Anda di halaman 1dari 34

FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

“Reproduksi”

Disusun oleh :

P3.73.24.1.17.002 ANISSA JUANITA LESTARI


P3.73.24.1.17.018 NOKIA PUTRI MENTARI .O
P3.73.24.1.17.021 RAHMALIA DEYANANDA
P3.73.24.1.17.025 SINTA PERMAISWARI
P3.73.24.1.17.026 SOPHIA HELEN LIBERTY

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur tidak henti-hentinya kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelsaikan makalah yang berjudul “Fisiologi
reproduksi” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk meningkatkan rasa ingin
tahu pembaca mengenai penjelasan-penjelasan tentang reproduksi. Kami berterima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memamparkan refrensi kepada kami.

Akhirnya, kami berharap semoga kehadiran makalah ini dapat berguna dalam menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai penjelasan-penjelasan tentang reproduksi. Namun
demikian, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami milik,
namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber
informasi. Oleh karena itu, kritik dan saran bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
lebih sempurnanya makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan orang banyak supaya mengetahui apa yang ada dalam materi reproduksi

Jakarta, 11 Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I (PENDAHULUAN) ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 2

BAB II (PEMBAHASAN) ......................................................................................................... 3

2.1 Organ-organ Reproduksi pada Laki-laki dan Perempuan .................................... ................ 3

2.2 Kelenjar Endokrin yang Berperan dalam


Reproduksi Laki-Laki dan Perempuan ...................................................................... .............. 13

2.3 Fase-Fase Pada Siklus Menstruasi dan


Hormon-Hormon yang Berperan Pada Setiap Fase ................................................... .............. 15

2.4 Fisiologi Hubungan Seksual ............................................................................................... 21


2.5 Proses Terjadinya Fertilisasi dan Implantasi ....................................................... .............. 25

Bab III (PENUTUP) ................................................................................................................. 29


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 29
3.2 Saran ................................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Pada manausia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. sehingga dengan demikian reproduksi manusia dilakukan dengan cara generative
atau sexsual. untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia, maka harus mengetahui
terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung di
dalamnya. Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang akan
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. (Odayanti 2016)
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari
testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau perkembangbiakan
merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Pada umumnya reproduksi baru dapat
berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal
ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital
artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk
hidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut
terancam dan punah, karena tidak dapat menghasilkan keturunan (anak) yang merupakan
sarana untuk melanjutkan generasi. (Odayanti 2016)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja organ-organ reproduksi pada laki-laki dan perempuan beserta fungsinya?
2. Apa saja Kelenjar-kelenjar endokrin yang berperan dalam reproduksi laki-laki dan
perempuan?
3. Apa saja fase-fase pada siklus menstruasi dan hormon-hormon yang berperan pada
setiap fase?

1
4. Apa yang dimaksud fisiologi hubungan seksual?
5. Bagaimana proses terjadinya fertilisasi dan implantasi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui fungsi organ-organ reproduksi pada laki-laki dan perempuan


2. Mengetahui peran kelenjar endokrin dan fungsi hormon
3. Mengetahui fase-fase siklus menstruasi dan hormon yang berperan pada setiap fase
4. Mengetahui tentang fisiologi hubungan seksual
5. Mengetahui proses terjadinya fertilisasi dan implantasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Organ-organ Reproduksi pada Laki-laki dan Perempuan

2.1.1 Organ Reproduksi Laki-Laki

Organ reproduksi laki-laki terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.

1. Organ luar :
a. Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak
di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian
bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra
pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung
pembuluh darah dan ujung- ujung saraf. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan
terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi). Penis
berfungsi sebagai saluran kencing (urin) dan sebagai saluran sperma. Penis terbentuk dari
otot dan tidak mengandung tulang. Pada ujung penis terdapat struktur seperti lipatan kulit
yang disebut kulup (prepuce). Kulup inilah yang dipotong saat seseorang dikhitan.
(Ramlawati 2017)

b. Skrotum
Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testis.
Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum Fungsi skrotum adalah
untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1-8 oC lebih
dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Hal tersebut berkaitan dengan proses
pembentukan sperma (spermatogenesis) normal yang membutuhkan suhu stabil. Fungsi
ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap yang
menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi . (Ramlawati 2017)

3
2. Organ dalam :
a. Testis pada Manusia
1) Testis
Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan
hormon seks jantan, androgen (terutama testosteron). Testis terdiri atas saluran melilit
yang dikelilingi oleh jaringan ikat. Saluran yang melilit-lilit ini disebut tubula
seminiferus. Pada saluran inilah sperma dibentuk. Di antara tubula seminiferus tersebar
sel- sel interstisial Leydig yang menghasilkan androgen. Testis merupakan sepasang
struktur berbentuk oval, agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar
2,5 cm. Bersama epididimis, testis berada di dalam skrotum yang merupakan sebuah
kantung ekstra abdomen tepat di bawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan
testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari
peritoneum intra abdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitif selama
perkembangan genitalia interna pria. Setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat
turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup (Heffner & Schust, 2006). Kedua testis
terletak di dalam skrotum dan menghasilkan spermatozoa dan hormon, terutama
testosteron. Permukaan masing-masing testis tertutup oleh lamina viseralis tunika
vaginalis, kecuali pada tempat perlekatan epididimis dan funikulus spermatikus. Tunika
vaginalis ialah sebuah kantong peritoneal yang membungkus testis dan baerasal dari
processus vaginalis embrional. Sedikit cairan dalam rongga tunika vaginalis memisahkan
lamina visceralis terhadap lamina parietalis dan memungkinkan testis bergerak secara
bebas dalam skrotum. Arteria testikularis berasal dari aorta pars abdominalis, tepat pada
kaudal arteria renalis. Vena-vena meninggalkan testis dan berhubungan dengan plexus
pampiriformis yang melepaskan vena tetikularis dalam canalis inguinalis. Aliran limfe
dari testis disalurkan ke nodi lymphoide lumbalis dan nodi lymphoidei preaortici. Saraf
otonom testis berasal dari plexus testicularis sekeliling arteria testicularis (Moore, 2002).
Testis mengandung banyak tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus tersebut
terdiri atas deretan sel epitel yang akan mengadakan pembelahan mitosis dan meiosis
sehingga menjadi sperma. Sel-sel yang terdapat di antara tubulus seminiferus disebut
interstitial (leydig). Sel ini menghasilkan hormon seks pria yang disebut testosterone
(Syahrum, 1994). Menurut Saryono (2008), sel yang berperan dalam testis adalah:

4
 Tubulus seminiferus, bagian utama dari massa testis yang bertanggung jawab
terhadap produksi sekitar 30 juta spermatozoa per hari selama masa produksi.
Sel ini terdiri dari sperma dan sel sertoli.
 Sel leydig (sel interstisial), menyusun komponen endokrin utama yang
bertanggung jawab menghasilkan testosteron.
 Sel sertoli Ditinjau secara histologi, testis mencit terdiri atas jaringan epitel
seminiferus, jaringan pengikat dinding tubulus seminiferus, jaringan pengikat
intertubuler testis dan jaringan pengikat padat pembungkus testis. Sebagaimana
fungsi testis pada umumnya, maka testis mencit juga berfungsi selain
merupakan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon steroid, juga bersifat
sebagai kelenjar eksokrin karena menghasilkan spermatozoa. (Mescher, 2012)

Testis terdiri atas 900 lilitan tubulus seminiferus, yang masing-masing mempunyai
panjang rata-rata lebih dari 5 meter. Sperma kemudian dialirkan ke dalam epididimis,
suatu tubulus lain yang juga berbentuk lilitan dengan panjang sekitar 6 meter. Epididimis
mengarah ke dalam vas deferens, yang membesar ke dalam ampula vas deferens tepat
sebelum vas deferens memasuki korpus kelenjar prostat. Vesikula seminalis, yang
masing-masing terletak di sebelah prostat, mengalir ke dalam ujung ampula prostat, dan
isi dari ampula dan vesikula seminalis masuk ke dalam duktus ejakulatorius terus melalui
korpus kelenjar prostat dan masuk ke dalam duktus uretra internus. Duktus prostatikus
selanjutnya mengalir dari kelenjar prostat ke dalam duktus ejakulatorius. Akhirnya, uretra
merupakan rantai penghubung terakhir dari sejumlah besar kelenjar uretra kecil yang
terletak di sepanjang dan bahkan lebih jauh lagi dari kelenjar bulbouretralis (kelenjar
Cowper) bilateral yang terletaak di dekat asak uretra (Guyton, 2007).

Secara embriogenis, testis berkembang dari gonadal ridge yang terletak di dalam
rongga abdomen. Pada bulan-bulan terakhir kehidupan janin, testis perlahan mulai turun
keluar dari rongga abdomen melalui kanalis semi inguinalis masuk ke dalam skrotum.
Meskipun waktunya bervariasi proses penurunan testis biasanya selesai pada bulan ke
tujuh masa gestasi. Testis melaksanakan dua fungsinya yaitu menghasilkan sperma dan
mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% massa testis terdiri dari tubulus seminiferosa yang
di dalamnya berlangsung proses spermatogenesis. Sel Leydig atau sel interstitium yang

5
terletak di jaringan ikat antara tubulus-tubulus seminiferosa inilah yang mengeluarkan
testosteron. Setelah disekresikan oleh testis, kurang lebih 97% dari testosteron berikatan
lemah dengan plasma albumin atau berikatan kuat dengan beta globulin yang disebut
hormon seks binding globulin dan akan bersirkulasi di dalam darah selama 30 menit
sampai satu jam. Pada saat itu testosteron ditransfer ke jaringan atau didegradasikan
menjadi produk yang tidak aktif yang kemudian dieksresikan (Sherwood, 2004).

2) Epididimis
Epididimis merupakan saluran reproduksi yang berfungsi sebagai tempat
pematangan sperma. Selain itu, epididimis dibentuk oleh saluran berlekuk-lekuk yang
tidak teratur yang disebut duktus epididimis dan juga menjadi tempat penyimpanan
sperma sementara. Saluran yang menghubungkan antara epididimis dan testis disebut
duktus eferen testis.
Dari tubula seminiferus testis, sperma lewat ke dalam saluran berkelok-kelok
yang disebut epididimis. Butuh waktu 20 hari bagi sperma untuk melewati saluran ini
yang panjangnya 6 meter pada laki-laki. Saat perjalanan inilah sperma menjadi motil dan
mendapatkan kemampuannya untuk membuahi. Duktus epididimis memiliki panjang
sekitar 600 cm. Duktus ini berawal pada puncak testis yang merupakan kepala
epididimis. Setelah melewati jalan yang berliku-liku, duktus ini berakhir pada ekor
epididimis yang kemudian menjadi vas deferens (Heffner & Schust, 2006). Epitel
epididimis memiliki dua fungsi. Pertama, mensekresikan plasma epididimis yang bersifat
kompleks tempat sperma tersuspensikan dan mengalami pematangan. Kedua,
mengabsorbsi kembali cairan testikuler yang mengangkut sperma dari tubulus
semineferus dan sperma yan sudah rusak (Hafez dan Prasad, 1976).
3) Vas Deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus
yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens berfungsi
sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau
kantung mani (vesikula seminalis). Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang
menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk
mengeluarkan sperma dari vesikula seminalis ke dalam uretra. Vas deferens merupakan
suatu saluran yang menghubungkan epididimis dan uretra. Letak vas deferens dimulai

6
dari ujung kauda epididimis yang ada dalam kantung skrotum, lalu naik ke bagian atas
lipat paha. Pada bagian ujungnya, vas deferens dikelilingi oleh suatu pembesaran
kelenjar-kelenjar yang disebut ampula. Sebelum masuk ke uretra, vas deferens ini
bergabung terlebih dahulu dengan saluran ekskresi vesika seminalis membentuk duktus
ejakulatoris. Pada saat ejakulasi sperma dari epididimis diangkut melalui vas deferens
dengan suatu seri kontraksi yang dikontrol oleh syaraf (Brueschke et al., 1976).
Vas deferens akan melalui kanalis inguinalis masuk ke dalam rongga tubuh dan
akhirnya menuju uretra penis. Uretra penis dilalui oleh sperma dan urin. Sperma akan
melalui vas deferens oleh kontraksi peristaltik dindingnya. Sepanjang saluran sperma
terdapat beberapa kelenjar yang menghasilkan cairan semen. Sebelum akhir vas
deferens terdapat kelenjar vesikula seminalis. Pada bagian dorsal buli-buli, uretra
dikelilingi oleh kelenjar prostat. Selain itu terdapat juga kelenjar ketiga yaitu kelenjar
Cowper. Keluar dari saluran reproduksi pria berupa semen yang terdiri dari sel sperma
dan sekresi kelenjar-kelenjar tersebut (semen plasma). Semen plasma berfungsi sebagai
medium sperma dan dipergunakan sebagai buffer dalam melindungi sperma dari
lingkungan asam saluran reproduksi wanita. (Mescher, 2012)
4) Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di sepanjang penis dan
membuka ke luar pada ujung penis . Uretra juga berfungsi sebagai saluran untuk
membuang urin dari kantung kemih. Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi
penambahan berbagai getah
kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar aksesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar aksesoris
merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan
kelenjar bulbouretralis. (Marhen, 2017)
5) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan sepasang
kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula
seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
Vesikula seminalis menyumbangkan sekitar 60% dari total volime semen ( cairan yang

7
diejakulasikan ). Cairannya kental, kekuning-kuningan dan bersifat alkalis. (Marhen,
2017)
6) Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung
kemih. Cairannya encer sperti susu, mengandung enzim antikoagulan. Kelenjar prostat
adalah suatu organ yang berlokasi pada dasar atau leher dari kandung kemih. Kelenjar
yang mengelilingi bagian pertama dari uretra. Satu fungsi dari kelenjar prostat adalah
membantu mengontrol pembuangan air kecil dengan menekan secara langsung pada
bagian urethra yang dikelilinginya. Fungsi lain dari kelenjar prostat adalah untuk
menghasilkan beberapa unsur-unsur yang ditemukan pada semen (air mani) yang normal,
seperti mineralmineral dan gula. (Marhen, 2017)
7) Kelenjar bulbouretralis
Kelenjar bulbouretralis (kelenjar Cowper) merupakan sepasang kelenjar yang salurannya
langsung menuju uretra. Sebelum ejakulasi, kelenjar Cowper mensekrasikan mucus
bening yang menetralkan setiap urin asam yang masih tersisa dalam uretra. (Mescher,
2012)

2.1.2 Organ reproduksi wanita

I. Bagian luar
1) Mons veneris/ Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan
simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup
oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
(Kalyana, 2006)
2) Labia mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia
mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Berfungsi
untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan mengeluarkan cairan
pelumas pada saat menerima rangsangan seksual. (Ver, 2014)

8
3) Labia minora
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam
bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris
dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina yaitu merah muda dan basah. Berfungsi untuk menutupi organ-
organ genetalia di dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung
pembuluh darah dan syaraf. (Ver, 2014)
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh
darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-
laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual. (Mariana, 2016)
5) Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas,
dan friksi. (Mariana, 2016)
6) Perineum
Menurut para ahli anatomi, perineum adalah wilayah pelvic outlet di ujung
diafragma pelvic (levator ani). Batasannya dibentuk oleh pubic rami di bagian
depan ligament sacro tuberous di belakang. Pelvic outletnya di bagi oleh garis
melintang yang menghubungkan bagian depan ischial tuberosities ke dalam segitiga
urogenital dan sebuah segitiga belakang anal. Berfungsi untuk mengikat atau
menahan organ-organ reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada
tempatnya. (Santoso, 2015)
7) Kelenjar bartholin

9
Kelenjar Bartholin merupakan struktur berbentuk kacang polong dan bagian
ductnya membuka introitus jus di permukaan selaput dara pada persimpangan
duapertiga bagian atas dan sepertiga bagian bawah labia minora. (Santoso, 2015)
8) Hymen (selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi. (Mariana, 2016)
9) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen. (Kalyana, 2006)

II. Bagian dalam


1) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11
cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
merupakan saluran muskulo- membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada
bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio
uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior,
fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen
yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan
lahir pada waktu persalinan. (Kalyana, 2006)

10
2) Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di
antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri
yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk
segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan
dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan
dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-
anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan
endometrium. Fungsi uterus, yaitu : sebagai tempat terjadinya menstruasi, sebagai
alat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi, tempat pembuatan hormon misal
HCG. (Mariana, 2016)

11
3) Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding rahim.
Fungsi tuba fallopi :
 Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
 Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
 Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
 Tempat terjadinya konsepsi.
 Tempat pertumbuahan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi. (Kalyana,
2006)

4) Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum,
ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. Letak: Ovarium ke arah
uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada
ligamentum latum melalui mesovarium. (Kalyana, 2006)

5) Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum. Berfungsi sebagai pelindung rahim.
(Bobak et al, 2001)

12
2.2 Kelenjar Endokrin yang Berperan dalam Reproduksi Laki-Laki dan Perempuan

2.2.1 Kelenjar Endokrin pada sistem reproduksi pada laki – laki

 TESTIS

1. GnRH (gonadtropin releasing hormon)


Berfungsi merangsang kelenjar hipofisis mengeluarkan LH dan FSH,
mengatur mekanisme umpan balik negatif dalam sintesis dan sekresi
tertosteron.
2. FSH ( Follicle Stimulating Hormon)
Merangsang sel sertoli yang terletak pada tubulus seminiferus untuk
memproduksi ABP (Androgen Binding Protein), kemudian membawa
testosteron untuk mengontrol proses spermatogenesis
Memliki reseptor pada sel tubulus seminiferus yang berperan dalam
spermatogenesis
3. LH ( Luteinizing Hormon )
Merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon androgen atau
testosteron.
4. Testosteron

13
Untuk perkembangan, pertumbuhan & pemeliharaan ciri-ciri kelamin
sekunder pada laki – laki.
5. Hormon Androgen
Berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan primer pada pria,
seperti pembentukan sperma.

2.2.2 Kelenjar Endokrin pada sistem reproduksi pada perempuan

 OVARIUM

Ovarium merupakan organ reproduksi wanita. Selain menghasilkan sel telur,


ovarium juga menghasilkan hormon. Ada dua macam hormon yang dihasilkan
ovarium yaitu sebagai berikut.

1. GNRA ( Gonadotropin Releasing Hormon )


merupakan hormon yang di produksi oleh hipotalamus di otak. GNRH
akan merangsang pelepasan FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan LH
(Luteinizing Hormon)

14
2. FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon)
Kedua hormon ini di namakan Gonadotropin Hormon yang di produksi
oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH yang diproduksi oleh
Hipotalamus. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel
yang matang akan di keluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi
korpusluteum dan di pertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

3. Estrogen
Hormon ini dihasilkan oleh Folikel Graaf. Pembentukan estrogen
dirangsang oleh FSH. Fungsi estrogen ialah menimbulkan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Tanda-tanda
kelamin sekunder adalah ciri-ciri yang dapat membedakan wanita dengan pria
tanpa melihat kelaminnya. Contohnya, perkembangan pinggul dan payudara
pada wanita dan kulit menjadi bertambah halus. Estrogen juga berguna pada
siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endomatrium, menjaga
kualitan dan kuantitas cairan servix dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi
sperma.

4. Progesteron
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum. Pembentukannya dirangsang
oleh LH dan berfungsi untuk mempertahankan ketebalan endomatrium
sehingga dapat menerima implantasi zigot.Plasenta membentuk estrogen dan
progesteron selama kehamilan guna mencegah pembentukan FSH dan LH.
Dengan demikian, kedua hormon ini dapat mempertahankan kehamilan.

2.3 Fase-Fase Pada Siklus Menstruasi dan Hormon-Hormon yang Berperan Pada Setiap
Fase

Menstruasi adalah Peluruhan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan


pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi
terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. (Juananda, 2011).

15
Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri sering terjadi pada usia 11
tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun.
Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan,
yang dimulai dari menarce sampai terjadinya menopause. (Warianto, 2011)

Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1 dan
berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus menstruasi yang
terjadi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari.
Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan
sesaat sebelum menopause. (Warianto, 2011)

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,


hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).

Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.


Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung
ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium
yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap
perkembangan dan pemeliharaan organ- organ reproduktif wanita dan karakteristik
seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan
penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam
uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus
selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk
menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk
implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan
penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal.
Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil.
Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi
libido wanita (Suzannec, 2001).

16
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun
setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan
komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan
system akan terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya
menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas
3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari
ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti
fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2007).

17
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel
yang terangsang namun dapat berkembang menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang

menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH sehingga
hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada
di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon
gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang
mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah
pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH
dan LRH, Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan
mengakibatkan penurunan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon
ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan (Novaks Gynecology, 1996).

18
Menurut Novaks Gynecology (1996), dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus
haid, yaitu :

1. Fase menstruasi atau deskuamasi

Dalam fase endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan dan hormon-
hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah. Hanya stratum basale yang tinggal utuh.
Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau
aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari
uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.

2. Fase pasca haid atau fase regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur- angsur sembuh
dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada
waktu ini tebal endometrium + 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi berlangsung +
4 hari. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali.
Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).

3. Fase intermenstrum atau fase proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal + 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari
hari ke-5 sampai hari ke-4 dari siklus haid. Fase profilerasi dapat dibagi atau 3 subfase, yaitu :
Fase proliferasi dini (early proliferation phase); Fase proliferasi madya (midproliferation phase);
Fase proliferasi akhir (late proliferation phase).

4. Fase prahaid atau fase sekresi

Fase ini sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini
endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-
keluk, dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah
tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.

19
Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang
dibuahi. Fase sekresi dibagi atas: 1) fase sekresi dini; dan 2) fase sekresi lanjut.

Pada dasarnya, siklus menstruasi dibagi menjadi beberapa fase yang diatur oleh lima hormon di
dalam tubuh.

 Estrogen
Hormon yang diproduksi pada ovarium ini sangat berperan di dalam tubuh, terutama pada
ovulasi dalam siklus reproduksi wanita. Hormon ini juga berperan pada perubahan tubuh
remaja dalam masa pubertas serta terlibat dalam pembentukan kembali lapisan rahim setelah
periode menstruasi.

 Progesteron
Hormon ini bekerjasama dengan estrogen guna menjaga siklus reproduksi dan menjaga
kehamilan. Sama dengan estrogen, progesteron juga diproduksi di ovarium dan berperan
dalam penebalan dinding rahim.

 Hormon pelepas gonadotropin (Gonadotrophin-releasing hormone - GnRh)


Diproduksi oleh otak, hormon ini membantu memberikan rangsangan pada tubuh untuk
menghasilkan hormon perangsang folikel dan hormon pelutein.

 Hormon Pelutein (Luteinizing hormone-LH)


Sel telur dan proses ovulasi dihasilkan oleh ovarium berkat rangsangan dari hormon ini.

 Hormon perangsang folikel (Follicle stimulating hormone-FSH)


Hormon ini membantu sel telur di dalam ovarium matang dan siap untuk dilepaskan.
Hormon ini diproduksi di kelenjar pituitari pada bagian bawah otak.

20
2.4. Fisiologi Hubungan Seksual

Hubungan Seksual adalah penyatuan gamet pria dan wanita untuk melaksanakan reproduksi pada
manusia dengan menyalurkan semen yang mengandung sperma ke dalam vagina wanita melalui
suatu tindakan seks.

2.4.1 Seks pada Pria

Tindakan seks pria melibatkan dua komponen:

 Ereksi,

Ereksi atau mengerasnya penis (yang normalnya lunak) agar penis dapat masuk
ke dalam vagina. Cara pencapaiannya yaitu dengan pembengkakan jaringan erektil penis
oleh darah akibat vasodilatasi hebat arteriol-arteriol penis yang dipicu oleh rangsang
parasimpatis dan penekanan mekanis vena. Ereksi terjadi karena vasokongesti penis.
Ereksi bisa terjadi karena adanya rangsangan seksual. Ereksi dicapai melalui
pembengkakan penis oleh darah. Tanpa rangsangan seks, jaringan erektil hanya
mengandung sedikit darah karena arteriol yang mendarahi rongga-rongga vaskular ini
berkonstriksi. Akibatnya penis tetap kecil dan lunak. Selama rangsangan arteriol-arteriol
ini secara refleks melebar dan jaringan erektil terisi oleh darah sehingga penis bertambah
panjang dan besar serta menjadi kaku. Vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan
erektil penis tertekan secara mekanis oleh pembengkakan dan ekspansi rongga-rongga
vaskular ini sehingga aliran keluar vena berkurang dan hal ini ikut berkontribusi dalam
penumpukan darah, atau (vasokongesti). Respons vaskular lokal ini mengubah penis
menjadi organ yang mengeras dan memanjang yang mampu menembus vagina.

Ereksi disebabkan oleh impuls saraf parasimpatis yang berasal dari bagian sacral
sumsum tulang. Ereksi ini melibatkan jalur (system) saraf pusat dan tepi. Pembengkakan
dimulai setelah pengumpulan rangsangan di pusat pengolahan, rangsangan di deteksi
pada kulit (sentuhan), penciuman, dan imajinasi individu itu sendiri. Berdasarkan
rangsangan seksual ini sinyal yang dihasilkan ke jaringan saraf tepi terlibat. Responnya
diperantarai oleh koordinasi aktifitas tulang belakang pada jalur otonom ke penis, dan
juga pada jalur somatic nervous perineum otot lurik. Pada peraturan jalur perifer ini

21
melibatka beberapa neurotransmitter dan system, tetapi rinciannya masih belum diketahui
sepenuhnya. Tampaknya ada sebuah jaringanyang terdiri atas reseptor afferent di alat
kelamin, interneurons tulang belakang, simpatik, parasimpatik, dan somatic inti, yang
mampu menumpulkan semua informasi. Pokoknya, keseimbangan antara zat yang
mengontrol tingkat konsentrasi otot polos cavernosal, interaksi dinamis vasokonttriksidan
mendirikan vasodilator di penis normal atau ereksi. Ereksi penis ditentukan oleh
perubahan tekanan cavernosal arteriol.

 Ejakulasi, atau penyemprotan kuat semen ke dalam uretra(rahim) dan keluar dari penis.

a) Fase Emisi

Pengosongan sperma dan sekresi kelenjar seks tambahan (semen) ke dalam uretra. Cara
pencapaiannya, kontraksi otot polos di dinding duktus dan kelenjar seks tambahan yang dipicu
oleh rangsang simpatis.

b) Fase Ekspulsi (pengeluaran)

Yaitu pengeluaran kuat semen dari penis, yang cara pencapaiannya dengan kontraksi otot
rangka di pangkal penis yang dipicu oleh neuron motorik. Selain komponen-komponen yang
berkaitan erat dengan reproduksi ini, siklus respons seks mencakup respons fisiologi yang lebih
luas yang dapat dibagi menjadi empat fase:

1. Fase eksitasi yang mencakup ereksi dan meningkatnya perasaan seksual.

2. Fase plato yang ditandai oleh intensifikasi respons-respons ini, ditambah respons yang lebih
menyeluruh misalnya peningkatan kecepatan jantung, tekanan darah, pernapasan, dan
ketegangan otot.

3. Fase orgasme yang mencakup ejakulasi serta respons lain yang menjadi puncak eksitasi
seksual dan secara kolektif dialami sebagai kenikmatan fisik yang intens.

4. Fase resolusi, yaitu kembalinya genitalia dan sistem tubuh ke keadaan sebelum rangsangan.
Fase ini adalah penghentian gairah seksual laki-laki, gairahnya hamper kembali normal dalam
waktu 1 sampai 2 menit lalu ereksi berhenti.

22
2.4.2 Seks pada Wanita

Hormon – hormon seks wanita tidak disekresikan dalam jumlah tetap sepanjang daur siklus
seksual bulanan wanita, tetapi dalam kecepatan yang sangat berbeda selama bagian yang
berbeda dalam daur tersebut.

1) Hasrat dan rangsangan seksual


Membayangkan pikiran seksual dapat membangkitkan hasrat seksual yang sangat
mempengaruhi kinerja aksi seksual wanita. Hasrat seksual seseorang sebagian besar
didasarkan pada kebiasaan dan latar belakang seseorang demikian juga dengan keinginan
fisiologisnya, walaupun perubahan hasrat seksual tidak akan sebanding dengan jumlah sekresi
hormon seksual wanita tersebut. Hasrat juga akan berubah selama siklus bulanan seksual,
hasrat tertinggi didapatkan 9 hari menjelang ovulasi yang dipercaya karena kadar estrogen
yang sedang tinggi selama periode ini. Rangsang seksual setempat pada wanita terjadi akibat
pemijatan dan tipe rangsangan lain pada daerah vulva, vagina, dan area perineal yang
membangkitkan sensasi seksual. Glans klitoris merupakan organ yang paling peka dalam
menerima dan membangkitkan sensasi seksual. Sinyal sensoris seksual tersebut akan
diteruskan ke segmen sakralis medulla spinalis melalui saraf pudendus dan pleksus sakralis
dan dilanjutkan menuju serebrum. Refleks setempat yang terintegrasi dengan segmen sakralis

23
dan lumbalis juga ikut andil dalam pembentukan reaksi pada organ seksual wanita. (Nunes &
Webb, 2012)

2) Ereksi dan pelumasan pada wanita


Jaringan erektil pada wanita yang mirip dengan jaringan erektil penis, terletak disekitar
introitus dan meluas ke klitoris. Jaringan ini dikendalikan oleh saraf parasimpatis yang
melewati saraf erigentes yang keluar dari pleksus sakralis menuju genitalia eksterna. Pada
tahap awal perangsangan, sinyal parasimpatis menyebabkan arteri sekitar jaringan erektil
melebar yang mungkin dihasilkan dari pelepasan asetikolin, nitrit oksida, dan polipeptida
intestinal vasoaktif pada saraf terminal. Keadaan ini memungkinkan terjadinya akumulasi
darah secara cepat di dalam jaringan erektil sehingga introitus akan mengencang disekeliling
penis. Hal ini akan sangat membantu pria dalam mencapai rangsang seksual yang cukup
sehingga terjadi ejakulasi. 11 Sinyal parasimpatis juga berjalan bilateral menuju kelenjar
bartholini yang terletak dibawah labia minora dan menyebabkan kelenjar tersebut
mensekresikan 10 mucus tepat di dalam introitus. Mucus ini sebagian besar berfungsi sebagai
pelumas selama hubungan seksual yang dibutuhkan untuk mendapat sensasi pijatan yang
memuaskan sehingga tidak terjadi sensasi iritasi yang akan timbul bila vagina kering. Sensasi
pijatan tersebut membentuk rangsangan yang optimal untuk membangkitkan refleks yang
sesuai, yang akan berkulminasi pada klimaks yang dialami baik pria maupun wanita. (Nunes
& Webb, 2012)

3) Orgasme pada wanita


Jika rangsang seksual setempat tadi telah mencapai intensitas maksimal, serta didukung
oleh sinyal fisik yang tepat oleh serebrum, akan terbentuk refleks yang menyebabkan terjadinya
orgasme atau disebut juga klimaks pada wanita. Sensasi seksual yang kuat terbentuk selama
orgasme juga dilewatkan ke serebrum, dan menyebabkan ketegangan otot yang kuat diseluruh
tubuh. Tetapi setelah kulminasi dari aksi seksual, ketegangan tersebut berakhir dan berganti
menjadi suatu kepuasan yang ditandai dengan keadaan relaks, suatu efek yang disebut resolusi.

24
2.5 Proses Terjadinya Fertilisasi dan Implantasi

2.5.1 FERTILISASI
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di
tuba falopi. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus), dengan ejakulasi
sperma dari saluran reproduksi pria didalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani yang
berisi sel–sel sperma dalam saluran reproduksi wanita.
Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut ”masasubur” wanita), maka ada
kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur
wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.

 PROSES FERTILISASI
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina
ke dalam rahim, masuk kedalam tuba.
Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga
oleh peranan kontak simiometrium dan
dinding tuba yang juga terjadi saat
sanggama.

Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium,


ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada
ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopi. Ovum yang dikelilingi oleh
perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10 µm, yang disebut zona pelusida. Sekali
ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi kuning, membentuk
korpus luteum. Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya.

Dari 60 – 100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi, beberapa
juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukusserviks dan mencapai rongga uterus
beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopi yang sempit dan beberapa
diantaranya dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii. Hal
ini disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang berada
dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi. Setelah reaksi kapasitasi,
sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma dekat dengan oosit. Sel sperma

25
yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat – zat dari korona radiata ovum,
sehingga isi akrosomdari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan
korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata,
trypsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati
zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk
membuahi, karena sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan
kaputnya lebih mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali
sebuah spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan
yang sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang
bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian,
sangat jarang sekali terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.

 Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi :


1. Reaksi zona / reaksi kortikal pada selaput zona pelusida
2. Oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oositdefinitif yang
kemudian menjadi pronukleus wanita
3. Inti sperma membesar membentuk pronukleus pria.
4. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.
5. Pronukleus pria dan wanita. Masing – masing haploid, bersatu dan membentuk zygot yang
memiliki jumlah DNA genap / diploid.

PEMBELAHAN

26
Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel–sel yang
dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya yang disebut
blastomer. Sesudah 3 – 4 kali pembelahan : zigot memasuki tingkat 16 sel, disebut stadium
morula (kira – kira pada hari ke 3 sampai ke 4 pasca fertilisasi).Morula terdiri dari inner cell
mass (kumpulan sel – sel di sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan – jaringan
embrio sampai janin) dan outercell mass (lapisan sel di sebelah luar, yang akan tumbuh
menjadi trofoblast sampai plasenta).Kira – kira pada hari ke 5 sampai ke 6, di rongga sela – sela
inner cellmass merembes cairan menembus zona pelusida, membentuk ruang antar sel.

Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot
membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul disalah satu sisi, tetap
berbatasan dengan lapisan sel luar. Pada stadium ini disebut embrioblas dan outer cell mass
disebut trofoblas.

2.5.2 IMPLANTASI
Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsike dalam
endometrium. Pada akhir minggu pertama (hari ke 5 sampai ke 7) zygot mencapai cavumuteri.
Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari
korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya
pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak
antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan
berbagai reaksi seluler, sehingga sel –sel trofoblast zigot tersebut akan menempel dan
mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus (terjadi implantasi). Setelah
implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang
membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta,
yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang
akan tumbuh menjadi janin.

27
PERKEMBANGAN DAN PERJALANAN OVUM

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis dan
kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma ditandai dengan mimpi
basah. Pada system reproduksi wanita memiliki vagina dan ovarium untuk menghasilkan ovum.
Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi kehamilan dan akan
berkembang menjadi janin.

Alat reproduksi wanita dibagi atas 2 bagian yaitu, alat reproduksi luar (genetalia
eksterna), dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam
posisi litotomi, yang fungsinya dikhususkan untuk kopulasi (koitus) dan yang kedua ada alat
reproduksi dalam (genetalia internal).

3.2 Saran

Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga alat
reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa mengatahui dampaknya, pengetahuan
yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran dan tidak menyesatkan. Dengan
demikian orang tersebut akan tetap menghadapi rangsangan dari luar dengan cara yang sehat,
matang dan bertanggung jawab.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bobak et al (2001) ‘Fisiologi Reproduksi Wanita’

Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004,Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity Nursing


(Edisi 4),Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah,Jakarta : EGC.

Juananda, Desby. (2011). Siklus menstruasi dan pengaturannya

Kalyana, M, D. (2006) ‘Perempuan dan Kesehatan Reproduksi’.

Manuaba, I.B.G, dkk. 2007. “Pengantar Kuliah Obstetri”. Jakarta: EGC

Marhen, Y. (2010) 'prostat'.

Mariana, R. (2016) ‘Struktur dan Fungsi Vestibulum’.

Mescher, A. L. (2012) ‘Sistem Reproduksi Pria’, Histologi Dasar Junqueira, pp. 362

-374.

Nunes, K., & Webb, R. (2012). Mechanisms in Erectile Function and Dysfunction: An
Overview. Disease-Associated Mechanisms and Novels Insights into Therapy, 51(3), 22.

Ramlawati, M. (2017) ‘Sistem Organ Pada Manusia’.

Santoso, I, B. (2015) ‘Anatomi Perineum dan Anorektum’.

Sherwood L. edisi 6, 2009

Sherwood. (2014) ‘Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem’.

Syaifuddin. 2011. Anatomi fisiologi kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: buku kedokteran
EGC

Ver, K. ( 2014) ‘Fungsi Bibir Kemaluan Pada Organ Kelamin Wanita’.

Warianto, Chaidar. (2011). Daur Menstruasi

30

Anda mungkin juga menyukai