Anda di halaman 1dari 19

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. PENDAHULUAN
Jembatan merupakan bangunan pendukung jalan yang sangat penting dalam menunjang
berfungsinya jaringan jalan secara optimal. penting sekali bahwa lalu-lintas di jalan raya beserta jembatan
terselengara secara lancar dan aman sehingga memungkinkan bergeraknnya kendaraan guna mengangkut
manusia maupun barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan cepat, lancar, tepat, efisien dan
ekonomis. Maka pembangunan Jembatan Margosari sangat diperlukan untuk terselengaranya Jaringan Jalan
secara Optimal. Lingkup dan Skup pekerjaan paket Pembangunan Jembatan Margosari ini yaitu :

1. Umum
a. Mobilisasi
b. Manajemen Mutu

2. Drainase

3. Pekerjaan Tanah
a. Galian Biasa
b. Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter
c. Galian Struktur dengan kedalaman 2-4 meter
d. Timbunan Biasa dari sumber Galian
e. Timbunan Pilihan darisumber Galian

4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

5. Perkerasan Non Aspal


a. Lapis Pondasi Agregat Klas A
b. Lapis Pondasi Agregat Klas B

6. Perkerasan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair
b. Lapis Perekat – Aspal Cair
c. Laston Lapis Aus (AC-WC)
d. Laston Lapis Antara Perata (AC-BC (L)

7. Struktur
a. Beton mutu sedang fc’30 Mpa lantai jembatan
b. Beton mutu sedang fc’20 Mpa
c. Beton mutu sedang fc’15 Mpa
d. Beton mutu sedang fc’10 Mpa
e. Penyediaan Unit Pracetak Gelagar Tipe I bentang 20,60 meter
f. Pemasangan Unit Pracetak Gelagar Tipe I bentang 20,60 meter
g. Beton Diafragma fc’30 Mpa termasuk pekerjaan penegangan setelah pengecoran
(post tension)
h. Pemasangan plat deck
i. Baja Prategang
j. Baja Tulangan U 32 Ulir
k. Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak diameter 450 mm
l. Pasangan Batu
m. Expansion Joint Tipe Asphaltic Plug, Fixed
n. Perletakan Elastomerik Jenis III (400x450x45)
o. Sandaran pipa diameter 3”+dudukan (Railling)
p. Papan Nama Jembatan
q. Pipa Drainase Baja diameter 2”
r. Pipa Penyalur PVC diameter 3”

8. Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor


a. Rambu Jalan Tunggal dengan Permukaan Pemantul Engineer Grade
b. Patok Pengarah
c. Kerb Pracetak Jenis 1 (Peninggi / Mountable)
d. Pasangan Batu Andesit
e. Kuncup melati
f. Pengecatan

9. Pekerjaan Harian
10. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Berikut ini kami berikan uraian metode pelaksanaan pekerjaan Pemeliharaan / Rehabilitasi
Jembatan Terwu, Cs untuk dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan pekerjaan dan menyelesaikan
seluruh pekerjaan dengan lebih sistimatis dari awal sampai akhir dan dapat dipertanggungjawabkan secara
teknis berdasarkan sumber daya yang kami miliki.

B. METODE PELAKSANAAN

Metode Pelaksanaan Pekerjaan ini kami buat sama untuk semua jembatan dalam paket ini.
Penyedia jasa / Kontraktor akan melaksanakan pembangunan ketiga jembatan tersebut sacara bersamaan
sesuai dengan Time Schedule yang kami buat apabila kondisi dilokasi pekerjaan memungkinkan.
1. Pekerjaan Persiapan

Langkah pertama yang dilakukan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan ini meliputi :
1.1 Mobilisasi
a. Melakukan pengadaan atau sewa kantor lapangan / Direksi Keet termasuk gudang
dan barak kerja. Mobilisasi alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
dan personil yang akan melaksanakan pekerjaan.

b. Pemasangan papan nama proyek. Papan nama dipasang pada


lokasi yang strategis, yang berisi tentang informasi keberadaan
proyek untuk diketahui secara umum, sebagai bentuk penggunaan
dana negara untuk pembangunan.
c. Melakukan pengukuran (survey lapangan) dan pematokan
dengan tujuan untuk menentukan titik duga / peil dari gambar
awal/desain, dimana hasil dari pengukuran dan pematokan ini
dijadikan dasar untuk perhitungan kuantitas awal (Rekayasa
lapangan/MC 0%).
d. Perhitungan Rekayasa Lapangan.
Rekayasa Lapangan / Field Engineering dilakukan pada saat periode
mobilisasi, memperbaiki setiap kesalahan dan perbedaan yang
mungkin terjadi, terutama yang berhubungan dengan elevasi dan
lokasi struktur jembatan sehingga dapat diketahui pekerjaan tambah
kurang yang mungkin terjadi.

1.2 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas


Pemasangan Rambu Keselamatan Kerja dan Peringatan.
Rambu kerja dan peringatan untuk mengatur lalu-lintas supaya lebih tertib, terhindar
dari kecelakaan, dan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan.

1.3 Pengamanan Lingkungan Hidup


Sebelum memulai semua jenis pekerjaan, Penyedia Jasa harus mengambil semua
langkah yang layak untuk melindungi lingkungan, baik di dalam maupun di luar
lapangan, jalan akses, termasuk base camp dan instalasi lain yang menjadi tanggung
jawab penyedia jasa dengan melaksanakan mitigasi kerusakan dan gangguan
terhadap manusia dan harta milik sebagai akibat dari polusi, kebisingan dan sebab-
sebab lain dari pengoperasiannya. Penyedia Jasa harus memastikan bahwa semua
pengaruh dari semua kegiatan tidak akan melampaui baku mutu lingkungan sesuai
peraturan yang berlaku. Cara-cara yang dilakukan untuk pengamanan lingkungan
hidup sesuai yang ditunjukkan dalam spesifikasi teknis.

1.4 Manajemen Mutu


Melaksanakan pengambilan sampel bahan untuk pengujian dan pembuatan Mix
Desain / Job Mix Formula dan pengujian berkala/pengetesan dilaksanakan pada saat
pekerjaan dilakukan serta metode pengujian sesuai dangan ketentuan yang
ditunjukkan dalam spesefikasi teknis.

2. Pelaksanaan Pekerjaan

2.1 Pekerjaan Galian


 Galian Biasa ,Galian Struktur 0-2 m, dan Galian Struktur 2-4 m
Setelah dilakukan pengukuran dilapangan dan telah ditentukan lokasi untuk dibuat
jembatan, maka segera dilakukan pekerjaan galian yang meliputi galian biasa dan
galian struktur (abutment jembatan). Pekerjaan ini dilaksanakan dengan
menggunakan excavator. Penggalian dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan
elevasi yang ditunjukkan dalam gambar rencana dan shop drawing.Pekerjaan
galian dilaksanakan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap bahan diluar
batas galian. Untuk pelaksanaan pekerjaan galian struktur, agar diperhatikan
dengan cermat elevasi galian / kemiringan sisi galian agar terhindar dari bahaya
longsor. Material hasil galian digusur atau disingkirkan menggunakan buldozer ke
tempat pembuangan disekitar jembatan.

2.2 Penyediaan dan Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak


diameter 450mm
Langkah pertama yaitu pekerjaan penyediaan tiang pancang. Setelah
penulangan dan perakitan acuan selesai segera dilakukan pengecoran. Sebelum
pengecoran beton kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua kotoran
maupun semua bahan lepas, dibasahi sampai merata dan diberi adukan semen
yang tipis. Mutu beton yang digunakan adalah fc’ 50 Mpa. Acuan tidak boleh
dibuka sekurang – kurangnya 7 hari setelah pengecoran agar memperoleh kuat
tekan minimum yang disyaratkan, maka pekerjaan ini dilaksanakan bersamaan
dengan pembongkaran struktur untuk mempersingkat waktu.
Langkah kedua yaitu pekerjaan pemancangan. Pekerjaan ini dilaksanakan
dengan menggunakan alat Pile Driver + Hammer kapasitas 2.5 ton. Kepala tiang
pancang baja dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel pada saat
pemancangan.
.

2.3 Lantai Kerja Abutment


Setelah pekerjaan pondasi bor beton selesai dan elevasi galian struktur telah
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam shop drawing, kemudian dihampar Material
Sirtu setebal 15 cm padat.Setelah itu dibuat lantai kerja dengan ketebalan10 cm
dengan menggunakan beton K-125 atau sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Lantai kerja dibuat seluas dasar abutment dan elevasi top lantai
kerja adalah sama dengan elevasi top elevasi tiang pancang yang telah dipotong
dan dikeluarkan tulangannya, yang berarti di atas pondasi bor beton tidak
dipasang lantai kerja, sehingga pondasi bor beton langsung menopang abutmen
atau pilar jembatan.

2.4 Pekerjaan Beton Bertulang Abutment


Tahapan Pengerjaan Abutment dan Pilar Jembatan kami uraikan berikut ini :
1. Mutu Baja Tulangan dan Beton sesuai yang ditunjukkan gambar rencana
atau shop drawing.
2. Pekerjaan footing dimulai dengan pemasangan begisting/acuan pada tiap
sisi samping footing.
3. Pemasangan tulangan untuk footing pilar dan abutment, dipasang sesuai
dengan dimensi dan jarak yang ada di gambar kerja, pada tiap pertemuan
anyaman tulangan dengan tulangan diikat dengan kuat menggunakan kawat
bendrat.Baja Tulangan harus dibersihkan dari kotoran, lumpur, oli, cat,
karat maupun kerak dan kotoran lainnya yang akan mengurangi atau
merusak pelekatan dengan beton. Tulangan ditempatkan akurat sesuai
gambar dan diikat kencang dengan kawat pengikat sehingga tidak bergeser
saat pengecoran. Simpul kawat pengikat diarahkan membelakangi
permukaan beton sehingga tidak terekpos Seluruh tulangan disediakan
sesuai panjang total, bilamana harus menyambung tulangan maka
penyambungan dengan tumpang tindih dengan minimum overlap 40 kali
diameter tulangan dan diberi pengait pada ujungnya. Penyambungan
tulangan ditempatkan pada posisi dengan gaya tarik yang seminimal
mungkin.
4. Tebal selimut beton perlu diperhatikan, dengan cara dipasang beton deck
(beton tahu) untuk mengganjal tulangan pokok.
5. Sebelum dilakukan pengecoran footing, tulangan untuk badanabutment
harus sudah ditanam/dirangkai didalam footing.
6. Pengecoran footing menggunakan beton ready mix. Perlu diingat bahwa
selama pelaksanaan pengecoran, beton dipadatkan dengan cara digetarkan
menggunakan alat penggetar mekanis/vibrator. Alat penggetar dimasukkan
dalam adukan beton dan alat penggetar tidak diperbolehkan berada pada
satu titik selama lebih dari 30 detik, kemudian alat penggetar ditarik
perlahan dan dimasukkan lagi, jarak paling sedikit 45 cm dari titik
sebelumnya. Ini penting dilaksanakan agar beton tidak keropos dan
didapatkan beton yang padat dan rapat.
7. Setelah beton footing sudah cukup keras dan kuat, dilanjutkan pembuatan
badan abutmen dan pilar, dilakukan pemasangan tulangan untuk badan
abutment dan pilar, dilanjutkan dengan pemasangan begisting/acuan untuk
badan pilar/abutmen.
8. Pengecoran badan abutment dikerjakan bertahap maksimal setinggi tidak
lebih dari 2 meter acuan utk menghindari kegagalan dari bekisting/acuan.
9. Pengecoran badan selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama hingga
sampai kepala abutment/pilar.
10. Pengecoran back wall (pada abutment) dan balok sandung dilakukan
setelah girder/galagar jembatan terpasang, hal ini untuk mempermudah
pelaksanaan erection gelagar.
11. Beton dirawat dengan cara menyiram secara periodik atau menyelimutinya
menggunakan bahan yang dapat menyerap air dan dibuat jenuh paling
sedikit selama 3 hari setelah pengecoran.
12. Setiap takaran beton dilakukan pengujian slump untuk mengetahui tingkat
kekuatan beton muda dan mengetahui tingkat kelecakannya/ workability.
13. Setiap pengecoran diambil minimal 6 sampel beton untuk dilakukan uji kuat
tekan, masing-masing untuk umur setelah 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Benda
uji dapat berupa kubus ataupun silinder.
14. Peralatan yang digunakan antara lain Concrete Pump, Vibrator, Truck Molen,
alat perata (blebes) dan alat bantu lainnya. Benda uji diambil dari truck
mixer sebelum dilakukan pengecoran. Benda uji dapat berupa kubus
ataupun silinder dan pengujian slump.

2.5 Pekerjaan Beton Bertulang Wingwall


Pembuatan wing wall dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengecoran
abutment. Atau setelah pengecoran abutment selesai, dengan syarat saat
pengecoran abutment pada posisi wing wall dipasang angkur sebagai ikatan
dengan jumlah dan diameter besi yang sama dengan yang dipakai untuk
penulangan wing wall itu sendiri. Mutu beton dan baja tungan untuk wing wall
sama dengan yang digunakan pada abutment

2.6 Penyediaan Unit Pracetak Gelagar


Secara umum pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dengan cara membeli dari
pabrik pracetak girder, berikut ini kami uraikan pembuatan dan stressing unit
gelagar.
I. Langkah-langkah pembuatan unit – unit beton pracetak :
a. Peralatan yang digunakan
- Concrete Vibrator
- Concrete Pump
- Truck Mixer
- Batching Plant
- Alat bantu lainnya

b. Pemasangan Baja Tulangan


- Potong dan tekuk baja tulangan menurut gambar dan standart detail,
selanjutnya dipasang ditempat balok girder akan dibuat.
- Tulangan yang dipasang sesuai gambar rencana, baik jenis, mutu, diameter
tulangan

c. Pemotongan dan Pemasangan Selongsong/tendon.


Pemasangan selongsong, angkur dan Grouth vent sedemikian rupa sehingga
posisi tendon yang dihasilkan akan sesuai dengan posisi yang telah ditetapkan
dalam gambar kerja. Setelah pembesian terpasang, mula- mula tulangan
penyangga (Support bar). Dipasang dengan mengikatnya (dengan kawat bendrat)
pada sengkang. Ketinggian / posisinya menurut profil kabel pada gambar kerja.
Jarak antara tulangan penyangga maximum 1 ( satu ) meter. Setelah
tulangan penyangga terpasang dengan benar, selongsong dipasang diatas
tulangan penyangga tersebut dan diikat dengan kawat bendrat ( tying wire ).
Karena selongsong dipasok dengan panjang tertentu ( biasanya dengan panjang
per batang 4 meter ),maka perlu dilakukan penyambungan.
Penyambungan selongsong menggunakan coupler berupa selongsong
dengan diameter yang lebih besar. Pita perekat ( masking tape ) digunakan
untuk menghindari masuknya air semen atau adukan beton ke dalam
selongsong.
Grout vent dipasang pada lokasi-lokasi seperti pada gambar kerja, kusus pada
daerah angkur mati tipe looped dan hubungannya dengan selongsong harus
dibalut dengan pita perekat ( dencyl tape ) sedemikian sehingga tidak bocor.
Anchorage Guides dipasang dengan posisi seperti yang ditentukan dalam shop
drawing, Bursting Steel dipasang pada posisi sebelum selongsong dihubungkan
dengan anchorage guides, Selongsong yang masuk ke dalam anchorage guides
harus rapi tidak boleh patah, kemudian dibalut dengan pita perekat (masking
tape) untuk menghindari masuknya air semen atau adukan beton ke dalam
selubung

d. Pembuatan begisting/acuan girder


Bahan yang digunakan :
- Mutiplek tebal 12 mm
- Kawat Baja
- Balok kayu.
- Paku
Bahan mutiplek yang dipakai harus memenuhi ketebalan yang disyaratkan
agar pada pelaksanaan pengecoran beton berjalan lancar, dan permukaan dalam
dilapisi dengan lilin untuk mengkasilkan permukaan yang halus.
Kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus digunakan untuk
permukaan beton terekspos. Gambar detil untuk seluruh perancah yang akan
digunakan harus dikirim ke direksi dan harus memperoleh persetujuan.
Acuan dapat dibuat dapat dari kayu atau pelat baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap air dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan
selama pengecoran, pemadatan dan perawatan. Acuan harus dibuat sedemikian
rupa agar dapat dibongkar tanpa merusak beton.

e.Pengecoran dengan Beton (Ready Mix)


Mutu beton harus sesuai dalam gambar dan harus mengirimkan contoh dari
seluruh bahan yang hendak digunakan dengan data pengujian yang telah
ditentukan. Data tersebut diserahkan secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan hingga data tersebut selalu tersedia.
Rancangan campuran harus dikirim untuk masing-masing mutu beton yang
diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai
dan harus memberitahu Direksi secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum
tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis
beton. Pada saat tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton
( seperti pipa atao selongsong ) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga
tidak bergeser pada saat pengecoran. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa
berhenti sampai dengan sambungan pengecoran Direksi harus hadir dan
menyaksikan. Sebelum pengecoran dimulai acuan harus dibasahi, seluruh acuan
konstruksi ( construction joint ) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai. Alat yang dipakai untuk memadatkan beton adalah vibrator dan
apabila cara pengecoran lokasinya tidak dapat dijangkau, maka harus digunakan
concrete pump.

II. Stressing Balok Unit Pracetak


Stressing Unit Pracetak Gelagar Tipe 1 dilakukan diluar lokasi jembatan.
Alat yang digunakan untuk pekejaan stressing adalah:
- Hydraulic Jack Pump
- Hydraulic
- Grout Pump .
- Alat bantu lainnya.
Pemasangan Baja Prategang (strand)
Strand dipotong dengan panjang yang telah memperhitungkan panjang
penarikan dan pengangkutan. Strand akan dimasukan kedalam selongsong.
Pemotong strand menggunakan gurinda pemotong (disc cutter dan cutting plate)
Penarikan Kabel (stessing)
Sebelum pelaksanaan penarikan kabel dilaksanakan , “proposal stressing “
yang meliputi perhitungan perpanjangan (extension), penentuan besarnya gaya
penarikan (jacking force) serta pembacaan tekanan (jacking prossure) akan
diajukan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari pihak direksi /
konsultan pengawas. Stressing baru dapat dilaksanakan apabila mutu beton telah
mencapai kekuatan awal yang disyaratkan oleh Pengawas. Stressing dilakakan
mengikuti gaya (jacking foece) yang telah ditentukan konsultan perencana atau
yang tertuang dalam gambar kerja. Gaya pada saat Stressing dikontrol dengan
membaca tekanan pada sistim hidrolik dan mengukur perpanjangan kabel yang
terjadi. Pencatatan perpanjang kabel dilakukan dilakukan pada setiap kenaikan
tekanan 1000 psi. perpanjangan yang terjadi di bandingkan dengan perhitungan
teoritis yang telah disiapkan sebelumnya (selisih antara pengukuran dan hasil
perhitungan yang wajar adalah lebih kurang 10 %)
Pekerjaan Grouting :
Setelah hasil stressing mendapat persetujuan dari pihak konsultan, maka
pekerjaan grouting baru dapat dilaksanakan. Awal dari pekerjaan grouting adalah
pemotongan kabel baja prategang (strand) yang berada pada angkur hidup.
Strand dipotong minimum 3 cm dari tepi luar baji (jaws).
Selanjutnya ancor block dengan strand yang telah dipotong ditutup dengan
adukan semen dan pasir untuk mencegah bocornya bahan grouting dari sela-sela
strand atau baji, ini disebut pathching. Setelah adukan patching keras, maka
pekerjaan grouting dapat dilaksanakan. Adukan grouting terdiri dari campuran
semen, air bersih dan groud admixture. Pada pelaksanaan pekerjaan grouting,
semen, air dan admixture diaduk dengan menggunakan Mixer, kemudian
dipompakan kedalam selongsong dengan Grout Pump. Bahan grouting di
pompakan masuk melalui grout inlet dan setelah cairan grout keluar pada grout
vent (grout outlet) maka kemudian grout outlet dan grout inlet ditutup dengan
cara mengikat dengan kawat, dan pekerjaan grouting selesai.

2.7 Pemasangan Unit Pracetak Gelagar Tipe 1 Bentang 20.60 meter


Setelah balok girder selesai distressing dan di grouting, maka balok segera
akan dipasang. Balok diangkat dan dipindah ke atas abutment ditata berjajar 2
unit dengan menggunakan 2 buah crane. Untuk setiap gelagar yang telah ditata
di atas abutment harus di beri perkuatan (dibracing ) dengan besi tulangan yang
di las. Perletakan elastomerik harus sudah dipasang terlebih dahulu sebagai
tumpuan balok girder, elastomerik menggunakan elastomerik sintetis.
Pemasangan Balok Girder dengan sistem Double Crane
Setelah balok girder berdiri berjajar disamping abutment, maka balok siap
diangkat untuk ditempatkan diatas abutment dan pilar. Methode Double Crane
balok girder diangkat dengan crane yang posisinya pada masing masing sisi
abutment. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada saat Crane mengangkat
gelagar, Crane hanya dapat melakukan Swing, Crane tidak boleh bergeser atau
berjalan, karena akan sangat berbahaya.
Setelah pekerjaan ini selesai kemudian dilanjutkan dengan pemasangan beton
diafragma pracetak, pemasangan deck slab, dan pembuatan beton bertulang Plat
Lantai Jembatan.

2.8 Perletakan Elastomerik Jenis III (400 x 450 x 45)


Untuk menopang gelagar atau plat seperti pada gambar, maka dipasang
landasan elastomerik. Elastomer yang dipergunakan untuk perletakan jembatan
adalah karet alam atau karet chlorophene sebagai bahan aku polymer, bukan
karet vulkanisir. Perletakan elastomer diletakkan langsung pada beton selama
dalam toleransi untuk kerataan dan kedatarannya, sebagai alternatif, perletakan
tersebut diletakkan pada suatu bahan landasan (bearing pad).

2.9 Pemasangan Beton Diafragma dan plat deck


Setelah balok grder terpasang dengan benar, diafragma segera dipasang.
Diafragma di tempatkan pada posisinya, kemudian diafragma di stressing. Untuk
stressing ini tendon hanya berisi satu strand. Setelah semua diafragma selesai di
stressing, maka dilakukan grouting. Selesai grouting, maka lubang ujung ditutup
dengan beton. Dilanjutkan dengan pemasangan Precast plat deck diatas gelagar
sebagai acuan pembuatan lantai jembatan.

2.10 Pekerjaan Beton Bertulang Untuk Lantai Jembatan


Lantai jembatan dibuat menggunakan beton mutu sedang fc 30 MPa (K-350)
dan Baja Tulangan U 32 Ulir.
Setelah Deck Slab terpasang, pekerjaan pembesian lantai jembatan segera
dikerjakan. Baja tulangan lantai jembatan dipasang menurut jarak jumlah dan
dimensi sesuai dengan gambar kerja dan perintah dari direksi teknis, supaya
tulangan bawah tidak menempel dengan deck slab (tebal selimut beton terpenuhi)
maka tulangan diganjal dengan beton tahu (beton tahu dibuat dengan mutu yang
sama dengan mutu beton lantai jembatan tsb).
Untuk menjaga jarak tulangan atas dengan tulangan bawah tidak saling
menempel, maka dipasang tulangan kursi-kursi. Rangkaian Baja Tulangan diikat
menggunakan kawat bendrat dengan kuat dan rapat supaya saat dilakukan
pengecoran rangkaian tulangan tidak lepas dan tetap berada pada tempatnya
semula. Pada bagian tepi/sisi luar lantai dibuat acuan dengan menggunakan
multiplek dan balok kayu. Pipa drainasi jembatan dipasang pada lokasi yang telah
ditentukan. Setelah penulangan lantai selesai dan dinyatakan siap untuk dilakukan
pengecoran maka proses selanjutnya adalah pengecoran lantai jembatan.
Pengecoran lantai menggunakan beton ready mix. Perlu diingat bahwa selama
pelaksanaan pengecoran, beton dipadatkan dengan cara digetarkan menggunakan
alat penggetar mekanis/vibrator. Alat penggetar dimasukkan dalam adukan beton
dan alat penggetar tidak diperbolehkan berada pada satu titik selama lebih dari 30
detik, kemudian alat penggetar ditarik perlahan dan dimasukkan lagi, jarak paling
sedikit 45 cm dari titik sebelumnya. Ini penting dilaksanakan agar beton tidak
keropos dan didapatkan beton yang padat dan rapat. Segera setelah pengecoran,
beton dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan
gangguan mekanis.
Beton dirawat dengan cara menyiram secara periodik atau menyelimutinya
menggunakan bahan yang dapat menyerap air dan dibuat jenuh paling sedikit
selama 3 hari setelah pengecoran. Setiap takaran beton dilakukan pengujian slump
untuk mengetahui tingkat kekuatan beton muda dan mengetahui tingkat
kelecakannya/ workability. Setiap pengecoran diambil 6 sampel beton untuk
dilakukan uji kuat tekan, masing-masing untuk umur setelah 7 hari, 14 hari dan 28
hari. Peralatan yang digunakan antara lain Concrete Pump, Vibrator, Truck Molen,
alat perata (blebes) dan alat bantu lainnya. Benda uji diambil dari truck mixer
sebelum dilakukan pengecoran. Benda uji dapat berupa kubus ataupun silinder
dan pengujian slump.

2.11 Pekerjaan Drainase Lantai Jembatan


Pekerjaan ini dilaksanakan berbarengan dengan pemasangan baja tulangan
lantai jembatan. Drainase untuk lantai jembatan menggunakan Pipa Baja diameter
2”. Pemasangan sesuai dengan ketinggian dan lokasi yang ditunjukkan dalam
gambar rencana. Panjang pipa cucuran harus melebihi 200 mm dari bagian elevasi
terbawah dari struktur utama bangunan atas. Pipa baja diberi penguatan
sedemikian rupa sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.

2.12 Pembuatan Plat Injak Jembatan


Plat injak menggunakan mutu Baja Tulangan dan Beton sesuai yang
ditunjukkan gambar rencana atau shop drawing, dilaksanakan setelah timbunan
pilihan pada lokasi belakang abutment mencapai elevasi yang direncanakan
(bawah plat injak), pada bagian dasar dimana akan dipasang beton plat injak
dipadatkan dengan menggunakan mesin pemadat mekanis (vibro roller) setelah
tercapai kepadatan sesuai dengan yang disyaratkan, maka dipasang lantai kerja
dengan beton mutu sedang fc’10 Mpa ( K-125) atau menurut yang diperintahkan
direksi pekerjaan. Baja tulangan U32 Ulir untuk plat injak segera dilaksanakan,
pemasangan tulangan plat injak sesuai dengan gambar dan ketentuan seperti
yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Setelah semua tulangan terpasang,
maka langkah selanjutnya adalah pemasangan begesting/acuan pada bagian tepi-
tepi plat injak. Acuan/begesting dibuat dengan menggunakan multiplek dan balok
kayu yang, dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran beton. Sesaat sebelum
pengecoran dilaksanakan, acuan terlebih dahulu dibasahi dengan air atau diolesi
minyak pada sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
Beton dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar
dan halus dari campuran.
Perlu diingat bahwa selama pelaksanaan pengecoran, beton dipadatkan
dengan cara digetarkan menggunakan alat penggetar mekanis/vibrator. Alat
penggetar dimasukkan dalam adukan beton dan alat penggetar tidak
diperbolehkan berada pada satu titik selama lebih dari 30 detik, kemudian alat
penggetar ditarik perlahan dan dimasukkan lagi, jarak paling sedikit 45 cm dari
titik sebelumnya, agar beton tidak keroposSegera setelah pengecoran, beton
dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis.

2.13 Pekerjaan Sandaran (Railling),Kerb Pracetak , Beton Trotoar


Pekerjaan ini dilaksanakan setelah plat lantai jembatan dan pekerjaan dinding
barier jembatan telah selesai dilaksanakan. Pekerjaan Sandaran / Railing dapat
dikerjakan secara berurutan atau bersamaan dengan pekerjaan trotoar berupa
pemasangan kerb Pracetak jenis 1 (Peninggi/Mountable) dan lantai trotoar dicor
menggunakan beton dengan mutu sesuai dengan yang ditunjukan dalam gambar
rencana. Pekerjaan Sandaran / Railing dilaksanakan dengan hati-hati sesuai
dengan garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Sandaran
harus disetel dengan hati-hati agar diperoleh sambungan yang tepat, alinyemen
yang benar dan lendutan balik / chamber pada seluruh panjang. Untuk Pipa
Railing menggunakan Pipa baja galvanisasi diameter 3”, tiang sandaran dibuat
menggunakan beton.

2.14 Pekerjaan Loning, kucup melati, pemasangan Batu Andesit dan pengecatan
Pekerjaan Loning atau parapet ini dikerjakan sesuai dengan gambar rencana.
pekerjaan ini dikerjakan dengan beton dan baja tulangan, acuan mengunakan
begesting papan multriplak. Pada loning ini bagian ujungnya diberi tambahan
kuncup-kuncup melati dan diberi huasan batu andesit sesuai dengan gambar
rencana.
Untuk pekerjaan pengecatan dikerjakan setelah semua permukaan yang akan
dicat telah dibersihkan baik tanah, debu, dan semua metrial yang mengangu
proses pengecatan. Pekerjaan pengecatan ini dikerjakan secara berlapis dan
antara pelapisan pertama dengan berikutnya tidak boleh melampaui interfal yang
disyaratkan oleh pabrik pembuatnya agar mendapat hasil yang maksimal.
Pengecatan ini tidak akan dilakukan sewaktu berkabut, berembun, hujan dan
terjadinya perubahan cuaca.

2.15 Papan Nama Jembatan


Papan Nama Jembatan dibuat menggunakan bahan marmer dan dipasang
pada parapet jembatan sesuai dengan dimensi, ukuran dan ketentuan yang
ditunjukkan dalam gambar rencana. Papan nama jembatan adalah papan
monumen yang menerangkan nama, jumlah, dan lokasi jembatan. Pemasangan
menggunakan tenaga manual.

2.16 Pekerjaan Pasangan Batu


Tahapan Pekerjaan Pasangan batu kali / talud penahan tanah bahu jalan yaitu
sebagai berikut :
- Pengukuran lahan yang akan dikerjakan.
- Galian tanah untuk coveran harus dikerjakan lebih dahulu.
- Penghamparan adukan spesi untuk landasan dengan tebal minimal 3 cm,
- Pemasangan batu pada lapisan pertama, tebal minimum dari pasanganbatu
adalah 10 cm.
- Batu besar pilihan dipasang untuk lapisan dasar dan pada sudut-sudut.
- Batu tidak boleh bersentuhan langsung antara batu satu dengan yang lainnya,
sela-sela batu diisi dengan spesi / adukan.
- Batu dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
- Pada bagian belakang pasangan batu talud ditutup dengan tanah timbunan
pilihan kemudian dipadatkan.
- Permukaan pasangan batu dibraben dengan adukan / spesi sehingga rata dan
penuh pada sela-sela batu.
- Talud pasangan batu dilengkapi dengan suling-suling, berjarak tidak lebih dari
2 meter dari sumbu satu dengan yang lain dengan diameter antara 30 –
50mm.
- Siaran batu muka dibentuk dengan rapi dengan permukaan yang rata bidang
pasangan, dan lebar siaran 1 – 1,5 cm.

2.17 Pekerjaan Timbunan


Timbunan dikerjakan per layer, pekerjaan ini mencakup pengadaan,
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang
disetujui untuk pembuatan timbunan pilihan yang dipergunakan sebagai lapis
penopang untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga dipergunakan
untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan dimana kekuatan
timbunan adalah faktor yang kritis. Elevasi dan kelandaian akhir setelah
pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan.
Timbunan dihampar dengan tebal padat antara 10 sampai 20 cm. Bahan
Timbunan Pilihan adalah material yang memiliki CBR min. 10 % setelah 4 hari
perendaman bila dipadatkan 100 % kepadatan kering, dan memiliki indeks plastis
maks. 6 %.
Sebelum penghamparan timbunan, semua bahan yang tidak diperlukan harus
dikupas dan disingkirkan dari lokasi pekerjaan, bahan timbunan ditempatkan ke
permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila
dipadatkan akan memenuhi tebal lapisan yang disyaratkan. Pemadatan dilakukan
setelah bahan terhampar menggunakan peralatan pemadat yang memadahi, dan
dilaksanakan bila kadar air berada dalam rentang -3% sampai +1% dari kadar air
optimum pada kepadatan kering maks. Setiap lapisan timbunan diuji
kepadatannya dengan metode Sand Cone sebelum dihampar lapisan berikutnya.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan pemadat mesin gilas,
dipadatkan menggunakan pemadat mekanis dengan berat minimal 10 kg.
Setelah pekerjaan timbunan pilihan selesai dan elevasi top sesuai dengan
gambar rencana, maka pekerjaan selanjutnya berupa perkerasan non aspal dapat
dilaksanakan.

2.18 Pekerjaan Kerb Pracetak


Pemasangan Kerb Pracetak seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
Kerb Pracetak dibuat ditempat lain / fabrikasi sesuai dengan spesifikasi baik mutu,
bentuk, maupun dimensinya. Sebelum pemasangan Kerb Pracetak, lokasi
dipadatkan dan diratakan terlebih dahulu sesuai dengan elevasi yang ditunjukkan
dalam gambar rencana. Kemudian Kerb Pracetak dipasang pada lokasi yang telah
ditentukan. Sebelum kerb dipasang, dasar atau alas dimana kerb akan dipasang
diberi adukan mortar sebagai pengikat dan memperkuat kedudukan kerb. Setelah
Kerb terpasang sesuai dengan ketentuan, bagian belakang kerb ditimbun kembali
dan dipadatkan menggunakan bahan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

2.19 Pekerjaan Perkerasan Non Aspal


Perkerasan Berbutir terdiri dari :
- Lapis Pondasi Agregat Klas B
- Lapis Pondasi Agregat Klas A
Sebelum lapis pondasi agregat kelas B ( LPB ) di hampar, maka sub grade
atau tanah dasar harus sudah siap dan telah memenuhi kepadatan yang di
syaratkan. Setelah lokasi dibersihkan maka material LPB yang sesuai dengan hasil
Job Mix Formula dapat dihampar dengan menggunakan Motor Grader, diratakan
dan dipadatkan dengan menggunakan Vibratory Roller. Penghamparan dan
pemadatan dikerjakan perlayer, kemudian dilakukan Pengujian dengan metode
Kerucut Pasir/Sand Cone untuk mengetahui apakah kepadatan yang dihasilkan
telah memenuhi persyaratan. Apabila kepadatannya belum tercapai maka
dilakukan pemadatan lagi sampai tercapai kepadatan yang disyaratkan. Kemudian
dilakukan Pengetesan lagi dengan metode Sand Cone. Demikian sampai tercapai
kepadatan yang disyaratkan, tebal Lapis Pondasi Agregat Klas B 30 cm.
Segera setelah Kepadatan Lapis podasi Klas B tercapai, pekerjaan dapat
dilanjutkan dengan penghamparan Lapis Pondasi Agregat Klas A dengan ketebalan
sesuai dalam gambar rencana, dan dengan proporsi campuran yang sesuai dengan
hasil Job Mix Formula. Agregat dihampar, diratakan dan dipadatkan dengan
menggunakan Vibratory Roller. Kemudian dilakukan Pengetesan dengan metode
Sand Cone untuk mengetahui apakah kepadatan yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan. Apabila kepadatannya belum tercapai maka dilakukan pemadatan lagi
sampai tercapai kepadatan yang disyaratkan. Kemudian dilakukan Pengetesan lagi
dengan metode Sand Cone. Demikian sampai tercapai kepadatan yang
disyaratkan tercapai.
Perlu diingat bahwa penghamparan lapis pondasi baik dilaksanakan per layer
dan pada cuaca yang cerah, tidak diijinkan menghampar agregat pada cuaca
hujan, ini perlu sebab kadar air dari material sangat mempengaruhi derajat
kepadatan yang akan dicapai.

2.20 Pekerjaan Aspal


 Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Lapis Resap Pengikat – Aspal Emulsi, Lapis
Peresap – Aspal Emulsi Modifikasi, Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC-Base
Mod), Laston Lapis Antara Modifikasi Perata (AC-BC(L)Mod), Laston Lapis
Antara Modifikasi (AC-BC Mod), Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod).
 Lapis Resap Pengikat, Penyemprotan Lapis Peresap dengan menggunakan
Asphalt Sprayer dengan volume 0,4 – 1,3 liter / m2 pada suhu berkisar 35 –
55 derajad Celcius.
 Kontrol volume dilakukan dengan memasang kertas karton (yang
sebelumnya telah ditimbang beratnya) pada lokasi yang disemprot Lapis
Peresap. Kemudian ditimbang lagi setelah disemprot. Dari situ dapat diketahui
volume lapis Peresap per meter persegi.
 Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC – Base Mod) dipasang diatas LPA (yang
telah diberi Lapis Resap Pengikat) dengan ketebalan 7,5 cm sesuai gambar
rencana
 AC-Base Mod dibuat dengan menggunakan AMP (Asphalt Mixing Plant)
 Setelah Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC – Base Mod), dilanjutkan dengan
Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) dengan tebal 6 cm sesuai gambar
rencana, dan Laston Lapis Antara Modifikasi Perata (AC-BC(L)Mod) dimana
lokasi akan diperbaiki permukaannya (tebal variasi).
 Sebelum AC-BC Modifikasi maupun AC-BC(L) Modifikasi dihampar, permukaan
AC Base Modifikasi harus diberi Lapis Perekat (Tack Coat).
 Permukaan yang akan disemprot Lapis Perekat dibersihkan dari kotoran
dengan menggunakan Compressor.
 Penyemprotan Lapis Perekat dengan menggunakan Asphalt Sprayer dengan
volume 0,15 – 0,35 liter / m2, pada suhu berkisar 100 – 120 derajad Celcius.
 Kontrol volume dilakukan dengan mengukur tinggi material Lapis Perekat
dalam tangki sebelum dan sesudah dilakukan penyemprotan. Dari Volume
yang disemprotkan dibagi dengan luas bidang semprot akan diketahui volume
Lapis Perekat untuk tiap meter persegi.
 Setelah Laston Lapis Antara Modifikasi Perata (AC-BC(L)Mod) dan Laston
Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) selesai dihampar, dilanjutkan dengan
memberi lapisan perekat kembali pada permukaan atas dan segera dihampar
Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod) dengan tebal 4 cm sesuai gambar
rencana.
 Alat-alat yang dipergunakan untuk pekerjaan Penghamparan dan pemadatan
dilapangan adalah sebagai berikut :
- Asphalt Finisher
- Tandem Roller
- Pneumatic Tyre Roller
- Water Tank Truck dan Dump Truck

2.21 Pekerjaan Expansion Joint


Pekerjaan Sambungan (Expansion Joint) dilaksanakan setelah seluruh
pekerjaan penghamparan aspal AC WC selesai dilaksanakan. Pekerjaan ini
dilaksanakan pada lokasi sambungan antara struktur bangunan atas jembatan
dengan konstruksi jalan.Bahan yang dipergunakan adalah agregat kasar dengan
gradasi seragam yang di campur dengan bahan aspal karet (asphaltic).Sambungan
pada lantai, dinding dibentuk sesuai dengan gambar, bahan pengisi sambungan
digunakan dalam lembaran yang sebesar mungkin.Struktur sambungan harus
dapat meredam goncangan dan merupakan struktur yang kedap air.
2.22 Patok Pengarah
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan jumlah, jenis, dan lokasi pemasangan
setiap patok pengarah, rambu jalan, rel pengaman sesuai dengan perintah Direksi
Pekerjaan. Semua Patok Pengarah, Rambu Jalan, maupun Rel Pengaman harus
terpasang dengan akurat pada lokasi dan ketinggian sedemikan rupa hingga dapat
menjamin bahwa patok tersebut tertanam kuat ditempatnya. Terutama selama
pengerasan (setting) beton.

3. Penyelesaian Pekerjaan
Sebelum pekerjaan diserahkan untuk pertama kalinya, maka dalam rangka persiapan
penyerahan langkah – langkah yang diperlukan adalah :
- Penyiapan foto dokumentasi 0%, 50%, 100%, serta laporan – laporan lain yang
berkaitan dengan pekerjaan.
- Pembersihan lokasi pekerjaan dan demobilisasi personil dan peralatan.
- Mengadakan Mutual Check 100% antara penyedia jasa dengan pengguna jasa, untuk
mendapatkan pekerjaan yang sebenarnya dilaksanakan sesuai gambar terpasang.
- Setelah Mutual Check selesai, selanjutnya membuat amandemen kontrak sebagai
realisasi administrasi Mutual Check yang telah disusun oleh kedua belah pihak.
Setelah amandemen selesai, maka dapat dilakukan penyerahan pekerjaan pertama dengan
terlebih dahulu penyedia jasa mengajukan permohonan tertulis kepada pengguna jasa dan
ditindak lanjuti dengan pemberitahuan Penyerahan Pertama (PHO). Penyerahan pertama
dilaksanakan dengan pemeriksaan yang meliputi kesesuaian fisik bangunan dengan gambar dan
kelengkapan administrasi.
Masa Pemeliharaan / garansi dilakukan sesuai dengan kontark, apabila dalam masa ini
terdapat kerusakan – kerusakan pada bangunan masih menjadi tanggung jawab penyedia jasa
untuk memperbaikinya.
Setelah penyerahan pertama dan pemeliharaan selesai, Penyerahan Kedua (FHO) dapat
dilaksanakan antara penyedia jasa dan pengguna jasa.

Anda mungkin juga menyukai