Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN

AGAMA
ISLAM
Muslim – Mu’min – Muhsin
Selembar Harapan

Menyadarkan yang tak tersadar…


Kehilangan “jati diri” adalah kecolongan luar biasa yang terjadi dalam diri
ummat Muslim saat ini. Hal ini semakin diperparah, karena mereka yang kecolongan,
tak sedikitpun merasa bahwa dirinya sedang dirugikan. Malah asik dengan barang baru
milik musuh yang disangkanya adalah saudara! “dunia barat”.

Efek gemerlap gaya barat terlalu menyilaukan mata ummat Muslim. Saat semua
telah dibutakan oleh kilauannya. Maka terhipnotislah para pemuda – pemudinya,
terlenalah para dewasanya, dan teracunilah generasi awalnya. Kemudian bertepuk
tanganlah para penonton dari musuh Islam. Sambil sibuk menjalankan strategi
penghancuran dari cabang sampai keakarnya.

Saat Agama Tauhid ini memasuki masa penyempurnaan akibat nilainya dicemari
para politikus dan pemipin kafir – yang menolak kalimat lailahaillallah – terlihatlah
betapa gigihnya para sahabat menegakkan tiang agama bersama pemimpinnya,
Rasulullah saw, betapa terlihatnya ruh dan aqidah mereka, betapa hebatnya semangat
mereka. Mereka memiliki iman yang tinggi dan jati diri sebagai seorang Muslim.

Dan saat ini, ketika shalat tak perlu bersembunyi dari kejaran kafir karena
kedengkian mereka. Ketika masyarakat hidup diatas demokrasi. Era baru, yang
(katanya) memberikan kebebasan kepada pemeluk agama masing-masing untuk
beribadah. Justru saat ini, bermunculanlah para generasi baru yang maju dalam
teknologi tapi terbelakang dalam iman. Shalat sekedar sempat, puasa sekedar rasa,
Islam sekedar nama. Dengan mengatas namakan “penantian hidayah”, kebanyakan
orang masih menyibukkan diri dalam keterlupaan.

Mari menggali ilmu dan menyadarkan diri kita yang tak tersadar…

Muhammad Rizal, S.Pd.I

1
MANUSIA DAN AGAMA
:: Tanpa udara, manusia akan menjadi mayat. Dan tanpa agama manusia adalah bangkai
berjalan. (rzl)

A. Manusia
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), manusia adalah makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Sedangkan yang dimaksud dengan kemanusiaan adalah sifat-sifat
manusia.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

B. Agama
1. Pengertian Agama
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), agama adalah sistem yang mengatur keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan dengan manusia serta lingkungannya.
Agama selain mengandung hubungan dengan Tuhan juga mengandung hubungan dengan
masyarakat yang mana terdapat peraturan – peraturan yang menjadi pedoman bagaimana
seharusnya hubungan – hubungan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup,
baik dunia maupun ukhrawi.
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia.
Agama sebagai sistem nilai, merupakan petunjuk pedoman dan pendorong bagi manusia untuk
memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, social, budaya,
dan militer sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan prilaku manusia yang menuju
kepada keridhaan Allah (akhlaq).
Dengan demikian budaya itu dilahirkan dari agama Islam (agama yang benar dan meruapakan
agama samawi). Maka tidaklah benar kalau agama dianggap sebagai bahagian dari budaya.

2. Macam – Macam Agama


Pada dasarnya agama terbagi menjadi dua jenis: Agama wahyu dan agama budaya
a) Agama Wahyu
Agama wahyu ialah ajaran yang bersumber dari Tuhan pencipta alam, Dialah Allah swt.
Agama ini disampaikan melalui Rasul-Nya, dan agama wahyu disebut juga agama samawi.
Adapun ciri-ciri agama wahyu, ialah:
- Konsep ajarannya adalah tauhid (mengesakan Tuhan)
- Disampaikan oleh manusia yang dipilih oleh Allah sebagai utusan-Nya
- Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia
-
-
-
- Agama ini diturunkan melalui utusan kepada masyarakat, bukan tumbuh dari
budaya masyarakat.
- Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan
keadaan

b) Agama Budaya
Agama budaya adalah agama yang dihasilkan oleh pikiran atau persamaan manusia
secara kumulatif. Adapun ciri-cirinya, adalah:
- Konsep ajarannya adalah: Dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi
adalah monotheisme.
- Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul Allah)
- Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada, akan mengalami perubahan-
perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
- Tumbuh secara kumulatif dalam masyarakat penganutnya
- Kebenaran agamanya tidak berlaku bagi setiap manusia, tidak universal. Dan akan
terus mengalami perubahan dari masa kemasa.

3. Sumber Tiap – Tiap Agama


Agama – agama budaya yang ada bersumber pada hasil pemikiran atau perasaan manusia
secara kumulatif. Jika seseorang atau sekelompok merasa bahwa agama budaya yang
didapatinya sejalan dengan apa yang dipikirkannya, maka ia juga akan mengikuti agama
tersebut.
Sedangkan agama samawi. Adalah agama yang diturunkan Allah swt kepada manusia.
Bersumber langsung dari Sang Pencipta melalui perantara Rasul-Nya. Setidaknya ada empat
kitab yang dikenal dan diyakini bersumber dari Allah swt dan telah diturnkan kepada Rasul-Nya.
Kitab tersebut adalah: Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an.
Dalam sejarah agama Tahuid, manusia – manusia kafir yang didalam hatinya telah menjadi
budak syaithan telah melakukan penolakan dan perusakan besar-besaran terhadap agama Allah.
Mereka membunuh nabi, dan merusak ajaran – ajaran yang telah diturunkan Allah. Hingga,
setelah generasi Nabi dan orang-orang shaleh yang mengamalkan ajaran Tauhid telah habis dan
hilang. Rusak dan hancurlah ajaran Tauhid. Orang-orang kembali melakukan kesyirikan,
kemaksiatan, dan kejahiliyaan yang merajalela. Hingga Allah menetapkan mengutus nabi
terakhir dan menurunkan penyempurna, sekaligus penyucian kembali agama Tauhid dengan
menurunkan Al – Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturnkan Allah swt. Yang kemudian akan menjadi
petunjuk untuk manusia. Al – Qur’an diturunkan ke Rasul-Nya, Muhammad saw. Nabi terakhir
dan merupakan penutup para Nabi dan Rasul.

C. Hubungan Manusia dan Agama


Keinginan manusia kepada hidup beragama adalah salah satu dari sifat – sifat yang asli pada
manusia, disebut dengan fitrah. Itu adalah naluri, garizahnya, kecenderungannya yang telah menjadi
pembawaannya. Hampir serupa dengan keinginan seseorang kepada makanan dan minuman,
berketurunan, memiliki harta benda, suka pada hal kebaikan dan lain sebagainya yang bersifat fitrah.
Apakah yang mendorong manusia sehingga mereka sampai kepada agama dan hidup beragama?
Yang mendorong mereka ialah sifa-sifat dan pembawaan yang ada pada diri mereka juga. Contoh
sifat ingin tahu, sifat ingin melindungi diri, dan ingin menyatakan rasa syukur atau terimakasih dan
lain-lain.
Manusia membutuhkan agama karena dengan begitulah ia mengenal kebaikan, keselarasan,
ketenangan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa dijawab dengan logika. Seseorang
yang beragama akan meyakini bahwa ada kuasa dibalik setiap kejaidan baik itu secara akal maupun
diluar pemikiran manusia.
Sebaliknya, orang-orang yang tak memiliki agama (seperti kelompok atheis, yang marak
ditemukan didunia barat) memiliki pandangan hidup sempit. Mereka hanya memandang bahwa
hidup dan tanggung jawab hanya sebatas didunia. Keburukan yang mereka lakukan – sebanyak
apapun – selama bisa bersembunyi dari tanggung jawab semasa hidup, maka semua akan baik-baik
saja. Karena bagi mereka tak akan ada tanggung jawab setelah meninggalkan dunia. Alhasil, yang
terjadi adalah mereka akan melakukan hal-hal yang bernilai buruk dan berdampak negatif untuk
dirinya dan orang disekitarnya. Saat mengalami masalah, orang yang tak beragama akan terus
mengalami tekanan dan kehilangan ketenangan. Puncaknya, mereka akan lebih memilih untuk mati
dari pada mengadapi masalah hidup yang menekan.

D. Islam adalah Agama yang Benar


Jika kita memahami bahwa agama adalah sebatas pelindung agar berlaku sopan dan mendapat
ketenangan. Maka tentu kita akan mengatakan semua agama adalah baik. Karena semua agama
berisi aturan-aturan untuk mengatur hidup manusia.

Sekarang, timbul pertanyaan, terkhusus untuk kita ummat Islam: Apakah semua agama yang
dikatakan “baik” itu semuanya benar? Apa perbedaan baik dan benar?

Contoh sederhana, semua orang berusaha mencari nafkah untuk menyambung hidup dirinya
atau untuk keluarganya. Ini adalah niat dan keinginan yang baik. Tapi tidak semua niat baik tertuju
pada jalan yang benar. Ada yang sudah berniat baik mencari nafkah, namun ia mencari nafkah
dengan mencuri. Maka hal ini tidak benar. Meski semua sama-sama mendapatkan penghasilan.
Namun dua cara yang berbeda menentukan apakah ia disebut benar atau salah.

Saat ini masih saja ada segelintir muslim yang ragu untuk berkata, Islam adalah agama yang
benar. Dengan dalih, tidak boleh menyalahkan yang lain. Atau berucap: “kita tak boleh mengatakan
kitalah yang paling benar.”

Aqidah adalah harga mati yang tak boleh tergoyahkan. Seorang muslim tak boleh ragu meyakini
bahwa agama ini (Islam) adalah agama yang paling benar dan diridhai oleh Allah swt. Jika ia ragu, ini
menunjukkan bahwa aqidah yang ia miliki belum sempurna dan hal inilah yang paling diharapkan
oleh orang kafir. Padahal telah nyata penegasan Allah di dalam Al-Qur’an:

َ ‫ف الَّذِينَ أُوتُوا إال ِكت‬


‫َاب ِإ ََّّل ِمن َب إع ِد َما َجا َء ُه ُم إال ِع إل ُم َب إغيًا بَ إينَ ُه إم ۗ َو َمن َي إكفُ إر‬ َ َ‫اختَل‬ ِ ‫َّللاِ إ‬
‫اْلس َإَل ُم ۗ َو َما إ‬ َّ َ‫ِإ َّن الدِينَ ِعند‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬َ ‫س ِري ُع إال ِح‬ َّ ‫َّللاِ فَإ ِ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َّ ‫ت‬ ِ ‫بِآيَا‬
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang
ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya. (QS. Al Imran : 19)

Point tadabur yang dapat diambil dalam ayat diatas adalah: Bahwa hanya agama Islam yang diridhai
oleh Allah swt. Seluruh ahli kitab (yang mengimani dan mengetahui kitab-kitab Allah yang
sebelumnya: Zabur, Taurat, Injil) pasti sepakat dan tidak akan bertentangan dengan Al – Qur’an dan
akan menerima agama Islam. Jika mereka menolak ajaran Islam, itu karena disebabkan kedengkian
didalam hati mereka. Mereka kemudian menolak isi Al – Qur’an dan ajaran Islam, kafir terhadap
ayat-ayat Allah dan mendustakannya. Padahal sudah datang pengetahuan dan ilmu kepada mereka
tentang Islam, yaitu ajaran Tauhid yang juga ada dalam kitab sebelumnya.

2
Hukum Islam

A. Pengertian Hukum Islam


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Hukum juga dapat diartikan
sebagai undang-undang atau peraturan yang mengatur pergaulan hidup masyarakat.
Sedangkan makna hukum Islam (syariah, dalam KBBI disebut syariat) dari segi bahasa adalah
hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, yang berkaitan tentang hubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Al-Qur’an
dan Al Hadist.
Syariah [arab: ‫ ]الشريعة‬secara bahasa dalam kamus bahasa arab “Lisan Al-Arab” artinya jalan
yang dilewati untuk menuju sumber air.1 Secara bahasa, kata syariat juga digunakan untuk
menyebut madzhab atau ajaran agama.2 Atau dengan kata lebih ringkas, syariat berarti aturan dan
undang-undang.
Aturan disebut syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal.3 Ada juga yang
mengatakan, aturan ini disebut syariah, karena dia menjadi sumber yang didatangi banyak orang
untuk mengambilnya.
Namun, dalam perkembangannya, istilah syariat lebih akrab untuk menyebut aturan islam.
Secara istilah, syariat islam adalah semua aturan yang Allah turunkan untuk para hamba-Nya,
baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun akhlak. Baik terkait hubungan
makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-sesama makhluk.4 Allah berfirman,
‫ث ُ َّم َجعَ ْلنَاكَ َعلَى ش َِريعَ ٍة ِمنَ ْاْل َ ْم ِر فَاتَّبِ ْع َها‬
“Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),
Maka ikutilah syariat itu…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)

Makna ayat, “Aku jadikan kamu berada di atas manhaj (jalan hidup) yang jelas dalam urusan agama,
yang akan mengantarkanmu menuju kebenaran.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16/163).

B. Keistimewaan Syariat Islam


1. Bersumber dari Sang Pencipta, Tuhan semesta alam. Sehingga mutlak benar.

1
Lisan Al-Arab, 8/175
2
Tafsir Al-Qurthubi, 16/163
3
Al-Misbah Al-Munir, 1/310
4
Manna’ Qathan, Tarikh Tasyri’ Al-Islami, hlm. 13.
2. Terjaga dari perubahan, karena Allah menjaga sumbernya.
3. Mencakup semua aspek kehidupan.
4. Menjadi keputusan adil untuk setiap kasus sengketa manusia.
5. Layak diterapkan di setiap zaman dan tempat.

C. Maqasid Syariah
Allah tak akan menjadikan sesuatu secara percuma. Kesemuanya ada sebab dan alasan yang
bermanfaat dan berguna bagi makhluknya. Begitupun syariat atau hukum – hukum yang telah ada
memiliki sebab dan tujuan yang bermanfaat.
Para ulama mencoba memahami dan akhirnya membuat konsep sederhana tentang mengapa
syariat itu ada. Konsep ini disebut “Maqasid Syariah” (tujuan atau sebab adanya hukum syariah).
Ulama yang merintis konsep maqasid syariah ini antara lain Imam Al-Juwaini dalam kedua
kitabnya Al-Burhan dan Al-Waraqat dan muridnya yaitu Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mustashfa
fi Ilmi al-Ushul.

Konsep ini terdiri dari 5 point tujuan:

1. MEMELIHARA AGAMA (‫)حفظ الدين‬


Agama atau ad-Din terdiri dari akidah, ibadah dan hukum yang disyariahkan oleh Allah untuk
mengatur dan menata hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengelola hubungan antar manusia
di mana dengan hukum itu Allah bermaksud untuk membangun dan menetapkan agama dalam jiwa
manusia dengan cara mengikuti hukum syariah dan menjauhi perilaku dan perkatan yang dilarang
syariah.

2. MEMELIHARA DIRI (‫)حفظ النفس‬


Islam mensyariahkan pemeluknya untuk mewujudkan dan melestarikan kelansungan manusia
dengan cara sempurna yaitu dengan pernikahan dan melahirkan keturunan. Sebagaimana syariah
mewajibkan manusia untuk memelihara diri dengan cara memperoleh atau mendapatkan sesuatu
yang menjadi kebutuhannya seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Islam juga
mewajibkan manusia untuk mencegah sesuatu yang membahayakan jiwa karena itu maka
diwajibkanlah qishas dan diyat. Dan diharamkan segala sesuatu yang akan berakibat pada
kerusakan.

3. MEMELIHARA AKAL (‫)حفظ العقل‬


Allah mewajibkan manusia menjaga akal oleh karena itu segala sesuatu yang memabukkan
hukumnya haram dikonsumsi dan pelakunya akan mendapat siksa.

4. MENJAGA KETURUNAN (‫)حفظ النسل‬


Allah mensyariahkan pada manusia untuk menikah untuk tujuan mendapatkan keturunan dan
mewajibkan untuk menjaga diri dari sanksi zina dan qadzaf (menuduh zina).

5. MENJAGA HARTA (‫)حفظ المال‬


Islam mewajibkan manusia untuk berusaha mencari rejeki dan membolehkan muamalah atau
transaksi jual beli, barter dan perniagaan. Dan haram hukumnya melakukan pencurian, khianat,
memakan harta orang lain secara ilegal dan memberi sanksi bagi pelaku pelanggaran serta tidak
memubadzirkan harta.

Anda mungkin juga menyukai