Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 8, No. 1, hal. 47-52, 2011


ISSN 1412-5064

Produksi Aluminium Sulfat dari Kaolin dan Asam Sulfat Dalam


Reaktor Berpengaduk Menggunakan Proses Kering
M. Husin Ismayanda

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh – 23111
E-mail : mayanda@yahoo.com

Abstract

Aluminium sulphate is form by reacting alumina which contains in kaolin with sulphuric
acid solution in a stirred reactor. Reaction occurs in variance of different time and
temperature. The result of reaction is paste aluminium which will be extracted about 3
times using hot aquadest and consentration of aluminumanalized by titrimetric methode.
Time, temperature and ratio of sulphuric acid and kaolin in reaction have a lot effect to
conversion value result, while sulphuric acid concentration and speed of agitation are not
too effected. Process condition which is about to be good is temperature 180 oC, reaction
time 90 minutes, ratio of sulphuric acid and kaolin is 3:1, sulphuric acid concentration
65% and speed of agitation 350 rpm. Converted aluminum can reach 82%.

Keywords: Aluminum sulphate, Dry process, Kaolin, Sulphuric acid, Stirred reactor,

1. Pendahuluan memuaskan. Pengolahan lempung dengan


asam sulfat 81% pada titik didih normal
Aluminium sulfat [Al2(SO4)3] atau yang lebih larutan disertai dengan pengadukan selama
dikenal dengan tawas merupakan salah satu 10 jam, hanya dapat melarutkan 16% dari
bahan kimia yang sangat diperlukan baik jumlah aluminium yang ada dalam lempung
dalam industri pengolahan air. Kebutuhan (Agra, I B dan Munawar, 1963).
aluminium sulfat selama ini diimpor dari luar
negeri misalnya dari Singapura dan Australia Kaolin merupakan salah satu jenis tanah liat
dengan harga yang sangat mahal, sedang- yang bersifat menyerap air, yang merupakan
kan kebutuhannya cukup banyak. Industri hasil pelapukan dan diskomposisi batuan
yang menggunakan aluminium sulfat dianta- beku dan batuan metamorf yang komplek
ra- nya adalah industri kertas, industri kulit, akan aluminium silika. Kaolin merupakan
industri batik, industri tekstil, industri lempung yang berkualitas tinggi, warna
kosmetik dan industri bahan pemadam api putih keabu-abuan dan ditemukan sebagai
(Zakaria, 2003). Perkembangan penduduk endapan sedimenter. Menurut data pusat
Indonesia yang semakin pesat dan penggu- statistik (1995), di Provinsi Aceh terdapat
naan air semakin banyak, penggunaan cadangan kaolin yang cukup banyak, tidak
aluminium juga semakin banyak, Oleh kurang dari 450 juta ton. Lokasi
karena itu produksi aluminium sulfat sangat- ditemukannya cadangan ini menyebar di
lah penting untuk mengatasi kekurangan beberapa daerah, diantaranya Kabupaten
dan mengurangi import dari luar Negeri. Aceh Tenggara (Kecamatan Badar),
Kabupaten Gayo Lues (Kuta Panjang dan
Bahan baku yang digunakan untuk proses Blang Kejeren) dengan jumlah 448 juta ton,
pembuatan aluminium sulfat tersedia dalam Kota Sabang (Kecamatan Suka Karya dan
jumlah yang cukup besar di dalam negeri. Suka Jaya) dengan jumlah 2,88 juta ton,
Bahan Baku tersebut dapat dikelompokkan Kabupaten Aceh Tengah (Kecamatan Silih
menjadi dua, yaitu sumber aluminium dan Nara) dan Kabupaten Aceh Barat (daerah
sumber sulfat. Namun para industriawan dan Krueng Seunangan). Mengingat banyaknya
ilmuan berlomba-lomba mencari bahan baku kaolin yang belum dimanfaatkan di Aceh dan
yang baru atau proses pembuatan yang banyaknya kebutuhan kaolin untuk
lebih efisien. Umumnya aluminium sulfat keperluan industri aluminium sulfat, maka
dibuat dari bauksit dan asam sulfat dengan perlu dilakukan suatu kajian yang mendalam
dipanaskan selama 15-20 jam. Bahan galian tentang pemprosesan kaolin menjadi produk
yang mengandung aluminium juga telah aluminium sulfat ( tawas)
dicoba sebagai bahan baku. Diantaranya
yaitu kaolin, mika, dan lempung yang sudah Pada tahun 1975, Ida Bagus Agra dan
pernah diteliti untuk diambil aluminiumnya Sugianto telah melakukan penelitian tentang
dengan jalan direbus memakai larutan asam pembuatan aluminium sulfat dari kaolin dan
sulfat, namun ternyata hasilnya kurang asam sulfat dengan proses kering,
M.H. Ismayanda /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 8 No. 1
48

menggunakan kaolin yang bersumber dari Tahap I (menentukan N EDTA)


Jawa Barat. Hasil dari penelitian tersebut, Diambil 3 gram EDTA dimasukkan ke dalam
dimana kondisi optimum proses yang gelas kimia, kemudian ditambahkan 200 ml
dihasilkan yaitu temperatur 170 oC, waktu aquadest, diaduk hingga larut sempurna
90 menit, konsentrasi H2SO4 60%, rasio dengan menggunakan magnetic stirrer.
asam sulfat dan kaolin 3:1, dengan nilai Tahap II (mencari konsentrasi Al)
konversi 73,23%. Perbedaan karakteristik Diambil 5 gramAl2(SO4)3diencerkan sampai
dari bahan baku yang digunakan dapat volume 75 ml, dimasukkan ke dalam
mempengaruhi nilai konversi yang diperoleh, Erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 15 ml
dimana kadar Al2O3 dari kaolin yang NaOH 1 Ndan diaduk hingga larut
bersumber dari Jawa Barat hanya sebesar sempurna.Diambil sebanyak 5 ml larutan
24,54% sedangkan kadar Al2O3 dari kaolin tersebut dan ditambahkan indikator EBT
yang bersumber dari Jaboi, Kota Sabang (Indikator Eriocrom Black T).kemudian
adalah sebesar 38%. dititrasi dengan EDTA hingga berubah warna
menjadi abu-abu. Dicatat volume titrasi,
Berdasarkan teori ini, penulis mencoba dilakukan sebanyak 3 kali.
mengkaji proses pembuatan aluminium
sulfat dengan menggunakan kaolin yang 2.3 Penentuan Derajat Keasaman
bersumber dari Jaboi, Kota Sabang Provinsi
Aceh yang termasuk jenis kaolin hidrotermal Derajat keasaman aluminium sulfat yang
dengan asam sulfat sebagai pelarutnya diperoleh diukur dengan menggunakan pH
dengan menggunakan proses kering. meter yang terlebih dahulu dikalibrasikan.
Diambil 1,5 gramAl2(SO4)3 diencerkan
2. Metodologi sampai volume 75 ml dengan menggunakan
aquadest, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
2.1. Prosedur Penelitian dan diukur pH larutan tersebut. pH larutan
yang diperoleh akan terbaca pada pH meter.
Kaolin yang masih dalam bentuk bongkahan
dikeringkan sampai kadar airnya menurun. 3. Hasil dan Pembahasan
Kemudian dimasukkan ke dalam ball mill
hingga ukuran partikel kaolin melewati Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
ayakan 250 micron. Dipanaskan gelas kimia dibahas pengaruh beberapa variabel
kosong hingga kering dan bersih, kemudian terhadap konversi aluminium sulfat yang
dituangkan kaolin dan asam sulfat ke dalam dihasilkan sebagai berikut.
gelas kimia tersebut secara bersamaan
sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer 3.1 Pengaruh Temperatur Reaksi
agar bercampur sempurna dan terjadi reaksi
kimia. Diukur temperatur larutan dengan Pengaruh temperatur reaksi terhadap
menggunakan termometer dengan cara konversi aluminium sulfat diperlihatkan pada
mengontrol temperatur pada layar hot plate Gambar 1. Terlihat bahwa konversi
dan dipertahankan agar temperatur tetap aluminium sulfat bertambah dengan cepat
konstan. Proses dihentikan dan diperoleh seiring dengan meningkatnya waktu dan
pasta aluminium sulfat.Pasta tersebut temperatur reaksi, dimana konversi terbaik
selanjutnya diekstraksi dengan air panas, diperoleh pada temperatur 180oC pada
untuk melarutkan aluminium sulfat yang waktu 90 menit (82%) dengan konsentrasi
terbentuk, kemudian dimasukkan ekstrak asam sulfat 65%, rasio H2SO4 dan Kaolin 3:1
yang diperoleh ke dalam cawan porselin dan dan kecepatan putaran pengaduk 350 rpm.
dikeringkan pada temperatur 110 oC selama Semakin lama waktu reaksi maka konversi
24 jam. Padatan yang diperoleh diencerkan aluminium sulfat akan semakin tinggi. Hal ini
hingga kadar tertentu untuk keperluan terjadi karena semakin lama waktu reaksi
analisa.Kemudian ditentukan derajat maka akan semakin banyak aluminium pada
keasaman larutan dengan mengguna-kan pH kaolin yang dapat dilarutkan oleh asam
meter. sulfat. Selain itu semakin tinggi temperatur
reaksi maka konversi aluminium sulfat yang
2.2 Prosedur Analisa Produk dihasilkan juga akan semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan semakin meningkatnya
Aluminium yang terlarut dianalisa dengan kecepatan reaksi pada saat temperatur
cara titrasi. Larutan standar yang digunakan dinaikkan. Namun, ketika waktu reaksi akan
pada analisa ini adalah EDTA (Ethilen mencapai 120 menit maka kenaikan
Diamine Tetraacetic Acid). Prosedurnya konversi menjadi tidak signifikan, bahkan
adalah sebagai berikut : menurun, hal ini disebabkan karena molekul
kaolin yang bereaksi dengan asam sulfat
M.H. Ismayanda /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 8 No. 1
49

mulai berkurang sehingga reaksi dianggap perbandingan zat pereaksi yang rendah
sudah mulai seimbang. (1:1), hasil aluminium sulfat yang terlarut
hanya sedikit, karena jumlah asam sulfat
3.2 Pengaruh Rasio Asam Sulfat dan yang tersedia tidak cukup untuk bereaksi
Kaolin (H2SO4 : Al2O3) dengan semua aluminium yang ada pada
kaolin, sehingga dalam jangka waktu reaksi
Peningkatan rasio asam sulfat dan kaolin yang tersedia, 140 menit, reaksi tidak dapat
mengakibatkan konversi bertambah besar, berlangsung lagi dan reaksi dihentikan
seiring dengan lamanya waktu reaksi, hal ini sebelum temperatur reaksi mencapai 180oC.
disebabkan oleh makin banyaknya asam Dari grafik terlihat bahwa rasio asam sulfat
sulfat yang menyerang aluminium yang ada dan kaolin 3:1 merupakan hasil yang paling
dalam kaolin, sehingga konsentrasi asam baik. Grafik hubungan konversi terhadap
sulfat yang besar akan mudah melarutkan rasio H2SO4 : Al2O3 pada berbagai waktu
aluminium yang ada pada kaolin. Pada reaksi dapat dilihat pada Gambar 2.

90
80
70
Konversi (%)

60
50
130 °C
40
150 °C
30
170 °C
20
178 °C
10 190 °C
0
0 50 100 150 200

Waktu (menit)
Gambar 1. Hubungan Antara Waktu Reaksi (T) Dengan Konversi Aluminium Pada Berbagai Temperatur
Operasi (H2SO4 65%; Rasio H2SO4 dan Kaolin 3:1; Kecepatan Putaran Pengaduk 350 rpm)

90

80

70
Konversi (%)

60

50

40

30 Rasio 3:1

20 Rasio 2:1
Rasio 1:1
10

0
0 50 100 150 200
Waktu (menit)

Gambar 2. Grafik Hubungan Konversi Terhadap Rasio H2SO4 : Al2O3 Pada Berbagai Waktu Reaksi (H2SO4
65%; T 180 OC; Kecepatan Putaran Pengaduk 350 Rpm)
M.H. Ismayanda /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 8 No. 1
50

3.3 Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat oleh asam sulfat yang banyak sekali, tetapi
sebaliknya pada bagian yang lain asam
Konversi aluminium terlarut meningkat sulfat tidak ada sama sekali. Hubungan
seiring dengan meningkatnya konsentrasi konversi terhadap konsentrasi asam sulfat
asam sulfat. Tetapi apabila konsentrasi pada berbagai waktu reaksi dapat dilihat
asam sulfat tersebut terlalu tinggi, konversi pada Gambar 3. Konsentrasi asam sulfat
malah menurun, karena cairan yang sangat bukanlah merupakan faktor yang amat
kecil volumenya tidak mampu melarutkan penting.Sebab perbedaan konversi yang
seluruh permukaan serbuk kaolin, sehingga diperoleh tidak besar, meskipun konsentrasi
pencampuran tidak dapat berjalan dengan asam sulfat diubah-ubah dari 25% sampai
baik, hal ini disebabkan karena pada salah 65%.Kadar asam sulfat yang baik berkisar
satu tempat butir-butir kaolin diselubungi sekitar 65%.

90

80

70
Konversi (%)

60

50

40
Asam Sulfat 65%
30 Asam Sulfat 45 %

20 Asam Sulfat 25%

10

0
0 50 100 150 200
Waktu (menit)

Gambar 3. Hubungan Konversi Terhadap Konsentrasi Asam Sulfat Pada Berbagai Waktu Reaksi (T 180 oC;
Rasio H2SO4 Dan Kaolin 3:1; Kecepatan Putaran Pengaduk 350 Rpm)

90

80

70
Konversi (%)

60

50

40 175 rpm
30 350 rpm
20
700 rpm
10

0
0 50 100 150 200
Temperatur (0C)

Gambar 4 Hubungan Konversi Terhadap Kecepatan Putaran Pengaduk Pada Berbagai Temperatur Reaksi
(H2SO4 65%; Waktu 90 Menit; Rasio H2SO4 Dan Kaolin 3:1)
M.H. Ismayanda /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 8 No. 1
51

3.4 Pengaruh Pengadukan reaksi dengan temperatur 180oC, waktu 90


menit, dan putaran pengaduk 350 rpm.
Hubungan kecepatan putaran pengaduk Derajat keasaman (pH) produk aluminium
terhadap konversi pada berbagai waktu sulfat yang dihasilkan pada penelitian ini
reaksi terlihat pada Gambar 4. Pengaruh adalah sebesar 3,15 hingga 3,2.
pengadukan disini erat hubungan-nya Bahan baku kaolin yang berasal dari Jaboi,
dengan sistem pendispersian butir padatan Kota Sabang dapat dibuat produk yang
ke dalam cairan. Pendispersian butir kaolin lebih berdaya guna serta mempunya nilai
ke dalam asam sulfat dengan cara ekonomi yang lebih tinggi menjadi
pengadukan dapat meningkatkan luas aluminium sulfat.
kontak dan memperbesar tumbukan antara
molekul-molekul dalam kaolin dan asam Daftar Pustaka
sulfat, sehingga semakin besar pengadukan
maka nilai konversi yang diperoleh akan Ade,S.H.,dan Legius, P., (2005),
semakin besar pula, namun apabila “Pengembangan Teknologi Proses
kecepatan putaran pengaduk terlalu besar, Pengolahan Gypsum Kalsinasi”, Jurnal
nilai konversi malah menurun, hal ini Saint dan Teknologi, BPPT, Jakarta.
disebabkan karena pengadukan yang terlalu Agra, I. B., dan Munawar., (1963),
besar dapat mengakibatkan terbentuknya Ekstraksi Aluminium dari Lempung,
flok yang kemungkinan memudahkan Universitas Gajah Mada, Jogyakarta.
terjadinya penggumpalan sehingga reaksi Agra, I. B., dan Sugianto., (1975),
tidak dapat berlangsung dengan baik. Pembuatan Aluminium Sulfat dari
konversi yang paling baik yaitu pada Kaolin dan Asam Sulfat dengan
kecepatan putaran pengaduk 350 rpm. Proses Kering, Universitas Gadjah
Mada, Yogjakarta.
3.5 Derajat Keasaman (pH) Produk Bisri, U., dan kunrat, T.S., (1991), Bahan
Aluminium Sulfat Galian Industri Gipsum, Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum Pusat
Pada penelitian ini, derajat keasaman Pengembangan Teknologi Mineral,
produk aluminium sulfat dihitung dengan Bandung.
menggunakan pH meter, berdasarkan Day, R. A., dan Underwood,A.L.,(2001),
pengukuran, pH aluminium sulfat yang Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
diperoleh pada penelitian ini adalah berkisar Jakarta.
antara 3,15 hingga 3,2 (Tabel 3.1). Dari Geankoplis, C. J., (1993), Transport Pro-
literatur diperoleh pH standar dari produk cesses and Unit Operation, 3rd Ed,
aluminium sulfat adalah sebesar 2,6 hingga Prentice Hall of India, New Delhi.
3,3. pH produk aluminium sulfat pada Khopkar, S. M., (2002), Konsep Dasar
penelitian ini mendekati pH aluminium Kimia Analitik, Universitas Indonesia,
sulfat pada umumnya. Jakarta.
Othmer, K., (2004), Encyclopedia of Che-
Tabel 1. Nilai pH untuk tiap-tiap temperatur mical Technology, Fifth Edition vol.2,
dengan kondisi operasi optimum A-Wiley Interscience Publication, New
(H2SO4 65%; Rasio 3:1; 350 Rpm; Jersey.
Waktu Reaksi 90 Menit)
Perry, R. H., (1984), Chemical Engineer’s
Konversi (%) Derajat Keasaman
Hand Book, Edisi keenam, Mc.Graw-
(pH) Hill Book, New York.
52,69 3,17 Sianipar, J., (2004), Pemakaian Alum Sulfat
60,82 3,19 pada Water Treatment dengan Variasi
79,70 3,18 Beberapa Koagulant, Fakultas Teknik
82 3,2 Universitas Syiah Kuala, Darussalam,
76,42 3,15 Banda Aceh.
Stratton, and Winkler.,(1982), Active
Carbon from Hydrocarbonad Chlorine,
4. Kesimpulan Industrial Engineering of Chemicals.
Suryati., (1995), Pemucatan Minyak Kelapa
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Sawit dengan Menggunakan Kaolin
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu Kodya Sabang yang telah Diaktivasi,
Konversi aluminium terlarut yang terbaik Fakultas Teknik Universitas Syiah
pada reaksi antara kaolin dan asam sulfat Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
diperoleh sebesar 82% yaitu pada kondisi Vogel, A. I., (1953), A Textbook of Quanti-
tative Inorganic Analysis, 2nd Ed”,
M.H. Ismayanda /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 8 No. 1
52

Longmans, Green and Co., Ltd., Fakultas Teknik Universitas Syiah


London. Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Zakaria, B. R., (2003), Skripsi, Konversi
Bauksit menjadi Aluminium Sulfat,
M.H. Ismayanda /Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 8 No. 1
53

Anda mungkin juga menyukai