Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi Karies

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel,

dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam

suatu karbohidrat yang diragikan.10,11 Demineralisasi dimulai dari permukaan gigi

dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

organiknya.10,12 Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan

pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan

rasa nyeri.10

Karies terjadi bukan disebabkan karena suatu kejadian saja seperti penyakit

menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa

kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies

merupakan suatu penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

penyebab terbentuknya karies.10 Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu

faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan

ditambah faktor waktu.10,11

 
 

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit


multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat,
dan waktu13

2.1.1 Host

Enamel merupakan jaringan keras gigi dengan susunan kimia kompleks yang

mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan

organik 2%. Lapisan luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan

mengandung banyak fluor, fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal

enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung

mineral maka kristal enamel padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi desidui

lebih mudah terserang karies dibandingkan dengan gigi permanen, karena enamel gigi

desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah

mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen.10

 
 

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Mikroorganisme

Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak

merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang

berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan.10 Proses terjadinya kerusakan pada jaringan

keras gigi melalui suatu reaksi kimiawi oleh bakteri, dimulai dengan proses

kerusakan bagian anorganik, kemudian berlanjut pada bagian organik. Bakteri

berperan penting pada proses terjadinya karies gigi, karena tanpa adanya bakteri

maka karies gigi tidak dapat terjadi.14

Terdapat berbagai spesies bakteri yang berkoloni di dalam rongga mulut

untuk menghasilkan asam sehingga terjadi proses demineralisasi pada jaringan keras

gigi. Salah satu spesies bakteri yang dominan di dalam mulut yaitu S.mutans. Telah

banyak penelitian yang membuktikan adanya korelasi positif antara jumlah bakteri

S. mutans pada plak gigi dengan prevalensi karies gigi.14

2.1.3 Substrat atau Diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan enamel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak

mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada

gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein

hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi.10

 
 

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

diperkirakan 6-48 bulan.10

2.2 Streptococcus mutans

S. mutans merupakan mikroorganisme endogen rongga mulut yang paling

banyak dijumpai pada awal pembentukan plak. Selanjutnya bakteri ini akan melekat

ke pelikel yang merupakan suatu campuran kompleks yang terdiri dari glikoprotein,

asam prolin kaya protein, musin, debris sel bakteri, exoproducts, dan asam

sialic. 4,15,16

S.mutans merupakan bakteri kokus gram positif, bersifat nonmotil, dan

mikroorganisme fakultatif anaerob yang dapat memetabolisme karbohidrat.17

S.mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924. Clark

menyatakan bahwa bakteri S.mutans merupakan bakteri utama penyebab terjadinya

karies.18 S.mutans merupakan salah satu bakteri dari tujuh spesies Streptococcus yang

berbeda (S.mutans, S.sobrinus, S.cricetus, S.ferus, S.rattus, S.macacae dan S.downei)

dan 8 serotipe (a-h). S.mutans serotipe c, e, f dan S.sobrinus serotipe d, g merupakan

spesies yang paling umum ditemukan pada manusia dengan serotipe c menjadi

prevalensi tertinggi dibandingkan dengan d dan e. S.mutans serotipe c merupakan

spesies yang paling banyak ditemukan pada manusia dan dari berbagai penelitian

menunjukkan bahwa S.mutans serotipe c merupakan penyebab karies.13

 
 

Universitas Sumatera Utara


10 

2.2.1 Morfologi Streptococcus mutans

S. mutans merupakan salah satu bakteri yang memiliki peranan penting dalam

proses terjadinya karies. S.mutans masuk ke dalam genus mutans streptococci.

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat non motil (tidak

bergerak) dan tidak membentuk spora. Sel S.mutans bulat atau oval dan tersusun

dalam rantai. Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif anaerob yang menjadi salah

satu bakteri flora normal dalam rongga mulut. S. mutans mampu berkembang biak

pada suhu 18-400C. 19

2.2.2 Peran Streptococcus mutans dalam Pembentukan Karies

Karies merupakan penyakit infeksi kronis yang paling umum mempengaruhi

anak-anak dan dewasa di seluruh dunia. Etiologi dan patogenesis karies pada manusia

dikaitkan dengan bakteri yang berkoloni pada permukaan gigi yaitu Streptococcus

mutans. Kemampuan bakteri ini untuk mensintesis glukan ekstraseluler dari sukrosa

dengan menggunakan enzimnya (glucosyltransferase) merupakan faktor utama dalam

virulensi karies.20

Glucosyltransferase yang disekresi oleh S. mutans sering berikatan dengan

pelikel pada permukaan gigi dan pada permukaan mikroorganisme lain. Glukan yang

tidak larut disintesis oleh permukaan GtfB dan GtfC yang terabsorpsi menyediakan

sisi pengikatan spesifik untuk kolonisasi bakteri pada permukaan gigi dan bakteri satu

sama lain, mengatur pembentukan biofilm yang sangat erat.20

Jika biofilm tetap berada pada permukaan gigi dan dilindungi oleh makanan

berkarbohidrat terutama sukrosa, S. mutans sebagai bagian dari komunitas biofilm

 
 

Universitas Sumatera Utara


11 

akan melanjutkan sintesis polisakarida dan memetabolime gula menjadi asam

organik. Jumlah yang tinggi dari polisakarida ekstraseluler meningkatkan stabilitas

biofilm dan integritas struktural dan melindungi bakteri terhadap pengaruh buruk dari

antimikroba dan pengaruh lingkungan. Kemampuan S. mutans untuk memanfaatkan

beberapa ekstra dan intraseluler sebagai senyawa penyimpanan jangka pendek

menawarkan keuntungan ekologis tambahan, bersamaan dengan peningkatan jumlah

produksi asam dan tingkat keasaman. Ketahanan lingkungan asam ini menyebabkan

flora toleran terhadap asam yang tinggi, lingkungan dengan pH yang rendah dalam

matriks plak hasil demineralisasi pada enamel, demikian permulaan proses karies

gigi. Oleh karena itu, polisakarida ekstraseluler dan pengasaman dari biofilm sangat

penting untuk pembentukan plak gigi kariogenik.20

2.3 Sirih

Saat ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai bahan alam yang

dimanfaatkan dalam mencegah dan mengatasi penyakit karies gigi. Tanaman sirih

merupakan salah satu tanaman herbal yang berhubungan erat dengan pengendalian

karies, penyakit periodontal dan mengontrol halitosis.6,7,14

2.3.1 Morfologi Sirih

Sirih merupakan tanaman herbal memanjat dengan tinggi tanaman dapat

mencapai 2-4 m. Batang tanaman berbentuk bulat dan lunak, beruas-ruas, beralur-alur

dan berwarna hijau abu-abu. Sirih memiliki daun yang tunggal dan letaknya berseling

dengan bentuk bervariasi mulai dari bundar sampai oval, ujung daun runcing, pangkal

 
 

Universitas Sumatera Utara


12 

daun berbentuk jantung atau agak bundar asimetris. Daun sirih memiliki warna yang

bervariasi yaitu kuning, hijau sampai hijau tua dan berbau aromatis.23

Taksonomi Sirih:24

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Klas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle Linn

Gambar 2. Daun sirih hijau di Desa Purwojoyo


Kabupaten Deliserdang

 
 

Universitas Sumatera Utara


13 

2.3.2 Jenis Sirih

Tanaman sirih dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan daun, aroma,

dan rasa. Jenis-jenis sirih tersebut diantaranya sirih jawa yang berdaun hijau tua dan

rasanya kurang tajam; sirih badan yang berdaun besar, berwarna hijau tua dengan

warna kuning di beberapa bagian, dan rasa serta bau lebih tajam; sirih cengkeh (daun

kecil, lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh); sirih hitam yang rasanya sangat

tajam dan digunakan sebagai campuran berbagai obat; serta sirih kuning. Jenis sirih

yang dikunyah dengan pinang biasanya yang berwarna hijau muda dan rasanya

kurang pedas.23

2.3.3 Kandungan Sirih

Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri

1-4,2%, air protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C yodium,

gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol

alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa

(bakterisid dan fungisid) tetapi tidak sporosid.26

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung

aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol

dan beberapa derivatnya.27 Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,

estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan

tanin.3,8,28 Kavikol merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang

memberi bau khas pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat

menyebabkan perubahan warna.29,27

 
 

Universitas Sumatera Utara


14 

Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai toksin dalam

protoplasma, merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel

bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di

dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat

menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim

dan menyebabkan kebocoran sel.29

2.3.4 Kegunaan Sirih

Tanaman sirih sudah lama dikenal sebagai tanaman obat dan banyak tumbuh

di Indonesia. Bagian dari tanaman sirih yang dimanfaatkan sebagai obat adalah

daunnya. Secara tradisional, sirih dipakai sebagai obat sariawan, sakit tenggorokan,

obat batuk, obat cuci mata, obat keputihan, pendarahan pada hidung/mimisan,

mempercepat penyembuhan luka, menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit

gigi.29,26,27

 
 

Universitas Sumatera Utara


15 

2.4 Kerangka Teori

Pelikel

Streptococcus mutans

Host
Glucosyltransferase

Bahan organik
dan Anorganik

Plak

Waktu Substrat

Karies Pencegahan

Efek antibakteri

Ekstrak daun sirih


Zat Aktif : Minyak Atsiri  Fenol
hijau

 
 

Universitas Sumatera Utara


16 

2.5 Kerangka Konsep

Ekstrak daun sirih hijau

Streptococcus mutans Minyak Atsiri

Glucosyltransferase Fenol

KONSENTRASI?
Kerusakan pada sel
bakteri, denaturasi
protein, inaktif enzim,
kebocoran sel

Terjadi hambatan
pertumbuhan S.mutans

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesa penelitian ini adalah:

1. Adanya kemampuan ekstrak daun sirih hijau dalam menghambat

pertumbuhan S. mutans.

2. Adanya perbedaan efektifitas antara 20 konsentrasi ekstrak daun sirih hijau

yaitu 20%, 10%, 9%, 8%, 7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, 1%, 0,9%, 0,8%, 0,7%, 0,6%,

0,5%, 0,4%, 0,3%, 0,2%, 0,1% terhadap pertumbuhan S. mutans.

 
 

Universitas Sumatera Utara


17 

3. Adanya kadar hambat minimum ekstrak daun sirih hijau yang dapat

menghambat pertumbuhan S. mutans.

4. Adanya konsentrasi efektif ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan

S. mutans.

 
 

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai