Anda di halaman 1dari 19

Ciri-Ciri Fisik Kota

Berbeda dengan fisik wilayah pedesaan yang banyak didominasi oleh lahan
pertanian, daerah perkotaan dicirikan oleh pola penggunaan lahan yang lebih
banyak merupakan bentang budaya hasi karya manusia, seperti gedung-gedung,
kompleks perumahan penduduk, jalur jalan raya, dan sebagainya. Sangat sulit kita
temui wilayah-wilayah yang masih alamiah. Beberapa contoh bentang budaya yang
menjadi ciri fisik yang khas bagi daerah pekotaan, terutama di kota-kota besar
antara lain:
 Wilayah perkotaan, supermarket, gedung-gedung perkantoran dan gedung-
gedung fasilitas hiburan. Kompleks-kompleks bangunan tersebut biasanya terletak
di pusat kota. Setiap hari daerah kota ini senantiasa sibuk sebab merupakan pusat
kegiatan ekonomi penduduk baik di sektor perdagangan maupun di sektor
pelayanan dan jasa. Di wilayah pusat kota besar banyak kita jumpai pusat
perbelanjaan yang menyediakan kebutuhan masyarakat yang tinggal didaerah
sekitarnya.Berdasarkan kemampuannya dalam melayani penduduk yang dating
untuk berbelanja, Arthur B. Gallion dan Simon Eisner mengklasifikasikan pusat
perbelanjaan dalam tiga kelompok, yaitu:Neighborhood Centre, yaitu pusat
perbelanjaan yang memiliki kapasitas untuk melayani penduduk kota sekitar 7.500
sampai 20.000 orang. (a). Community Centre,yaitu pusat perbelanjaan yang
mampu melayani penduduk kota sekitar 20.000 sampai 100.000 orang. (b). Regional
Centre, yaitu pusat perbelanjaan yang melayani penduduk kota sekitar 100.000
sampai 250.000 orang. (c). Gedung-gedung pemerintahan, baik itu pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah
 Alun-alun yang terletak di pusat kota. Menurut sejarahnya alun-alun
berfungsi sebagai tempat pertemuan raja (pemerintah) dengan rakyatnya, namun
pada saat ini fungsinya sudah mulai berubah menjadi tempat istirahat atau jalan-
jalan masyarakat yang mengunjungi pusat kota.
 Tempat parkir kendaraan penduduk. Tempat parkir kendaraan ada yang
secara khusus dislokalisasi di tempat tertentu namun ada pula yang disediakan di
pinggiran jalan.
 Sarana rekreasi masyarakat, terdiri atas rekreasi pendidikan (misalnya
musium dan planetarium) sarana rekreassi hiburan seperti gedung film atau
tempat-tempat hiburan lainnya, dan sarana rekreasi olah raga, seperti kolam
renang.
 Sarana olahraga misalnya sport centre, gelora, dan lapangan sepak bola.
 Open space, yaitu daerah terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru kota,
biasanya berupa green belts atau jalur-jalur hijau, yakni pohon-pohon yang
ditanam di sepanjang jalan, serta city gardensatau taman kota.
 Kompleks perumahan penduduk yang terdiri atas : (a). Daerah pemukiman
kumuh (slums area) yang dihuni oleh penduduk kota yang gagal atau kalah bersaing
dengan penduduk lainnya dalam pencapaian tingkat kehidupan yang layak. Daerah
kumuh ini ditandai oleh kondisi rumah yangtidak layak huni, kualitas lingkungan
yang kotor dan jorok, dihuni oleh sebagian penduduk yang keadaan ekonominya pas-
pasan bahkan miskin, serta tingkat kriminalitas didaerah tersebut relatif tinggi,
seperti pencurian, perkelahian antar anggota masyarakat dan lain-lain. (b). Daerah
pemukiman masyarakat ekonomi lemah sampai menengah, misalnya rumah sangat
sederhana (RSS), rumah susun sederhana dan rumah-rumah BTN tipe kecil.
(c). Daerah pemukiman masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas, seperti
rumah-rumah BTN tipe besar, rumah real estate dan apartemen mewah atau
kondominium.
3. Ciri-Ciri Masyarakat Kota

Masyarakat kota merupakan kelompok penduduk yang anggotanya sangat


heterogen terdiri atas masyarakat dari beberapa lapisan atau tingkatan, seperti
tingkst pendidikan, status social ekonomi dan daerah asal atau kampong
halamannya. Penduduk kota dapat dibedakan atas penduduk asli kota dan para
imigran, yaitu penduduk desa yang datang kekota untuk tujuan-tujuan tertentu
seperti melanjutkan sekolah atau bekerja.
Beberapa ciri masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, antara lain :
 Adanya heterogenitas sosial, artinya bahwa masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah perkotaan sangat beranekaragam.
 Sikap hidup penduduk bersifat egois dan individualistik. Artinya bahwa
kebanyakan penduduk kota cenderung lebih memikirkan diri sendiri tanpa
mempedulikan anggota masyarakat lainnya. Sikap individualistik ini terjadi akibat
persaingan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari antara sesama
aggota masyarakat kota sangat tinggi, sehingga masing-masing penduduk
disibukkan oleh kepentingan pribadi tanpa harus bergantung pada lorang lain.
 Hubungan sosial yang bersifat gesselschaft yang artinya bahwa hubungan
sesama anggota masyarakat sangat terbatas pada bidang-bidang tertentu
saja. Hubungan sosial ini tidak didasarkan pada sifat kekeluargaan atau gotong
royong, tetapi lebih didasarkan pada hubungan fungsional, misalnya antara buruh
dan majikan, antara sesama karyawan, rekan sejawat, atasan dan bawahan antara
teman-teman satu sekolahan dan sebagainya.
 Adanya segregasi keruangan. Segregasi yaitu pemisahan yang dapat
menimbulkan kelompok-kelompok atau kompleks-kompleks tertentu. Contohnya
antara lain kompleks pegawai negri sipil, kompleks perumahan tentara, kompleks
pertokoan, daerah pecinan, kampung arab, kampung melayu, dan sebagainya.
Sebenarnya segregasi ini timbul akibat adanya heterogenitas sosial.
 Norma-norma keagamaan tidak begitu ketat.
 Pandangan hidup masyarakat kota lebih rasional dibanding masyrakat desa.
Hal ini karena masyarakat kota lebih terbuka dalam menerima budaya baru. Selain
itu, laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah perkotaan cepat
diterima masyarakat.
4. Klasifikasi Kota
Sistem penggolongan atau pengklasifikasian kota dapat didasarkan atas beberapa
faktor, misalnya jumlah penduduk yang tinggal di suatu kota, fungsi kota ataupun
luas kota. Biasanya sistem penggolongan yang dilakukan oleh suatu negara tidak
sama dengan negara lainnya. Hal ini berhubungan dengan tingkat kemajuan
pembangunan yang telah dicapai serta jumlah penduduk negara yang bersangkutan.
Selain itu masih banyak istilah-istilah yang berhubungan dengan kota yang kerap
kali membingungkan, seperti city,town, dan urban. City dapat diartikan sebagai
kota, town adalah kota kecil, sedangkan urban atau wilayah perkotaan mempunyai
pengertian sebagai suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan kota. Jadi
walaupun letaknya di pinggiran kota, namun apabila daerah tersebut telah
memperlihatkan tanda-tanda kehidupan penduduknya yang menyerupai masyarakat
kota, maka daerah tersebut dinamakan wilayah perkotaan.
Secara umum klasifikasi kota dapat dibedakan atas :
a. Klasifikasi kota secara numerik (Kuantitatif). Adalah cara penggolongan kota
yang didasarkan atas unsur-unsur kuantitas (jumlah) yang terdapat di kota
tersebut, seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas wilayah kota
ataupun perbandingan jenis kelamin (sex ratio) penduduk yang tinggal di daerah
tersebut. Kiasifikasi numerik ini banyak digunakan dalam menentukan tingkat
perkembangan suatu kota, walaupun belum ada standar yang berlaku secara umum
di semua negara. Misalnya saja untuk negara Swedia, apabila suatu daerah telah
memiliki jumlah penduduk sebanyak 200 jiwa, maka daerah tersebut sudah dapat
dikatakan kota. Untuk negara Amerika Serikat dan Meksiko, batas minimal suatu
daerah dikatakan kota adalah jika telah dihuni oleh 2.500 jiwa, sedangkan di
Canada adalah 1.000 jiwa.
Sistem penggolongan kota secara kuantitatif berdasarkan gejala pemusatan
penduduk yang paling umum kita jumpai ialah yang dibuat oleh C. Doxiadis dan N.R.
Saxena. Doxiadis mengklasifikasikan tingkat perkembangan kota berdasarkan
gejala pemusatan penduduk menjadi 12 tahapan, yaitu:

No Nama Tahapan Kota Jumlah Penduduk


Minimal
1. Dwelling Group 40 orang

2. Small Neighborhood 250 orang


3. Neighborhood 1.500orang
4. Small Town 9.000 orang
5. Town 50.000 orang
6. Large City 300.000 orang
7. Metropolis 2.000.000 orang
8. Conurbation 14.000.000 orang
9. Megalopolish 100.000.000 orang
10. Urban Region 700.000.000 orang
11. Urban Continent 5.000.000.000 orang
12. Ecumenepolish 30.000.000.000 orang

Menurut N.R saxena tahapan pemusatan penduduk kota adalah sebagai berikut:
1. Infant Town dengan jumlah penduduk 5.000 sampai dengan 10.000
orang.
2. Township yang terdiri atas adolescent township, mature
township dan specialized township dengan jumlah penduduk antara 10.000
s/d 50.000 orang.
3. Town city terdiri atas adolescent town, mature town, specialized
town dan adolescent city dengan jumlah penduduk berkisar 100.000
s/d 1.000.000 orang.
Pemerintah Republik Indonesia membuat penggolongan kota berdasarkan jumlah
penduduk sebagai berikut (diolah dari Urban Population Growth of Indonesia,
1980-1990):
1. Kota kecil, jumlah penduduk antara 20.000 s/d 50.000 orang jiwa.
Contohnya Padang panjang (32.104 orang), Banjaran (48.170 orang).
2. Kota sedang, jumlah penduduk antara 50.000 s/d 100.000 jiwa.
Contohnya Sibaloga (71.559 orang), Bukit Tinggi (71.093 orang), Mojokerto
(96.626 orang), Palangkaraya (99.693 orang) dan Gorontalo (94.058 orang).
3. Kota besar,jumlah penduduk antara 100.000 orang sampai dengan
1.000.000 orang. Contoh: Padang 477.064 orang; Jambi 301.430 orang;
Cirebon 244.906 orang;Surakarta 503.827 orang; Kediri 235.333 orang.
4. Metropolis, jumlah penduduk di atas 1.000.000 jiwa. Contoh: Jakarta
dengan jumlah penduduk 8.222.515 orang; Bandung dengan jumlah
penduduknya 2.125.159 orang,Surabaya 2.410.417 orang dan Medan dengan
jumlah penduduk 1.685.272 orang.
Sistem klasifikasi kota secara non
b. Klasifikasi Kota Secara Non Numerik (Kualitatif).
numerik dapat di artikan sebagai penggolongan yang di dasarkan atas unsur-unsur
kualitatif dari suatu kota, kondisi social penduduk dan sebagainya:
 Tahap Eopolis, yaitu tahap perkembangan desa yang sudah teratur ,
sehingga organisasi masyarakat penghuni daerah tersebut sudah mulai
memperlihatkan ciri-ciri perkotaan. Tahapan ini merupakan peralihan daari pola
kehidupan desa yang tradisional kearah kehidupan kota.
 Tahap Polis, yaitu tahapan dimana suatu daerah kota yang masih bercirikan
sifat-sifat agraris atau berorientasi pada sektor pertanian. Sebagian besar kota-
kota di Indonesia masih berada di tahap ini.
 Tahap Metropolis, yaitu kota merupakan kelanjutan dari tahap polis.
Tahapan ini ditandai oleh sebagian besar orientasi kehidupan ekonomi penduduknya
mengarah kesektor industri. Kota- kota di Indonesia yang tergolong pada tahapan
metropolis adalah Jakarta, Bandung dan Surabaya.
 Tahap Megapolis (kota maha besar) yaitu suatu wilayah perkotaan yang
ukurannya sangat besar,biasanya terdiri atas beberapa kota metropolis yang
menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan. Balam beberapa segi kota
megapolis telah mencapai titik tertinggi dan memperlihatkan tanda-tanda akan
mengalami penurunan kualitas. Contah Bos-Wash (jalur kota Boston sampai dengan
Wasington di Amerika Serikat). San-san (jalur kota San Diego sampai San
Fransisco di Amerik Serikat), Randstad Holland mulai kota Doordecht sampai
Archem di Netherland.
 Tahap Tryanopolis, yaitu tahapan kota yang kehidupannya sudah di kuasai
oleh triani, kemacetan-kemacetan,kekacuan pelayanan, kejahatan, dan kriminalitas
yang bias terjadi.
 Tahap Nekropolis, yaitu tahapan perkembangan kota yang menuju ke arah
kematiannya.
Selain berdasarkan tahapan perkembangannya, kota juga masih dapat
digolongkan dengan memperhatikan fungsi sosialnya. Sistem penggolongan kota
atas dasar fungsi sosialnya bersifat relatif, maksudnya adalah bahwa fungsi kota
di permukaan bumi tidak bersifat tetap untuk selamanya. Ada kalanya sebuah
kota akan beralih fungsi, misalnya dari sebuah kota pusat perdaganan menjadi
pusat industri. Selain itu dapat pula terjadi sebuah kota memiliki fungsi lebih
satu,misalnya kota Jakarta sebagai sebuah kota memiliki fungsi lebih dari
satu, misalnya kota Jakarta sebagai pusat
pemerintahan dan pariwisata. Berdasarkan fungsinya kota dapat di bedakan:
 Kota Pusat Produksi yaitu kota yang berfungsi sebagai pemasok barang-
barang yang di butuhkan oleh wilayah lain. Barang-barang yang di suplay oleh kota
produksi dapat berupa bahan mentah dan atau barang setengah jadi. Karena itu
kota pusat produksi dapat dibedakan atas kota penghasil bahan mentah, seperti
Bukit Asam dan Obilin (batubara), Bontang (LNG), Mojokerto (yodium) serta kota
industri manufaktur (mengubah bahan mentah menjadi barang jadi dan setengah
jadi) seperti Cilegon (industri besi dan baja), Bandung Raya (industri tekstil),
Yokohama, Nagoya, Kobe dan Horoshima (industri berat).
 Kota pusat perdagangan baik yang bersifat lokal maupun regional dan
internasional. Contoh: Bremen pusat perdagangan tembakau, Singapura pusat
perdagangan internasional, Philadelphia, pusat pelabuhan di Pantai Atlantik yang
mengekspor batubara dan baja, Richmond pelabuhan perdagangan di USA yang
banyak mengekspor tembakau dan kota-kota perdagangan di Indonesia.
 Kota pusat pemerintahan: ibukota suatu negara merupakan contoh paling
jelas untuk melihat fungsi kota sebagai pusat pemerintahan. Biasanya kantor-
kantor lembaga tinggi beserta kantor pemerintahan tingkat pusat terdapat di
ibukota negara yang bersangkutan. Contoh: Jakarta, Berlin, London, Istambul dan
sebagainya.
 Kota pusat kebudayaan, biasanya sangat berhubungan dengan adat istiadat
yang berlaku pada masyarakat setempat. Misalnya kesenian tradisional, tata cara
keagamaan, atau bentuk-bentuk budaya yang lainnya yang masih dipegang teguh
oleh penduduk setempat. Contoh: beberapa kota di propinsi Bali, Yogyakarya,
Surakarta dan beberapa kota di India sebagai pusat agama dan kebudayaan Hindu,
Roma dan Vatikan sebagai pusat agama dan kebudayaan Kristen Katolik, serta
Mekah sebagai kota pusat agama dan kebudayaan Islam.
5. Pengertian Perkembangan Kota
Bila kita membicarakan tentang perkembangan kota, maka berarti kita dihadapkan
pada dua aspek. Pertama aspek yang menyangkut perubahan–perubahan yang
dikehendaki dan yang dialami oleh warga kota. Kedua aspek yang menyangkut
perluasan atau pemekaran kota.

Cara dan skala pemekaran daerah perkotaan pada masa sekarang sudah berbeda
dengan masa–masa dahulu. Pada masa dahulu pemekaran daerah perkotaan akan
mengikuti pola dari inti kotanya. Jadi apabila inti kotanya akan berbentuk persegi
maka pemekarannya sedikit banyak juga akan berbentuk persegi. Lain halnya
dengan keadaan sekarang, bentuk pemekarannya dapat berbentuk bebas, apabila
dengan perkembangan industri dan teknologi modern.

Perkembangan kota yang dialami ditimbulkan karena kebutuhan dan keinginan


warga kota yang selalu berkembang sebagai akibat dari adanya pertambahan warga
kota yang selalu berkembang sebagai akibat dari adanya pertambahan penduduk,
kejuan pendidikan, kemajuan kebudayaan dan sebagainya. Sebagai sebab yang lain
adalah karena kota–kota mempunyai kontak atau hubungan keluarbaik nasional
maupun internasioanal. Hubungan ini dapat mempengaruhi gagasan–gagasan warga
kota dalam cara–cara mengembangkan kotanya, terutama dibidang pengaturan tata
ruang kota.

Demikian pula unsur–unsur geografi seperti topografi, tanah, sumber air dan
sebagainya tidak luput dari penyebab timbulnya kota dan perkembangannya.
Mengikuti tahap–tahap perkembangan kota sejak sebelum masehi sampai zaman
modern, perkembangannya tidak hanya dalam arti kuantitatif seperti jumlah
penduduk, bertambahnya bangunan dan jalur–jalur transportasi, tetapi juga dalam
arti kualitatif yaitu terjadinya atau terbentuknya berbagai organisasi dan
kelembagaan yang ikut menghidupkan kota.
Sebagai salah satu konsekuensi dari adanya pekembangan ini, maka perencanaan
pengembangan kota harus menjadi program utama. Hal ini sangat penting,
mengingat bahwa adanya urbanisasi yang ternyata banyak menimbulkan masalah–
masalah sosial ekonomi di kota. Masalah–masalah tersebut perlu diatasi dengan
sebaik-baiknya.

Masalah–masalah dalam kehidupan dan penghidupan di kota makin berlipat ganda.


Pemekaran fisik di kota–kota sudah nampak sulit dikendalikan. Keramaian atau
kongesti yang kemudian timbul di kota–kota menjadi masalah utama dalam
kelalulintasan.

Kemacetan–kemacetan dalam lalu lintas ini akan dapat menghambat arus barang,
arus kontak ekonomi dan kontak sosial. Dengan perkembangan kota ini banyak
dihadapi segi–segi positif, tetapi juga segi–segi negatif. Gedung–gedung
bertamabah, hotel mewah bertambah, pasar bertamabah tetapi angka kriminalitas
dan angka kecelakaan juga bertambah. Oleh karena itu sangat dibutuhkan para ahli
dan para perencana kota dan pemimpin-pemimpin kota untuk memikirkan secara
terperinci dan menyeluruh mengenai proses perkembangan kota.

6.Tanda–Tanda Perkembangan Kota


Sebagai tanda–tanda perkembangan kota dapat dilihat dari perluasan atau
ekspansi kota dari suatu proses waktu. Dari berbagai kenyataan dapat diketahui
bahwa kota–kota di dunia sebenarnya tidak mati, tetapi hidup, semakin lama
semakin luas daerah jangkauannya. Dengan demikian dapatlah terjadi kota–kota
gabungan yang dikenal dengan konurbasi. Gejala konurbasi ini mungkin juga akan
terjadi dengan beberapa kota di Jawa. Mungkin jakarta dengan bogor, batu dengan
malang, mungkin pula purwokerto dengan cilacap dan sebagainya.

Dalam proses konurbasi ini, maka daerah–daerah yang disebut selaput inti kota
meluas terus ke arah luar. Bersamaan dengan itu pula selaput inti kota lain juga
mengalami ekspansi. Kemudian kedua batas kota akhirnya akan bertemu dan
dengan demikian akan terjadi semacam peleburan antara dua daerah perkotaan
dengan dua inti kota. Konurbasi ini dapat pula terbentuk anatara beberapa daerah
perkotaan dengan tiga nucleus atau lebih. Kejadian ini disebut dengan konurbasi
”sruktur polinukleus”.

Kota kembar atau twin towns, twin cities dapat pula dipakai petunjuk adanya
perkembangan daerahkekotaan. Bedanya dengan konurbasi adalah kota kembar itu
memiliki corak pelayanan yang sama. Biasanya kota–kota itu merupakan kota–kota
industri kecil, kota–kota rekreasi atau kelompok pemukiman yang bergabung,
tetapi tidak sampai dapat membentuk satu fokus.

Pemekaran kota pada umumnya digerakan oleh pengaruh dari dalam dan pengaruh
dari luar. Pengaruh-pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana pengembangan
dari para perencana kota, desakan-desakan warga kota akibat dari angka
kelahiran. Pengaruh dari luar berupa berbagai daya tarik dari daerah belakang
kota atau hinterland kota. Apabila kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang
sama, maka pemekaran kota akan terjadi lebih cepat.

Adanya perkembangan kota juga dapat dilihat pada perubahan struktur yaitu
dengan terjadinya perubahan dari struktur agraris ke struktur yang non agraris.
Demikian pula nampak pada cara pnduduk kota menggunakan gedung atau
perumahan mereka. Pada semula perubahan-perubahan mereka atau gedung-
gedung di kota hanya mempunyai fungsi tunggal, tetapi sekarang sudah mempunyai
fungsi lebih dari satu. Misalnya saja perubahan di pinggir jalan besar yang
digunakan untuk tempat tinggal dan sekaligus untuk tokohnya atau rumah makan
atau travel service dan sebagainya.

7. Pengaruh-Pengaruh Terhadap Perkembangan Kota


Pengaruh-pengaruh dasar terhadap perkembangan kota adalah keadaan fisiografi
dan sosiografi di sekitar daerah kekotaan tersebut, sedang pengaruh-pengaruh
utam adalah latar belakang sejarah dan sumber-sumber alam. Pengaruh-pengaruh
utama dan pengaruh-pengaruh dasar adalah pengaruh yang dapat menunjang
perkembangan suatu daerah perkotaan. Empat unsur pengaruh di atas yaitu
keadaan fisiografi, keadaan sosiografi, latar belakng sejarah dan sumber-sumber
alam menjadi faktor pendorong perkembangan kota yang kuat, apabila keempat
unsur tersebut terdapat bersamaan dalam sebuah daerah kekotaan. Tentu saja
sangat perlu diperhatikan unsur manusianya, sebab tanpa manusia yang dinamis
kreatif dan tekun, kota tidak akan maju dan berkembang. Dengan bekerja sama
antara empat unsur ini yang dikelola manusia maka timbullah kepribadian kota yang
disebut oleh Sven Riemer dengan istilah Urban Personality.
1. Unsur Letak Unsur letak sangat menetukan ada tidaknya
perkembangan kota. Letak kota yang strategis, misalnya letak persimpagan
jalan, letak di pertemuan dua aliran sungai, letak lembah-lembah yang subut,
di daratan aluvial akan memberi pengaruh positif pada perkembangan
kotanya. Lebih-lebih kota di pantai, kota-kota de titip api lalu lintas
perdagangan singapura, jakarta, medan, surabaya adalah kota-kota yang
sibuk dengan kegiatan perdagangan dan sekaligus merupakan kota
pelabuahan yang maju. Sebaliknya kota-kota yang terletak di pedalaman
jauh dari pintu gerbang yang menghubungkan kota itu dengan dunia luar.
Kota-kota seacam ini dapat berkembang apabila ada pelabuhan udaranya,
sehingga hubungan yang tertutup tadi menjadi lebih terbuka, seperti
kotaYogyakarta, Surakarta, Madiun, Bandung dan sebagainya.
2. Unsur Iklim dan Relief. Kota-kota yang terlalu basah atau terlalu
kering tidak berkembang. Demikian pula kota-kota daerah perbukitan atau
pegunungan, pemekaran dibatasi oleh rintangan alami ataunatural barries.
Tetapi unsur-unsur perintang ini pada masa sekarang tidak lagi merupakan
penghambat mutlak. Hambatan-hambatan tersebut dikurangi dengan adanya
kemajuan di bidang teknologi seperti adanya jembatan-jembatan,
terowongan-terowongan yang dapat menghubungkan kota-kota terisolir
dengan daerah di luar. Sebaliknya sebuah kota yang mempunyai elief datar
akal mempunyai jaringan jala yang padat sehingga perkembangan kotanya
dapat diharapkan berkembang dengan cepat. Apabila kalau kota-kota
tersebut mempunyai iklim yang sejuk dan lebih-lebih lagi kalau unsur
manusianya memiliki taraf teknologi dan budaya yang cukup tinggi, maka
kota-kota tersebut akan merupakan kota yang mnyenagkan.
3. Unsur Sumber Alam. Tambang minyak, gas, batuan, bauksit atau
tanbang-tangbang lainnya merupakan pemacu bagi tumbuhnya kota-kota
yang baru dan kota-kota baru tersebut akan mengalami perkembangan yang
cepat. Seperti beberapa kota di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang
dan juga beberapa kota di Indonesia. Kota-kota tersebut merupakan kota-
kota industri. Kegiatan dibidang perdagangan akan timbul, sehingga kota-
kota tersebut akan banyak menarik penduduk dari luar. Mereka bekerja dan
akhirnya menetap di kota-kota tersebut. Dengan demikian maka selanjutnya
kaota bertambah dan mengalami pemekaran.
4. Unsur Tanah. Revolusi agraris yang menyangkut pengolahan dan
penggunaan tanah secara efisien dan sistem trnsportasi yang mengimbangi
revolusi agraris tersebut merupakan faktor pendorong bagi kota-kota kecil
di tengah-tengah tanah pertaniannya. Lebih-lebih di daerah-daerah yang
tanahnya subur maka hasil pertaniannya akan cukup membiayai pembangunan
kota. Sebalikya di daerah-daerah yang tandus tanamanya dan tandus barang
tambang tidaklah dapat diharapkan adanya perkembangan kota.
5. Unsur Demografi dan Kesehatan. Kesehatan penduduk akan
mempengaruhi angka kelahiran. Angka kelahiran yang tinggi dapat dicegah
karena cukupnya rumah-rumah sakit dan tenaga medis. Kota yang seha dan
bersih dapat pula menarik penduduk dari luar kota. Dengan keadaan
demikian kota-kota yang memiliki kebersihan dan lingkungan yang sehat
akan dapat berkembang.
6. Unsur Kebudayaan dan Pendidikan. Kota-kota yang memiliki berbagai
jenis sekolah, kegiatan dan berbagai jenis kegiatan serta sumber
kebudayaan akan menjadi kota yang amat menarik bagi pelajar, mahasiswa,
budayawan dan para wisatawan. Misalnya kota Malang, dikenal sebagai kota
pelajar. Arus pelajar dan mahasiswa tiap tahun bertambah. Kotanya menjadi
makin padat dan pemekaran kota menjadi pusat pemikiran para perencana
kota dan pemimpin setempat. Lokasinya di daerah pegunungan sehingga
sangat menguntungkan para pelajar karena suasananya tenang dan
menyegarkan, yang merupakan salah satu syarat keberhasilan studi.
7. Unsur Teknologi dan Elektrifikasi. Kemajuan dibidang teknologi
sangat mempengaruhi dunia industri, Revolusi Industri dan elektrifikasi
menyebabkan orang bebas memilih tempat tinggal. Radio, televisi dan alat-
alat pengangkutan bermotor mempunyai peranan penting yang tidak dapat
diabaikan dalam proses perkembangan kota. Daerah kekotaan atau urban
areas dapat menjadi lebih luas, karena faktor jarak tidaklah menjadi
masalah penghambat lagi.
8. Unsur Transportasi dan Lalu Lintas. Jalur jalan dalam kota dan jalur-
jalur penghubung kota dengan daerah di sekitar kota sangat berpengaruh
dalam ikut meningkatkan arus manusia dan arus barang antar kota.
Asesbilitas kota menjadi semakin besar dan dengan demikian sangat
membuka kemungkinan terjadinya konurbasi atau pemekaran kota
ke berbagai arah. Kota-kota yang terletak pada fokus lalu lintas yang ramai
baik darat, laut maupun udara akan mengalami perkembangan yang cepat.
8. Stadia Perkembangan Kota
Dari kesan uraian-uraian di atas, maka kelihatan bahwa kota-kota di dunia ini
berkembang secara bertahap. Kritenia mengenai stadia perkembangan kota
tentunya bermacam-macam. Salah satu menurut Griffith Taylor, yaitu:
 Stadia Infantile. Dalam stadia ini antara daerah domestik dan daerah-
daerah perdagangan tidak nampak ada pemisah. Demikian pula antara daerah-
daerah miskin dengan daerah-daerah yang didiami para wartawan. Batas-batas
kelompok masih sukar digambarkan. Selain daripada itu toko-toko dan perumahan
pemilik toko masih menjadi satu sehingga dapat mengganggu jalannya penjualan.
Apalagi jika toko-toko itu dan perumahan itu terdapat di sepanjang jalan yang
ramai. Dalam keadaan yang demikian lalu lintas menjadi sangat terganggu. Trotoar
dan jalur jalan sempit yang ada di muka toko akan menjadi arena permainan anak-
anak kecil.
 Stadia Juvenile. Dalam situasi ini dapat dilihat bahwa kelompok perumahan
tua sudah mulai terdesak oleh kelompok perumahan-perumahan baru. Pemisah
antara daerah pertokoan dengan daerah pemukiman sudah dapat dilihat dalam
stadia ini.
 Stadia Mature. Dalam stadia ini banyak timbul daerah-daerah baru,
misalnya saja daerah-daerah industri, perdagangan berserta perumahannya yang
sudah mengikuti suatu rencana tertentu.
 Stadia Senile. Stadia ini dapat pula disebut stadia kemunduran kota, karena
dalam stadia ini nampak bahwa dalam tiap zone terjadi kemunduran-kemunduran
karena kurang adanya pemeliharaan yang mungkin dapat disebabkan oleh sebab
ekonomis, politis, ataupun sebab-sebab lainnya.
Stadia-stadia tersebut di atas mungkin untuk beberapa kota dapat berlaku, tetapi
kadang-kadang juga tidak. Kemajuan teknologi dan kemajuan budaya manusia telah
dapat berusaha mengurangi atau menghambat proses ketuaan “aging process”.

9. Pemekaran Kota dan Permasalahannya


Pemekaran kota adalah kenampakan luar dari perkembangan yang terjadi di dalam
kota. Pemekaran kota adalah suatu hasil resultante dan proses-proses kehidupan
yang terjadi di dalam kota.

Bertambahnya penghuni kota baik yang berasal dari penghuni kota maupun dari
arus penduduk yang masuk dan luar kota mengakibatkan bertambahnya
perumahan-perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam
kota. Semakin banyaknya anak-anak kota yang menjadi besar, semakin banyak pula
diperlukan gedung-gedung sekolah. Bertambahnya pelajar dan mahasiswa berarti
juga bertambahnya sepeda dan kendaraan bermotor roda dua. Toko-toko, warung
makanan atau restoran bertambah terus sehingga makin mempercepat habisnya
tanah-tanah kosong di dalam kota. Di kota-kota yang sudah maju, kota tidak hanya
meluas secara mendatar tetapi juga menegak. Gedung-gedung bertingkat
merupakan ciri-ciri khas untuk kota yang modern.

Masalah-masalah yang ditimbulkan sebagai akibat pemekaran kota adalah masalah


perumahan, masalah sampah, masalah lalu lintas, kekurangan gedung sekolah,
terdesaknya derah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif
pemerintahan. Masalah-masalah yang banyak ini kemudian mendesak para
perencana dan pengatur kota untuk segera dapat mengatasi masakth-masalah
tersebut. Masalah yang bersifat fisik ini ternyata juga bersangkut paut dengan
masalah sosial ekonomi.

Kurangnya data tampung perumahan bagi penduduk berpenghasilan kecil atau


minim dan bagi para penganggur dan luar kota dapat memperluar daerah-daerah
slum dan menambah jumlah orang-orang yang disebut para gelandangan. Kemudian
timbul dan keadaan tersebut di atas pelbagai bentuk kriminalitas dan polusi yang
sangat mengganggu ketenangan kota. Dengan demikian nampak bahwa gejala-gejala
fisik, sosial, ekonomi yang negatif ini ditimbulkan karena makin berkurangnya daya
tampung kota.

Segi positif dari perkembangan kota ada, misalnya mudahnya berpegian dengan
kendaraan bermotor, mudahnya berhubungan dengan telepon, mudahnya
mendapat hiburan di gedung biskop dan masih banyak lagi. Pemekaran kota
mempunyai arah yang berbeda-beda tergantung pada kondisi kota dan kondisi
sekitarnya.

Daerah perbukitan, lautan dan rintangan-rintangan alam lanilla dapat


menghentikan lajunya perkembangan kota maupun pemekaran kota. Daerah-daerah
ini di anggap sebagai “daerah lemah”. Daerah lemah pemekaran ini merupakan
tempat-tempat dimana proses pemekaran kota tidak dapat berkembang atau boleh
dikatakan berhenti. Daerah-daerah yang memiliki potensi ekonomi yang baik akan
merupakan daerah yang mempunyai daya tarik yang kuat untuk pemekaran kota.

Gambar 1.

Gambar 2.
Gambar 3.

Dari gambar 1, nampak bahwa daya tank dari luar kota adalah pada daerahdaerah
dimana kegiatan ekonomi banyak menonjol, yaitu di sekitar pelabuhan dan di
sekitar hinterland yang subur. Harga tanah di sepanjang jalan raya akan lebih
tinggi daripada tanah-tanah di sekitar pegunungan.

Pada gambar 2, nampak bahwa pusat-pusat kota lain yang mempunyai fungsi
sebagai kota industri dan kota dagang mempunyai daya tank di bidang usaha. Di
samping itu juga daerah-daerah di sekitar pusat rekreasi tidak kalah pula dalam
menarik penduduk kota keluar. Bangunan untuk peristirahatan, permainan anak-
anak, lapangan olah raga dan rumah makan berkembang di daerah tersebut.

Daerah-daerah di sekitar pegunungan dan laut yang merupakan daerah lemah,


tidak berarti bahwa mereka sama sekali tidak dapat menarik penduduk. Daerah-
daerah lemah tersebut juga masih menarik beberapa penduduk kota yang
berpenghasilan kecil. Mereka mencari tanah-tanah yang murah harganya. Pada
gambar 3 menunjukkan bahwa pemekaran kota berjalan ke segala arah. Kota-kota
semacam mi cepat menjadi kota besar atau kota metropolitan, dan sekitarnya juga
dapat timbul kota-kota satelit.
Beberapa masalah yang menyangkut pemekaran kota:

a. Masalah migrasi ke kota.


Perpindahan penduduk dari luar kota sering disebut dengan urbanisasi. Asal mula
aglomersi di daerah kekotaan atau ”urban aglomeration” sebagai bentuk
pemukiman tidak diketahui dengan pasti. Seperti digambarkan sebelumnya,
pemukiman menetap tidak terjadi pada zaman sebelum neolitik. Desa-desa pada
zaman neolitik dibatasi oleh tingkat teknologi dan budaya penduduknya. Jumlah
penduduknya baru mencapai ratusan saja dan mereka sudah mulai nampak
permanen. Nampaknya, timbulnya dan berkembangnya kota-kota tergantung pada
4 (empat) faktor:
1) Jumlah penduduk
2) Penguasaan terhadap lingkungan alam
3) Tingkat kemajuan teknologi
4) Perkembangan organisasi sosial
Perkembangan kota terutama dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah penduduk.
Urbanisasi sebagai suatu proses dari konsentrasi penduduk menurut Hope Tisdale
Eldrige, mencakup dua unsur yaitu melipatgandakan tempat-tempat konsentrasi
dan bertambah luasnya pusat-pusat pemukiman.

Dalam rangka pengertian urbanisasi secara umum adalag perpindahan penduduk


dari desa kekota. Ada juga terjadi bahwa banyak dari penduduk kota meninggalkan
kota untuk bertempat tinggal di tempat-tempat yang mempunyai suasana desa.
Kebanyakan dari mereka adalah para pensiunan yang ingin mengenyam ketenangan
setelah beberapa puluh tahun hidup dengan suasana serba cepat, serba sibuk dan
penuh dengan kebisingan dan polusi lainnya. Demikian pula ,bagi mereka yang sudah
mempunyai unit usaha dibidang perternakan dan pertanian diluar kota
meninggalkan kotanya.

Arus penduduk ke kota banyak disebabkan oleh daya tarik ekonomi dan
kesempatan kerja yang ada dengan upah yang cukup. Di negara-negara sedang
berkembang seperti juga indonesia mengalami urbanisasi yang semakin luas dan
semakin populer. Disamping faktor-faktor yang menarik ada pula sebab-sebab lain
yang mendorong, antara lain menurunnya penghasilan penduduk di daerah
pedesaan sebagai akibat dari pertambahan penduduk di desa yang tidak
dapat ditampung oleh tanah-tanah pertanian di daerah pedesaan,faktor
psikologis, faktor pendidikan dan faktor budaya dapat pula menjadi sebab dari
urbanisasi ini

b. Masalah sampah
Sumber utama dari sampah adalah manusia, dimana ada manusia di terdapat di situ
terdapat sampah.Sampah yang tertimbuh dan tidak di buang dengan segera akan
merupakan sumber penyakit, sumber polusi,sumber bau yang tidak enak dan tidak
sehat, masalah sampah ini timbul di kota,karena beberapa sebab, di antaranya :
 Bertambahnya penduduk
 Jumlah tempat sampah yang kurang dapat menampung sampah
 Tenaga pengangkut dan alat pengangkut yang tidak mencukupi
 Cara-cara pembuangan dan pembersihan yang tidak benar
 Kesadaran penduduk yang masih kurang terhadap kebersihan kota dan
kesehatan kota
Bertambahnya penduduk kota berarti pula bertambahnya pasar–pasar, toko–toko
yang merupakan sumber asal mula sampah. Misalnya daun
pembungkus, plastik, kulit buah–buahan, kertas, karton dan sebagainya.

c. Masalah transportasi dan lalu lintas.


Hidup di kota adalah serba waktu, banyak dari penduduk kota mempunyai jam
tangan atau bagi mereka yang tidak memiliki selalu berusaha menanyakan
waktu, berbeda dengan pedesaan, pada umumnya di desa–desa yang masih jauh
dari pengaruh kehidupan kota melihat waktu dengan memperhatikan posisi
matahari. Jarak dan waktu yang berkaitan dengan transportasi betul–betul
menjadi kebiasaan baru bagi warga kota yang dulunya tidak demikian
halnya. Dengan bertambahnya kendaraan bermobil dan kendaraan beroda
dua, maka jalur jalan sudah harus pula diperlebar agar tidak terjadi kemacetan
ataupun kecelakaan–kecelakaan.Dibeberapa kota yang sudah maju nampak adanya
fly ways, sub ways yang dapat mengurangi kepadatan lalu lintas.

Gejala–gejala lain yang nampak sebagai salah satu jalan mengatasi kepadatan lalu
lintas adalah pembuatan jalan-jalan by–pass. Pemakaian helm yang di pakai
pengendara sepeda roda dua merupakan salah satu gejala modernisasi kehidupan
kota sebagai akibat dari demikian banyaknya korban kecelakaan.

10. Ekologi Kota


Kegairahan hidup dikota tergantung pada prasarana dan sarana didalam kota dan
bagaimana mengatur prasarana dan sarana tersebut secara seimbang dan serasi.

Tiga unsur utama yang harus ada adalah:


 Ruang, termasuk tanah dan lingkungan yang diatur dan digunakan untuk
mendirikan gedung dan banngunan. (1). Untuk kantor-
kantor, bank, stasiun, pasar, rumah sakit, dan sebagainya (2). Untuk jalur-jalur
jalan yang menghubungkan kata dengan tempat-tempat lain seperti jalan
kabupaten, jalan propinsi dan jalur-jalur kanan dan kota yang berfungsi sebagai
urat nadi dalam tubuh manusia. Jalan ini mensuplai kebutuhan penduduk ke segala
sudut. (3). Taman-taman olahraga,seperti lapangan sepak bola,pacuan kuda taman
bermain anak-anak dan sebagainya. (4). Tempat-tempat parkir
 Pengatur kota, baik pengatur adminitratif maupun mengatur tata
kota. Mereka ini mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap lancarnya lalu
lintas barang keperluan kota. Selain dari pada itu juga keamanan kota yang harus
dijaga demi ketenangan kota.
 Warga kota yang mengisi segala kesibukan kota dibidang pendidikan, seni
dan kebudayaan,perdangan besar dan kecil, transportasi dan
pengangkutan, pertokoan dan kelontong, rumah makan dan kegiatan-kegiatan lain
dibidang organisasi kepemudaan, organisasi kewanitaan, para ahli hokum, para
dokter, para pegawai sipil dan militer.
11. Pola Penggunaan Lahan Kota
Beberapa sarjana yang berkecimpung dalam studi kekotaan ini telah berusaha
mengadakan uraian mengenai letak dan bentuk daerah permukiman di kota secara
ideal Ernest W.Burgess, mengenai urban areas yang dikenal dengan teori pola zone
konsentris.

Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa daerah kekotaan dapat dibagi dalam
lima (5) zone, yaitu :
1. Zone pusat daerah kegiatan atau Central Bistricts atau Loop. Dalam
zona PDK ini terdapat toko-toko besar, bangunan-bangunan kantor yang
kadang-kadang atau sering juga bertingkat, bank, rumah makan, museum
dan sebagainya.
2. Zone peralihan atau sering Disebut Zone Transisi. Zone ini
merupakan daerah yang terikat dengan pusat daerah kegiatan. Penduduk
zone ini tidak stabil, baik ditinjauh dari segi tempat tinggal maupun dari
segi social ekonomi. Daerah ini dikategorikan dalam daerah yang
berpenduduk miskin. Dalam rencana pengembangan kota daerah ini akan
diubah menjadi daerah yang lebih baik dan berguna,antara lain untuk
kompleks perhotelan, tempat-tempat parker dan jalan-jalan utama yang
menghubungkan inti kota dengan daerah-daerah di luarnya.
3. Zone Pemukiman Klas Proletar. Nampak dalam zone ini bawah
perumahannya sedikit lebih baik dari perumahan mereka yang bertempat
tinggal di zone peralihan. Daerah-daerah ini didiami oleh para pekerja yang
kurang mampu,rumah-rumahnya kecil dan daerah ini tidak begitu
menarik. Zone ini dikenal dengan istilah Workingmen’s Home.
4. Zone pemukiman Klas Menengah atau Residentatial Zone, ini
merupakan kompleks perumahan dari para karyawan klas menengah, mereka
memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik di bandingkan
dengan perumahan di daerah klas proletar.
5. Zone penglaju atau Zone Commuters, merupakan suatu daerah yang
sudah memasuki daerah belakang atau hinterland. Penduduk dari daerah ini
bekerja di kota. Mereka pergi ke kota dengan naik sepeda,naik bus, kereta
api pada pagi hari dan sore harinya mereka pulang ke rumah masing-
masing. Oleh karena itu zone ini disebut zone penglaju.
Gambar Pola Keruangan Daerah Kekotaan Menurut Teori Konsentris

Pola keruangan seperti di atas bukan berarti sudah ideal,jadi tidak selalu tepat
dengan nyata. Oleh karna itu kemudian timbulah teori yang lain seperti yang
dikemukakan Homer Hoyt yang terkenal sebagai pembentuk teori sektor mengenai
perkembangan daerah kekotaan.

Menurut teori ini perkembangan unit-unit kegiatan di daerah kekotaan tidak


mengikuti zone-zone yang teratur secara konsentris atau melingkar tetapi dengan
membentuk sektor-sektornya. Pembentukan menurut sektor-sektor ini meskipun
masih ada kenampakan yang konsentris, tetapi sifatnya lebih bebas.

Homer Hoyt beranggapan dalam teorinya bahwa :


 Daerah-daerah yang memiliki sewa tanah atau harga yang tinggi terletak di
tepi luar dari kota.
 Daerah-daerah yang memiliki sewa atau harga tanah yang rendah merupakan
jalur-jalur yang mirip dengan roti tart,Jalur-jalur ini bentuknya memanjang dari
pusat kota ke daerah perbatasan atau tepi kota.
 Zone pusat adalah zone pusat daerah kegiatan (PDK).
Daerah-daerah industri berkembang sepanjang lembah sungai dan jalur
jalan kereta api yang menghubungkan kota dengan kota-kota di tempat lain
sehingga dapat menimbulkan perluasan kota yang tidak konsentris melainkan
meluas secara sektor.
Gambar Pola Keruangan Daerah Kekotaan Menurut Teori Sektor

Selanjutnya Homer Hoyt beranggapan bahwa kota dapat berkembang melalui tiga
cara:
Pertama, sebuah kota tumbuh secara menegak,ini disebabkan karena stuktur
keluarga tunggal semakin lama menjadi struktur keluarga ganda. Dengan demikian
tiimbul rumah-rumah flat atau apartemen yang memisahkan keluarga satu dengan
keluarga lainnya. Bila perluasan keluar menjadi terbatas maka terjadi rumah-
rumah flat yang bertingkat.
Kedua, sebuah kota yang masih memiliki cukup ruang kosong dapat diisi atau
terisi oleh bangunan-bangunan perumahan dan kantor-kantor di sela kota.
Ketiga, sebuah kota dapat meluas dengan arah sentrifugal atau lateral keluar.
Sebagai tambahan keterangaan dapat dijelaskan disini, bahwa pola perluasan atau
pemekaran atau ekspansi kota dapat terjadi dalm 3 bentuk:
 Perluasan mengikuti pertumbuhan sumbu atau perluasanya mengikuti jalur-
jalur transportasi kearah daerah-daerah perbatasan kota
 Daerah-daerah diluar kota yang terisolir semakin lama semakin berkembang
juga dan akirnya menggabung pada kota
 Dengan bergabungnya nucleus utama dengan nukleus-nukleus dikota kota
kecil yang berada diluar kota dapat terbentuk konurbasi
Teori lain yang dikenal adalah Teori inti ganda atau Multiple Nuclei. Dalam teori
ini pola keruanganya tidak konsentris dan seolah olah meruakan inti yang berdiri
sendiri. Teori ni juga beranggapan bahwa tidak ada urutan-urutan yang teratur
dari zone-zone seperti yang dianggap oleh teori konsentris .
Gambar Pola Keruangan Daerah Kekotaan Menurut Teori Inti Ganda

Dari beberapa teori diatas, kemudian muncul beberapa kritik, diantaranya yang
dikemukakan oleh Maurice R. Devie dalam bukunya The pattern of Urban
Growth. Keberatan-keberatan yang diajukan sebagai berikut:
 Bentik PDK tidaklah bulat, tetapi cendrung berbentuk segi empat atau
persegi panjang .
 Penggunaan tanah perdagangan meluar keluar secara radial sepanjang jalan
dan memusat pada tempat-tempat tertentu yang strategis dan membentuk pusat-
pusat sub atau sub centers.
 Daerah industri terletak dekat jalan raya, dekat sungai sehingga tidak akan
terjadi daerah-daerah industri yang mengelompok.
 Perumaan kelas rendah dapat di jumpai dekat daerah-daerah indusri dan
transportasi.
 Perumahan kelas rendah dan kelas tinggi terdapat dimana-mana, jadi tidak
akan terjadi pengelompokan-pengelompokan.
Kritik ini dapat dibenarkan juga, tetapi sudah di nyatakan lebih dahulu, bahwa
teori Burgess adalah teori ideal sifatnya dan tentunya tidak selalu tepat, karena
perbedaan kondisi geografis, ekonomi, kultral dan politik. Demikian dengan teori-
teori lainya. Teori ini sebenarnya merupakan suatu usaha pendekatan akademis
terhadap proses dan pola perkembangan daerah kekotaan.

Anda mungkin juga menyukai