Pengertian Kota
Pengertian Kota
Berbeda dengan fisik wilayah pedesaan yang banyak didominasi oleh lahan
pertanian, daerah perkotaan dicirikan oleh pola penggunaan lahan yang lebih
banyak merupakan bentang budaya hasi karya manusia, seperti gedung-gedung,
kompleks perumahan penduduk, jalur jalan raya, dan sebagainya. Sangat sulit kita
temui wilayah-wilayah yang masih alamiah. Beberapa contoh bentang budaya yang
menjadi ciri fisik yang khas bagi daerah pekotaan, terutama di kota-kota besar
antara lain:
Wilayah perkotaan, supermarket, gedung-gedung perkantoran dan gedung-
gedung fasilitas hiburan. Kompleks-kompleks bangunan tersebut biasanya terletak
di pusat kota. Setiap hari daerah kota ini senantiasa sibuk sebab merupakan pusat
kegiatan ekonomi penduduk baik di sektor perdagangan maupun di sektor
pelayanan dan jasa. Di wilayah pusat kota besar banyak kita jumpai pusat
perbelanjaan yang menyediakan kebutuhan masyarakat yang tinggal didaerah
sekitarnya.Berdasarkan kemampuannya dalam melayani penduduk yang dating
untuk berbelanja, Arthur B. Gallion dan Simon Eisner mengklasifikasikan pusat
perbelanjaan dalam tiga kelompok, yaitu:Neighborhood Centre, yaitu pusat
perbelanjaan yang memiliki kapasitas untuk melayani penduduk kota sekitar 7.500
sampai 20.000 orang. (a). Community Centre,yaitu pusat perbelanjaan yang
mampu melayani penduduk kota sekitar 20.000 sampai 100.000 orang. (b). Regional
Centre, yaitu pusat perbelanjaan yang melayani penduduk kota sekitar 100.000
sampai 250.000 orang. (c). Gedung-gedung pemerintahan, baik itu pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah
Alun-alun yang terletak di pusat kota. Menurut sejarahnya alun-alun
berfungsi sebagai tempat pertemuan raja (pemerintah) dengan rakyatnya, namun
pada saat ini fungsinya sudah mulai berubah menjadi tempat istirahat atau jalan-
jalan masyarakat yang mengunjungi pusat kota.
Tempat parkir kendaraan penduduk. Tempat parkir kendaraan ada yang
secara khusus dislokalisasi di tempat tertentu namun ada pula yang disediakan di
pinggiran jalan.
Sarana rekreasi masyarakat, terdiri atas rekreasi pendidikan (misalnya
musium dan planetarium) sarana rekreassi hiburan seperti gedung film atau
tempat-tempat hiburan lainnya, dan sarana rekreasi olah raga, seperti kolam
renang.
Sarana olahraga misalnya sport centre, gelora, dan lapangan sepak bola.
Open space, yaitu daerah terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru kota,
biasanya berupa green belts atau jalur-jalur hijau, yakni pohon-pohon yang
ditanam di sepanjang jalan, serta city gardensatau taman kota.
Kompleks perumahan penduduk yang terdiri atas : (a). Daerah pemukiman
kumuh (slums area) yang dihuni oleh penduduk kota yang gagal atau kalah bersaing
dengan penduduk lainnya dalam pencapaian tingkat kehidupan yang layak. Daerah
kumuh ini ditandai oleh kondisi rumah yangtidak layak huni, kualitas lingkungan
yang kotor dan jorok, dihuni oleh sebagian penduduk yang keadaan ekonominya pas-
pasan bahkan miskin, serta tingkat kriminalitas didaerah tersebut relatif tinggi,
seperti pencurian, perkelahian antar anggota masyarakat dan lain-lain. (b). Daerah
pemukiman masyarakat ekonomi lemah sampai menengah, misalnya rumah sangat
sederhana (RSS), rumah susun sederhana dan rumah-rumah BTN tipe kecil.
(c). Daerah pemukiman masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas, seperti
rumah-rumah BTN tipe besar, rumah real estate dan apartemen mewah atau
kondominium.
3. Ciri-Ciri Masyarakat Kota
Menurut N.R saxena tahapan pemusatan penduduk kota adalah sebagai berikut:
1. Infant Town dengan jumlah penduduk 5.000 sampai dengan 10.000
orang.
2. Township yang terdiri atas adolescent township, mature
township dan specialized township dengan jumlah penduduk antara 10.000
s/d 50.000 orang.
3. Town city terdiri atas adolescent town, mature town, specialized
town dan adolescent city dengan jumlah penduduk berkisar 100.000
s/d 1.000.000 orang.
Pemerintah Republik Indonesia membuat penggolongan kota berdasarkan jumlah
penduduk sebagai berikut (diolah dari Urban Population Growth of Indonesia,
1980-1990):
1. Kota kecil, jumlah penduduk antara 20.000 s/d 50.000 orang jiwa.
Contohnya Padang panjang (32.104 orang), Banjaran (48.170 orang).
2. Kota sedang, jumlah penduduk antara 50.000 s/d 100.000 jiwa.
Contohnya Sibaloga (71.559 orang), Bukit Tinggi (71.093 orang), Mojokerto
(96.626 orang), Palangkaraya (99.693 orang) dan Gorontalo (94.058 orang).
3. Kota besar,jumlah penduduk antara 100.000 orang sampai dengan
1.000.000 orang. Contoh: Padang 477.064 orang; Jambi 301.430 orang;
Cirebon 244.906 orang;Surakarta 503.827 orang; Kediri 235.333 orang.
4. Metropolis, jumlah penduduk di atas 1.000.000 jiwa. Contoh: Jakarta
dengan jumlah penduduk 8.222.515 orang; Bandung dengan jumlah
penduduknya 2.125.159 orang,Surabaya 2.410.417 orang dan Medan dengan
jumlah penduduk 1.685.272 orang.
Sistem klasifikasi kota secara non
b. Klasifikasi Kota Secara Non Numerik (Kualitatif).
numerik dapat di artikan sebagai penggolongan yang di dasarkan atas unsur-unsur
kualitatif dari suatu kota, kondisi social penduduk dan sebagainya:
Tahap Eopolis, yaitu tahap perkembangan desa yang sudah teratur ,
sehingga organisasi masyarakat penghuni daerah tersebut sudah mulai
memperlihatkan ciri-ciri perkotaan. Tahapan ini merupakan peralihan daari pola
kehidupan desa yang tradisional kearah kehidupan kota.
Tahap Polis, yaitu tahapan dimana suatu daerah kota yang masih bercirikan
sifat-sifat agraris atau berorientasi pada sektor pertanian. Sebagian besar kota-
kota di Indonesia masih berada di tahap ini.
Tahap Metropolis, yaitu kota merupakan kelanjutan dari tahap polis.
Tahapan ini ditandai oleh sebagian besar orientasi kehidupan ekonomi penduduknya
mengarah kesektor industri. Kota- kota di Indonesia yang tergolong pada tahapan
metropolis adalah Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Tahap Megapolis (kota maha besar) yaitu suatu wilayah perkotaan yang
ukurannya sangat besar,biasanya terdiri atas beberapa kota metropolis yang
menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan. Balam beberapa segi kota
megapolis telah mencapai titik tertinggi dan memperlihatkan tanda-tanda akan
mengalami penurunan kualitas. Contah Bos-Wash (jalur kota Boston sampai dengan
Wasington di Amerika Serikat). San-san (jalur kota San Diego sampai San
Fransisco di Amerik Serikat), Randstad Holland mulai kota Doordecht sampai
Archem di Netherland.
Tahap Tryanopolis, yaitu tahapan kota yang kehidupannya sudah di kuasai
oleh triani, kemacetan-kemacetan,kekacuan pelayanan, kejahatan, dan kriminalitas
yang bias terjadi.
Tahap Nekropolis, yaitu tahapan perkembangan kota yang menuju ke arah
kematiannya.
Selain berdasarkan tahapan perkembangannya, kota juga masih dapat
digolongkan dengan memperhatikan fungsi sosialnya. Sistem penggolongan kota
atas dasar fungsi sosialnya bersifat relatif, maksudnya adalah bahwa fungsi kota
di permukaan bumi tidak bersifat tetap untuk selamanya. Ada kalanya sebuah
kota akan beralih fungsi, misalnya dari sebuah kota pusat perdaganan menjadi
pusat industri. Selain itu dapat pula terjadi sebuah kota memiliki fungsi lebih
satu,misalnya kota Jakarta sebagai sebuah kota memiliki fungsi lebih dari
satu, misalnya kota Jakarta sebagai pusat
pemerintahan dan pariwisata. Berdasarkan fungsinya kota dapat di bedakan:
Kota Pusat Produksi yaitu kota yang berfungsi sebagai pemasok barang-
barang yang di butuhkan oleh wilayah lain. Barang-barang yang di suplay oleh kota
produksi dapat berupa bahan mentah dan atau barang setengah jadi. Karena itu
kota pusat produksi dapat dibedakan atas kota penghasil bahan mentah, seperti
Bukit Asam dan Obilin (batubara), Bontang (LNG), Mojokerto (yodium) serta kota
industri manufaktur (mengubah bahan mentah menjadi barang jadi dan setengah
jadi) seperti Cilegon (industri besi dan baja), Bandung Raya (industri tekstil),
Yokohama, Nagoya, Kobe dan Horoshima (industri berat).
Kota pusat perdagangan baik yang bersifat lokal maupun regional dan
internasional. Contoh: Bremen pusat perdagangan tembakau, Singapura pusat
perdagangan internasional, Philadelphia, pusat pelabuhan di Pantai Atlantik yang
mengekspor batubara dan baja, Richmond pelabuhan perdagangan di USA yang
banyak mengekspor tembakau dan kota-kota perdagangan di Indonesia.
Kota pusat pemerintahan: ibukota suatu negara merupakan contoh paling
jelas untuk melihat fungsi kota sebagai pusat pemerintahan. Biasanya kantor-
kantor lembaga tinggi beserta kantor pemerintahan tingkat pusat terdapat di
ibukota negara yang bersangkutan. Contoh: Jakarta, Berlin, London, Istambul dan
sebagainya.
Kota pusat kebudayaan, biasanya sangat berhubungan dengan adat istiadat
yang berlaku pada masyarakat setempat. Misalnya kesenian tradisional, tata cara
keagamaan, atau bentuk-bentuk budaya yang lainnya yang masih dipegang teguh
oleh penduduk setempat. Contoh: beberapa kota di propinsi Bali, Yogyakarya,
Surakarta dan beberapa kota di India sebagai pusat agama dan kebudayaan Hindu,
Roma dan Vatikan sebagai pusat agama dan kebudayaan Kristen Katolik, serta
Mekah sebagai kota pusat agama dan kebudayaan Islam.
5. Pengertian Perkembangan Kota
Bila kita membicarakan tentang perkembangan kota, maka berarti kita dihadapkan
pada dua aspek. Pertama aspek yang menyangkut perubahan–perubahan yang
dikehendaki dan yang dialami oleh warga kota. Kedua aspek yang menyangkut
perluasan atau pemekaran kota.
Cara dan skala pemekaran daerah perkotaan pada masa sekarang sudah berbeda
dengan masa–masa dahulu. Pada masa dahulu pemekaran daerah perkotaan akan
mengikuti pola dari inti kotanya. Jadi apabila inti kotanya akan berbentuk persegi
maka pemekarannya sedikit banyak juga akan berbentuk persegi. Lain halnya
dengan keadaan sekarang, bentuk pemekarannya dapat berbentuk bebas, apabila
dengan perkembangan industri dan teknologi modern.
Demikian pula unsur–unsur geografi seperti topografi, tanah, sumber air dan
sebagainya tidak luput dari penyebab timbulnya kota dan perkembangannya.
Mengikuti tahap–tahap perkembangan kota sejak sebelum masehi sampai zaman
modern, perkembangannya tidak hanya dalam arti kuantitatif seperti jumlah
penduduk, bertambahnya bangunan dan jalur–jalur transportasi, tetapi juga dalam
arti kualitatif yaitu terjadinya atau terbentuknya berbagai organisasi dan
kelembagaan yang ikut menghidupkan kota.
Sebagai salah satu konsekuensi dari adanya pekembangan ini, maka perencanaan
pengembangan kota harus menjadi program utama. Hal ini sangat penting,
mengingat bahwa adanya urbanisasi yang ternyata banyak menimbulkan masalah–
masalah sosial ekonomi di kota. Masalah–masalah tersebut perlu diatasi dengan
sebaik-baiknya.
Kemacetan–kemacetan dalam lalu lintas ini akan dapat menghambat arus barang,
arus kontak ekonomi dan kontak sosial. Dengan perkembangan kota ini banyak
dihadapi segi–segi positif, tetapi juga segi–segi negatif. Gedung–gedung
bertamabah, hotel mewah bertambah, pasar bertamabah tetapi angka kriminalitas
dan angka kecelakaan juga bertambah. Oleh karena itu sangat dibutuhkan para ahli
dan para perencana kota dan pemimpin-pemimpin kota untuk memikirkan secara
terperinci dan menyeluruh mengenai proses perkembangan kota.
Dalam proses konurbasi ini, maka daerah–daerah yang disebut selaput inti kota
meluas terus ke arah luar. Bersamaan dengan itu pula selaput inti kota lain juga
mengalami ekspansi. Kemudian kedua batas kota akhirnya akan bertemu dan
dengan demikian akan terjadi semacam peleburan antara dua daerah perkotaan
dengan dua inti kota. Konurbasi ini dapat pula terbentuk anatara beberapa daerah
perkotaan dengan tiga nucleus atau lebih. Kejadian ini disebut dengan konurbasi
”sruktur polinukleus”.
Kota kembar atau twin towns, twin cities dapat pula dipakai petunjuk adanya
perkembangan daerahkekotaan. Bedanya dengan konurbasi adalah kota kembar itu
memiliki corak pelayanan yang sama. Biasanya kota–kota itu merupakan kota–kota
industri kecil, kota–kota rekreasi atau kelompok pemukiman yang bergabung,
tetapi tidak sampai dapat membentuk satu fokus.
Pemekaran kota pada umumnya digerakan oleh pengaruh dari dalam dan pengaruh
dari luar. Pengaruh-pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana pengembangan
dari para perencana kota, desakan-desakan warga kota akibat dari angka
kelahiran. Pengaruh dari luar berupa berbagai daya tarik dari daerah belakang
kota atau hinterland kota. Apabila kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang
sama, maka pemekaran kota akan terjadi lebih cepat.
Adanya perkembangan kota juga dapat dilihat pada perubahan struktur yaitu
dengan terjadinya perubahan dari struktur agraris ke struktur yang non agraris.
Demikian pula nampak pada cara pnduduk kota menggunakan gedung atau
perumahan mereka. Pada semula perubahan-perubahan mereka atau gedung-
gedung di kota hanya mempunyai fungsi tunggal, tetapi sekarang sudah mempunyai
fungsi lebih dari satu. Misalnya saja perubahan di pinggir jalan besar yang
digunakan untuk tempat tinggal dan sekaligus untuk tokohnya atau rumah makan
atau travel service dan sebagainya.
Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari penghuni kota maupun dari
arus penduduk yang masuk dan luar kota mengakibatkan bertambahnya
perumahan-perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam
kota. Semakin banyaknya anak-anak kota yang menjadi besar, semakin banyak pula
diperlukan gedung-gedung sekolah. Bertambahnya pelajar dan mahasiswa berarti
juga bertambahnya sepeda dan kendaraan bermotor roda dua. Toko-toko, warung
makanan atau restoran bertambah terus sehingga makin mempercepat habisnya
tanah-tanah kosong di dalam kota. Di kota-kota yang sudah maju, kota tidak hanya
meluas secara mendatar tetapi juga menegak. Gedung-gedung bertingkat
merupakan ciri-ciri khas untuk kota yang modern.
Segi positif dari perkembangan kota ada, misalnya mudahnya berpegian dengan
kendaraan bermotor, mudahnya berhubungan dengan telepon, mudahnya
mendapat hiburan di gedung biskop dan masih banyak lagi. Pemekaran kota
mempunyai arah yang berbeda-beda tergantung pada kondisi kota dan kondisi
sekitarnya.
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Dari gambar 1, nampak bahwa daya tank dari luar kota adalah pada daerahdaerah
dimana kegiatan ekonomi banyak menonjol, yaitu di sekitar pelabuhan dan di
sekitar hinterland yang subur. Harga tanah di sepanjang jalan raya akan lebih
tinggi daripada tanah-tanah di sekitar pegunungan.
Pada gambar 2, nampak bahwa pusat-pusat kota lain yang mempunyai fungsi
sebagai kota industri dan kota dagang mempunyai daya tank di bidang usaha. Di
samping itu juga daerah-daerah di sekitar pusat rekreasi tidak kalah pula dalam
menarik penduduk kota keluar. Bangunan untuk peristirahatan, permainan anak-
anak, lapangan olah raga dan rumah makan berkembang di daerah tersebut.
Arus penduduk ke kota banyak disebabkan oleh daya tarik ekonomi dan
kesempatan kerja yang ada dengan upah yang cukup. Di negara-negara sedang
berkembang seperti juga indonesia mengalami urbanisasi yang semakin luas dan
semakin populer. Disamping faktor-faktor yang menarik ada pula sebab-sebab lain
yang mendorong, antara lain menurunnya penghasilan penduduk di daerah
pedesaan sebagai akibat dari pertambahan penduduk di desa yang tidak
dapat ditampung oleh tanah-tanah pertanian di daerah pedesaan,faktor
psikologis, faktor pendidikan dan faktor budaya dapat pula menjadi sebab dari
urbanisasi ini
b. Masalah sampah
Sumber utama dari sampah adalah manusia, dimana ada manusia di terdapat di situ
terdapat sampah.Sampah yang tertimbuh dan tidak di buang dengan segera akan
merupakan sumber penyakit, sumber polusi,sumber bau yang tidak enak dan tidak
sehat, masalah sampah ini timbul di kota,karena beberapa sebab, di antaranya :
Bertambahnya penduduk
Jumlah tempat sampah yang kurang dapat menampung sampah
Tenaga pengangkut dan alat pengangkut yang tidak mencukupi
Cara-cara pembuangan dan pembersihan yang tidak benar
Kesadaran penduduk yang masih kurang terhadap kebersihan kota dan
kesehatan kota
Bertambahnya penduduk kota berarti pula bertambahnya pasar–pasar, toko–toko
yang merupakan sumber asal mula sampah. Misalnya daun
pembungkus, plastik, kulit buah–buahan, kertas, karton dan sebagainya.
Gejala–gejala lain yang nampak sebagai salah satu jalan mengatasi kepadatan lalu
lintas adalah pembuatan jalan-jalan by–pass. Pemakaian helm yang di pakai
pengendara sepeda roda dua merupakan salah satu gejala modernisasi kehidupan
kota sebagai akibat dari demikian banyaknya korban kecelakaan.
Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa daerah kekotaan dapat dibagi dalam
lima (5) zone, yaitu :
1. Zone pusat daerah kegiatan atau Central Bistricts atau Loop. Dalam
zona PDK ini terdapat toko-toko besar, bangunan-bangunan kantor yang
kadang-kadang atau sering juga bertingkat, bank, rumah makan, museum
dan sebagainya.
2. Zone peralihan atau sering Disebut Zone Transisi. Zone ini
merupakan daerah yang terikat dengan pusat daerah kegiatan. Penduduk
zone ini tidak stabil, baik ditinjauh dari segi tempat tinggal maupun dari
segi social ekonomi. Daerah ini dikategorikan dalam daerah yang
berpenduduk miskin. Dalam rencana pengembangan kota daerah ini akan
diubah menjadi daerah yang lebih baik dan berguna,antara lain untuk
kompleks perhotelan, tempat-tempat parker dan jalan-jalan utama yang
menghubungkan inti kota dengan daerah-daerah di luarnya.
3. Zone Pemukiman Klas Proletar. Nampak dalam zone ini bawah
perumahannya sedikit lebih baik dari perumahan mereka yang bertempat
tinggal di zone peralihan. Daerah-daerah ini didiami oleh para pekerja yang
kurang mampu,rumah-rumahnya kecil dan daerah ini tidak begitu
menarik. Zone ini dikenal dengan istilah Workingmen’s Home.
4. Zone pemukiman Klas Menengah atau Residentatial Zone, ini
merupakan kompleks perumahan dari para karyawan klas menengah, mereka
memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik di bandingkan
dengan perumahan di daerah klas proletar.
5. Zone penglaju atau Zone Commuters, merupakan suatu daerah yang
sudah memasuki daerah belakang atau hinterland. Penduduk dari daerah ini
bekerja di kota. Mereka pergi ke kota dengan naik sepeda,naik bus, kereta
api pada pagi hari dan sore harinya mereka pulang ke rumah masing-
masing. Oleh karena itu zone ini disebut zone penglaju.
Gambar Pola Keruangan Daerah Kekotaan Menurut Teori Konsentris
Pola keruangan seperti di atas bukan berarti sudah ideal,jadi tidak selalu tepat
dengan nyata. Oleh karna itu kemudian timbulah teori yang lain seperti yang
dikemukakan Homer Hoyt yang terkenal sebagai pembentuk teori sektor mengenai
perkembangan daerah kekotaan.
Selanjutnya Homer Hoyt beranggapan bahwa kota dapat berkembang melalui tiga
cara:
Pertama, sebuah kota tumbuh secara menegak,ini disebabkan karena stuktur
keluarga tunggal semakin lama menjadi struktur keluarga ganda. Dengan demikian
tiimbul rumah-rumah flat atau apartemen yang memisahkan keluarga satu dengan
keluarga lainnya. Bila perluasan keluar menjadi terbatas maka terjadi rumah-
rumah flat yang bertingkat.
Kedua, sebuah kota yang masih memiliki cukup ruang kosong dapat diisi atau
terisi oleh bangunan-bangunan perumahan dan kantor-kantor di sela kota.
Ketiga, sebuah kota dapat meluas dengan arah sentrifugal atau lateral keluar.
Sebagai tambahan keterangaan dapat dijelaskan disini, bahwa pola perluasan atau
pemekaran atau ekspansi kota dapat terjadi dalm 3 bentuk:
Perluasan mengikuti pertumbuhan sumbu atau perluasanya mengikuti jalur-
jalur transportasi kearah daerah-daerah perbatasan kota
Daerah-daerah diluar kota yang terisolir semakin lama semakin berkembang
juga dan akirnya menggabung pada kota
Dengan bergabungnya nucleus utama dengan nukleus-nukleus dikota kota
kecil yang berada diluar kota dapat terbentuk konurbasi
Teori lain yang dikenal adalah Teori inti ganda atau Multiple Nuclei. Dalam teori
ini pola keruanganya tidak konsentris dan seolah olah meruakan inti yang berdiri
sendiri. Teori ni juga beranggapan bahwa tidak ada urutan-urutan yang teratur
dari zone-zone seperti yang dianggap oleh teori konsentris .
Gambar Pola Keruangan Daerah Kekotaan Menurut Teori Inti Ganda
Dari beberapa teori diatas, kemudian muncul beberapa kritik, diantaranya yang
dikemukakan oleh Maurice R. Devie dalam bukunya The pattern of Urban
Growth. Keberatan-keberatan yang diajukan sebagai berikut:
Bentik PDK tidaklah bulat, tetapi cendrung berbentuk segi empat atau
persegi panjang .
Penggunaan tanah perdagangan meluar keluar secara radial sepanjang jalan
dan memusat pada tempat-tempat tertentu yang strategis dan membentuk pusat-
pusat sub atau sub centers.
Daerah industri terletak dekat jalan raya, dekat sungai sehingga tidak akan
terjadi daerah-daerah industri yang mengelompok.
Perumaan kelas rendah dapat di jumpai dekat daerah-daerah indusri dan
transportasi.
Perumahan kelas rendah dan kelas tinggi terdapat dimana-mana, jadi tidak
akan terjadi pengelompokan-pengelompokan.
Kritik ini dapat dibenarkan juga, tetapi sudah di nyatakan lebih dahulu, bahwa
teori Burgess adalah teori ideal sifatnya dan tentunya tidak selalu tepat, karena
perbedaan kondisi geografis, ekonomi, kultral dan politik. Demikian dengan teori-
teori lainya. Teori ini sebenarnya merupakan suatu usaha pendekatan akademis
terhadap proses dan pola perkembangan daerah kekotaan.