Anda di halaman 1dari 16

Materi Ujian Tertulis Open Recruitment

GIBEI FEUA 2018

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang
yang bisa diperjual-belikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, maupun instrumen lainnya.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan
sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Manfaat keberadaan pasar modal:
1. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus
memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi
3. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah
4. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek
5. Keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat
6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang
(jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai
instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal
sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran umum dan perdagangan efek, Perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek.Selain itu juga diatur dalam PP 45 tahun 1995 dan PP 46 tahun 1995.PP 45 mengatur penyelenggaraan
pasar modal dan PP 46 mengatur pengawasan penyelenggaraan pasar modal.
Sebagian masyarakat menganggap bahwa produk pasar modal (saham) sama dengan produk
pasar berjangka (forex atau valas), namun sesungguhnya pasar modal berbeda dengan bursa
berjangka, berikut perbedaan yang dimaksud adalah sebagai berikut;
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun
2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Ketua dewan komisioner saat
ini adalah Wimboh Santoso
Tujuan OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan:
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Fungsi OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Tugas OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan
terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB.

Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk
perdagangan efek. Pada saat ini, di Indonesia ada 1 bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah lembaga yang menyelenggarakan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi Bursa. Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LKP adalah
PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) adalah lembaga yang menyelenggarakan
kegiatan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain. Lembaga yang
memperoleh izin usaha sebagai LPP adalah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

JENIS – JENIS PASAR YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODAL


1. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah tempat dimana efek-efek diperdagangkan untuk pertama kalinya
sebelum dicatatkan di bursa efek. Di sini, saham dan efek lainnya untuk pertama kali ditawarkan
kepada investor oleh pihak penjamin emisi (underwriter) melalui perantara pedagang efek
(broker). Dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau instansi-instansi terkait baik
pemerintah maupun swasta (nasional dan asing), perusahan dapat memperoleh dana yang
dibutuhkannya. Mekanisme ini dikenal dengan nama penawaran umum atau sering dikenal dengan
istilah go public. Untuk go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan
dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go publik atau penawaran umum, serta memenuhi
semua persyaratan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Proses penawaran umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan sebagai berikut:
i. Tahap Persiapan.
Pada tahap ini, perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam
rangka penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, emiten akan melakukan
penunjukkan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar, yaitu:
a. Penjamin Emisi (Underwriter), merupakan pihak yang membantu emiten menyiapkan
berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas
penerbitan.
b. Akuntan Publik (Auditor Independen), bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas
laporan keuangan calon emiten.
c. Penilai, untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan
nilai wajar dari aktiva tersebut.
d. Konsultan Hukum, untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).
e. Notaris, untuk membuat akta – akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian –
perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen – notulen rapat.
ii. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan
pendaftaran kepada OJK hingga OJK menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif.
iii. Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham
kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen
penjual yang telah ditunjuk. Masa Penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja. Perlu
diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahapan ini. Misal, saham
yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin dibeli seluruh
investor berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak mendapatkan saham pada pasar
perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham
dicatatkan di Bursa Efek.
iv. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di
Bursa Efek Indonesia.

2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah pasar dimana efek – efek yang telah dicatatkan di bursa efek
diperjual-belikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli
atau menjual efek – efek yang tercatat di bursa setelah terlaksananya penawaran umum (IPO) di
pasar perdana. Di pasar ini, efek – efek diperdagangkan dari satu investor ke investor lainnya.

INSTRUMEN PASAR MODAL


Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal berbentuk surat-surat berharga yang dapat
diperjual-belikan kembali oleh pemiliknya, baik insrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan
maupun yang bersifat hutang. Instrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan diwujudkan dalam
bentuk saham, sedangkan yang bersifat hutang diwujudkan dalam bentuk obligasi. Adapun jenis-jenis
instrumen pasar modal yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Saham (Stock)
Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya, si pemilik saham
merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, makin besar pula
kekuasaannya di perusahaan tersebut. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar
keuangan yang paling populer.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki hak klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki
saham:
a. Dividen
Dividen merupakan bagi hasil yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang
dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai
artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah
rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham
yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
b. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk
dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli
saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500
per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk
setiap saham yang dijualnya.

Sebagai instrument investasi, saham juga memiliki resiko sebagai berikut:


a. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham
lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT.ABCD yang di beli dengan harga Rp 2.000,-
per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp
1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada
harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham

b. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan
tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas
terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut,
maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika
tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh
hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham.
Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti
perkembangan perusahaan.

Jenis – Jenis Saham:


a. Saham Biasa (Common Stock)
Merupakan jenis efek yang paling sering digunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari
masyarakat, dan juga jenis yang paling populer di pasar modal. Jenis ini memiliki
karakteristik seperti:
 Hak klaim terakhir atas aktiva perusahan, jika mengalami likuidasi
 Hak suara proporsional dalam RUPS
 Hak memperoleh dividen setelah disetujui di RUPS
 Hak memesan efek terlebih dahulu (Right Issue)
b. Saham Preferen
(Preferred Stock)
Memiliki karakteristik
sebagai berikut:
 Pembayaran dividen dalam jumlah tetap
 Hak klaim lebih dahulu dibandingkan saham biasa, jika perusahaan
dilikuidasi
 Dapat dikonversikan menjadi saham biasa

Fraksi Harga Saham


Fraksi harga saham merupakan rentang perubahan harga saham dalam satu
saat. Dalam melakukan transaksi jual dan beli saham jumlah kelipatan maksimal
penawaran dan permintaan tidak sembarangan begitu saja. Agar ada keseragaman
maka dibentuk prosedur prosedur yang ditentukan oleh bursa efek indonesia Besar
kecilnya fraksi harga saham tergantung dari harga saham yang diperdagangkan,
semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula fraksi harga saham.

Permintaan dan penawaran saham yang pada akhirnya membentuk harga


saham terjadi karena adanya banyak faktor. Secara garis besar, faktor
tersebut meliputi faktor fundamental dan faktor teknikal, sebagai berikut;

a. Faktor Fundamental
Faktor fundamental meliputi faktor ekonomi dan non ekonomi baik
secara global maupun nasional, kondisi industri, sampai dengan kondisi
spesifik perusahaan seperti laporan keuangan, manajemen, dan
sebagainya yang dipergunakan untuk memprediksi pergerakan harga
saham di masa yang akan datang.
b. Faktor Teknikal
Faktor teknikal menggunakan data historis harga saham perusahaan
di masa lalu untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang.
2. Obligasi (Bond)
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindah-tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok
utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu :
a. Dilihat dari sisi penerbit
b. Dilihat dari sistem pembayaran bunga
c. Dilihat dari hak penukaran / opsi
d. Dilihat dari nilai nominal
e. Dilihat dari

perhitungan imbal hasil

Karakteristik Obligasi :

 Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan
diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
 Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang
obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah
setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual
prosentase.
 Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari
sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu
1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih
kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam
waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi,
semakin tinggi Kupon / bunga nya.
 Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi.
Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan
pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk)
dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
Sebagaimana saham, obligasi sebagai instrumen investasi juga memiliki resiko, yaitu:
1. Gagal bayar (default)
Kegagalan dari emiten untuk melakukan pembayaran bunga serta hutang pokok pada
waktu yang telah ditentukan, atau kegagalan emiten untuk memenuhi ketentuan lain
yang telah ditetapkan dalam kontrak obligasi.

2. Capital Loss
Capital loss terjadin ketika penjual obligasi di pasar sekunder menjual obligasinya
dengan diskon atau dengan nilai jual yang lebih rendah dari nilai nominal.
3. Callability
Sebelum jatuh tempo, emiten mempunyai hak untuk membeli kembali obligasi yang
telah diterbitkan. Obligasi ini biasanya akan ditarik kembali pada saat tingkat suku
bunga secara umum turun. Jadi, pemegang obligasi yang memiliki persyaratan
callability (Callable Bonds) berpotensi merugi apabila suku bunga menunjukan
kecenderungan menurun, dan emiten membeli kembali obligasi tanpa memberikan
premium.

3. Reksadana (Mutual Fund)


Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam
portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Reksa dana merupakan salah satu alternatif
investasi bagi masyarakat, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki
banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)
didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi. Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama,
adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam
portofolio efek, dan Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan
demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana merupakan dana bersama para pemodal,
sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana
tersebut.
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan,
Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:
 Risko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga
dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio
Reksa Dana tersebut.
 Risiko Likuiditas. Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi
jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas
unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang
tunai atas redemption tersebut.
 Risiko Wanprestasi. Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul
ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak
segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan
saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang
terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana
alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.

Dilihat dari portfolio investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:


1. Reksa Dana Pasar Uang (Moner Market Funds). Reksa Dana jenis ini hanya
melakukan investasi pada Efek bersifat Utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu)
tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds). Reksa Dana jenis ini
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek
bersifat Utang. Reksa Dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana
Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds). Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-
kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena
investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis Reksa
Dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds). Reksa Dana jenis ini melakukan
investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang.
MEKANISME PERDAGANGAN

Jam Perdagangan

Perdagangan Efek di Pasar Reguler, Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi dilakukan
selama jam perdagangan setiap Hari Bursa dengan berpedoman pada waktu JATS.
Jam Perdagangan Pasar Reguler:

Hari Sesi I Sesi II


Senin – Kamis Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00 Pukul 13:30:00 s/d 15:49:59
Jumat Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00 Pukul 14:00:00 s/d 15:49:59

Jam Perdagangan Pasar Tunai:

Hari Waktu
Senin – Kamis Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00
Jumat Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00

Jam Perdagangan Pasar Negosiasi:

Hari Sesi I Sesi II


Senin – Kamis Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00 Pukul 13:30:00 s/d 16:15:00
Jumat Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00 Pukul 14:00:00 s/d 16:15:00

Untuk Pasar Reguler menggunakan sesi Pra-pembukaan, Pra-penutupan dan Pasca Penutupan
yang dilakukan setiap hari Bursa dengan jadwal sebagai berikut:

Pra Pembukaan :

Waktu Agenda
08:45:00 - 08:55:00 WIB Anggota Bursa Efek memasukan penawaran Jual dan atau
permintaan beli
08:55:01 - 08:59:59 WIB JATS melakukan proses pembentukan Harga Pembukaan dan
memperjumpakan penawaran jual dengan permintaan beli
pada Harga Pembukaan berdasarkan price dan time priority

Pra-penutupan dan Pasca Penutupan:


Sesi Waktu Aktivitas
Pra-penutupan 15:50:00 s.d. 16:00:00 Anggota Bursa Efek
memasukan penawaran Jual
dan atau permintaan beli
16:00:01 s.d. 16:04:59 JATS melakukan proses
pembentukan Harga
Penutupan dan
memperjumpakan penawaran
jual dengan permintaan beli
pada Harga Penutupan
berdasarkan price dan time
priority
Pasca Penutupan 16:05:00 s.d. 16:15:00 Anggota Bursa Efek untuk
memasukkan penawaran jual
dan atau permintaan beli
pada Harga Penutupan, dan
JATS memperjumpakan
secara berkelanjutan
(continuous auction) atas
penawaran jual dengan
permintaan beli untuk Efek
yang sama secara
keseluruhan maupun
sebagian pada Harga
Penutupan berdasarkan time
priority

Jam Perdagangan Derivatif - Kontrak Opsi Saham (KOS):

· Senin s.d Kamis :


– Sesi I 09:30 - 12:00 Waktu JOTS
– Sesi II 13:30 - 16:00 Waktu JOTS

· Jumat :
– Sesi I 09:30 - 11:30 Waktu JOTS
– Sesi II 14:00 - 16:00 Waktu JOTS
 Exercise dan Automatic Exercise setiap Hari Bursa pukul 10:00 - 16:15 WIB

Jam Perdagangan Derivatif - Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE):


 Senin s.d Kamis:
– Sesi I 09:15 - 12:00 Waktu FATS
– Sesi II 13:30 - 16:15 Waktu FATS
 Jumat:
– Sesi I 09:15 - 11:30 Waktu FATS
– Sesi II 14:00 - 16:15 Waktu FATS
Mengapa perlu berinvestasi

1. Inflasi
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang secara umum. Contohnya harga beras pada
bulan Januari 2010 sebesar Rp5.500 per kilogram dan pada bulan Januari 2018 sebesar Rp9.450
per kilogram (sumber: www.finance.detik.com), artinya selama 8 tahun beras mengalami inflasi
sebesar 71.18%. Tidak dapat dipungkiri bahwa alasan utama seseorang dalam berinvestasi adalah
untuk menghadapi inflasi agar daya beli tidak menurun di masa yang akan datang.
2. Peningkatan nilai kekayaan
Selain untuk menghadapi inflasi, dengan berinvestasi maka kita akan dapat membuat uang bekerja
untuk kita tanpa harus bersusah payah terlibat di dalamnya dan bisa tetap fokus mengerjakan hal
lain sehingga anda dapat menikmati lebih banyak keuntungan di masa yang akan datang.
3. Ketidakpastian di masa yang akan datang
Albert Eisntein mengatakan bahwa satu-satunya yang pasti adalah ketidakpastian. Artinya tidak
ada satu hal pun di dunia ini yang pasti selain ketidakpastian itu sendiri, misalnya tiba-tiba
mengalami kecelakaan, mengalami sakit, atau rumah disita. Salah satu cara untuk menghindari
ketidakpastian di masa yang akan datang adalah melalui investasi baik itu untuk motif berjaga-jaga
maupun spekulasi.
4. Kebutuhan
Biaya kebutuhan pribadi maupun keluarga menjadi tantangan tersendiri terutama dengan semua
pengeluaran yang harus dilakukan seperti membayar listrik, air, kredit rumah, kredit mobil, dan
sebagainya. Dengan berinvestasi rutin saat ini maka kita akan mendapatkan hasil yang besar di
kemudian hari, dimana hasilnya bisa digunakan untuk membiayai semua kebutuhan tersebut.
5. Keinginan
Selain kebutuhan yang sudah pasti harus dipenuhi, kita juga memiliki keinginan-keinginan yang
mungkin ingin kita penuhi di kemudian hari seperti keinginan memiliki mobil, rumah, liburan ke luar
negeri, dan sebagainya. Apabila penghasilan kita pas-pasan, maka investasi adalah salah satu cara
agar keinginan-keinginan tersebut dapat terpenuhi di masa yang akan datang.

KAMUS ISTILAH

 Investasi : Penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan

 Konsumsi : Pembelian pemenuhan kebutuhan hidup yang dipakai dan akan habis atau
mengalami penyusutan sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya tidak dapat digunakan lagi.

 Tabungan : Kelebihan dana yang dimiliki setelah menggunakan pendapatannya untuk


kebutuhan konsumsi dalam jangka waktu tertentu.

 Investor : Pihak yang memiliki kelebihan dana


 Investasi Kekayaan Riil (real property) : Investasi yang dilakukan pada aset yang tampak
secara nyata seperti tanah, bangunan, dan yang secara permanen melekat pada tanah
termasuk apartemen, ruko, kondominium dan sebagainya.

 Investasi kekayaan pribadi yang tampak (tangible personal property) : Investasi yang
dilakukan pada benda – benda seperti emas, berlian, barang antik dan termasuk benda –
benda seni seperti lukisan dan lain – lain.

 Investasi Keuangan (financial investment) : investasi yang dilakukan pada surat berharga baik
yang ada di pasar uang (money market) seperti deposito, SBI, SBPU maupun surat berharga
di pasar modal (capital market) seperti saham, obligasi, dan berbagai bentuk surat berharga
pasar modal lainnya.

 Investasi Komoditas (commodity investment) : Investasi yang dilakukan pada komoditas dalam
artian barang seperti kopi, kelapa sawit dan lain – lain.

 Investasi langsung (direct investment) : investasi secara langsung kepda salah satu obyek
investasi

 Investasi tidak langsung (indirect investment) : investor tidak secara langsung menginvestasikan
dananya ke salah satu obyek investasi.

 Issuer : Pihak yang memerlukan dana.

 Efek Penyertaan (equity) : efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjadi
pemegang saham perusahaan yang menerbitkan efek tersebut. Efek yang termasuk
penyertaan antara lain saham biasa dan saham preferen.

 Efek Hutang: Efek dimana penerbitnya mengeluarkan atau menjual surat hutang dengan
kewajiban menebus kembali suatu masa nanti sesuai kesepakatan diantara para pihak.
Penerbit memberikan bunga atau kupon sesuai dengan kesepakatan di awal, pada periode –
periode yang sudah disepakati.

 Efek Derivatif : Efek turunan dari efek utama baik yang bersifat penyertaan maupun utang.
Efek yang termasuk penyertaan antara lain : waran, right, option, futures, forward, SWAP,
dan lain – lain.

 Limited Risk : Pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan ke
dalam perusahaan.

 Ultimate Control: pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan arah dan tujuan
perusahaan.

 Dividen : Keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang
dihasilkan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam
RUPS.
 HMETD : Hak memesan efek terlebih dahulu
 Residual Claim : pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian
hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa aset dalam proses likuidasi
perusahaan. Pemegang saham memiliki posisi yunior dibanding pemegang obligasi atau
kreditur.

 Capital Gain : Selisih antara harga beli dan harga jual yang terbentuk dengan adanya
aktivitas perdagangan

GALERI INVESTASI BEI FE – UA

Sejarah Galeri Investasi BEI FE - UA

 1999 – Pojok Bursa Efek Jakarta (Pojok BEJ) berdiri di Universitas Andalas sebagai organisasi
di bawah Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) jurusan Akuntansi FE Unand
 2007 – Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pojok BEJ berubah nama menjadi Pojok Bursa Efek Indonesia (Pojok BEI) dan menjadi salah
satu Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Fakultas (UMKF) di FE Unand
 2013 – Pojok BEI berubah nama menjadi Galeri Investasi BEI

Visi & Misi Galeri Investasi BEI

Visi : “Menjadi pusat informasi dan riset, pendidikan dan pelatihan, serta konsultasi dan investasi di
bidang pasar modal yang akan bermanfaat bagi dunia pendidikan”.

Misi : 1. Menyediakan referensi serta mengembangkan riset pasar modal melalui buku, publikas i,
statistik serta akses informasi melalui internet.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang pasar modal yang dapat
memberikan sumbangan berharga bagi dunia pendidikan.
3. Meneyediakan sarana konsultasi dan investasi di pasar modal bagi mahasiswa dan dosen
serta civitas academic Universitas Andalas.

Divisi Galeri Investasi BEI


1. Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Divisi ini mewadahi peningkatan pengetahuan dan kemampuan mengenai pasar modal.
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)
Divisi ini melakukan pengawasan terhadap kinerja anggota serta membina hubungan intern sesama
anggota.
3. Hubungan Masyarakat (Humas)
Divisi ini menjalin hubungan baik dengan pihak luar untuk menunjang kinerja Galeri Investasi BEI.
4. Keuangan dan Bisnis (Kubis)
Divisi ini mengatur financial serta memfasilitasi kegiatan kewirausahaan di Galeri Investasi BEI.
5. Kesekretariatan dan Perpustakaan (Sekrepus)
Divisi ini mengatur surat menyurat, arsip serta kepustakaan di Galeri Investasi BEI.
6. Trading and Marketing (Tradma)
Divisi ini memfasilitasi anggota maupun pihak luar yang ingin langsung terjun kedunia pasar modal.

Anda mungkin juga menyukai