Anda di halaman 1dari 23

STRUKTUR KURIKULUM MATEMATIKA

SEKOLAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

NAMA : KHAIRUNNISA APRIYANTI (4152111045)

RIAMIN NATALISYA BR P (4151111079)

RIZKI ANGGRAINI (4151111084)

KELAS : MATEMATIKA DIK D 2015

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................... i

Kata Pengantar........................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan .................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan ................................................................................................... 2

Bab III Kesimpulan dan Saran ................................................................................. 18

Bab IV Daftar Pustaka .............................................................................................. 20

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Eri Widyastuti, S.Pd, M.Si selaku dosen yang memberi tugas
bedah buku ini karena bimbingan beliau juga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Sekian kata pengantar dari kami,kami berharap makalah ini berguna bagi para
pembaca. Dan bila ada kata yang kurang berkenan kami sebagai penyusun makalah
mohon maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih dan selamat membaca.

Medan, Februari 2018


Hormat kami,

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para
penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai
kurikulum ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar
pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan
para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan
pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan
pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara
sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan
dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih
efektif dan efisien.

I. 2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik struktur kurikulum sekolah?
2. Bagaimana karakteristik struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP 2006) sesuai Permendikbud No. 61 tahun 2014?
3. Bagaimana panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) 2006?

I. 3. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik struktur kurikulum sekolah.

1
2. Mengetahui karakteristik struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP 2006) sesuai Permendikbud No. 61 tahun 2014.
3. Mengetahui panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) 2006.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Jadi, kurikulum bukan hanya dokumen yang berisi tujuan dan garis
bersar program pengajaran akan tetapi akan berarti setelah diterjamahkan secara
relevan dalam bentuk proses belajar mengajar sebagai bentuk operasional system
kurikulum.
Dalam struktur kurikulum ini akan dibicarakan tentang kompleksitas
pengembangan kurikulum. Kompleksitas ini antara lain disebabkan oleh
kurikulum mempunyai berbagai asas. Tiap asas secara tersendiri sudah cukup
rumit, apalagi kalau dikaitkan dengan asas-asas lainnya. Selain itu kurikulum
terdiri atas berbagai komponen utama yang saling bertalian sehingga membentuk
suatu struktur. Kesulitan bertambah pula karena tidak adanya satu definisi
kurikulum tertentu, akan tetapi banyak rumusannya seakan akan tiap ahli
kurikulum mempunyai rumusannya tersendiri.
Setiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu, yakni:
1. Asas filosofis, yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan.
2. Asas sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan
dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Asas organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana
pelajaran disusun, bagaimana luas dan urutannya.
4. Asas psikologis yang merupakan prinsip-prinsip perkembangan didalam
berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat
dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangannya.
Semua asas-asas itu sendiri cukup kompleks dan selain itu dapat
mengandung hal-hal yang saling bertentangan, sehingga harus diadakan pilihan.
Setiap pilihan akan menghasilkan kurikulum yang berbeda-beda, walaupun hanya

3
mengenai salah satu asas. Selain asas-asas, tiap kurikulum mempunyai sejumlah
komponen yang saling berkaitan erat dan karena itu dapat dikatakan mempunyai
suatu struktur. Asas-asas kurikulum bertalian dengan dengan struktur kurikulum.
Jadi penerapan komponen-komponen struktur kurikulum diperlukan untuk
menggunakan keputusan-keputusan yang diambil tentang asas-asas kurikulum ke
dalam bentuk kurikulum yang akan menjadi pegangan bagi guru dalam kegiatan
kegiatan sekolah.
Komponen-komponen kurikulum
Komponen-komponen kurikulum yang lazim disebut dan selalu
dipertimbangkan dalam pengembangan tiap kurikulum ialah:
1. Tujuan
2. Bahan pelajaran
3. Proses belajar-mengajar
4. Penilaian
Tiap komponen saling bertalian erat dengan semua komponen lainnya, jadi
tujuan bertalian erat dengan bahan pelajaran, proses belajar-mengajar, dan
penilaian. Artinya tujuan yang berlaianan, kognitif, afektif atau psikomotor akan
mempunyai bahan pelajaran yang berlaian, proses belajar mengajar yang lain dan
harus dinilai dengan cara yang lain pula. Demikian pula bila mulai dari komponen
bahan pelajaran, kita lihat hubungannya dengan komponen-komponen lain dalam
struktur kurikulum itu.
Urutan komponen dalam pengembangan kurikulum, biasanya dalam
pengembangan kurikulum secara teoritis mulai dengan merumuskan tujuan
kurikulum, diikuti oleh penentuan atau pemilihan bahan pelajaran, proses belajar-
mengajar, dan alat penilaiannya. Jadi dapat digambarkan sebagi berikut:
1 2 3 4
Merumuskan Memilih Menentukan Membuat Alat
Tujuan Bahan Proses Penilaian
Kurikulum Pelajaran

Namun ada yang membuat agar segera setelah dirumuskan tujuan disusun
alat evaluasinya, kemudian bahan dan proses belajar mengajarnya. Ada pula yang
mulai dengan melihat bahan yang akan dipelajari, sering dengan berpedoman pada

4
buku pelajaran yang dianggap serasi. Sesudah itu baru ditentukan tujuan yang
akan dicapai berdasarkan bahan itu. Akhirnya dipikirkan proses belajar-mengajar
dan cara penilaiannya.
Dalam praktek biasanya semua unsur itu dipertimbangakan tanpa urutan
yang pasti. Sekalipun telah dimulai dengan perumusan tujuan, masih ada
kemungkinan perubahan atau tambahan setelah mempelajari bahan yang dianggap
perlu diberikan. Jadi dalam proses pengembangannya tampak proses interaksi
menuju perpaduan dan penyempurnaan.

B. Pengertian Kurikulum 2006 ( KTSP )


Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2014 membahas tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Terdapat 7 pasal di dalamnya.
Berikut isi pasal yang menjelaskan tentang KTSP.
Pasal 1
Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang selanjutnya disingkat KTSP
adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan.
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
3. Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat SNP adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 2
(1) KTSP dikembangkan, ditetapkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan
pendidikan.
(2) Pengembangan KTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada
SNP dan Kurikulum 2013.
Pasal 3
(1) Pengembangan KTSP paling sedikit memperhatikan:

5
a. acuan konseptual;
b. prinsip pengembangan; dan
c. prosedur operasional.
(2) Acuan konseptual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit
meliputi:
a. peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia;
b. toleransi dan kerukunan umat beragama;
c. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan;
d. peningkatan potensi, kecerdasan, bakat, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik;
e. kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan bermutu;
f. kebutuhan kompetensi masa depan;
g. tuntutan dunia kerja; h. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni;
h. keragaman potensi dan karakteristik daerah serta lingkungan;
i. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
j. dinamika perkembangan global; dan l. karakteristik satuan pendidikan.
(3) Prinsip pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling
sedikit meliputi:
a. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya pada masa kini dan yang akan datang;
b. belajar sepanjang hayat; dan c. menyeluruh dan berkesinambungan.
(4) Prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c paling
sedikit meliputi:
a. analisis;
b. penyusunan;
c. penetapan; dan
d. pengesahan.
(5) Analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a mencakup:
a. analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kurikulum;
b. analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan; dan
c. analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.

6
(6) Penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b mencakup:
a. perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan;
b. pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;
c. pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat
kelas;
d. penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan;
e. penyusunan silabus muatan atau mata pelajaran muatan lokal; dan
f. penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan
pembelajaran.
(7) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dilakukan kepala
sekolah/madrasah berdasarkan hasil rapat dewan pendidik satuan pendidikan
dengan melibatkan komite sekolah/madrasah.
(8) Pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d dilakukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 4
(1) Pengembangan KTSP dilakukan oleh tim pengembang KTSP.
(2) Pengembangan KTSP di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan
atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
(3) Pelaksanaan KTSP merupakan tanggung jawab satuan pendidikan.
Pasal 5
Pengembangan KTSP menggunakan Pedoman Pengembangan KTSP
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, ketentuan dalam Peraturan
Menteri Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang mengatur
mengenai KTSP dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

7
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006
adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara
yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 2 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yakni bahwa semua kurikulum pada jenjang dan jenis
pendiddikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007 dengan
mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor
23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

C. Karateristik Kurikulum 2006 ( KTSP )


Karakteristik KTSP bisa diketahui dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian
Karakteristik dari KTSP itu sendiri, yakni :
a. Beorientasi pada disiplin ilmu (subjek akademis )
Hal ini dapat kita lihat pertama, struktur program KTSP yang memuat
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Kedua,
kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak di ukur dari kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran.
b. Berorientasi pada pengembangan individu ( kurikulum humanistik )
Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang
menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang
disarankan.
c. Kurikulum yang mengakses kepentingan daerah (rekontruksi sosial )
Hal ini tampak pada salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

8
d. Kurikulum teknologis
Hal ini dapat dilihat dari adanya standar kompetensi, kompetensi dasar yang
kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku
yang terukur sebagai bahan penilaian.

D. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


2006
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) menyusun KTSP
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dsar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun agar sejauh
mungkin semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan
taqwa serta akhlak mulia.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat
manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif,
kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu,
kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat
perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial,
spiritual dan kinestetik peserta didik.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan dan keragaman
karakteristik lingkungan, Masing-masing daerah memerlukan pendidikan
sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk
menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
daerah.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan
yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan

9
wawasan nasioan. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara
berimbang dan saling mengisi.
5. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya
pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai
kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan
hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini
sangat penting teritama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta
didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa
masyarakat berbasis pengetahuan dimana IPTEKS sangat berperan
sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus
melakukan adabtasi dan penyesuain perkembangan IPTEKS sehingga
tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
secjalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama
Kurikulum harus dikembangankan untuk mendukung peningkatan iman
dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan
kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua
mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan
akhlak mulia.
8. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun
bangsa, yang sangat penting dalam dinamika perkembangan global
dimana pasar bebas sangat berpengaruh pada semua aspek kehidupan
semua bangsa. Pergaulan antarbangsa yang semakin dengan memerlukan
individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai
kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebnagsaan

10
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan
kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI.
Kurikulum harus dapat mendorong berkembangnya wawasan dan sikap
kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa
dalam wilayah NKRI. Muatan kekhasan daerah harus dilakukan secara
proporsional.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
sosial budaya msyarakat setempat dan menunjang pelestarian keragaman
budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih
dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan
bahasa lain.
11. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang
berkeadilan dan mendukung upaya kesetaraan jender.
12. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi,
dan ciri khas satuan pendidikan.

E. Struktur Kurikulum 2006 ( KTSP )

I. Struktur KTSP Dokumen 1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ( dasar pemikiran penyusunan KTSP )
B. Tujuan Pengembangan KTSP
C. Prinsip Pengembangan KTSP
BAB II TUJUAN PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan
B. Visi Sekolah
C. Misi Sekolah
D. Tujuan Sekolah
BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

11
Meliputi Sub-Komponen :
A. Mata Pelajaran
Berisi Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah yang disusun berdasarkan
kebutuhan siswa dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian SKL.
B. Muatan Lokal
Berisi tentang Jenis, Strategi Pemilihan dan Pelaksanaan Mulok yang
diselengarakan oleh sekolah.
C. Kegiatan Pengembangan Diri
 Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengespresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, bakat, minat peserta didik dan kondisi sekolah.
 Dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan :
 Pelayanan konseling ( kehidupan pribadi, sosial, kesulitan
belajar, karier )
 Pengembangan kreativitas, kepribadian siswa seperti :
Kepramukaan, Kepemimpinan, KIR, dll
 Bukan mata pelajaran dan tidak perlu dibuatkan SK, KD dan Silabus.
 Dilaksanakan melalui ekstrakurikuler
 Penilaian dilakukan kualitatif yang difokuskan kepada perubahan sikap
dan perkembangan prilaku peserta didik detelah mengikuti kegiatan
pengembangan diri.
D. Pengaturan Beban Belajar
 Berisi jumlah beban belajar per mata pelajaran, per minggu, per
semester dan per tahun yang dilaksanakan disekolah sesuai dengan
alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum.
 Sekolah dapat mengatur alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran
pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun pelajaran disesuaikan
dengan kebutuhan, tetapi jumlah beban belajar per tahun secara
keseluruhan tetap.
 Alokasi waktu kegiatan Praktik diperhitungkan sebagai berikut :
2 JPL praktik disekolah setara dengan 1 JPL tatap muka dan 4 JPL
praktik diluar sekolah setara denga 1 JPL tatap muka.

12
 Pemanfaatan alokasi waktu PT dan PTT, harus dirancang secara
tersistem dan terprogram menjadi bagian integral dari KBM pada
Mapel yang bersangkutan.
 Sekolah harus mengendalikan agar pemanfaatan waktu dimaksud
dapat digunakan oleh setiap guru secara efesien, efektif dan tidak
membebani siswa.
E. Ketuntasan Belajar
Berisi tentang kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan Minimal Per
Mata Pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah.
F. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Berisi tentang kriteria dan mekanisme kenaikan kelas dan kelulusan, serta
strategi penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang
diberlakukan oleh sekolah.
G. Penjurusan
Berisi tentang criteria dan mekanisme penjurusan serta strategi
penelusuran bakat, minat dan prestasi yang diberlakukan oleh sekolah.
H. Pendidikan Kecakapan Hidup
 Subtansi kecakapan hidup meliputi : kecakapan pribadi, sosial,
akademik dan vokasional
 Apabila SK dan KD pada mata pelajaran keterampilan tidak sesuai
dengan kebutuhan siswa dan sekolah, maka sekolah dapat
mengembangkan SK dan KD dan Silabus keterampilan lain sesuai
dengan kebutuhan sekolah
 Pengembangan SK dan KD, Silabus, bahan ajar dan penyelenggaraan
pembelajaran keterampilan vokasional dapat dilakukan melalui kerja
sama dengan satuan pendidikan formal/nonformal lain.
I. Pendidikan Berbasis Keugulan Lokal dan Global
 Program pendidikan yang dikembangkan dengan memanfaatkan
keunggulan local dan kebutuhan daya saing global
 Subtitansinya mencakup aspek : ekonomi, budaya, bahsa, TIK, ekologi
dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik

13
 Dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran yang terintegrasi
atau menjadi mata pelajaran Mulok
 Dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan
satuan pendidikan nonformal.
BAB IV KALENDER PENDIDIKAN
Berisi tentang kelender pendidikan yang digunakan oleh sekolah yang disusun
sesuai dengan kebutuhan daerah, karateristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum
dalam Standar Isi.

II. Struktur KTSP Dokumen 2


A. Silabus dari SK dan KD yang dikembangkan pusat
B. Silabus dari SK dan KD yang dikembangkan oleh sekolah
SMP/MTs
A. Silabus Mata Pelajaran ( Kelas VII, VIII dan IX )
B. Silabus Muatan Lokal dan Mapel Lain ( jika ada )
C. Silabus Mapel IPA dan IPS Terapadu (Kelas VII, VIII dan IX )
D. Silabus Keagamaan ( Khusus MTs )
SMA/MA
A. Silabus Mata Pelajaran Wajib
- Kelas X – 16 Mapel
- Kelas XI, XII – IPA – 13 Mapel
- Kelas XI, XII – IPS – 13 Mapel
- Kelas XI, XII – Bahasa – 13 Mapel
B. Silabus Mulok
C. Silabus Keagamaan ( Khusus MA )
SMK
A. Silabus Mata Pelajaran Wajib
B. Silabus Mulok

14
Contoh Struktur Kurikulum Pendidikan Umum
1. Struktur Kurikulum SD/MI

2. Struktur Kurikulum SMP/MTs

15
3. Struktur Kurikulum SMA/MA
 SMA/MA Kelas X

 SMA/MA Kelas XI dan XII IPA

16
 SMA/MA Kelas XI dan XII IPS

17
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

III. 1. Kesimpulan

1. Kurikulum bukan hanya dokumen yang berisi tujuan dan garis bersar
program pengajaran akan tetapi akan berarti setelah diterjamahkan secara
relevan dalam bentuk proses belajar mengajar sebagai bentuk operasional
system kurikulum. Kurikulum terdiri atas berbagai komponen utama yang
saling bertalian sehingga membentuk suatu struktur. Komponen-
komponen kurikulum yang lazim disebut dan selalu dipertimbangkan
dalam pengembangan tiap kurikulum ialah tujuan, bahan pelajaran, proses
belajar-mengajar, dan penilaian.
2. Karakteristik KTSP bisa diketahui dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran,
pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta
sistem penilaian. Karakteristik dari KTSP itu sendiri, yakni beorientasi
pada disiplin ilmu (subjek akademis), berorientasi pada pengembangan
individu (kurikulum humanistik), kurikulum yang mengakses kepentingan
daerah (rekontruksi sosial), dan kurikulum teknologis.
3. Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006
adalah peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, peningkatan
potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan peserta didik, keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia
kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agama,
dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai
kebnagsaan, kondisi sosial budaya masyarakat setempat, kesetaraan
gender, dan karakteristik satuan pendidikan.

III. 2. Saran
Saran – saran yang di sampaikan penulis agar dengan membaca makalah ini
disarankan pada pembaca agar mengetahui tentang pentingnyan kurikulum dalam

18
sistim pembelajaran di sekolah. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah.

19
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61


Tahun 2014. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan
Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Soehendro, Bambang. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Sukmadinata, Nana. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://www.academia.edu/Makalah_Pengembangan_Kurikulum.doc. Diakses pada
22 Februari 2018.

20

Anda mungkin juga menyukai