JURUSAN FARMASI
(Imperata cylindrical)
ROHANA PO.713251161083
RAHMAT PO.713251161076
SULWESTI PO.713251161095
SUSMIHARA PO.713251161096
YULIANTI PO.713251161099
KELOMPOK : II / B2 / DIII
JURUSAN FARMASI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahwa obat tradisional berbahan alami, lebih aman dan tidak menimbulkan
efek samping.
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan,
daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan
daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara
minyak atsiri pada pembuatan sari,maka cara perkolasi diganti dengan cara
haksel.
1. Maksud Percobaan
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip Percobaan
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya
derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan
TINJAUN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
rambut akar yang lebat dan ujungnya meruncing. Pada setiap ujungnya
dan berbentuk talang. Panjangnya sekitar 15-80 cm. Tepi daunnya juga
tengah yang lebar dan pucat. Alang-alang juga memiliki malai yang
dengan 2 kepala sari putih atau ungu. Tangkai putik 2 dengan kepala
putik yang panjang berwarna ungu dan muncul dari anak bulir yang
panjang dengan ujung buah yang runcing. Buahnya di tutupi oleh daun
2013).
3. Khasiat
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat
aktif yang keluar dari perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan
dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu
maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi
biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal (Tobo,
2001).
perkolator bergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk
kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila
diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera
menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak
cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada
asam sulfat. Nodayang terbentuk diamati dengan lampu UV 254 nm dan 366
METODE KERJA
Percolator, Timbangan
B. Cara Kerja
bagian atasnya.
selapis penyari.
A. Data Pengamatan
: 20 gr (sampel kering)
1. Ekstrak Metanol
No. Sinar UV
Warna Rf
0,06 cm
0,11 cm
0,06 cm
5 Coklat 0,06 cm
2. Dietil Eter
No. Sinar UV
Warna Rf
0,07 cm
3. N-Butanol
No. Sinar UV
Warna Rf
0,07 cm
B. Pembahasan
alang diambil lalu dicuci. Setelah itu dikeringkan dengan cara diangin-
dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai
dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung
dari cahaya.
sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bnetuknya dapat kental atau
seluruhnya.
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari ini
simplisia sebanyak 200 gram. Pada praktikum kali ini digunakan penyari
metanol sebanyak mL. Karena yang tersedia adalah etanol 96% maka
sel.
percolator tabung yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring yang telah
dibasahi oleh etanol. Ini berujuan untuk menjaga kecepatan aliran cairan
penyari, jika kertas saring dibasahi dengan air maka air yang bersifat polar
demi sedikit sambil sesekali ditekan hati-hati, ini juga bertujuan untuk
vaseline ini bertujuan agar cairan penyari tidak keluar atau merembes dari
celah tersebut dan untuk menghindari kebocoran pada kran. Setelah
selapis cairan penyari diatas simplisia. Setelah itu hasil dari perkolasi
masih kosong, kemudian timbang pot obat yang telah berisi ekstrak kental.
Untuk mengetahui bobot ekstrak yang diperoleh maka bobot pot obat yang
berisi ekstrak dikurangi dengan bobot pot obat kosong. Hasil dari
praktikum kali ini diperoleh ekstrak pala dengan bobot 6,69 gram. Setelah
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
2. pada
B. Saran
angka pada timbangan analitik agar tidak salah pada saat penimbangan.
Pada saat pengolesan vaselin pada celah yang ada diperkolator juga harus
sangat berhati-hati agar vaselin tidak mengenai cairan penyari, karena itu
cair tersebut harus terus menerus diaduk agar tidak lengket pada bejana,
karena kalo ekstrak cair tersebut terlalu banyak lengket akan mengurangi
Metanol
a. (2.1.1)
P = 4,4 cm
1) P. Noda = 4,3 cm
4,3
Rf = 4,4
Rf = 0,97 cm
2) P. Noda = 3,5 cm
3,5
Rf = 4,4
Rf = 0,79 cm
3) P. Noda = 2 cm
2
Rf = 4,4
Rf = 0,45 cm
4) P. Noda = 1,1 cm
1,1
Rf = 4,4
Rf = 0,25 cm
5) P. Noda = 0,3 cm
0,3
Rf = 4,4
Rf = 0,06 cm
b. (2.1.2)
P = 4,5 cm
1) P. Noda = 4,3 cm
4,3
Rf = 4,5
Rf = 0,95 cm
2) P. Noda = 3,3 cm
3,3
Rf = 4,5
Rf = 0,73 cm
3) P. Noda = 2,6 cm
2,6
Rf = 4,5
Rf = 0,57 cm
4) P. Noda = 1,4 cm
1,4
Rf = 4,5
Rf = 0,31 cm
5) P. Noda = 0,5 cm
0,5
Rf = 4,5
Rf = 0,11 cm
c. (2.1.3)
P = 5 cm
1) P. Noda = 4,7 cm
4,7
Rf = 5
Rf = 0,97 cm
2) P. Noda = 3,8 cm
3,8
Rf = 5
Rf = 0,76 cm
3) P. Noda = 3.5 cm
3,5
Rf = 5
Rf = 0,70 cm
4) P. Noda = 2,7 cm
2,7
Rf = 5
Rf = 0,54 cm
5) P. Noda = 2,2 cm
2,2
Rf = 5
Rf = 0,44 cm
6) P. Noda = 1 cm
1
Rf = 5
Rf = 0,2 cm
d. (2.1.4)
P = 5,5 cm
1) P. Noda = 4,5 cm
4,5
Rf = 5,5
Rf = 0,81 cm
2) P. Noda = 4 cm
4
Rf = 5,5
Rf = 0,72 cm
3) P. Noda = 3,2 cm
3,2
Rf = 5,5
Rf = 0,70 cm
4) P. Noda = 1,4 cm
1,4
Rf = 5,5
Rf = 0,25 cm
5) P. Noda = 2,3 cm
2,3
Rf = 5,5
Rf = 0,05 cm
Berat sampel
Metode Ekstraksi
Volume filtrate
A. Ekstrak Metanol
Dietil Eter
a. (2.2.3)
P = 5,4 cm
1) P. Noda = 4,1 cm
4,1
Rf = 5,4
Rf = 0,75 cm
2) P. Noda = 3,4 cm
3,4
Rf = 5,4
Rf = 0,62 cm
3) P. Noda = 3 cm
3
Rf = 5,4
Rf = 0,55 cm
4) P. Noda = 2,4 cm
2,4
Rf = 5,4
Rf = 0,44 cm
5) P. Noda = 1,9 cm
1,9
Rf = 5,4
Rf = 0,35 cm
6) P. Noda = 1,2 cm
1,2
Rf = 5,4
Rf = 0,22 cm
7) P. Noda = 0,6 cm
0,6
Rf = 5,4
Rf = 0,11 cm
8) P. Noda = 0,3 cm
0,3
Rf = 5,4
Rf = 0,05 cm
b. (2.2.4)
P = 5,3 cm
1) P. Noda = 4,3 cm
4,3
Rf = 5,3
Rf = 0,81 cm
2) P. Noda = 3 cm
3
Rf = 5,3
Rf = 0,56 cm
3) P. Noda = 1,2 cm
1,2
Rf = 5,3
Rf = 0,22 cm
4) P. Noda = 1 cm
1
Rf = 5,3
Rf = 0,18 cm
5) P. Noda = 0,4 cm
0,4
Rf = 5,3
Rf = 0,07 cm
Keterangan gambar :
N-Butanol
a. (2.3.1)
P = 5,4 cm
1) P. Noda = 4,6 cm
4,6
Rf = 5,4
Rf = 0,85 cm
2) P. Noda = 2,9 cm
2,9
Rf = 5,4
Rf = 0,53 cm
3) P. Noda = 2,4 cm
2,4
Rf = 5,4
Rf = 0,44 cm
4) P. Noda = 1,2 cm
1,2
Rf = 5,4
Rf = 0,22 cm
5) P. Noda = 0,4 cm
0,4
Rf = 5,4
Rf = 0,07 cm
b. (2.3.2)
P = 4,5 cm
1) P. Noda = 4,4 cm
4,4
Rf = 4,5
Rf = 0,97 cm
2) P. Noda = 3 cm
3
Rf = 4,5
Rf = 0,66 cm
3) P. Noda = 2,5 cm
2,5
Rf = 4,5
Rf = 0,55 cm
4) P. Noda = 1,8 cm
1,8
Rf = 4,5
Rf = 0,4 cm
5) P. Noda = 1 cm
1
Rf = 4,5
Rf = 0,22 cm
C. Ekstrak n-Butanol