Anda di halaman 1dari 6

SEMARANG – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mendesak agar

proyek underpass Jatingaleh Semarang dipercepat. Ia meminta agar proses


pembangunan bisa diselesaikan sebelum Lebaran 2017. Molornya penyelesaian
proyek underpass ini dikeluhkan masyarakat, karena setiap hari mengakibatkan arus
lalu lintas Jalan Teuku Umar dan Jalan Setiabudi macet hingga berjam-jam.

”Diharapkan, sebelum Lebaran pembangunan sudah bisa diselesaikan, dan difungsikan


untuk mengurai kemacetan,” harap Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat
melakukan kunjungan ke lokasi pembangunan underpass Jatingaleh, Jumat (26/5)
kemarin.

Hendi –sapaan akrab Hendrar Prihadi— melakukan pengecekan langsung di lokasi


proyek. Ia melihat progres di lapangan memang terkesan lambat. Bahkan dia kurang
begitu yakin alias pesimistis pembangunan underpass ini bisa selesai tepat waktu.
Meski begitu, ia mendesak agar penyelesaian proyek ini dipercepat. ”Perlu kerja keras
untuk bisa menyelesaikan pembangunan, setidaknya hingga sebelum H-5 Lebaran,”
kata Hendi.

Jika hingga Lebaran tidak selesai, pihaknya meminta supaya pengerjaan bisa selesai
sesuai dengan kontrak, yakni 31 Juli 2017. Hendi mengakui akibat keterlambatan
pembangunan underpass, pihaknya kerap mendapat komplain dari warga. ”Setiap hari
saya mendapatkan komplain dari warga terkait dengan kemacetan yang terjadi di
Jatingaleh dampak dari pembangungan underpass yang tak kunjung selesai ini,”
akunya.

Berdasarkan tinjauan Hendi, ada beberapa masalah yang menyebabkan proyek ini
berjalan lambat. Di antaranya, kontraktor mengaku terkendala suplai material tanah
urukan yang harus mendatangkan dari luar kota.

”Kalau keluhannya soal kesulitan mendapatkan tanah urukan, kami siap membantu untuk
mengomunikasikan dengan stakeholder terkait,” katanya

Prinsipnya, kata dia, percepatan proyek ini mendesak harus dilakukan. Sebab, akan sangat
membantu mengatasi masalah kemacetan di jalur tersebut. ”Kontraktor harus bekerja keras
untuk menyelesaikan hingga sebelum Lebaran sehingga bisa dilalui untuk arus mudik,”
ujarnya.

Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Metropolitan Semarang, Danang Tri
Wibowo, mengakui, adanya keterlambatan dalam pembangunan underpass Jatingaleh. ”Ada
keterlambatan sekitar 12 persen. Saat ini progres pembangunan sudah berjalan kurang lebih
60 persen, dan ditargetkan selesai pada 31 Juli 2017,” katanya.

Dia berjanji akan berusaha bekerja keras agar pada H-10 Lebaran, kondisi jalan sudah
berfungsi meski belum 100 persen, sehingga bisa dilewati para pemudik. ”Diperkirakan bisa
dilalui. Hanya saja kondisi jalan belum teraspal,” ujarnya.

Pihaknya mengaku terus melakukan monitoring agar percepatan berjalan maksimal. Di antara
upaya yang dilakukan adalah dengan cara menambah jumlah pekerja, alat berat, material, dan
menambah jam kerja. ”Kami kebut mumpung kondisi cuaca cukup mendukung,” katanya.

Dijelaskan, saat ini pekerjaan yang dilakukan, yakni pengerjaan beton segmental dan
melakukan urukan dengan panjang kurang lebih 170 meter di sisi selatan, dan 170 meter di
sisi utara. ”Salah satu kendalanya adalah sulitnya mencari material, karena ada beberapa
lokasi yang harus dipilih, dan untuk mendapatkan 1.000 meter kubik per hari tidaklah
mudah,” akunya.

Padahal, pihaknya setiap hari membutuhkan material setidaknya 1.000 kubik untuk urukan
beton segmental. ”Saat ini kami terus mengejar waktu supaya bisa selesai sebelum Lebaran,”
katanya.

Salah satu warga, Suherman, 45, mengatakan, hampir setiap hari kondisi jalur Jatingaleh ini
sangat kronis. Terutama di saat jam berangkat kerja di pagi hari, dan jam pulang kerja di sore
hari. ”Kami sering dibuat stres karena setiap hari berhadapan dengan masalah kemacetan lalu
lintas. Saya tidak anti pembangunan. Tapi seharusnya proyek dijalankan secara profesional,
agar kepentingan jalur transportasi publik tidak terganggu,” harapnya.

Dia menilai, pemerintah seharusnya memiliki kapasitas untuk menggandeng kontraktor yang
profesional. Setiap proyek memang memiliki dampak tersendatnya arus lalu lintas. ”Tapi
kontraktor profesional seharusnya memiliki konsep, strategi dan cara untuk menyiasati
gangguan. Kalau pengerjaannya model seperti ini, maka rakyatlah yang dirugikan, karena
pengerjaannya lambat dan mengakibatkan kemacetan dalam waktu sangat lama,”
katanya. (source : https://radarsemarang.com/2017/05/27/underpass-jatingaleh-lambat/)

Proyek Underpass Jatingaleh yang Lamban itu Dikerjakan Oleh PT Armada Hada
Graha

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Pengerjaan proyek underpass Jatingaleh di Kota


Semarang membuat sebagian masyarakat yang lewat di sekitar jalan tersebut gusar. Pasalnya,
kemacetan panjang acapkali terjadi dan mengakibatkan sejumlah mobil mogok mesin.
Berikut fakta-fakta seputar pengerejaan Proyek Underpass Jatingaleh:
 Proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Nilai proyek Rp 68 miliar.
 Dikerjakan oleh ontraktor asal Magelang, PT Armada Hada Graha.
 Total panjang 1,3 km target rampung pada 31 Juli 2017
 Pengerjaan dipastikan molor, diperkirakan molor dua bulan sehingga proyek kelar pada
bulan september 2017.
 Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi atau akrab disapa Hendi kecewa dan
menyebut kontraktor tersebut mengerjakannya lamban.
 Hendi menyebut kontraktor tersebut alatnya banyak, tapi pekerjanya sedikit.
 Saat ditinjau malam hari di lokasi proyek oleh Hendi, jumlah pekerja yang bekerja hanya
sedikit.
 Pengerjaan proyek yang lamban ini mengakibatkan Hendi terkena bully dari masyarakat.
 Karena ditemukan mata air di bawah flyover Gombel maka ada perubahan desain
pengerasan underpass yang semula aspal diubah dengan pengerasan cor beton.

Tiba-tiba Muncul Mata Air di Bawah Flyover Gombel


TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kepala Satker Pelaksanaan Jalan Nasional
Metropolitan Semarang, Danang Triwibowo mengatakan menjelang akhir pekerjaan
ditemukan mata air di sisi bawah flyover Gombel sehingga diperlukan perubahan desain.
"Sebelumnya tidak diketahui ada mata air. Adanya mata airtersebut maka yang semula jalan
underpass menggunakan aspal diubah perkerasan jalan dengan cor beton. Selain itu juga ada
perubahan drainase untuk mengelola air di sana sehingga tidak membahayakan konstruksi,"
ujarnya.
Perubahan desain ini dianggap sebagai kondisi force majeur sehingga membutuhkan waktu
penyelesaian hingga akhir September.
"Karena perubahan desain tersebut, kontraktor tidak dikenakan sanksi sampai batas waktu
yang ditentukan. Kalau melebihi akhir September baru dikenakan sanksi administrasi,"
tandasnya.
Danang berharap masyarakat untuk bersabar selama proses pengerjaan. Pihaknya telah
melakukan percepatan pengerjaan dengan menambah jam kerja, tenaga kerja, dan peralatan.
"Kami upayakan percepatan jadi mohon masyarakat bersabar dengan kemacetan yang
ditimbulkan," ujarnya.
Saat ini sudah dilakukan pengaspalan di flyover Ksatrian. Danang menargetkan flyover
Ksatrian dan Gombel selesai dalam waktu sebulan sehingga bisa digunakan.
"Arus kendaraan terhubung flyover Ksatrian dan Gombel jadi harus selesai bersamaan. Meski
underpass Gombel belum selesai diharapkan flyover Ksatrian dan Gombel sudah bisa
digunakan sehingga dapat mengurai kemacetan," ujarnya.(tribunjateng/cetak/gpe)

Jumlah Penumpang BRT Semarang Turun 20.000 per Bulan Terdampak Proyek
Underpass Jatingaleh

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pembangunan Underpass Jatingaleh juga


berdampak pada pendapatan BRT Trans Semarang di Koridor II. Hal ini karena penumpang
terlalu lama menunggu bus karena interval (headway) antar bus molor sehingga lebih
memilih moda transportasi lain.
"Apalagi sekarang ini sudah banyak jasa transportasi online," ujarnya.
Pada awal 2017, jumlah penumpang di koridor II pada Januari sebanyak 196.469 penumpang,
dengan rata-rata penumpang per hari 6.337 penumpang. Sedangkan pada Juli lalu, total
penumpang sebanyak 175.525 orang dengan rata-rata per hari 5.662 penumpang.
Artinya, kata Ade, ada penurunan sekitar 20.000 penumpang per bulan jika dibandingkan
dengan awal 2017.
"Sebenarnya selain terdampak pembangunan underpass jatingaleh, jumlah penumpang Trans
Semarang yang cenderung menurun juga karena imbas dari beroperasinya Trans Jateng,"
ujarnya.
MOLOR - Proyek pengerjaan Underpass Jatingaleh terus dikebut. Target penyelesaian Jalan
Nasional Metropolitan Semarang itu molor dari target 31 Juli 2017. FOTO diambil 1 Agustus
2017, tampak proyek belum selesai dan pengendara mengeluh karena macet parah.
Ade mengatakan headway antar bus terganggu akibat kemacetan dan molornya pembangunan
underpass Jatingaleh. Idealnya ketika dilepas dari pool, jarak antar bus adalah 10 menit,
kecuali pagi diatur lima menit sekali bus jalan.
"Karena harus lewat Jatingaleh mau tidak mau setelah terlepas dari kemacetan Jatingaleh, bus
harus mengejar jarak dengan bus di depannya, jarak antar bus bisa molor hingga 20 sampai
25 menit sekali," ujarnya.

Bahkan pernah headway sampai 35 menit. Hal ini terjadi ketika lalu lintas di Jatingaleh
benar-benar macet kendaraan tidak bisa bergerak. "Bus di depannya sudah sampai pool
Sisemut tetapi bus di belakangnya baru lepas dari kemacetan Jatingaleh," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan Semarang, Danang
Triwibowo mengatakan pekerjaan underpass Jatingaleh molor dari jadwal yang seharusnya
yakni 31 Juli 2017 menjadi September mendatang. Hal ini disebabkan menjelang akhir
pekerjaan ditemukan mata di sisi bawah flyover Gombel sehingga diperlukan perubahan
desain.
Kendala yang dihadapi saat ini yakni pembebasan lahan yang belum selesai
dan teknis penyambungan Pipa PDAM yang menghambat proses pengecoran.
Underpass Jatingaleh pengerjaannya terus dikebut.Tahapan pembangunan selanjutnya adalah
pelebaran jalan mulai traffic light Kaliwiru hingga Gombel.Pengerjaan proyek tersebut
terkendala masalah pembebasan lahan yang belum usai dan masalah teknis penyambungan
pipa PDAM yang menghambat proses pengecoran. Seluruh warga telah sepakat untuk
melepas dan mendapatkan ganti untung. Namun, ada sejumlah instansi yang masih
melakukan koordinasi internal untuk ganti untung lahan yang terkena proyek, ujarnya usai
tinjauan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.Proyek multi years pembangunan underpass
Jatingaleh dimulai sejak 2015 dengan dibiayai APBN.Total anggaran yang digelontorkan
sebesar 68,063 milyar rupiah dengan panjang penanganan 1,30 km dan jangka waktu
pelaksanaan ditargetkan selama 480 hari kalender.Pekerjaan pembangunan dibagi dalam 2
tahapan. Tahap I di tahun 2015 untuk pelebaran jalan dan jembatan Jatingaleh, sedangkan
tahap II di tahun 2016 ini adalah untuk pengerjaan underpass kesatrian dan gombel. Untuk
hambatan instalasi jaringan pipa PDAM, Walikota Semarang Hendrar Prihadi langsung
menghubungi Direktur Umum PDAM, Etty Laksmiwati agar secepatnya pipa dapat dialihkan
sehingga proyek underpass dapat berjalan maksimal.Intinya proyek dapat segera selesai,
mengenai kendala bisa disampaikan kepada Pemkot untuk di cari
solusinya. http://www.semarangpos.co.id/index.php/sosial-politik/715-kendala-
pembangunan-underpass-jatingaleh

Anda mungkin juga menyukai