Materi Kuliah Agama Islam
Materi Kuliah Agama Islam
AGAMA
ISLAM
Muslim – Mu’min – Muhsin
Selembar Harapan
Efek gemerlap gaya barat terlalu menyilaukan mata ummat Muslim. Saat semua
telah dibutakan oleh kilauannya. Maka terhipnotislah para pemuda – pemudinya,
terlenalah para dewasanya, dan teracunilah generasi awalnya. Kemudian bertepuk
tanganlah para penonton dari musuh Islam. Sambil sibuk menjalankan strategi
penghancuran dari cabang sampai keakarnya.
Saat Agama Tauhid ini memasuki masa penyempurnaan akibat nilainya dicemari
para politikus dan pemipin kafir – yang menolak kalimat lailahaillallah – terlihatlah
betapa gigihnya para sahabat menegakkan tiang agama bersama pemimpinnya,
Rasulullah saw, betapa terlihatnya ruh dan aqidah mereka, betapa hebatnya semangat
mereka. Mereka memiliki iman yang tinggi dan jati diri sebagai seorang Muslim.
Dan saat ini, ketika shalat tak perlu bersembunyi dari kejaran kafir karena
kedengkian mereka. Ketika masyarakat hidup diatas demokrasi. Era baru, yang
(katanya) memberikan kebebasan kepada pemeluk agama masing-masing untuk
beribadah. Justru saat ini, bermunculanlah para generasi baru yang maju dalam
teknologi tapi terbelakang dalam iman. Shalat sekedar sempat, puasa sekedar rasa,
Islam sekedar nama. Dengan mengatas namakan “penantian hidayah”, kebanyakan
orang masih menyibukkan diri dalam keterlupaan.
Mari menggali ilmu dan menyadarkan diri kita yang tak tersadar…
1
MANUSIA DAN AGAMA
:: Tanpa udara, manusia akan menjadi mayat. Dan tanpa agama manusia adalah bangkai
berjalan. (rzl)
A. Manusia
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), manusia adalah makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Sedangkan yang dimaksud dengan kemanusiaan adalah sifat-sifat
manusia.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
B. Agama
1. Pengertian Agama
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), agama adalah sistem yang mengatur keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan dengan manusia serta lingkungannya.
Agama selain mengandung hubungan dengan Tuhan juga mengandung hubungan dengan
masyarakat yang mana terdapat peraturan – peraturan yang menjadi pedoman bagaimana
seharusnya hubungan – hubungan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup,
baik dunia maupun ukhrawi.
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia.
Agama sebagai sistem nilai, merupakan petunjuk pedoman dan pendorong bagi manusia untuk
memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, social, budaya,
dan militer sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan prilaku manusia yang menuju
kepada keridhaan Allah (akhlaq).
Dengan demikian budaya itu dilahirkan dari agama Islam (agama yang benar dan meruapakan
agama samawi). Maka tidaklah benar kalau agama dianggap sebagai bahagian dari budaya.
b) Agama Budaya
Agama budaya adalah agama yang dihasilkan oleh pikiran atau persamaan manusia
secara kumulatif. Adapun ciri-cirinya, adalah:
- Konsep ajarannya adalah: Dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi
adalah monotheisme.
- Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul Allah)
- Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada, akan mengalami perubahan-
perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
- Tumbuh secara kumulatif dalam masyarakat penganutnya
- Kebenaran agamanya tidak berlaku bagi setiap manusia, tidak universal. Dan akan
terus mengalami perubahan dari masa kemasa.
Sekarang, timbul pertanyaan, terkhusus untuk kita ummat Islam: Apakah semua agama yang
dikatakan “baik” itu semuanya benar? Apa perbedaan baik dan benar?
Contoh sederhana, semua orang berusaha mencari nafkah untuk menyambung hidup dirinya
atau untuk keluarganya. Ini adalah niat dan keinginan yang baik. Tapi tidak semua niat baik tertuju
pada jalan yang benar. Ada yang sudah berniat baik mencari nafkah, namun ia mencari nafkah
dengan mencuri. Maka hal ini tidak benar. Meski semua sama-sama mendapatkan penghasilan.
Namun dua cara yang berbeda menentukan apakah ia disebut benar atau salah.
Saat ini masih saja ada segelintir muslim yang ragu untuk berkata, Islam adalah agama yang
benar. Dengan dalih, tidak boleh menyalahkan yang lain. Atau berucap: “kita tak boleh mengatakan
kitalah yang paling benar.”
Aqidah adalah harga mati yang tak boleh tergoyahkan. Seorang muslim tak boleh ragu meyakini
bahwa agama ini (Islam) adalah agama yang paling benar dan diridhai oleh Allah swt. Jika ia ragu, ini
menunjukkan bahwa aqidah yang ia miliki belum sempurna dan hal inilah yang paling diharapkan
oleh orang kafir. Padahal telah nyata penegasan Allah di dalam Al-Qur’an:
Point tadabur yang dapat diambil dalam ayat diatas adalah: Bahwa hanya agama Islam yang diridhai
oleh Allah swt. Seluruh ahli kitab (yang mengimani dan mengetahui kitab-kitab Allah yang
sebelumnya: Zabur, Taurat, Injil) pasti sepakat dan tidak akan bertentangan dengan Al – Qur’an dan
akan menerima agama Islam. Jika mereka menolak ajaran Islam, itu karena disebabkan kedengkian
didalam hati mereka. Mereka kemudian menolak isi Al – Qur’an dan ajaran Islam, kafir terhadap
ayat-ayat Allah dan mendustakannya. Padahal sudah datang pengetahuan dan ilmu kepada mereka
tentang Islam, yaitu ajaran Tauhid yang juga ada dalam kitab sebelumnya.
2
Hukum Islam
Makna ayat, “Aku jadikan kamu berada di atas manhaj (jalan hidup) yang jelas dalam urusan agama,
yang akan mengantarkanmu menuju kebenaran.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16/163).
1
Lisan Al-Arab, 8/175
2
Tafsir Al-Qurthubi, 16/163
3
Al-Misbah Al-Munir, 1/310
4
Manna’ Qathan, Tarikh Tasyri’ Al-Islami, hlm. 13.
2. Terjaga dari perubahan, karena Allah menjaga sumbernya.
3. Mencakup semua aspek kehidupan.
4. Menjadi keputusan adil untuk setiap kasus sengketa manusia.
5. Layak diterapkan di setiap zaman dan tempat.
C. Maqasid Syariah
Allah tak akan menjadikan sesuatu secara percuma. Kesemuanya ada sebab dan alasan yang
bermanfaat dan berguna bagi makhluknya. Begitupun syariat atau hukum – hukum yang telah ada
memiliki sebab dan tujuan yang bermanfaat.
Para ulama mencoba memahami dan akhirnya membuat konsep sederhana tentang mengapa
syariat itu ada. Konsep ini disebut “Maqasid Syariah” (tujuan atau sebab adanya hukum syariah).
Ulama yang merintis konsep maqasid syariah ini antara lain Imam Al-Juwaini dalam kedua
kitabnya Al-Burhan dan Al-Waraqat dan muridnya yaitu Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mustashfa
fi Ilmi al-Ushul.