- 2006: Memodernisasi pabrik dengan mesin-mesin yang lebih canggih

dan berteknologi tinggi sesuai dengan CPOB 2006.


- 2008: Pengembangan usaha yang dilakukan dengan membuat merek-

merek produk yang unggul dan menjangkau pasar lokal untuk

meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.

- 2012 : memperbaharui sistem yang sudah ada dan disesuaikan

dengan CPOB 2012

- 2014 – sekarang : PT. JR’s Pharmaceutical terus melakukan

pengembangan usaha yang berkelanjutan untuk memenuhi besarnya

permintaan masyarakat yang disesuaikan dengan jumlah batch yang

diproduksi oleh perusahaan setiap tahunnya dalam merambah pasar

lokal maupun pasar internasional secara luas.

II.1.3 Visi

Menjadi perusahaan farmasi dengan pertumbuhan tercepat di

Indonesia dan menjadi mitra pilihan pertama bagi para pelanggan serta

mampu bersaing secara global.

II.1.4 Misi

- Inovasi produk dan desain serta perbaikan secara

berkesinambungan.

- Menyediakan produk bermutu dan unggul untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat demi meningkatkan mutu kehidupan.

- Meningkatkan kompetensi dan komitmen sumber daya manusia

guna mengembangkan perusahaan, serta dapat berperan aktif

dalam pengembangan industri kesehatan nasional.

II.2 Struktur Organisasi Dalam Industri Farmasi


Dalam sebuah industri farmasi tentu memiliki beberapa personil
yang memegang peranan penting (personil kunci) dalam industri yang
dikelolanya. Personil kunci tersebut antara lain Kepala Bagian
Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu atau Quality Control
(QC), dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau
Quality Assurance (QA)
Dibawah ini adalah bagan / struktur organisasi industry farmasi
menurut CPOB dimana PT. JR’s Pharmaceutical mengacu pada
struktur organisasi ini :

II.2.1 Direktur
Tugas wewenang serta tanggung jawab direktur adalah :

1. Menentukan kebijakan tertinggi perusahaan.


2. Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian
perusahaan.
3. Mengangkat dan memberhentikan karyawan perusahaan
4. Memelihara dan mengawasi kekayaan peseroaan terbatas.
5. Bertanggung jawab dalam memimpin dan membina perusahaan
secara efektif dan efesien.
6. Mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian-perjanjian,
merencanakan dan mengawasi pelaksanaan tugas personalia
yang bekerja pada perusahaan.
7. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum pabrik sesuai
dengan kebijakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
8. Menetapkan besarnya deviden perusahaan.

II.3 HRD (Human Resource Development)


HRD merupakan departemen/bagian/divisi yang mempunyai tugas yaitu :
1. Merekrut dan menyeleksi karyawan berdasarkan kebutuhan
perusahaan
2. Mengadakan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas kerja dan pengetahuan karyawan
3. Mengadakan pemeriksaan kesehatan awal untuk karyawan baru
dan pemeriksaan kesehatan berkesinambungan untuk seluruh
karyawan
4. Menangani cuti kerja karyawan
5. Memberikan konseling terhadap setiap masalah atau keluhan
karyawan
6. Menentukan bonus untuk karyawan berdasarkan kinerja dan
bertanggung jawab terhadap pengaturan tunjangan perusahaan
bagi karyawan
7. Menangani Asuransi untuk menjamin kesejahteraan para
karyawan, misalnya : BPJS Ketenagakerjaan
8. Menyusun sistem penggajian karyawan
9. Membuat SK (Promosi, Mutasi, Pemberhentian, dsb)
Karakteristik perusahaan kami, yaitu :
a. Pegawai :
- Pria/wanita WNI
- Usia 21-45 tahun
- Sudah dinyatakan lulus D3/ S1/ Apoteker sesuai dengan
kebutuhan setiap divisi
- Sehat fisik dan psikis
- Mampu berbahasa inggris
b. Diseleksi ketat dengan dengan beberapa tes
- Seleksi berkas
- Verifikasi pelamar dan wawancara dengan bagian HRD
- Psikotest
- Tes kemampuan teknis dan wawancara dengan kepala divisi
sesuai bagian yang ingin dilamar
- Tes kesehatan
c. Training program :
- Awal : 3 bulan full sebagai training
- Kerja I : 1 tahun sebagai karyawan kontrak
- Kerja II : Sebagai pekerja full, training tiap 6 bulan
- Training akan mencakup teori dan pelaksanaan CPOB ,
konsep pemastian mutu, tugas-tugas khusus (sesuai dengan
bidang masing-masing) dan higienitas personil.
d. Gaji dan bonus akan diberikan pada setiap akhir bulan ke rekening
karyawan masing-masing
Untuk kelancaran dan keberhasilan proses produksi dalam
suatu perusahaan, peranan tenaga kerja merupakan faktor yang
sangat vital dan sangat menentukan dari segi kulitas dan kuantitas
produksinya. Beberapa kebijakan PT. JR’s Pharmaceutical yang
berkaitan dengan personalia adalah :
a) Disiplin kerja
Disiplin kerja merupakan faktor yang sangat menentukan
dan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Beberapa peraturan tentang tata tertib perusahaan antara lain :
1. Karyawan yang memasuki lokasi perusahaan memakai tanda
pengenal berupa name tag yang telah ditentukan perusahaan.
2. Karyawan dilarang merokok di seluruh area perusahaan kecuali
di tempat khusus merokok yang telah disediakan.
3. Karyawan yang datang terlambat akan mendapatkan teguran
atau peringatan dari kepala bagiannya masing-masing dan
keterlambatan yang sering dilkukan karyawan akan mendapat-
kan sanksi dari perusahaan sesuai dengan peraturan yang di
tetapkan.
4. Karyawan harus memenuhi peraturan tata kerja yang telah
ditentukan oleh kepala bagiannya masing-masing.
5. Kendaraan yang masuk ke area perusahaan harus sudah lulus
uji emisi.
b) Jam kerja karyawan
Waktu kerja karyawan atau tenaga kerja di PT. Farbe
memiliki jam kerja yang telah ditentukan yaitu hari kerja karyawan
antara senin sampai jumat dari pukul 08.00-16.00 WIB dengan
waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan untuk hari jumat 11.30-
13.00 WIB dan untuk karyawan yang mendapat tugas menjaga
sumber-sumber energi yang harus diopersikan selama 24 jam,
dilakukan secara bergilir setiap 24 jam 2 kali menurut daftar jaga
masing-masing. Karyawan yang sudah mendapat giliran jaga maka
akan mendapat libur selama satu hari pada esok harinya.
c) Pelatihan karyawan
Tujuan dilkukannya pelatihan agar setiap karyawan
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai
pekerjaanya serta mengerti tentang prinsip-prinsip CPOB/GMP,
Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), serta sistem
dokumentasi (SOP, spesifikasi, formula induk, pedoman protokol),
serta perkembanganya. Program pelatihan dibuat untuk membekali
karyawan baru yang akan bekerja di unit tertentu, untuk
mengevaluasi pemahaman, penyegaran, menambah wawasan dan
pengetahuan seluruh karyawan termasuk karyawan tetap,
karyawan harian, karyawan kontrak yang dapat mempengaruhi
manajemen mutu produk, lingkungan dan kesehatan sesuai
dengan tujuan dan sasaran perusahaan.
d) Pemantauan kesehatan karyawan
Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan sebagai petunjuk
pemantauan kesehatan untuk mengeliminasi potensi sumber
kontaminasi yang berasal dari karywan/tamu dari hal-hal yang
membahayakan selama berada di PT JR’s Pharmaceutical.
Pemantauan kesehatan karyawan meliputi :
1. Syarat kesehatan karyawan
2. Karyawan yang bekerja di daerah produksi baik di ruang
berkelas maupun general area harus memenuhi syarat yang
ditetapkan.
3. Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan tergantung
pada tempat dimana karyawan tersebut bekerja dan apa yang
akan dihadapinya.
4. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi visual inspektor berupa
pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan minimal setiap enam
bulan sekali (pemeriksaan visus).
5. Tiap karyawan wajib melapor mengenai kondisi kesehatannya,
baik akibat sakit maupun akibat kecelakaan kerja kepada
atasannya untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan ke poliklinik
oleh dokter perusahaan.
6. Karyawan yang dinyatakan sakit berat oleh dokter atau cukup
infeksius atau memiliki luka terbuka yang dapat mempengaruhi
kualitas produk, tidak dapat memasuki general area dan ruang
berkelas. Karyawan tersebut juga tidak diperbolehkan
menangani bahan baku, bahan kemasan bahan dalam proses
dan prodik sampai dinyatakan sembuh.
7. Setiap karyawan wajib menerapkan higiene dan sanitasi yang
baik pada setiap aspek di lingkungan PT JR’s Pharmaceutical.
8. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang memiliki
resiko bising dilakukan pemeriksaan audiometri dan
pelaksanaannya dilakukan minimal setiap satu tahun sekali.
II.4 Plan Manager
Plan Manager merupakan orang yang sangat penting dalam
berjalannya proses operasi di pabrik. Tugas dari seorang plant
manager adalah memimpin, mengontrol, dan mengawasi keseluruhan
dari operasi yang berjalan di pabrik dan juga bertanggung jawab untuk
semua kegiatan di pabrik. Dalam melakukan suatu proses operasi baik
di pabrik maupun di luar lingkungan pabrik harus berdasarkan izin dari
plant manager.
Seorang plan manager membawahi berbagai departemen antara
lain Technical Manager, Research and Devlopment Manager
(termasuk divisi produksi, divisi pengemasan, dan divisi registrasi),
Production Manager (termasuk Supervisor Produksi, Supervisor
Pengemasan), Quality Control Manager (Supervisor Laboratorium,
Mikrobiologi, dan IPC), PPIC Manager (Production Planing Inventory
Control), dan Quality Assurance Manager (termasuk Auditor, Validasi,
dan Stabilitas Produk).
Plan Manager bertugas untuk merencanaakan, mengarahkan,
mengintegrasikan dan mengendalikan opersional utama di Plant
(meliputi PPPI, Produksi dan Pemastia mutu) serta kegiatan
opersional pendukung lainnya (meliputi & pemeliharaan, pembelian,
penyimpanan, umum & administrasi personalia, keuangan, akutansi,
K3L serta teknologi informasi), untuk memastikan pencapaian target
operasional plant secara menyeluruh meliputi internal maupu eksternal.

II.5 Marketing Manager

Marketing manager berfungsi sebagai pemasaran dalam sebuah


organisasi dan melaksanakan proses menciptakan nilai bagi kostumer.
Hasil (product), harga(price), promosi(promotion), tempat distribusi
(place/distribution) merupakan bagian penting dalam aktivitas pemasaran,
ini bergantung pada manajemen yang benar dan proses kunci pemasaran
yang terdiri dari tugas pemasaran dan sumbangannya untuk bersaing
secara efektif.

1. Hasil (product)
Produk yang dimiliki hendaklah memiliki keunggulan dibandingkan
perusahaan lain. Keunggulan bisa terlihat dari penampilan, kualitas,
dan ragam produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Harga (price)
Produk memiliki harga yang terjangkau
3. Promosi (Promotion)
Produk dipromosikan melalui tatap muka langsung oleh medical
representative mapun media cetak.
4. Ditribusi (place)
Produk didistribusikan ke Apotek atau Rumah Sakit dan Institusi.

Analisis Pemasaran
Sebelum JR’s Pharmaceutical menentukan produk yang akan di
produksi, JR’s Pharmaceutical menyelidiki obat apa yang sering
digunakan di rumah sakit. Berdasarkan hasil survei, Lidokain merupakan
golongan obat gawat darurat yang sering digunakan di rumah sakit dan
klinik dokter. Oleh karena itu perusahaan JR’s Pharmaceutical
menetapkan untuk memproduksi suatu sediaan steril berupa injeksi
lidokain.
Lidokain merupakan anestesi lokal yang sering digunakan di rumh
sakit maupun klinik. Lidokain digunakan pada pemberian injeksi, seperti
pada sediaan yang mengandung kortikosteroid, untuk menghilangkan
rasa sakit, rasa gatal, dan iritasi lokal lainnya. Lidokain juga sering sekali
digunakan oleh klinik dokter gigi.

Strategi Pemasaran
Secara umum pendistribusian produk farmasi terbagi menjadi 3 cara yaitu:
1. Pemasaran melalui pelaku medis
Dalam hal ini biasanya dipakai untuk produk ethical yang hanya
boleh dikonsumsi melalui resep dari pelaku medis seperti dokter
dengan bantuan penyebaran informasi produk melalui medical
representative. Rantai distribusi produk dimulai dari pabrik atau
perusahaan manufaktur ke distributor ke Apotek atau Rumah Sakit dan
Institusi.
2. Pemasaran obat bebas dengan pola pemasaran massal
Pola ini biasa terjadi untuk obat-obat OTC yang memang dijual
bebas di toko obat, apotek, pasar swalayan dan di warung – warung.
Rantai distribusi produk dimulai dari pabrik atau perusahaan
manufaktur ke distributor, sub-distributor ke Apotek, Toko Obat,
Retailer.
3. Pemasaran partai besar
Penjualan sistem tender ke rumah sakit atau institusi serta
penjualan ke PBF (pedagang besar farmasi). Rantai distribusi produk
dimulai dari pabrik atau perusahaan manufaktur ke distributor ke PBF
(pedagang besar farmasi).
Pemasaran obat-obatan ethical melalui resep dari pelaku medis
dilakukan oleh medical representative yang telah diberikan
pembekalan pengetahuan produk yang memadai oleh perusahaan.
Medical Representative menginformasikan pengetahuan produk yakni
mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam produk, khasiat
maupun efek samping (jika ada) sebagai sarana media komunikasi
dari perusahaan ke pelaku medis serta “mendorong” pelaku medis
dalam hal resep dan penggunaan produk obat tersebut.
Sedangkan obat-obatan OTC dilakukan oleh tenaga penjualan
yang biasa disebut salesman ke toko-toko obat, apotek, pasar modern
dan rumah sakit. Sebagai tenaga penjualan juga harus mengetahui
pengetahuan produk walaupun tidak secara mendalam dan yang
paling penting adalah harus memiliki pengetahuan penjualan dan
pemasaran serta target pasar yang dituju oleh perusahaan. Karena
sediaan injeksi Lidokain merupakan obat yang harus melalui resep
dokter pemasaran melalui pelaku medis dan Pemasaran partai besar.

Biaya Pemasaran
1. Biaya media cetak dan elektronik
2. Biaya training para dokter dalam memperkenalkan produk farmasi
3. Diskon kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF), rumah sakit, klinik,
apotek yang bekerjasama dengan perusahaan JR’s Pharmaceutical
4. Bonus kepada dokter – dokter yang telah menuliskan resep obat
produksi JR’s Pharmaceutical kepada pasiennya.

II.6 Finance Manager


Manajemen keuangan adalah segala aktivitas atau kegiatan
perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh
pendanaan modal kerja,menggunakan atau melokasikan dana, dan
mengelola aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan utama
perusahaan.
Sebagai jabatan penting dalam perusahaan seorang menejer
harus mengetahui semua hal yang berkaitan dengan keuangan,
karena manejer keuangan tidak jauh dari analisis keuangan,
perencanaan keuangan sampai keputusan investasi.
Dalam praktek mengelola keuangan perusahaan pada
umumnya seorang menejer keuangan dituntut untuk bisa
mendapatkan dan mengelola berbagai sumber modal dan mampu
menggunakannya secara efektif,efesien dan seproduktif mungkin
dalam rangka untuk menghasilkan laba secara maksimal sehingga
meningkatkan nilai perusahaan.

Secara rinci tugas utama menejer keuangan perusahaan diantaranya


sebagai berikut:
1. Bekerja sama dengan menejer lain, pada tahap ini menjer
perusahaan bertugas merencanakan dan meramalkan aspek aspek
dalam perusahaan termasuk perencanaan umum keuangan
perusahaan.
2. Bertugas mengambil keputusan penting, keputusan ini mengenai
investasi dan berbagai pembiayaan serta semua hal yang terkait
dengan keputusan tersebut
3. Bertugas dama menjalankan perusahaan, pada tahap ini menjer
bertugas mengoprasikan roda kehidupan perusahaan seefektif dan
seefisien mungkin dengan menjalin kerjasama dengan menejer
lainya.
4. Bertugas sebagai penghubung antara perusahaan dan pasar
keuangan, sehingga dapat mendapatkan dan dapat
memperdagangkan surat berharga perusahaan.

Seorang menejer keuangan diharapkan dapat bertanggung jawab


penuh pada keuangan perusahaan dan bisa mengambil keputusan
penting pada setiap keputusan mengenai investasi dan pembelanjaan
keuangan perusahaan.
Keputusan yang diambil menjer perusahaan tentang
investasi,pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu
perusahaanmenjadi tugas utama yang harus dijalankan dengan baik agar
roda perusahaan dapat terus berjalan.

TANGGUNG JAWAB MENEJER KEUANGAN


Tanggung jawab menjer keuangan perusahaan secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengambil keputusan mengenai investasi
2. Mengambil keputusan menhenai pembelanjaan perusahaan.
3. Mengambil keputusan mengenai deviden
4. Merencanakan, mengatur dan mengontrol perencanaan, laporan
dan pembiayaan perusahaan.
5. Merencanakan, mengatur dan mengontrol arus kas perusahaan.
6. Merencankan, mengatur dan mengontrol anggaran perusahaan.
7. Merencankan, mengatur dan mengontrol pengembangan sistem
dan prosedur keuangan perusahaan.
8. Merencanakan, mengatur dan mengontrol analisis keuangan
9. Merencanakan mengatur dan mengontrol untuk memaksimalkan
nilai perusahaan

FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN


Fungsi utama manajemen keuangan adalah sebagai berikut:

1. Planning atau perencanaan


Perencanaan keuangan, meliputi perencaan arus kas dan laba rugi
2. Budgeting atau anggaran
Perencanaan penerimaan dan pengalokasian anggaran biaya
secara efesien dan memaksimalkan dana yang dimiliki
3. Controlling atau pengendalian keuangan
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem
keuangan perusahaan
4. Auditing atau pemeriksaan keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar
sesuai dengan kaidah standar akuntansi dan tidak terjadi
penyimpangan.
5. Reporting atau pelaporan keuangan
Menyediakan laporan informasi tentang kondisi keuangan
perusahaan dan analisa rasio laporan keuangan.

Keputusan keputusan menejemen keuangan dalam perusahaan


diharapkan selalu mendukung kelancaran oprasi dan strategi manajemen
perusahaan agar efektif dan efesien sekaligus menjaga kesehatan
keuangan perusahaan

II.7 Teknik Manager


Seorang teknik manajer bertugas dalam mendukung proses
produksi dalam hal perawatan dan perbaikan mesin serta memodifikasi
spare part.
Adapun bagian teknik manajer antara lain

1. Bagian Engineering
- Bertanggung jawab untuk menyiapkan peralatan mesin yang
diperlukan untuk membuat produksi.
- Bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan mesin
sesuai kebutuhan.
- Kontrol stok suku cadang mesin
2. Bagian utility
Adapun peralatan di bagianiniuntukpembuatansediaanampuladalah
a. Ampoule Cleaning
Washing Machine merupakan Mesin cuci otomatik yang
digunakan untuk mencuci ampul yang akan diisi dengan larutan atau
serbuk steril. Pencucian dilakukan dengan air murni (purified water),
dilanjutkan menggunakan air untuk injeksi (water for injection), diikuti
dengan udara steril untuk pengeringan. Mesin ini memiliki kapasitas
pencucian hingga 9.000 ampul per jam.
b. Ampoule Sterilization
Depyrogenation Machine. Mesin ini digunakan untuk proses
sterilisasi dan depirogenasi ampul pada suhu maksimum 340° C, dan
aliran udara dalam mesin diatur laminar dengan melalui HEPA filter.
Mesin ini memiliki kapasitas hingga 9.000 ampul per jam.
c. AmpouleFilling and sealing
Filling & Selling Machine. Mesin filling ini digunakan untuk
melakukan pengisian larutan atau serbuk steril pada ampul steri ldan
penutupan ampul yang telah diisi dengan pemijaran. Semua proses ini
dilakukan dibawah kondisi aliran udara laminar dengan HEPA filter.
d. Ampoule Coding, Inspection , Labelling , and Packaging
Coding, Inspection & Labelling Machine. Inspeksi dilakukan
terhadap semua ampul yang menggunakan Inspection Machine
diteruskan dengan proses labelling secara otomatis, dilanjutkan
dengan proses packaging.

Di bawah ini merupakan alur kerja mesin.


Sedangkan sarana penunjangnya terdiri dari :
- Purified Water Treatment Plant. Fasilitas pengolahan air murni
ini terdiri dari Reverse Osmosis (RO) dan Electrodeionization
(EDI). Sistem ini mampu menghasilkan air murni dengan
konduktivitas kurang dari 0.1 S/cm dan total organic carbon (TOC)
kurang dari 50 ppb.
- Purified water distribution system. Distribusi purified water
dilakukan dengan sistem loop pada temperatur ambient yang
beoperasi selama 24 jam. Sistem distribusi purified water terdiri
dari SS316L storage tank and pipe, diaphragm valve pada user
point, UV purifier untuk mengontrol pertumbuhan mikroba.
- Water for Injection. Water for injection dihasilkan dari multi
column distillation plant dengan purified water sebagai air sumber.
- Water for Injection Distribution System. Distribusi water for
injection (WFI) dilakukan dengan system loop pada suhu 80° C
yang beroperasi 24 jam. Sistem distribusi WFI terdiri dari SS316L
storage tank, SS 316L pipe dengan orbital welding, dan zero deag
leg diaphragm valve.
Peralatan yang digunakan telah memenuhi syarat CPOB
2012 seperti yang ditunjukkan pada table di bawah ini.
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
Sistem Tata Udara adalah suatu sistem yang mengondisikan
lingkungan melalui pengendalian suhu, kelembaban, arah pergerakan
udara dan mutu udara termasuk pengendalian partikel dan
pembuangan kontaminan yang ada di udara. Disebut sistema karena
AHU terdiri dari beberapa mesin/alat yang masing-masing memiliki
fungsi yang berbeda, yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu sistem tata udara yang dapat mengontrol suhu,
kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan, pola aliran udara serta
jumlah pergantian udara di ruang produksi sesuai dengan persyaratan
ruangan yang telah ditentukan.
Sistem Tata Udara AHU (Air Handling Unit) atau HVAC (Heating,
Ventilating and Air Conditioning), berfungsi dalam memberikan
perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk, memastikan
produksi obat yang bermutu, memberikan lingkungan kerja yang
nyaman bagi personil, memberikan perlindungan pada Iingkungan di
mana terdapat bahan berbahaya melalui pengaturan sistem
pembuangan udara yang efektif dan aman dari bahan tersebut.

HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)


HVAC termasuk vital penggunaannya di beberapa industri,
terutama di gedung-gedung, perkantoran yang dipenuhi peralatan
komputer yang perlu dijaga kelembaban udaranya, serta industri-industri
besar yang memerlukan sistem ventilasi yang baik..
1. Heating
Sistem ini banyak digunakan di daerah-daerah yang beriklim dingin,
yang sepanjang musim didominasi dengan suhu yang dingin. Tersusun
oleh beberapa bagian penting antara lain boiler, furnace, heat pump,
radiator, dan hydronic. Furnace berfungsi sebagai sumber panas yang
ditransfer ke media air bernama hydronic di boiler. Hydronic tersirkulasi
berkat kerja dari heat pump, yang selanjutnya setelah dari
boiler, hydronic menuju ke radiator untuk memindahkan panas yang
dikandungnya ke udara yang tersirkulasi. Udara inilah yang digunakan
untuk memanaskan ruangan.
2. Ventilation
Ventilation adalah proses untuk mensirkulasikan udara di dalam suatu
ruangan dengan udara luar, yang bertujuan untuk me-remove debu,
kelembaban, bau-bauan yang tidak sedap, karbon dioksida, panas,
bakteri di udara, serta meregenerasi oksigen di dalam ruangan.
Ventilasi merupakan salah satu penerapan teori mekanika fluida.
Dibawah ini merupakan gambar ventilasi yang digunakan dalam
industri
Ada dua jenis ventilation, yaitu forced ventilation dan natural
ventilation. Forced ventilation adalah sistem ventilasi yang
menggunakan bantuan fan atau kipas untuk mensirkulasikan udara
di dalam ruangan. Sistem ini banyak digunakan di perindustrian
besar, gedung-gedung, dan contoh yang paling dekat dengan kita
adalah di dapur dan di kamar mandi. Di dapur biasanya dipasang
fan untuk menghisap asap dari kompor dan dibuang keluar.
Sedangkan di kamar mandi jelas digunakan untuk mengusir bau-
bauan yang tidak sedap dari dalam kamar mandi.

Exhaust Fan untuk Rumah-rumah

Sedangkan untuk natural ventilation tidak diperlukan bantuan kipas


untuk mensirkulasikan udara. Biasanya hanya berupa jendela yang
dibiarkan terbuka di suatu ruangan.
3. Air Conditioning
Air Conditioning (AC) menggunakan prinsip siklus mesin
pendingin, yang terdiri dari beberapa bagian penting yaitu
refrigerant, kompresor, heat exchanger, dan katup ekspansi.

Air Handling Unit (AHU)


AHU merupakan sistem yang mengatur tata udara, terdiri dari
seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan
udara, tingkat kebersihan (jumlah partikel/mikroba), pola aliran udara,
jumlah pergantian udara dan sebagainya, di ruang produksi sesuai
dengan persyaratan ruangan yang telah di tentukan.

Suhu udara diruang bersih dan ruang steril hendaknya dipelihara


pada 16 - 25°C dan kelembaban relatif pada 45%-55%.. Tekanan udara
di dalam ruang pengolahan produk steril harus lebih tinggi dibanding
dengan ruangan sebelahnya yang dibuktikan dengan perbedaan
tekanan yang ditunjukkan oleh alat magnehelic dan dicatat secara
teratur..

II.8 Research and Development


RnD pada industry farmasi adalah serangkaian proses penelitian
dan penegmbangan yang ditujukan untuk menemukan produk farmasi
baru dan meperbaiki kualitas meliputi; safety, effectiveness dan
acceptance.
Tugas bagian RnD dalam industry farmasi adalah :

1. Membuat produk baru, novel poduct (menemukan molekul-molekul


baru dan senyawa modifikasi)
2. Mengembangkan produk yang telah ada (me too poduct), yang
meliputi :
- Perbaikan bentuk sediaan
- Perbaikan kemasan
- Perbaikan dosis
- Perbaikan formula
3. Mengawasi proses Scale-Up
4. Melakukan pendaftaran produk pada regulator (BPOM, European
Drug Regulator, FDA, dan lain-lain)
5. Menbuat rumusan metode analisis, yang akan digunakan sebagai
prosedur tetap analisis produk dibuat

FORMULA
Rancangan Formula
Tiap 2 mL ampul JR’sLind® injection mengandung :
Lidokain HCL 1%
NaCl 0,69%
Na2EDTA 0,01%
SWFI ad 100%

Master Formula
Nama Produk : JR’sLind® Injection
Jumlah Produk : 10.000 ampul @ 2 ml
Tanggal Formula : 11 September 2017
Tanggal Produksi : 18 November 2017
No.Registrasi : DKL 17 100001 43 A1
No.Batch : 11 174301
Kode Jumlah bahan
Nama bahan Fungsi bahan
bahan Perwadah Perbatch
ZA-R Lidokain HCl Zat aktif 2 mg 210 g
ZT-NK Natrium Klorida Pengisotonis 13 mg 144,9 g
ZT-DE Dinatrium Edetat Pengkhelat 0.02 2,1 g
ZT-
SWFI Pembawa ad 2 ml ad 21 L
SWFI

Dasar Formulasi
Alasan Pembuatan Sediaan
Formulasi sediaan parenteral sangat sesuai untuk obat-obat yang
memiliki bioavailabilyas rendah/jelek dan obat-obat yang dapat
terdegradasi dalam saluran pencernaan dan merupakan metode
pemberian obat bagi pasien yang tidak kooperatif atau yang kesulitan
menelan obat melalui oral sehingga diberikan dalam bentuk injeksi
(Fastrack : Pharmaceutical Dosage Form & Design, 2008).

Rute parenteral juga ditujukan untuk absorpsi cepat dan keadaan


darurat. Absorpsi obat melalui rute parenteral tidak hanya lebih cepat dari
oral tetapi juga kadar obat dalam darah (bioavailabilitas) dapat diprediksi,
karena hanya sedikit kadar obat yang hilang stelah pemberian injeksi
secra subkutan dan im dan tidak ada obat yang hilang ketika diberikan
secra intravena atau biovailabilitasnya sempurna (Ansel’s :
Pharmaceutical Dosage Form & Drug Delivery System, 2011)

Bahan aktif yang diberikan dalam secara parenteral memiliki onset


yang cepat sehingga memberikan efek fisiologis yang cepat. Selain itu
rute penghantaran parenteral juga dapat menghindari kemungkinan efek
metabolisme lintas pertama Sediaan dalam bentuk ampul (single dose)
dapat dibuat tanpa preservatif sehingga efek pengawet terhadap tubuh
dapat dihindari (Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology 3th Ed, 2008
& Modern Pharmaceutic :1267)

Alasan Pemilihan Zat Aktif


Lidokain merupakan anastesi lokal golongan amida yang berkerja
dengan cara mencegah generasi dan transmisi impuls saraf disepanjang
serabut saraf dan pada ujung saraf atau saraf terminal sehingga
depolarisasi dan pergantian ion dapat dihambat lidokain digunakan untuk
anastesi infiltrasi dan memblok saraf pada daerah tertentu. Lidokain dibuat
dalam sediaan injeksi untuk mencegah nyeri, gatal dan iritasi lokal lainnya
dan biasanya digunakan dalam bentuk garamnya. Selain itu lidokain juga
merupakan antiaritmia kelas Ib yang digunakan untuk pengobatn aritmia
venrikular khususnya pada penderita infark miokard (Martindale : The
Complete Drug Reference 36th , 2009)
Lidokain HCl merupakan anstesi lokal golongan amida dengan
durasi kerja sedang (intermediate acting) dengan indikasi sebagai infiltrasi
anatsesia, memblok saraf pusat, simpatik, saraf pusat (epidural dan
spinal) dengan cara mencegah generasi atau konduksi saraf pusat
dengan mengurangi permeabilitas natrium dan meningkatkan potensial
aksi, menghambat depolarisasi sehingga dapat memblok konduksi sistem
saraf ( AHFS, 2004 & Medscape).

Lidokain HCl umumnya digunakan sebagai anstesi lokal dan obat


antiaritmia dalam konsentrasi 0,5% hingga 5% dan efektif melawan rasa
nyeri pada saat pemberian injeksi parenteral ( RPS : The Scince and
Practice Of Pharmacy, 2008).

Alasan Pemilihan Zat Tambahan


1. NaCl
Natrium klorida umumnya digunakan untuk mengatur tonisitas dan
kekuatan ionic dalam sediaan parenteral. Karena larutan yang diberikan
secara iv dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah maka harus
diatur tonistas sediaan untuk melindungi se ldarah merah dari hemolisis
(Injectable Dispersed System dan Ansel’s : Pharmaceutical Dosage Form
& Drug Delivery System, 2011).

Tonisitas dalam sediaan parenteral merupakan desain standar yang


sangat penting. Dalam larutan hipotonis sel darah merah akan
mengembang (air masuk ke dalam sel) bahkan pecah (hemolisis),
sedangkan pada larutan hipertonis air akan meninggalkan sel darah
merah menyebabkan krenasi. Idealnya pemberian parenteral terutam rute
iv harus isotonis untuk menghindari potensial kerusakan. Namun banyak
produk parenteral yang didesain untuk pemeberian iv hipertonis. Larutan
hipotonis harus dibuat isotonis dengan penambahan bahan yang dapat
meningkatkan tekanan osmotik dalam larutan seperti NaCl dan dekstrose
(Fastrack : Pharmaceutical Dosage Form & Design, 2008).

Natrium klorida umumnya lebih banyak digunakan karena


keakuratan dan relatif lebih mudah penggunaannya (Scoville’s: The Art of
Compounding)

2. Dinatrium edetat
Dinatrium edetat digunakan sebagai zat pengkelat dalam berbagai
sediaan farmasi, termasuk obat kumur, obat mata, dan obat topikal.
Biasanya digunakan pada konsentrasi antara 0,005 dan 0,1% b/v.
disodium edetat membentuk kompleks yang stabil dengan alkaline alam
dan ion-ion logam (Handbook of Pharmeceutical Excipient 6th : 2009).

Logam-logam dalam obat, pelarut, wadah, dan tutup wadah dapat


berinteraksi dengan komponen sediaan sehingga harus dieliminasi melalui
proses purifikasi sumber kontaminasi dan pengiktan logam menggunakan
bahan khusus disebut pengkhelat seperti dinatrium edetat (Ansel’s :
Pharmaceutical Dosage Form & Drug Delivery System, 2011).
Dalam formulasi sediaan parenteral, agen penghelat yang biasa
digunakan adalah Na2EDTA yang ditambahkan untuk untuk mengekstrak
logam transisi terlarut, sehingga mengurangi kemampuan logam tersebut
untuk menghasilkan radikal bebas atau terlibat dalam reaksi transfer
elektron (Fasttrack :Pharmaceutical Drug Dosage Form and Design,
2009).

3. NaOH/HCl 0,1 N
Asam klorida digunakan sebagai pemberi suasan asam dalam
berbagia sediaan biasanya digunakan dalam bentuk HCl encer, sedangkan
NaOH digunakan sebagai pemebri Susana alkali Handbook of
Pharmeceutical Excipient 6th : 2009).

Natrium Hidroksida dalam sediaan digunakan sebagai pemberi


suasan alkali, agar produk stabil. Penambahan NaOH dan HCl encer
digunakan untuk mencukupkan pH larutan agar kestabilan molekul-
molekulnya tetap terjaga (Ansel’s : Pharmaceutical Dosage Form & Drug
Delivery System, 2011).

4. SWFI (Sterile water for injection)


SWFI ditujukan untuk sediaan parenteral yang tidak disteriisasi akhir.
SWFI merupakan air yang telah disterilisai dan siap untuk dikemas, tidak
mengandung bahan-bahan antimikroba atau senyawa tambahan lainnya (
RPS : The Scince and Practice Of Pharmacy, 2008).

Air banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan dan pelarut dalam
pengolahan, perumusan dan pembuatan farmasi produk, bahan aktif
farmasi (API) dan intermediet, dan reagen analitis. Nilai spesifik dari air
yang digunakan untuk aplikasi tertentu dalam konsentrasi hingga 100%
(Handbook of Excipient 6th: 2009)
SWFI USP merupakan air yang disterilisasi, tidak mengandung
pengawet atau bahan antimikroba, bebs pirogen dan sesuai untuk sedian
single dose dengan volume tidak lebih dari 1000 mL (Encyclopedia Of
Pharmaceutical Technology 3th Ed,2008).

Informasi Bahan Aktif


Uraian Farmakologi
Nama : Lidokain Hidroklorida

Kelas : Anastesi Lokal golongan amida


farmakologi
Indikasi Infiltrasi anastesi, aritmia ventricular, anastesi lokal,
: Blok paraservikal, pengobatan aritmia ventricular
akut (operasi jantung dan infark miokard akut)

Mekanisme Antiaritmia kelas 1B yang bekerja dengan cara


kerja menghambat proses setalah repolarisasi,
menyebabkan penurunan eksitabilitas miokardial
dan velositas konduksi.
: Sebagai anastesi lokal mencegah generasi atau
konduksi impuls saraf dengan cara mengurangi
permeabilitas natrium dan meningkatkan ambang
potensial aksi, menghambat depolarisasi sehingga
memblok konduksi saraf.

Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat golongan amida,


: hati-hati digunakan pada penderita gangguan
hepatic

Efek samping Hipotensi, Agitasi, Bradikardi, Tremor, edema,


: eritema pada sisi injeksi, iritasi kulit, konstipasi,
sesak, mual, muntah, pusing, sakit kepala

Toksisitas Berbahaya jika terbasorpsi melalui inhalasi dan


:
kontak dengan kulit

Dosis & Dosis injeksi 0,5-5% dan diberikan melaui rute i.v,
:
Pemberian I,m dan SC

Interaksi Obat Berinteraksi dengan bupivakain liposom, dofetilide,


:
eliglustat, flibanserin, dan lomitapide

Farmakokinetika Lidokain cepat diabsorpsi melalui rute injeksi


termasuk melalui rute intramuscular. Setelah
: pemberian intravena lidokain akan secara cepat
didistribusikan kedalam jaringan perfusi,
kemudiandiditribusian kembali ke dalam otot
skeletal dan jaringan adipose.

Uraian sifat fisika kimia bahan

Nama Resmi : 2-Diethylaminoaceto-2’6’-xylide

Nama Lain : Lignocaine HCl

RM/BM : , C14H22N2O.HCl/234,3

RB

Pemerian : serbuk hablur putih tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan sangat mudah larut dalam air, kloroform, etanol, dan


:
tidak larut dalam eter.

pKa dan pH : pKa 7.86, pH 4-5,5; dalam sediaan injeksi 5-7.


larutan
Titik lebur 74°C–79 °C

Uraian Stabiltas

Stabilitas : Suhu : Dapat terdekomposisi ketikadipanaskan

Inkompatibiltas Lidokainhidrokloridainkompatibeldalamlarutandengan
: Amphotericin B, Sulfadiazin sodium, Methohexital
sodium, Cefazolin sodium, dan Phenytoin sodium
Saran Disimpan pada shu dbawah 40°C, sebaiknya
Penyimapana : dismpan pada suhu 15-30oC dan hindari
penyimpanan pada pendingin.

Uraian Bahan Tambahan

1. Natrium Klorida

Nama Resmi : Natrii Chloridum

Nama Lain : Natrium Klorida


BM : 58,44
Pemerian Serbuk kristalin putih, atau kristal tidak berwarna,
:
dengan rasa asin

Kelarutan : serbuk hablur putih tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan Larut 1 bagian dalam 2.8 bagian air, larut 1 bagian


:
dalam 10 bagian gliserin
Kegunaan : Agen Pengisotonis

Stabilitas Larutan bersifat stabil tetapi mungkin dapat


: menyebabkan pemisahan partikel gelas tipe tertentu
dari wadah gelas
Inkompatibiltas Larutan bersifat korosif terhadap besi. Bereaksi
: menghasilkan pengendapan dengan perak dan
garam merkuri.
Sterilisasi : Auktoklaf suhu 121°C selama 15 menit

Keamanan Meskipun NaCl merupakan garam yang sangat


penting untuk mengatur osmolaritas darah dan
jaringan, namun efek toksik dapat terjadi pada
orang dewasa dengan konsumsi pada 0.5-1g/kgBB

2. Natrium Edetat

Nama Resmi : Disodium ethylenediaminetetraacetatedihydrate

Nama Lain : Edethamil disodium


RM/BM : C10H14N2Na2O8/336,21
Pemerian : Serbuk kristal putih, dengan sedikit rasa asam

Kelarutan : serbuk hablur putih tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit


: larut dalam etanol (95%), larut 1 dalam 11 bagian
air.
Kegunaan : Agen Pengkhelat

Stabilitas Sedikit stabil dalam bentuk padat, lebih stabil dalam


bentuk basa bebas, mengalami dekarboksilasi jika
: dipanaskan di atas suhu 150ºC. Kehilangan air
kristalisasi ketika dipanaskan sampai 120ºC

Inkompatibiltas Inkompatibilitas dengan bahan pengoksidasi kuat,


:
basa kuat, ion logam polivalen seperti besi, nikel
Sterilisasi : Auktoklaf suhu 121°C selama 15 menit

pH dan pH4,3 - 4,7 untuk 1% larutan dalam CO2 bebas air


Konsentrasi
Konsentrasi 0,001 -0,1 %

3. Steirile Water For Injection


Nama Resmi : Aqua Pro Injection

RM/BM : H20/18,02
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa. Diproses dengan metode destilasi
:
reverse osmosis, steril, bebas pirogen dan tidak
mengandung bakteriostatika

Kelarutan : Dapat bercampur dengan alkohol

Kegunaan : Bahan Pembawa

Stabilitas Air secara kimiawi stabil di semua bentuk fisik (es,


: cair, dan uap). Air untuk tujuan tertentu harus
disimpan dalam wadah yang sesuai
Inkompatibiltas Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan
obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap
hidrolisis (dekomposisi dengan adanya air atau uap
:
air) di lingkungan dan suhu yang tinggi. Air dapat
bereaksi dengan logam alkali dan cepat dengan
logam alkali dan oksida mereka, seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam anhidrat untuk bentuk hidrat dari
berbagai komposisi, dan dengan tertentu bahan
organik dan kalsium karbida.
Sterilisasi : Auktoklaf suhu 121°C selama 15 menit

Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik

Peralatan, Parameter Kritis dan Spesifikasi Produk Jadi


1 Peralatan
Tuliskan peralatan yang direncanakan untuk digunakan pada tabel
berikut
No. ID Alat Nama Alat/Merek Jumlah No.SOP
1. Laminar Air Flow 1
2. Autoklaf 1
3. Mesin Pengisi 1
Ampul
4. Mesin Penyegel 1
ampul
5. Jarum 1
Hipodermik
6. Gelas Ukur 1
7. Gelas Beaker 1
8. Spoit 1
9. Pinset 1
10. 1

2. Parameter Kritis
Tentukan parameter kritis dan pengujiannya
No. Tahap Parameter Penguji
1. Mixing 1 Kritis
Homogen an
Organoleptis
2. Mixing 2 Homogen Organoleptis

3. Mixing 3 Homogen, pH 5-7 Organoleptis dan pH meter


4. Filtrasi Larutan tersaring Organoleptis
5 Filling sempurna
volume Aliran dan viskositas
terpindahkan
Rancangan Spesifikasi Sediaan
Tentukan spesifikasi produk akhir (dan
produk ruahan)
No. Kriteria Spesifikasi
1. Organoleptis Larutan jernih tidak bewarna dan
tidak berasa
2. pH 5-7
3. Viskositas <1 cPs
4. Volume Kelebihan 0,15 mL
5. Identifikasi Uji Endotoksin
Uji Sterilitas
Uji Kebocoran
Uji Mikrobiologi
6. Kadar tidak kurang dari 95% dan tidak
lebih dari 105% dari jumlah yang
tertera pada etiket.

Rancangan Pengemasan
Kemasan Primer
Jenis : Glass Type 1 Borosilikat
Bahan : Kaca
Dimensi : 4.5 cm x 4.5 cm x 10 cm
Volume : 60 mL2 mL

Kemasan Sekunder
Jenis : Kertas formika
Bahan : Kertas
Dimensi : 5 cm x 5 cm x12cm
Volume : 300 cm3
Leaflet
Jenis : kertas HVS GSM 70
Bahan : Kertas
Dimensi : 13 cm x 8 cm
Label
Jenis : Kertas sticker
Bahan : Kertas
Dimensi : 8 cm x17 cm
Nomor Registrasi Injeksi
 Nomor registrasi untuk JR’sLind® Injection
DKL 17 001001 43 A1
D = obat dengan nama dagang
K = golongan obat keras
L = produksi dalam negeri (lokal)
17 = tahun pendaftaran obat jadi
100 = nomor urut pabrik
001 = nomor urut obat jadi yang disetujui
43 = bentuk sediaan obat jadi untuk injeksi
A = kekuatan obat jadi
1 = kemasan untuk kekuatan obat jadi tersebut.

Nomor Batch
 No batch sediaan untuk JR’sLind® Injection
Keterangan :
11 = bulan produksi
17 = Tahun produksi
43 = kode bentuk sediaan
01 = nomor urut pembuatan

Penyusunan prosedur pengolahan induk (Master Batch)


Setelah menentukan formula untuk sediaan yang akan diproduksi
maka bagian Research and Development bertugas melakukan studi untuk
menentukan prosedur pembuatan sediaan yang paling tepat untuk
sediaan injeksi lidokain HCl. Hasil studi tersebut dijadikan sebagai Master
Batch untuk produksi skala besar serta sebagai acuan dalam proses
validasi dan produksi yang dilakukan bekerja sama dengan bagian Quality
Control (QC).

Sebelum memproduksi sediaan dengan skala produksi, terlebih


dahulu bagian R&D akan menguji stabilitas bahan obat. Hal ini penting
karena akan berperan sebagai pendeteksi apakah salah satu komponen
ataukah campuran komponen dalam komposisi produk masih akan
mempunyai efek farmakologi. Ataukah untuk mengetahui bagaimanakah
derajat ketahanan produk dalam sediaan terhadap perubahan secara
kimia, fisika dan mikrobiologi.

Untuk pengujian stabilitas ini, umumnya akan dilakukan dengan 3


cara yakni: 1) Uji penyimpanan produk pada kondisi penyimpanan 25 oC
dengan titik waktu 3,6,12,24,36,dan 48 bulan. 2) Uji stabilitas produk pada
kondisi penyimpanan 30oC (suhu kamar) pada bulan ke 3,6,12,18, 24, 36,
dan 48. 3) Uji stabilitas yang dipercepat dengan dengan kondisi
penyimpanan produk dalam suhu 40oC, 75% RH (Relative Humidity) pada
bulan ke 0,1,2,3, dan 6. Sedangkan untuk menguji stabilitas produk jadi
dilakukan dengan metode uji fotostabilitas (dengan menggunakan 1 bets
produk awal), dan uji life-shell time/ tanggal kadaluwarsa (dengan metode
penyimpanan dipercepat). Dari uji stabilitas yang telah dilakukan diketahui
bahwa produk lidokain injeksi ini stabil hingga 36 bulan.

II.9 PRODUCT PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC)

Tujuan Dan Fungsi PPIC


PPIC adalah Sistem Pemantauan dan Pengendalian Inventory
sehingga bisa dipertahankan stok minimal yang ideal dan tetap terjamin
pemenuhan kebutuhan produk di pasaran.

Tujuan pokok PPIC adalah untuk mengendalikan semua inventory


yang terkait langsung dengan proses produksi (bahan awal, produk
ruahan, & produk jadi) agar produksi dapat berjalan lancar, efektif dan
efisien.
Fungsi pokok PPIC yaitu
1. Fungsi Perencanaan
Menentukan sasaran dan langkah-langkah yang akan dilakukan
untuk mencapai sasaran.
2. Fungsi Pengendalian
Alat manajemen untuk memastikan bahwa pelaksaan telah sesuai
dengan rencana.
Sasaran Utama yaitu terciptanya proses produksi yang efektif
dan efisien serta menguntungkan bagi perusahaan.

TUGAS PPIC
Adapun tugas dan tanggung jawab dari Product Planning and
Inventory Control (PPIC) sebagai berikut :
1. Merencanakan kegiatan produksi berpedoman pada rencana bagian
Marketing
2. Merencanakan pengadaan (bahan baku, bahan kemasan dan
produk jadi) berdasarkan rencana dan kondisi stock dengan
menghitung kebutuhan material produksi menurut standar stock
yang ideal (ada batasan minimal dan maksimal yang harus
tersedia).
3. Memonitoring inventory yang ada agar kegiatan produksi dan
penjualan dapat berjalan dengan lancar.
4. Melakukan evaluasi proses produksi.
5. Membuat standar kriteria SDM dalam penerimaan karyawan.
6. Melakukan pelatihan setiap 2 bulan sekali untuk meningkatkan
kualitas SDM.
7. Menghitung standar tenaga kerja berdasarkan realisasi produksi
setiap tahun
8. Menghitung standar yield berdasarkan realisasi produksi setiap
tahun.
9. Sebagai juru bicara perusahaan dalam hal kerja sama dengan
perusahaan.
10. Mengkoordinir kegiatan distribusi obat.

Mekanisme kerja PPIC


1. Sistem perencanaan
a. Perencanaan produksi sediaan obat
Produksi sediaan dibuat berdasarkan skala tahunan,
kuartal dan bulanan. Produksi dilakukan berdasarkan informasi
dari estimasi Divisi bagian marketing dan evaluasi data-data
delivery.
b. Perencanaan kebutuhan produksi
1. Berpedoman pada rencana induk produksi
2. Berdasarkan komposisi produk ; jenis bahan (bahan baku,
pembantu pengemas) jumlah bahan (kg, liter, meter, biji)
waktu pengadaan dan pemakaian, pemnbelian minimal yang
dipersyaratkan.
3. Bedasarkan sumber bahan: local, impor, nilai atau jumlah
stock minimum, kebutuhan total bahan yang digunakan
jadwal pemasaran, penerimaan, pemakaian (diperhitungkan
dengan batasan waktu sesuai fakta dan data pengalaman
4. Berdasarkan standar ratio stock
5. waktu ketersediaan (pengiriman) bahan produksi
6. Kondisi peralatan yang ada
7. Kemampuan tenaga kerja atau personalia
8. Agar stock minimal tidak terlalu besar atau terlalu kecil perlu
ditentukan skala indeks sebagai dasar untuk memudahkan
kontrol.
2. Sistem Pengontrolan (Tipe pengontrolan)
a. Ketat : untuk barang-barang yang harganya mahal, cek
pemakaian barang, jumlah reject maupun vield
b. Normal : Untuk barang-barang yang harganya tidak terlalu
mahal dilakukan secara normal dan umum
c. Periodik : Untuk barang yang harganya murah dilakukan
secara periodic dengan mencocokan stock dengan kondisi
nyata.
3. Sistem pengendalian
a. Berdasarkan order dari bagian marketing dan mempersiapkan
kebutuhan produksi
b. Mengumpulkan data dan menganalisa kegiatan produksi, hasil
produksi, kapasitas dan perkiraan inventory
c. Mempelajari fakta-fakta untuk menyusun rencana tentang;
estimasi penjualan untuk kebutuhan material, prosedur
perencanaan dan pengendalian persediaan, mengembangkan
standar yield dan tenaga kerja.
d. Merencanakan rencana pengendalian
e. Melakukan modifikasi perencanaan.
4. Sistem Pengadministrasian
Dilakukan secara komputerisasi dengan sistem online
a. Secara perseorangan
Untuk keperluan di work shop masing-masing misal hasil untuk
memasukkan data, menghitung kebutuhan material, menghitung
hasil proses, mengevaluasi hasil proses mengelolah data,
menganalisa dsb.
b. Secara gabungan
Semua pihak yang tergabung dalam program gabungan. Entry
data di work shop masing-masing, hasil proses digabung secara
otomatis oleh computer pusat data sehingga tampilan data bias
dilihat atau dikontrol.

Syarat Agar Kerja PPIC Bisa Optimal


a. Ada rencana Sales dari marketing Department
b. Ada formula standard dari semua produk
c. Ada standard kapasitas produksi dan tenaga kerja
d. Ada standard yield dari semua produk
e. Ada pedoman waktu (delivery time) untuk pengadaan
bahan/material, baik lokal maupun impor
f. Ada batasan minimum dan maksimum stock
g. Ada koordinasi dan komunikasi yang baik dengan elemen terkait
antara bagian marketing, inventory, produksi, personalia, quality
control dan F&A (Finance & Accounting)

Parameter kinerja PPIC


Adapun parameter pada divisi PPIC yaitu
1. Berdasarkan CDI (Coverage in Days Inventory) yaitu besarnya
persediaan yang dapat mongover kebutuhan industri (dalam satuan
hari kerja).
CDI=Jumlah persediaan x jumlah hari kerja dalam 1 bulan omset
penjualan per bulan

Ket: semakin kecil nilai CDI maka kinerja PPICsemakin baik,


karena jumlah persediaan tidak terlalu besar.

2. Servis level (%), yaitu persentase pemenuhan permintaan obat jadi


(pejualan) oleh bagian produksi.
servis Level=Jumlah pesanan jumlah produksi x 100%

Ket : semakin tinggi nilai servis level (100%) PPIC maka kinerja
semakin baik karena dapat memenuhi permintaan marketing.

Supplier/ pemasok
Adapun kriteria supplier yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
1. Merupakan badan hukum yang sah
2. Memiliki sertifikat COA (sertifikat of analysis)
3. Dari peralihan CPOB/GMP ke CPOB terkini/cGMP pemasok harus
menyertakan kelengkapan dokumen master master file disebut
DMF (Drug Master File) yang merupakan salah satu standar yang
dipersyaratkan oleh cGMP.
4. DMF merupakan main requirement dan bukti bahwa pemasok
adalah perusahaan yang telah memiliki sertifikat standar cGMP.
Badan POM memberikan perhatian khusus pada DMF yang
merupakan informasi rinci original submission dan amandemen yan
mencakup data. Dalam memiliki bahan baku yang menunjang
product safety, efficacy dan quality, industry harus
memperhitungkan standar ekspektasi pasar yang jelas makin tinggi.
5. Memiliki serifikat ISO 9000 yang merupakan bukti yang
menunjukkan kualitas supplier.
6. Bahan tersebut telah dinyataan memenuhi persyaratan pada
pengujian yang dilakukan oleh pihak Quality Control.

II.10 PRODUKSI
Menurut CPOB 2012, tugas seorang Kepala Produksi yaitu :
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar
dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat,
termasuk:
a) memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur
agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;
b) memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan
produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara
tepat;
c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebelum diserahkan
kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);
d) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di
bagian produksi;
e) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan.
Di samping itu, kepala bagian Produksi bersama dengan kepala
bagian Pengawasan Mutu (lihat Butir 2.8) dan penanggung jawab teknik
hendaklah memiliki tanggung jawab bersama terhadap aspek yang
berkaitan dengan mutu. Yaitu :
Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama
dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang
berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:
a) otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;
b) pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat;
c) higiene pabrik;
d) validasi proses;
e) pelatihan;
f) persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;
g) persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan
kontrak;
h) penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk;
i) penyimpanan catatan;
j) pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB;
k) inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk pemantauan
faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk

Produksi Sediaan JR'sLind® Injection


1. Kondisi Ruang
Ruangan dibagi menjadi 4 kelas, yaitu :
Kelas A Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona
pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial
terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya
kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran
udara laminar (laminar air flow) di tempat kerja.
Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara
dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54
m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruang
bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga
hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara
searah berkecepatan lebih rendah dapat digunakan
pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
Kelas B Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis,
Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk
zona Kelas A.
Kelas C dan D Area bersih untuk melakukan tahap proses
pembuatan yang mengandung risiko lebih rendah.

Ketentuan ruang bersih dan sarana udara bersih :

Sediaan JR'sLind® Injection merupakan sediaan sterilisasi akhir,


ketentuan kegiatan ruangan adalah sebagai berikut :
Kelas Contoh Kegiatan
A Pengisian produk, bila ada risiko di
luar kebiasaan
C Pembuatan larutan, bila ada risiko
di luar kebiasaan. Pengisian produk
D Pembuatan larutan dan penyiapan
komponen untuk proses pengisian
selanjutnya

2. Syarat Personalia
a. Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh
berada di area bersih; hal ini penting khususnya pada proses
aseptis. Inspeksi dan pengawasan hendaklah dilaksanakan
sedapat mungkin dari luar area bersih.
b. Personil yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih
secara seksama untuk memastikan bahwa mereka dapat
diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin dan tidak
mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang
dapat menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap
produk.
c. Semua personil (termasuk bagian pembersihan dan perawatan)
yang akan bekerja di area tersebut hendaklah mendapat
pelatihan teratur dalam bidang yang berkaitan dengan
pembuatan produk steril yang benar, termasuk mengenai higiene
dan pengetahuan dasar mikrobiologi. Bila personil dari luar yang
tidak pernah menerima pelatihan seperti di atas (misal kontraktor
bangunan atau perawatan), yang harus masuk ke dalam area
bersih, perhatian khusus hendaklah diberikan dengan instruksi
dan pengawasan.
d. Staf yang bekerja dengan bahan yang berasal dari jaringan
hewan atau biakan mikroba selain dari yang digunakan dalam
proses pembuatan yang berlaku (the current manufacturing
process) hendaklah tidak memasuki area produk-steril kecuali
mematuhi prosedur masuk yang ketat dan rinci.
e. Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah
esensial. Personil yang terlibat dalam pembuatan produk steril
hendaklah diinstruksikan untuk melaporkan semua kondisi
kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran cemaran yang
tidak normal jumlah dan jenisnya; pemeriksaan kesehatan
secara berkala perlu dilakukan. Tindakan yang diambil terhadap
personil yang dapat menimbulkan bahaya pencemaran
mikrobiologis hendaklah diputuskan oleh personil kompeten yang
ditunjuk.
f. Pakaian rumah dan pakaian kerja reguler hendaklah tidak
dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan
dengan ruang ber-Kelas B dan C. Untuk tiap personil yang
bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril (disterilkan atau
disanitasi dengan memadai) hendaklah disediakan untuk tiap
sesi kerja. Sarung tangan hendaklah secara rutin didisinfeksi
selama bekerja. Masker dan sarung tangan hendaklah diganti
paling sedikit pada tiap sesi kerja.
g. Penggantian dan pencucian hendaklah mengikuti prosedur
tertulis yang didesain untuk meminimalkan kontaminasi pada
pakaian area bersih atau membawa masuk kontaminan ke area
bersih.
h. Arloji, kosmetika dan perhiasan hendaklah tidak dipakai di area
bersih.
i. Personil yang memasuki area bersih atau area steril hendaklah
mengganti dan mengenakan pakaian khusus yang juga
mencakup penutup kepala dan kaki. Pakaian ini tidak boleh
melepaskan serat atau bahan partikulat dan hendaklah mampu
menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh. Pakaian ini
hendaklah nyaman dipakai dan agak longgar untuk mengurangi
gesekan. Pakaian ini hanya boleh dipakai di area bersih atau
area steril yang relevan.
j. Pakaian dan mutunya hendaklah disesuaikan dengan proses
dan kelas kebersihan area kerja. Pakaian tersebut hendaklah
dipakai sesuai dengan tujuannya untuk melindungi produk dari
kontaminasi.
k. Pakaian untuk area bersih hendaklah dicuci dan ditangani
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kontaminan
tambahan yang kemudian akan terlepas. Cara penanganan ini
hendaklah mengikuti prosedur tertulis. Sebaiknya tersedia
fasilitas khusus untuk pencucian pakaian area bersih.
Penanganan yang tidak tepat terhadap pakaian area bersih akan
merusak serat dan dapat meningkatkan risiko pelepasan partikel.
l. Hanya personil yang berwenang yang boleh memasuki area
bangunan dan fasilitas dengan akses terbatas.
3. Ketentuan Pakaian
Ketentuan pakaian diatur dalam CPOB sebagai berikut :
Kelas Ketentuan Pakaian
Kelas Penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut
serta – jika relevan – janggut dan kumis; penutup
A/B
kepala hendaklah diselipkan ke dalam leher baju;
penutup muka hendaklah dipakai untuk mencegah
penyebaran percikan. Model terusan atau model
celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya
dapat diikat dan memiliki leher tinggi, hendaklah
dikenakan. Hendaklah dipakai sarung tangan plastik
atau karet steril yang bebas serbuk dan penutup kaki
steril atau didisinfeksi. Ujung celana hendaklah
diselipkan ke dalam penutup kaki dan ujung lengan
baju diselipkan ke dalam sarung tangan. Pakaian
pelindung ini hendaklah tidak melepaskan serat atau
bahan partikulat dan mampu menahan partikel yang
dilepaskan dari tubuh.
Kelas C Rambut dan – jika relevan – janggut dan kumis
hendaklah ditutup. Pakaian model terusan atau model
celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya
dapat diikat, memiliki leher tinggi dan sepatu atau
penutup sepatu yang sesuai hendaklah dikenakan.
Pakaian kerja ini hendaklah tidak melepaskan serat
atau bahan partikulat.
Kelas D Rambut - dan jika relevan – janggut hendaklah ditutup.
Pakaian pelindung reguler, sepatu yang sesuai atau
penutup sepatu hendaklah dikenakan. Perlu diambil
tindakan pencegahan yang sesuai untuk
menghindarkan kontaminasi yang berasal dari bagian
luar area bersih.

4. Pembawa dan Pelarut Produksi Sediaan Steril


Menurut Martin (Dispensing of Medication) 1971; 977-978,
macam-macam pembawa :
a. Pembawa Encer
Air untuk injeksi (WFI) banyak digunakan dan pembawa
yang penting untuk preparasi injeksi. USP menyebutkan bahwa
spesifikasi untuk bahan ini termasuk persyaratan bahwa harus
mengandung jumlah yang terbatas dari anion spesifik dan kation
dan total padatan,ini harus bebas pirogen dan dibuat dengan
distilasi. Air steril untuk injeksi juga harus steriil dan ini harus
dikemas dalam wadah sebagai pembawa untuk produk yang
akan diberikan. Pembawa encer lainnya yang digunakan sebagai
air injeksi yaitu sodium klorida dan destrosa injeksi 0,1 N larutan
asam hidrokloride.
b. Pembawa non-encer
Pembawa non encer terdiri dari dua yaitu yang bercampur
dengan air dan yang tidak bercampur dengan air. Sangat sedikit
jumlah pembawa yang memiliki tingkat toksisitas yang rendah
atau bahan yang peka yang dibutuhkan untuk injeksi. Oleh
karena itu hanya beberapa yang dapat disuntikkan dalam aliran
darah , tetapi terbatas untuk penggunaan dalam volume yang
kecil ssecara intramuscular atau subkutan. Pembawa yg tidak
bercampur dengan air hanya untuk minyak dan turunannya
seperti etiloleat. Mereka digunakan untuk pelarut dan bahannya
sebagai pembawa untuk emulsi intravena. Pembawa ini harus
berasal dari sayuran asli sehingga dapat dimetabolisme, harus
encer dalam suhu ruangan sehingga dapat disuntikkan, dan
harus nontoksik bagi orang yang akan disuntikkan. Minyak yang
paling banyak digunakan adalah minyak jagung, minyak biji
kapas, dan minyak biji wijen.
Produk JR'sLind® IInjection diproduksi dengan menggunakan
WFI (Water for Injection) dengan ketentuan syarat air menurut USP
adalah :
- Air murni dibuat dengan mematuhiperaturan federal untuk air
minum
- Air murni tidak mengandung zat tambahan
- Air murni diperoleh dengan proses yang sesuai
- Konduktivitasnya tidak melebihi set tingkat (1,3 μS/cm pada
suhu 25oC)
- Total Karbon organik (TOC) tidak melebihi set tingkat (500 ppb)
- Dibuat dengan metode destilasi, metode pertukaran ion
atauosmosis balik.
- Residu padat (diperoleh setelah penguapan) kurang dari1 mg
per 100 ml sampel menguap.
- Tidak boleh digunakan untuk persiapan formulasi parenteral.
- Air murni memenuhi spesifikasi jika pH-nya terletak antara 5 dan
7
- Air murni mengandung tidak lebih dari 10 ppm dari total
padatan
-
5. Wadah dan Kemasan Yang Digunakan
Menurut Menurut PTM (Groves:1988:99-100). Sebuah wadah dan
segel untuk produk injeksi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak akan
mempengaruhi isi atau bereaksi dengan obat tersebut.
- Wadah harus cukup kuat untuk menahan perubahan yang
disebabkan oleh suhu dan tekanan metode sterilisasi dan
melindungi integritas dari isi selama transportasi normal dan
penanganan
- Isi harus dilindungi dari radiasi berbahaya
- Wadah harus cukup transparan untuk memungkinkan isi yang
akan diperiksa untuk partikulat atau evidene lainnya dekomposisi
seperti perubahan warna atau kekeruhan
- Untuk alasan ekonomi, wadah harus cukup murah untuk dibuang
setelah digunakan atau cukup kokoh untuk dibersihkan untuk
digunakan kembali
- Wadah harus tahan terhadap lingkungan eksternal dan disegel
untuk mencegah akses dari mikroorganisme.
- Idealnya bentuk wadah harus memfasilitasi penyimpanan dan
transportasi
- Bahan wadah harus memungkinkan label atau pencetakan langsung
untuk mematuhi di atasnya untuk memungkinkan identifikasi siap isi dan
diproduksi.

Menurut Ansel, Pharmaceutical Dosage Form and Design, (2011 :


454-455) Wadah untuk sediaan dosis tunggal yang mungkin adalah ampul
atau vial dosis tunggal. Ampul disegel dengan peleburan dari wadah gelas
di bawah kondisi aseptic. Wadah gelas dibuat sehingga memiliki leher
yang bisa dengan mudah dipisahkan dari badan wadah tanpa merusak
wadah. Sekali dibuka, ampul tidak dapat disegel kembali dan tidak untuk
dibagi-bagi dan digunakan setelahnya, karena wadah akan kehilangan
sterilitasnya.
Menurut Martin (dispensing of medication, 1971, 979 dan 980).

Tipe glass menurut USP terkait dengan reaktifitas kimia dari glass
yang diukur dengan alkalinitas yang tercuci dari gelas oleh air pada satu
dari dua tes glass.
batas
Tipe Deskripsi umum Tipe tes Ukuran ml dari 0,02N
(ml) asam

I Borosilikat glass, Bubuk Semua 1,0


sangat resisten glass

II Soda-lime glass Serangan 100 atau 0,7


yang diolah air kurang
lebih 100 0,2

III Soda-lime Bubuk Semua 8,5


glass

NP Soda-lime glass, Bubuk semua 15,0


tujuan yang umum glass

6. Tahapan proses pembuatan SVP


Menurut DOM (Martin, 1971; 991)
1) Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap awal, dimana setiap bahan
diurutkan, digunakan untuk identifikasi tertentu (batch) dari suatu
produk. Ini dibutuhkan untuk bahan-bahan, wadah, dan bahan lainnya
yang tersedia dan siap untuk dipergunakan dalam proses pembuatan
ketika mereka dibutuhkan. Uji untuk identifikasi dan kualitas harus
disesuaikan dengan proses agar komponen dan produk dalam proses
dapat dilepaskan untuk langkah pengolahan berikutnya.
2) Pencampuran
Bahan-bahan dikombinasikan dalam peralatan yang dirancang
untuk menahan produk bulk. Pencampuran harus teliti dan efisien
untuk memastikan kecepatan dispersi dari tiap bahan dan dapat
menghasilkan kondisi yang homogen.
3) Penyaringan
Dibiarkan bebas dari partikulat dan diambil bahan yang
dibutuhkan. Secara normal, larutan parenteral disaring untuk
pemolesan yang tinggi (derajat kejelasan), sehingga dibebaskan dari
partikulat menjadi ukuran kira-kira 5 µm dan lebih besar. Larutan
memiliki polesan tinggi yang melekat dan ini merupakan produk yang
murni. Penambahan partikulat asing mungkin membahayakan untuk
diinjeksi. Ketika larutan disaring untuk membebaskan dari
mikroorganisme, penyaring harus dapat menyingkirkan partikel sekecil
mungkin kira-kira 0,3 µ.
4) Pengisian
Wadah dan bahan, seperti penutup karet, harus dibersihkan
terlebih dahulu. Selama proses pengisian, produk dipindahkan dari
wadah bulk dengan alat pengukur, yang memiliki presisi dan akurasi
yang tinggi untuk produk, dan dimasukkan dalam wadahnya masing-
masing. Selama tahap ini, kemungkinan produk dapat terkontaminasi
jika tidak dilindungi dari paparan lingkungan atau jika alat pengisian
atau wadahnya sendiri tidak benar-benar bersih. Umumnya, proses ini
merupakan proses yang kritis, dimana produk larutan yang telah
disetrilkan dengan filtrasi.
Pengisian mungkin membutuhkan peralatan yang sederhana
pada skala kecil, menggunakan suntik hipodermik untuk
menggerakkan cam. Perpindahan pendorong ini dan mengukur volume
larutan ke dalam unit wadah. Kecepatan tinggi, alat otomatis mungkin
mengisi sebanyak 300 atau lebih wadah per menit. Berbagai alat
pengisi juga tersedia untuk penghantaran bahan bubuk terukur.
Operasi pada mesin otomatis membutuhkan kehati-hatian dan
perhatian terus untuk memastikan akurasi dan presisi, dimana bahan
aktif potensi tinggi dibutuhkan. Pengisian dan penyegelan ampul
dilakukan dibawah kondisi aseptic menggunakan peralatan automatis.
5) Penyegelan
Secepat mungkin setelah pengisian telah dilakukan, masing-
masing kemasan harus ditutup (disegel). Kebanyakan ampul dilakukan
dengan temperature tinggi dari kaca untuk menyegel pembuka dalam
wadah.
6) Sterilisasi
Wadah yang telah disegel, isinya terlindungi terhadap
kontaminasi dari lingkungan. Tahap berikutnya adalah proses yang
dapat dibentuk dalam lingkungan yang lebih terkendali dibanding saat
pengisian. Ketika produk jadi, harus disterilisasi akhir (dalam wadah
akhir), ini adalah tahap berikutnya.
7) Pengemasan dan pelabelan
Kemasan produk didesain untuk menuliskan informasi yang
dibutuhkan tentang produk bagi pengguna, melindungi selama
distribusi dan membawa, dan menyediakan hasil yang menarik. Pada
saat pengemasan, dilakukan pemasangan label. Ini mengidentifikasi
produk dan merupakan kunci penutupan dari masing-masing produk.
Bahan aktif untuk pemberian parenteral harus disiapkan
dibawah kondisi yang memastikan standar kualitas yang tinggi
dibawah prosedur pembuatan yang baik.

7. Pengisian dan Penyegelan Ampul


Pengisian : pengisian ampul dengan larutan obat dilakukan pada
sebuah alat khusus yang harganya mahal.
Penyemprot injeksi berskala atau buret banyak
digunakan jika hanya sedikit ampul yang diisikan.
Untuk pabrik kecil atau menengah disarankan
penggunaan alat torak pengisis yang bekerja secara
manual atau alektris. Melaui gerak lengannya larutan
yang akan diisikan dihisap oleh sebuah torak
kedalam penyemprot penakar dan melalui kebalikan
gerak lengan dilakukan pengisisannya. Pada saat
pengisian hendaklah dperhatikan bahwa bagian
dalam leher ampul tidak boleh basah oleh cairan
yang disemprotkan melalui kanula. .
Penyegelan: penutupan ampul dapat dilakukan dnegan 2 cara.
Pertama dengan cara peleburan dimana sebuah nyala
api diarahkan pada leher ampul yang terbuka, dan
ampul ditutp dengan membakar disatu lokasi lehernya
sambil diputar kontinyu. Relative terbetuk celah halus
yang tidak terlihat oleh mata sehingga tidak selalu
menjamin kekedapan. Cara yang lebih baik adalag car
tarikan dimana seluruh alat penutup ampul otomat
pada industry bekerja sesuai dengan prinsipnya. Pada
alat ini sebuah semburan nyala api diarahkan pada
bagian tengah leher ampul. Setelah gelas meluanak
bagian atas leher dijepit dengan menggunakan pinset
(pada kerja manual) atau dilakukan dengan
menggunakan alat khusus kemudian ditarik keatas
sehingga ampul dapat ditutup.

8. Sterilisasi
Sterilisasi akhir

Produk yang ditujukan untuk menjadi steril, bilamana memungkinkan,


hendaklah diutamakan disterilisasi akhir dengan cara panas dalam wadah
akhir. Bila sterilisasi cara panas tidak memungkinkan karena stabilitas dari
formula produk hendaklah dipakai metode sterilisasi akhir yang lain
setelah dilakukan filtrasi dan/atau proses aseptis.
TABEL STERILISASI (ALAT & BAHAN)
No. Alat/Bahan Metode Sterilisasi Pustaka
1. Vial Oven Reddy, 3013
2. Gelas ukur 100 Autoklaf 121oC selama 15 Jenkins, 1957 :
ml menit 408
3. Gelas kimia 250 Autoklaf 121oC selama 15 Jenkins, 1957 :
ml ml menit 408
4. Corong kaca Autoklaf 121oC selama 15 Jenkins, 1957 :
menit 408
5. Pipet tetes tanpa Autoklaf 121oC selama 15 Jenkins, 1957 :
karet menit 408
6. Karet pipit tetes Air mendidih Jenkins, 1957 :
413
7. Batang pengaduk Autoklaf 121oC selama 15 Jenkins, 1957 :
menit 408
8. Sendok tanduk Oven 180oC selama 30 Patil, 2009 :
logam menit 257
8. Cawan porselen Oven 180oC selama 30 Patil, 2009 :
menit 257
9. Pinset logam Oven 180oC selama 30 Patil, 2009 :
menit 257
10. Air untuk injeksi Autoklaf 121oC selama 15 Jenkins, 1957 :
menit 408

TABEL BEBAS ALKALI


No. Alat/Bahan Cara Membebas-alkalikan Pustaka
1. Vial menggunakan larutan HCl Jenkins, 1957 :
2. Gelas ukur panas 0,1 N ke dalam alat, 203
3. Gelas kimia kemudian dibiarkan
4. Corong kaca selama 30 menit dan
5. Pipet volume kemudian dibilas. Setelah
dibilas dengan air destilasi
yang segar, pembersihan
barang pecah belah harus
dibiarkan mongering
dalam keadaan terbalik.

TABEL BEBAS SULFUR


No. Alat/Bahan Cara Membebas-sulfurkan Pustaka
1. Karet pipet tetes Untuk menghilangkan Jenkins, 1957 :
dan karet filler kelebihan sulfur dan 204
senyawa tidak murni
lainnya, penutup karet
harus direbus dengan
menggunakan 2% sodim
karbonat yang
mengandung 0,1%
Natrium lauril sulfat
selama 15 menit.
Kemudian dibilas dengan
air destilasi.

BANGUNAN DAN FASILITAS


1. Semua bangunan dan fasilitas hendaklah, sedapat mungkin,
didesain untuk mencegah personil, yang melakukan pengawasan
atau pengendalian, masuk bila tidak diperlukan. Area Kelas A dan
B hendaklah didesain sehingga semua kegiatan dapat diamati dari
luar.
2. Di area bersih, semua permukaan yang terpapar hendaklah halus,
kedap air dan tidak retak untuk mengurangi pelepasan atau
akumulasi partikel atau mikroba dan untuk memungkinkan
penggunaan berulang bahan pembersih dan bahan disinfektan.
3. Untuk mengurangi akumulasi debu dan memudahkan pembersihan
hendaklah tidak ada bagian yang sukar dibersihkan dan lis yang
menonjol, rak, lemari serta peralatan hendaklah dalam jumlah
terbatas. Pintu hendaklah didesain untuk menghindarkan bagian
yang tersembunyi dan sukar dibersihkan; pintu sorong hendaklah
dihindarkan karena alasan tersebut.
4. False ceilings hendaklah disegel untuk mencegah pencemaran dari
ruang di atasnya.
5. Pipa dan saluran serta sarana pendukung lain hendaklah dipasang
dengan tepat sehingga tidak menimbulkan tempat tersembunyi
yang sukar dibersihkan.
6. Bak cuci dan drainase hendaklah dilarang di area Kelas A/B. Di
area lain, penyekat udara hendaklah dipasang di antara mesin atau
bak cuci dan drainase. Saluran pembuangan untuk daerah yang
lebih rendah tingkat kebersihannya, jika dipasang, hendaklah
dilengkapi dengan jebakan yang efektif atau penutup air untuk
mencegah aliran balik. Semua saluran air hendaklah terbuka dan
mudah dibersihkan serta dihubungkan dengan drainase luar
dengan tepat untuk mencegah cemaran mikrobiologis masuk.
7. Ruang ganti pakaian hendaklah hanya digunakan untuk personil
dan tidak digunakan untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan.
8. Ruang ganti pakaian hendaklah didesain seperti ruang penyangga
udara dan digunakan sebagai pembatas fisik untuk berbagai tahap
penggantian pakaian dan memperkecil cemaran mikroba dan
partikulat terhadap pakaian pelindung. Ruang ganti tersebut
hendaklah dibilas secara efektif dengan udara yang telah tersaring.
Tahap terakhir dari ruang ganti hendaklah, pada kondisi
”nonoperasional”, mempunyai tingkat kebersihan yang sama
dengan ruang berikutnya. Penggunaan ruang ganti terpisah untuk
memasuki dan meninggalkan daerah bersih kadang-kadang
diperlukan. Pada umumnya hendaklah fasilitas pencucian tangan
disediakan hanya pada tahap awal ruang ganti pakaian.
9. Pintu-pintu ruang penyangga udara hendaklah tidak dibuka secara
bersamaan. Sistem interlock atau sistem peringatan visual dan/atau
audio hendaklah dioperasikan untuk mencegah lebih dari satu pintu
terbuka pada saat yang bersamaan.
10. Pasokan udara yang disaring hendaklah dapat menjaga perbedaan
tekanan positif dan aliran udara ke area sekelilingnya yang berkelas
kebersihan lebih rendah pada seluruh kondisi “operasional” dan
hendaklah dapat membilas area tersebut dengan efektif. Ruang
bersebelahan dengan kelas kebersihan yang berbeda hendaklah
mempunyai perbedaan tekanan berkisar 10 - 15 pascal (nilai
acuan). Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk perlindungan
kepada zona yang mempunyai risiko tertinggi, yaitu, daerah yang
udaranya berhubungan langsung dengan produk dan komponen
yang telah dibersihkan yang akan bersentuhan dengan produk.
Berbagai rekomendasi mengenai pasokan udara dan perbedaan
tekanan mungkin memerlukan modifikasi bila diperlukan untuk
menahan beberapa bahan, misal bahan yang bersifat patogenis,
bertoksisitas tinggi, radioaktif, bahan atau produk berupa virus atau
berupa bakteri hidup. Dekontaminasi fasilitas tersebut dan
pengolahan udara yang keluar dari area bersih mungkin diperlukan
untuk beberapa kegiatan.
11. Hendaklah dibuktikan bahwa pola aliran-udara tidak menimbulkan
risiko pencemaran, misal perhatian hendaklah diberikan untuk
memastikan bahwa aliran udara tidak menyebarkan partikel dari
personil yang menimbulkan partikel, kegiatan atau mesin ke zona
yang mempunyai risiko lebih tinggi terhadap produk.
12. Sistem peringatan hendaklah tersedia untuk mengindikasikan
kegagalan pasokan udara. Indikator perbedaan tekanan udara
hendaklah dipasang di antara area di mana hal tersebut sangat
penting. Perbedaan tekanan udara ini hendaklah dicatat secara
teratur atau didokumentasikan.
13. Suhu dan kelembaban ruangan hendaklah dijaga pada tingkat yang
tidak menyebabkan personil berkeringat secara berlebihan dalam
pakaian kerjanya.
14. Sistem mekanis atau elektris untuk komunikasi lisan dari dan ke
area kegiatan steril hendaklah didesain dan dipasang dengan tepat
sehingga mudah dibersihkan dan didisinfeksi secara efektif.
15. Area bersih untuk kegiatan produksi steril hendaklah tidak
digunakan untuk melaksanakan kegiatan pengujian sterilitas dan
pengujian mikrobiologis lain.
16. Pertimbangan perlu diberikan untuk membatasi akses yang tidak
diperlukan ke area pengisian kritis, misal zona pengisian Kelas A
dengan memasang barier fisik.

II.11 Pengendalian Mutu (Quality Control)


Pengawasan mutu (Quality Control) adalah semua upaya
pengawasan (pemeriksaan) terencana dan terpadu yang dilakukan mulai
dari awal sampai obat jadi dan dirancang untuk menjamin keseragaman
produk obat yang memenuhi spesifikasi identitas, kekuatan, kemurnian
dan karakteristik lain yang ditetapkan atau diisyaratkan.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,

pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur

pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah

dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk

diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi

persyaratan. (CPOB. 2012).

Tugas dan tanggung jawab QC


Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas di laboratorium
mikrobiologi, pelaksanaan pengawasan dalam proses maupun
pelaksanaan CPOB.
1. Bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua pengujian yang
dilakukan dengan metode yang benar dan sudah disetujui, mulai dari
bahan baru datang (IMI), selama proses produksi (IPC), dan obat jadi.
2. Bertanggung jawab atas hasil analisis dan keputusan untuk
menyatakan bahwa bahan baku pengemas telah memenuhi syarat
bahan kemas.
3. Bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi.
4. Bertanggung jawab untuk memeriksa semua catatan pengolahan bets
dan catatan pengemasan bets.
5. Jika ada kegagalan dalam produksi mendiskusikannya dengan
manager produksi dan ikut serta mencari penyebab serta jalan
keluarnya.
6. Bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan stabilitas obat jadi.
7. Bertanggung jawab atas pengadaan, pemakaian dan pembuatan
antara lain cairan pereaksi dan alat gelas yang diperlukan.
8. Bertanggung jawab agar alat-alat untuk analisis dipakai serta dijaga
dengan benar, dikalibrasi dan senantiasa tersedia suku cadangnya.
9. Bertanggung jawab atas penanganan obat kembalian.
10. Bertanggung jawab atas produk pertinggal (Retained Sampel).
11. Ikut bertanggung jawab pada kualifikasi/validasi.
12. Bertanggung jawab untuk pengembalian dan pelatihan personil,
menjaga disiplin dan melakukan evaluasi tahunan atas semua personil
yang dibawahinya.
13. Membuat laporan bulanan.
14. Bersama-sama dalam manager produksi melaksanakan validasi alat
maupun proses.
15. Memastikan bahwa semua prosedur analisa disimpan secara baik dan
benar.
16. Membuat anggaran tahunan bagi pengawasan mutu.
17. Mengusahakan perbaikan biaya pengawasan mutu.

In Process Control (IPC)


IPC (In Process Control) adalah pengawasan yang dilakukan selama
produksi meliputi pemeriksaan bahan, produk, peralatan dan lingkungan
untuk mencegah terjadi (terlanjur diproduksi obat yang tidak memenuhi
syarat dalam jumlah yang besar.
Tujuan IPC yaitu :
1. Memastikan hasil sesuai dengan yang diinginkan
2. Mengetahui sedini mungkin bila terjadi masalah, sehingga lebih
mudah diawasi dan lebih efisien dan efektif .
3. Pengawasan dan pengendalian mutu produk
- Produk Antara
- Produk ruahan
- Produk jadi
4. Pemeriksaan bahan kembalian dari distributor
5. Pemeriksaan ulang (obat jadi – lama digudang)
6. Memonitor stabilitas.

QC Selama Proses Produksi (IPC) dan Produk Akhir


Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur
tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau
pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk
hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat.
Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab
variasi karakteristik produk dalam-proses.
Untuk produk antara, dilakukan pengambilan sampel pertinggal
bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi dimana jumlahnya minimal 3 kali jumlah pengujian lengkap, untuk
sampel berupa cairan diambil sebanyak 25-50 ml, sampling ini bertujuan
untuk diuji pemerian, pH, dan kadar zat aktif dengan menggunakan acuan
spesifikasi pabrik.
Untuk bahan pengemas, dilakukan sampling pada bahan
pengemas primer dan bahan pengemas sekunder dan dilakukan
pemeriksaan fisik kemasan meliputi dimensi dan ukurannya serta
pemeriksaan kimia berupa uji sterilitas bahan pengemas primer.
Untuk produk ruahan, dilakukan sampling untuk diuji secara fisika
(uji kejernihan, bebas dari partikel asing, uji kestabilan, uji kebocoran, uji
keseragaman volume), kimia (pemeriksaan kadar zat aktif, pH, dll) dan
mikrobiologi (uji sterilitas) dengan menggunakan acuan spesifikasi pabrik.
Untuk produk jadi, diperiksa kelengkapan identitas kemasan dan
label, meliputi tanggal kadaluwarsa, nomor batch, nomor registrasi,
kejelasan printing tulisan, dan lain-lain
Pengujian yang dilakukan oleh In Process Control (IPC) Quality Control
yaitu
1. Identifikasi Bahan Baku
Saat pengambilan contoh bahan baku harus selalu disertai dengan
Certificate of Analysis (CoA) dari supplier. CoA ini penting sebagai
acuan pada pemeriksaan bahan tersebut.
Pemeriksaan bahan baku meliputi pemeriksaan :
- Pemerian bahan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
- Sifat fisika kimia bahan
- Identifikasi bahan/ analisis kualitatif dengan metode yang sesuai
(IR, HPLC, TLC, analisis menggunakan pereaksi yang spesifik
2. Uji Kadar Zat Aktif
Diambil sampel yang dianggap mewakili seluruh jumlah produk
lalu diukur kadarnya menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis
atau HPLC.
3. Uji Kebocoran
Pada produksi obat steril yang dikemas dalam ampul, setelah
dilakukan proses sterilisasi sering mengalami celah atau retakan yang
tidak terlihat oleh mata atau secara mikroskopik, khususnya pada
bagian penutupan ampulnya. Celah atau retakan tersebut merupakan
sumber yang berbahaya, karena dapat merupakan jalan masuknya
kontaminasi pada obat suntik tersebut.
Uji kebocoran dimaksudkan untuk mendeteksi ampul yang belum
tertutup dengan sempurna, sehingga ampul-ampul tersebut harus di-
reject. Kebocoran biasanya dideteksi menggunakan tekanan negatif
dalam ruangan vakum, biasanya ditambahkan pula zat warna (0,5 –
1% methylen blue) untuk melihat penetrasi zat warna ke dalam ampul.
Setelah diperiksa kebocorannya, ampul kemudian dicuci. Uji
kebocoran tidak dilakukan untuk preparat vial dan botol karena tutup
karetnya yang tidak kaku; meskipun demikian, pada saat penyegelan
botol harus dalam kondisi vakum.
4. Uji Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan relatif, artinya sangat
dipengaruhi oleh penilaian subyektif dari pemeriksa. Menurut CPOB
Terkini seluruh wadah terisi produk parenteral harus diinspeksi satu
persatu terhadap kontaminasi oleh benda asing atau cacat lain.
Inspeksi secara visual harus diatur sedemikian rupa dalam kondisi
pencahayaan dan latar belakang yang dikendalikan dan disesuaikan.
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah
penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam
matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi
dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari
partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.
5. Uji pH
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal. Dengan pH meter : Sebelum digunakan, diperiksa
elektroda dan jembatan garam, dikalibrasi pH meter, pembakuan pH
meter. Bila sistem telah berfungsi dengan baik, bilas elektroda dan sel
beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji.
Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan
pengenceran larutan uji.
6. Uji keseragaman volume
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.
7. Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang
sebelumnya telah mengalami proses pensterilan yang telah
diberlakukan. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk
mewakili keseluruhan lot bahan tersebut. Sampel bisa diambil dari
kemasan atau wadah akhir suatu produk, atau sebagai bagian dari
tangki bulk cairan atau dari bahan bulk lainnya.
Prinsip faktor pelaksanaan dalam uji sterilitas adalah bahwa
bagian bahan yang akan diuji ditempatkan dalam lingkungan yang
dirancang sedemikian rupa, sehingga tiap mikroorganisme yang ada
dan hidup akan tumbuh.
Asas :
Larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25oC
Kekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme (tidak steril)
Metode uji :
Teknik penyaringan dengan filter membran lalu diinkubasi
Prosedur uji:
- Inokulasi langsung ke dalam media pembenihan.
Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji,
inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati
pertumbuhan secara visual sesering mungkin sekurang-kurangnya
pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan
pada hari terakhir dari masa uji.
Prosedur sterilisasi merupakan tahap penting dalam mencapai
produk steril, namun semua prosedur dan kondisi-kondisi lain yang
dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut harus dirancang untuk
membantu tahap ini. Pembersihan ruangan yang baik, lingkungan
yang terkontrol dengan efektif, suatu muatan dari produk yang dapat
dikontrol dan diidentifikasi, proses produksi yang direncanakan dan
dikontrol dengan baik, serta personel yang ditatar dengan baik dan
berdedikasi tinggi untuk produksi dan pengujian sangat penting untuk
produksi suatu produk steril. Hanya bila semua faktor ini melengkapi
penemuan-penemuan dari uji sterilisasi, dapatlah disimpulkan dengan
penuh kepercayaan bahwa produk tersebut steril.

Validasi sediaan ampul


Pemeriksaan kebocoran ampul dilakukan pada seluruh ampul dari
satu bets. Ampul diletakkan pada posisi terbalik dalam autoklaf. Ampul
yang tidak tertutup rapat (bocor) akan kosong dan akan terdeteksi pada
saat pemeriksaan visual ampul. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam
autoklaf dengan menggunakan fase vakum tanpa pemanasan. Untuk
autoklaf yang belum dilengkapi sistem vakum, uji kebocoran dapat
dilakukan terpisah.

Evaluasi Hasil Validasi Proses Aseptis


Target hendaklah dengan pertumbuhan nol dan ketentuan berikut :
(BPOM. 2012)
1. Bila mengisi kurang dari 5.000 unit, tidak boleh ditemukan unit
tercemar;
2. Bila mengisi 5.000 sampai dengan 10.000 unit:
- Batas Waspada : Satu (1) unit tercemar hendaklah diikuti dengan
investigasi dan pertimbangan untuk mengulang media fill;
- Batas Bertindak : Dua (2) unit tercemar merupakan pertimbangan
untuk dilakukan validasi ulang setelah investigasi;
3. Bila mengisikan lebih dari 10.000 unit:
- Batas Waspada : Satu (1) unit tercemar hendaklah dinvestigasi;
- Batas Bertindak : Dua (2) unit tercemar merupakan pertimbangan
untuk dilakukan validasi ulang setelah investigasi.

Tindakan Perbaikan
a. Validasi Awal
- Apabila ampul yang tercemar dari 1 bets melebihi Batas Waspada,
Segera lakukan investigasi. Bila tidak ditemukan penyimpangan
lakukan tambahan 1 bets.
- Apabila ampul yang tercemar dari 1 bets melebihi Batas Bertindak,
langsung hentikan kegiatan validasi. Setelah penyebab cemaran
diketahui, ulangi kembali “Kualifikasi Awal”.
b. Revalidasi Periodik
- Apabila jumlah ampul yang tercemar melebihi Batas Waspada, dan
penyebab dari cemaran diketahui, segera lakukan perbaikan.
Lakukan 1 bets tambahan.
- Apabila penyebab dari cemaran tidak diketahui atau hasil dari
Validasi Proses Aseptis yang kedua di atas Batas Waspada,
lakukan kembali Validasi Awal (Initial Validation) (3 bets).

Pemeriksaan visual larutan steril


Ambil sampel secara acak, dari vial / ampul yang diterima, mengikuti
tabel dibawah ini, dan lakukan “pemeriksaan tandingan” oleh Operator
lain.

Jumlah maksimum
Jumlah Wadah Jumlah Sampel wadah tercemar yang
diperkenankan

151 – 280 32 1
281 – 500 50 2
501 – 1200 80 3
1201 – 3200 125 5
3201 – 10000 200 7
10001 – 35000 315 10
35001 – 150000 500 14
LABEL PEMERIKSAAN BAHAN/PRODUK
Untuk bahan/produk “Karantina”
PERUSAHAAN : PT. JR’s Pharmaceutical

NAMA BAHAN :……………………………………..

KARANTINA
NOMOR BETAS :……………………………….

PEMBUAT/PEMASOK :………………………………..

NOMOR PENERIMAAN : ………………………………. TANGGAL PENERIMAAN


……………………………..

JUMLAH DITERIMA : TANGGAL PENGAMBILAN

NOMOR WADAH :.. DARI:…………… CONTOH :

OLEH :

Untuk bahan/produk “Diluluskan”


PERUSAHAAN : PT. JR’s Pharmaceutical BAGIAN PENGAWASAN MUTU

DILULUSKAN TANGGAL

…………………..

NAMA PRODUK/BAHAN : ……………………

NOMOR BETS : …………………….

PEMASOK/PEMBUAT : …………………….

NOMOR LAPORAN PENERIMAAN : …………………….

JUMLAH : …………………….

NOMOR SERTIFIKAT ANALISIS : …………………….

UJI ULANG PADA : ……………………..TANGGAL………………….

TANDA TANGAN : ……………………..


Untuk bahan/produk “Ditolak”
PERUSAHAAN : PT. JR’s Pharmaceutical BAGIAN PENGAWASAN MUTU

DITOLAK
NAMA PRODUK/BAHAN : ……………………

NOMOR BETS : …………………….

PEMASOK/PEMBUAT : …………………….

NOMOR LAPORAN PENERIMAAN : …………………….

NOMOR KODE : …………………….

JUMLAH : …………………….

NOMOR SERTIFIKAT ANALISIS : ……………………..

TANDA TANGAN : ……………………..

II.12 PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA)


Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus
memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu
(quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Dalam
CPOB disebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi mutu produk antara
lain (1) kualitas dari bahan awal pembuatan dan bahan pengemas yang
digunakan, (2) proses pembuatan dan pengawasan mutu, (3) bagunan
dan peralatan, serta (4) personalia yang terlibat dalam pembuatan obat.
Dengan semakin menigkatnya tuntutan terhadap jaminan khasiat,
keamanan dan kualitas produk maka “konsep pengawasan mutu” yang
masih banyak digunakan sangat tidak memadai.
Konsep pengawasan mutu itu sendiri didasarkan pada konsep
“defect detection”, artinya sistem tersebut dapat mendeteksi terjadinya
kesalahan/penyimpangan yang telah terjadi. Namun untuk menjamin
khasiat, keamanan dan mutu suatau produk perusahaan farmasi tidak
hanyaboleh menerapkan konsep/sistem tersebut, tapi juga harus bisa
menerapkan konsep/sistem yang dapat mencegah sebelum terjadinya
kesalahan dan /atau penyimpnagan daalam proses pembuatan
obat/produk tersebut. Konsep inilah yang disebut dengan “Konsep
Penjaminan Mutu” (Quality Assurance). Didalam CPOB telah secara tegas
menyebutkan pemisahan kewenangan dan tanggung jawab
Bagian/Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control/QC Departement)
dengan Bagian/Departemen Penjaminan Mutu (Quality Assurance/QA
Departement). Departemen QA memiliki kewenangan dan bertanggung
jawab untuk menyusun kebijakan mutu (quality policy) perusahaan yang
dapat menjamin mutu obat yang dihasilkan agar sesuai dengan
persyaratan mutu yang telah ditetapkan dan memastikan bahwa seluruh
bagian yang terlibat dalam proses pembutan obat, melaksanakan
kebijakan tersebut.
Menurut WHO 2004 Quality Assurance didefinisikan sebagai
“Semua aspek yang secara individual mempengaruhi mutu produk, dari
konsep design hingga produk tersebut ditangan konsumen”.Quality
Assurance sendiri adalah merupakan keseluruhan sistem yang dibuat
dengan tujuan agar seluruh produk industri farmasi yang dihasilkan
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Quality assurance
tidak saja mencakup pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(Good Manufacturing Practice/GMP) melainkan juga cara Berlaboratorium
yang Baik (Good Laboratory Practices/GLP) dan Cara Uji Klinis yang Baik
(Good Distribution Practices/GDP). Dengan demikian CPOB/GMP
merupakan bagian dari sistem Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
industri farmasi, dalam rangka memenuhi tuntutan konsumen atas jaminan
terhadap khasiat, keamanan dan kualitas produk-produk industri farmasi.
Sedangakan QC sendiri merupakan bagian dari CPOB/GMP yang
berkaitan dengan prosedur sampling, spesifikasi & pengujian, memastikan
dokumentasi & procedure rilis yang diperlukan & uji yang relevan,
kemudian produk dilepaskan setelah memastikan kualitas dari produk
tersebut. Dengan kata lain tugas dan peran QA sendiri adalah tugas dan
mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi dalam
perusahaan, sedangkan mengawasi tugas dan peran QA adalah BPOM
dan QMS.

Tugas dan Tanggung Jawab QA Manager


1. Merumuskan dan menetapkan Kebijakan Mutu
2. Merumuskan dan menetapkan Sistem Manajemen Mutu (Quality
ManagementSystem) perusahaan
3. Melakukan evaluasi terhadap materi pelatihan karyawan, terutama
yang terkait dengan CPOB
4. Bertanggung jawab terhadap program inspeksi diri maupun external
inspection (terhadap pemasok, contract manufacture, dan lain-lain)
5. Melakukan Overview terhadap sistem Protap di perusahaan
6. Melakukan pengkajian dan persetujuan terhadap protap, protokol
dan laporan validasi, usulan terhadap perubahan proses, bahan
maupun metode
7. Menyetujui seluruh perubahan sebelum ditetapkan
8. Menyusun dan menetapkan sistem pelulusan bahan awal, produk
antara, dan produk jadi
9. Memberikan persetujuan terhadap laporan penyimpangan
10. Menyetujui seluruh sistem dokumentasi perusahaan (Protap,
spesifikasi, master batch, batch record, protokol dan laporan
validasi, program kalibrasi, audit lingkungan dan lain-lain)

Unsur dasar dari manajemen mutu adalah:


1) Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya; dan
2) Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau
jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut
Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung
dengan ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana
serta peralatan yang cukup dan memadai.Tambahan tanggung jawab
legal hendaklah diberikan kepada kepala Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu). Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan
obat hendaklah memastikan bahwa:
a) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOB;
b) Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas
dan CPOB diterapkan;
c) Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian
jabatan;
d) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan
penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar;
e) Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan
selama-proses lain serta dilakukan validasi;
f) Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses,
pengemasan dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum
memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi.
Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk
kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian
dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian
penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan
persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan pemeriksaan produk
dalam kemasan akhir;
g) Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi
dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek
produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk;
h) Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa,
sedapat mungkin, produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya
ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa
simpan obat;
i) Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara
berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian
Mutu;
j) Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan
disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan
oleh perusahaan;
k) Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;
l) Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak
pada mutu produk;
m) Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui; dan
n) Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.

Pengertian dari self inspection/inspeksi diri adalah pengkajian


secara obyektif seluruh tata kerja diri sendiri dari aspek yang mungkin
berpengaruh pada jamianan mutu (Quality Assurance). Tujuan program
inspeksi diri adalah untuk mengtahui kekurangan, baik yang berdampak
besar maupun kecil untuk kemudian menetapkan cara yang efektif untuk
mencegah/memperbaikinya.
Hal-hal yang perlu di-inspeksi:
A. Karyawan
1. Catatan kesehatan
2. Catatan pelatihan
3. Sanitasi dan Higiene
B. Bangunan (Termasuk Sarana Penunjang)
1. Kualitas ruangan produksi (jumlah partikel, suhu, kebersihan, dll)
2. Kapasitas ruangan, cukup/tidak?
3. AHU, Air Untuk Produksi
C. Dokumentasi
1. Batch Record, protap,dll
2. Protokol dan laporan validasi/kualifikasi
3. Kartu stock, penandaan, dan catatan distribusi
D. Produksi
1. Pengisian catatan bets, penandaan alat/mesin utama, pelaksanaan
proses produksi
2. Resiko Mix-up dna cross contamination
E. Pengawasan mutu
1. Validasi/verifikasi metoda analisa
2. Uji kesesuaian sistem (HLPC, Spektrofotometer UV-Vis, GC, dll)
3. Personalia (kompeten dan terlatih)

Program inspeksi diri dilaksanakan sekurang-kurangnya satu tahun


sekali oleh sebuah team inspeksi diri yang diketuai oleh QA
Manager.Setelah pelaksanaan inspeksi diri, disusun laporan inspeksi diri
serta dibuat Rencana Aksi pebaikan/CAP dan laporan tindak
lanjutnya.Untuk eksternal audit dilaksanakan oleh pihak ketiga yang
berhubungan dengan industry farmasi yang bersangkutan, antara lain
pemasok (supplier), pembuat obat kontrak (contract manufacture), dan
pihak-pihak lain yang berhubungan (konsultan, BPOM, dll). Pelaksanaan
audit eksternal dilakukan secara berkala dan hasilnya diuraikan dalam
bentuk laporan audit yang akan dijadikan pedoman penyusun krieria
pemasok dan daftar pemasok yang disetujui. Salah satu tugas dan
tanggung jawa manager QA adalah melakukan pengkajian dan
persetujuan terhadap protap di perusahaan. Contoh beberapa protap yang
perlu dikaji dan disetujui dari manager QA sendiri meliputi:
1. Protap penanganan penyimpangan
Yang dimaksud penyimpangan dalam Protap ini adalah semua kejadian
yang tidak direncanakan yang ditemukan selama dan atau sesudah
proses pembuatan obat
2. Protap pengendalian perubahan
Menetapkan prosedur untuk menghindari perubahan yang tak
terkendali terhadap sistem dan prosedur, peralatan dan proses yang
sudah divalidasi, sehingga memperkecil risiko dampak yang merugikan
terhadap mutu produk dalam proses. Bagian Pemastian Mutu
bertanggung jawab untuk memberikan persetujuan terhadap usulan
perubahan, mengoordinasi, dan memantau pelaksanaan perubahan.
3.Pengkajian Produk Tahunan (PPT)
Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk
menyiapkan PPT, membuatrisalah laporan, menyediakan data analisis
termasuk penafsiran dari hasil-hasilnya,dan keterangan yang diperoleh
berkaitan dengan proses produksi yang kemudian akandilaporkan
kepada Pimpinan Perusahaan secara tahunan. PPT dilaksanakan untuk
tiapproduk dengan kerja sama antara Bagian Produksi, Bagian
Pengawasan Mutu danBagian Pemastian MutuKepala Bagian
Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk menyiapkan PPT,
membuatrisalah laporan, menyediakan data analisis termasuk
penafsiran dari hasil-hasilnya,dan keterangan yang diperoleh berkaitan
dengan proses produksi yang kemudian akandilaporkan kepada
Pimpinan Perusahaan secara tahunan. PPT dilaksanakan untuk
tiapproduk dengan kerja sama antara Bagian Produksi, Bagian
Pengawasan Mutu dan Bagian Pemastian Mutu.
Sistem dokumentasi merupakan hal yang sangat penting dalam
industri farmasi untuk memastikan bahwa setiap petugas (karyawan)
mendapatkan instruksi yang jelas dan rinci mengenai bidang tugas yang
harus dilaksanakannya sehingga memperkecil rsiko kekeliruan ynag
biasanya timbul apabila hanya mengeandalkan instruksi lisan. Sitem
dokumentasi yang baik juga akan memungkinkan ketelusuran kembali
proses produksi yang telah dilakukan apabila terdapat kesalahan selama
produk tersebut diapasarkan. Sistem dokumentasi produk (misalnya
Catatan Pengolahan atau Pengemasan bets/batch record) harus
menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch atau lot suatu produk
sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap batch
aatu lot yang bersangkutan. Peran QA sendiri dalam sistem
dokumentasi adalah mengevaluasi seluruh dokumentasi apakah sudah
sesuai dengan CPOB atau cGMP atau tidak sehingga hasil produksi
dapat terjamin kualitasnya. Sistem dokumentasi dalam industri farmasi
merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi :
1. Prosedur tetap (Standar Operating Procedure/SOP)
2. Spesifikasi (bahan baku, pengemas, produk jadi)
3. Catatan Pengolahan Batch/Catatan pengemasaan Batch (batch
processing record).
4. Identifikasi (kode/ penomoran protap, perlatan, batch)
5. Penandaan (status ruangan, mesin, label bahan baku. Karantina,
rejected)
6. Protokol dan laporan Qualifikasi/Validasi.
7. Dokumen registrasi
8. Catatan kalibrasi, pemantauan kondisi lingkungan ruang produksi
dan lain-lain

Departeman yang beratnggungjawab dalam penjaminan mutu


sediaan yaitu:

1. Int. Auditor
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi
diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian
dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
meningkatkannya. Audit mutu umunya dilaksanakan oleh spesialis dari
luar independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit juga dapat diperluas terhadap pemasokan
penerimaan kontrak. Hendaklah dibuat daftar pemasokan yang disetujui
untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar pemasok hendalah
disiapkan dan ditinjau ulang. Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum
pemasokan disetujui dan dimasukan ke dalam daftar pemasokan atau
spesifikasi. Evaluasi hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan
sifat bahan yang dipasok. Semua pemasok yang telah ditetapkan
hendaklah dievaluasi secara teratur

Audit ada dua, yaitu audit internal dan audit eksternal.


a. Audit internal
Audit internal mengevaluasi perusahaan internal oleh
perusahaan tetapi bagian yang berbeda divisi atau dari luar, seperti
BPOM. QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen
yang ada.
b. Audit eksternal
Audit eksternal mengevaluasi supplier atau perusahaan
kerjasama (tol manufacturing) oleh Pabrik pengguna bahan dari
supplier itu sendiri. Frekuensi pelaksanaan inspeksi diri dan audit
internal biasanya bersamaan 1 tahun dua kali, sedangkan untuk audit
eksternal supplier 2 tahun sekali, sedangkan perusahaan kerjasam (tol
manufacturing) 1 tahun sekali. Dilakukan terhadap supplier / pemasok
baik bahan baku obat maupun bahan kemas. Saat ini departemen QA
belum melakukan vendor audit karena terbatasnya SDM yang ada.
Untuk memilih supplier yang dapat dipakai maka QA membuat Protap
Kriteria Pemasok.
2. Inspeksi diri
Merupakan penilaian secara jujur terhadap kinerja perusahaan
khususnya departemen yang berada dibawah plant manager. Dari
hasil penilaian yang diperoleh maka dilakukan evaluasi dan disusun
langkah-langkah untuk perbaikan. Inspeksi diri secara umum dilakukan
setiap 6 bulan sekali dan juga diwaktu-waktu tertentu sesuai kebijakan
perusahaan.
3. Pelatihan karyawan dan staf
Dalam hal ini QA bekerja sama dengan manajer yang
bersangkutan. Sebelum pelatihan, melakukan evaluasi terhadap materi
yang akan diberikan. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelatihan
dilakukan pos test dan pengawasan kerja.
4. Pemantauan terhadap penyimpangan
Apabila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka QA turut
serta dalam mengatasi permasalahan yang ada.
5. Pelatihan tim penanganan penyimpangan
Pelatihan kepada tim penanganan penyimpangan dilakukan
bersana-sama dengan manajer yang bersangkutan.
6. Tren analisis terhadap produk bermasalah setiap tahun dilakukan
analisis terhadap produk-produk yang sering bermasalah kemudian
dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk dilakukan
penanganan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
7. Pembuatan prosedur tetap
Bersama departemen terkait QA membuat prosedur tetap sebagai
petunjuk operasional. Protap bersifat singkat, jelas dan mudah
dimengerti oleh operator dari berbagai latar belakang pendidikan, tidak
perlu menggunakan pendekatan ilmiah yang terlalu rumit, serta gaya
penulisan dan tata bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh
operator. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan protap
diantaranya sistem penomoran dokumen, kode-kode dokumen
berdasarkan pengelompokan dokumen serta pendistribusian dan
penyimpanan protap.
8. Product Stability
Untuk pengujian stabilitas diambil dari 1% dari batch per tahun.;
a. Stabilitas produk baru
Pengujian terhadap contoh uji meliputi uji stabilitas On going
dan dipercepat.
1) On Going Stability: Dimasukkan ke dalam climatic chamber suhu
30 ± 2 ⁰C dengan kelembaban relatif 75 ± 5%. Jadwal pengujian
0, 3, 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, 60 bulan.
2) Stabilitas dipercepat: Dimasukkan ke dalam climatic chamber
suhu 40 ± 2 ⁰C dengan kelembaban relatif 75 ± 5%. Jadwal
pengujian 0, 1, 2, 3, 6 bulan.
b. Stabilitas produk yang sudah beredar dan sudah tetap
Pengujian stabilitas terhadap produk-produk yang sudah
beredar di pasaran dan sudah tetap cukup dengan on going stability.
Produk dimasukkan ke dalam climatic chamber suhu 30 ± 2 ⁰C
dengan kelembaban relatif 75 ± 5%.

Validasi dan Kualifikasi


Validasi merupakan bagian penting dalam cara pembuatan obat
yang baik. Validasi merupakan bagian dari penjaminan mutu yang terkait
dengan produk atau proses tertentu. Prinsip dasar dari penjaminan mutu
adalah menghasilkan produk yang sesuai untuk penggunaannya. Prinsip-
prinsip tersebut tertera sebagai berikut :
- Kualitas, keamanan dan kemanjuran harus dirancang dan dibangun ke
dalam produk.
- Kualitas tidak dapat diperiksa atau diuji ke dalam produk.
- Setiap langkah penting proses manufaktur harus divalidasi. Langkah-
langkah lain dalam proses harus diawasi untuk memaksimalkan
kemungkinan bahwa produk jadi secara konsisten dan dapat diprediksi
memenuhi semua kualitas dan desain spesifikasi.
Validasi dari proses dan sistem adalah hal mendasar untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan desain dan validasi bahwa
produsen dapat menetapkan keyakinan bahwa produk manufaktur akan
secara konsisten memenuhi spesifikasi produk mereka.
Dokumentasi yang terkait dengan validasi meliputi :
- prosedur operasi standar (SOP)
- spesifikasi
- master plan validasi (VMP)
- protokol dan laporan kualifikasi
- protokol validasi dan laporan
Pelaksanaan pekerjaan validasi membutuhkan sumber daya yang cukup
besar seperti:
- Waktu: pekerjaan validasi umumnya tunduk pada jadwal waktu yang
ketat.
- Keuangan: validasi seringkali membutuhkan waktu personil khusus
dan teknologi mahal.
- Manusia: validasi membutuhkan kolaborasi para ahli dari berbagai
disiplin ilmu (misalnya tim multidisipliner, yang terdiri dari jaminan
kualitas, rekayasa, manufaktur dan disiplin lainnya, tergantung produk
dan proses yang akan divalidasi).
Dalam melaksanakan validasi harus dilakukan hal-hal berikut :
- Membentuk komite validasi dan gugus tugas
- Membuat Rencana Induk Validasi
- Menetapkan jadwal validasi
- Membuat dokumen validasi (protocol dan lapoan validasi)
Adapun jenis-jenis validasi yang harus dilakukan meliputi validasi
(kualifikasi) mesin, peralatan produksi, dan sarana penunjang, validasi
metode analisia, validasi proses produksi, validasi proses pengemasan,
validasi pembersihan,
1. Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang
Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian (dokumentasi) bahwa
perlengkapan, fasilitas, atau sistem yang digunakan dalam proses/
sistem akan bekerja dengan kriteria yang diinginkan secara konsisten.
Kualifikasi merupakan langkah awal dari keseluruhan pelaksanaan
validasi, yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu : kualifikasi desain (KD),
kualifikasi instalasi (KI), kualifikasi operasional (KO), dan kualifikasi
kinerja (KK).
a. Kualifikasi desain
Memiliki tujuan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa
sistem atau mesin, peralatan atau bangunan yang akan dibangun
sesuai dengan ketentuan CPOB yang berlaku.
b. Kualifikasi instalasi
Memiliki tujuan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa
sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi
yang tertera ada dokumen pembelian, manual alat yang
bersangkutan dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan.
c. Kualifikasi operasional
Bertujuan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem
atau peralatan yang diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan.
d. Kualifikasi kinerja
Bertujuan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem
atau peralatan yang diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai
dengan tujuan penggunaan.
2. Validasi metode analisa
Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa
metode analisis sesuai tujuan penggunaannya. Perlu dipertimbangkan
tabel mengenai karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian
terhadap impuritas dan prosedur penetapan kadar. Validasi metode
analisis umumnya dilakukan terhadap 4 jenis:
- uji identifikasi;
- uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity)
- uji batas impuritas; dan
- uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau
komponen tertentu dalam obat.
Tujuan prosedur analisis hendaklah jelas dan dimengerti karena hal ini
akan menentukan karakteristik validasi yang perlu dievaluasi. Karakteristik
validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
- akurasi
- presisi
- ripitabilitas
- intermediet precision
- spesivisitas
- batas deteksi
- batas kuantitas
- linearitas, dan
- rentang
3. Validasi Proses Produksi
Bertujuan untuk memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur
produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan secara terus-menerus, mengurangi masalah
yang terjadi selama proses produksi, memperkecil kemungkinan terjadinya
proses ulang, dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi produksi. Validasi
proses produksi bukan bagian dari R&D, namun merupakan proses
pembuktian prosedur produksi yang telah disusun oleh R&D. Validasi baru
bias dilakukan jika kualifikasi mesin/ peralatan produksi/ sarana penunjang
dan validasi metode analisa telah dilaksanakan.
4. Validasi Proses Pengemasan
Dilakukan untuk memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa :
- Proses pengemasan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur tetap
proses pengemasan yang telah ditentukan serta memberikan hasil yang
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan secara terus-menerus.
- Operator/ pelaksana yang melakukan proses pengemasan kompeten serta
mengikuti prosedur pengemasan dan peralatan pengemasan yang telah
ditentukan.
- Proses pengemasan yang dilakukan, tidak terjadi peristiwa campur-baur
antar produk maupun antar batch.
Proses pengemasan dapat dinyatakan memenuhi persyaratan jika seluruh
parameter uji memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada spesifikasi
produk yang bersangkutan dan secara statistic menunjukkan konsistensi
hasil pada setiap batchnya.
5. Validasi Pembersihan
Tujuannya untuk memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa :
- Cara pembersihan yang digunakan tepat dan dapat dilakukan berulang-
ulang.
- Peralatan/ mesin yang dicuci tidak terdapat pengaruh yang negatif karena
efek pencucian.
- Operator/ pelaksana yang melakukan pencucian kompeten mengikuti
prosedur pembersihan yang telah ditentukan
- Cara pencucian menghasilkan tingkat kebersihan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. CPOB. 2012. Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik.


BPOM RI : Jakarta.
2. Fatmawati, A. 2015. Farmasi Industri. Universitas Hasanuddin :
MakassarPer KBPOM. 2010. Petunjuk Operasional Pedoman Cara
Pembuatan Kosmetik Yang Baik. BPOM RI : Jakarta
3. Ansel, C. H., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug
Delivery Systems, Walkers Kluwer Health, London.
4. BPOM, 2012, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Jakarta.
5. Jenkins, G. L., D. E. Francke, E. A. Brecth, dan G. J. Sperandio, 1957,
Scoville’s The Art of Compounding, McGrowBill Book Company, London.
6. Jones, D., 2008, Pharmaceutics Dosage Form and Design,
Pharmaceutical Press, London
7. Lahman, L. dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
8. Martin, E. W., 1971, Dispensing of Medication, Mack Publishing
Company, Pensylvenia. Moini.
9. Patil, U.K., dan P. Muskan, 2009, Essentials of Biotechnology,
International Publishing House, New Delhi.
10. Reddy, B. V., B. R. Reddy, K. Navaneetha, dan V.S. Kumar, 2013, A
Review On Parenteral Production Technology, International Journal of
Pharmacy and Biological Sciences, 3(1).
11. Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
12. Turco, Salvabore. Sterile Dosage Form. Philadelpia. Lea and
Flehninger.1979.
13. Sweetman,Sean. Martindale 36th Edition. The Complete Drug
Refernces. London.Pharmaceutical Press. 2008
14. Rowe, R.C. Pharmaceutical Excipient 6th Edition. Pharmaceutical Press
: USA. 2009
15. Ansel, C.H. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia
Press : Jakarta.1989.
16. Jenkins, G.L. Scoville’s : The Art of Compounding. USA : Burgess
Publishing Company. 1957.
17. Gennaro, A.R. Remington’s : Pharmaceutical Science 18’th Edition.
Easton: Merck Publishing Company. 1998
18. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 1979.

Anda mungkin juga menyukai