Anda di halaman 1dari 31

LABORATORIUM FITOKIMIA

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG

(Imperata cylindrical)

DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

NAMA MAHASISWA / NIM :

ROHANA PO.713251161083

RAHMAT PO.713251161076

RUSLAN SAFRI PO.713251161084

SITI NURFADHILAH N PO.713251161088

SULWESTI PO.713251161095

SUSMIHARA PO.713251161096

YULIANTI PO.713251161099

YUYUN ANGRAINI PO.713251161100

KELOMPOK : II / B2 / DIII

HARI PRAKTIKUM : JUM’AT

PEMBIMBING : NASRIANI S.Farm

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikeanal luas baik di

Negara berkembang maupun Negara maju. Di Asia dan Afrika 70-80%

populasi masih tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan

primer. Penggunaan obat tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat

bahwa obat tradisional berbahan alami, lebih aman dan tidak menimbulkan

efek samping.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang

berlimpah. Contoh dari kekayaan alam tersebut adalah banyaknya jenis

spesies tanaman di Indonesia. Kurang lebih terdapat 30.000 – 40.000

spesies tanaman ada di Indonesia. Berbagai tanaman tersebut sebagian

telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat.

Tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional tersebut adalah

Pala. Pala merupakan tanaman tradisional yang sering digunakan selain

sebagai bumbu masak juga sebagai obat tradisional. Seiring

berkembangnya zaman, permintaan masyarakat akan pala pun semakin

tinggi. Berkat perkembangan ilmu pengetahuan pun kini pala dapat

diekstraksi sehingga penggunaannya semakin mudah dan efisien.

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan

perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang

berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.Sedangkan ekstrak


(Extracta) adalah sedian kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh

matahari langsung ektrak kering harus mudah di gerus menjadi

serbuk. Salah satu metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk

mengekstraksi pala adalah perkolasi.

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan,

daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan

daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara

maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian

larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah,

sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Dan juga karena

ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat

mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka

kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat

meningkatkan perbedaan konsentrasi. Untuk menghindari kehilangan

minyak atsiri pada pembuatan sari,maka cara perkolasi diganti dengan cara

reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan

pada reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan

dengan cara sinplisia dibagi dalam beberapa percolator

Pada praktikum kali ini akan dilakukan ekstraksi senyawa

metabolit sekunder dengan metode perkolasi yakni perendaman sampel


dengan pelarut yang cocok. Sampel yang digunakan dalam percobaan kali

ini adalah simplisia akar Alang-alang (Imperata cylindrica) dalam bentuk

haksel.

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui jumlah komponen kimia ekstrak Akar Alang-alang (Imperata

cylindrica) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

2. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan jumlah komponen kimiaekstrak Akar Alang-alang

(Imperata cylindrica) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

C. Prinsip Percobaan

Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian

bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah

melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang

dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh

kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya

kapiler yang cenderung untuk menahan.

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia dengan

derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan

penyari sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup

sekurang-kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam


perkolator, ditambahkan cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24

jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit, sehingga

simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan

dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung dari cahaya.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Imperata

Spesies : Imperata cylindrica


2. Morfologi

Alang-alang, ilalang atau lalang, bahasa latin disebut Imperata

Cylindrica L. Raeusch. Tanaman ini termasuk jenis gulma, rumput

berdaun tajam yang tumbuh liar diantara lahan perkebunan. Dalam

bahasa Inggris disebut sebagai Bladygrass, Cogongrass, Speargrass,

Silver-spike atau Satintail (JamuIn, 2017).

Rumput alang-alang menyebar secara alami, dapat ditemukan di

India, Asia timur, Asia Tenggara, Asia Utara, Mikronesia, Australia,

Eropa, Afrika, dan Amerika. Perkembangan tanaman dianggap sangat

invasif, sering dianggap sebagai gulma yang sangat mengganggu

pertanian. Tetapi dalam pengobatan herbal, tanaman ini justru dicari

karena sangat ampuh mengobati penyakit sipilis, kencing darah/nanah

atau gonore(JamuIn, 2017).

Akarnya memiliki tunas yang merayap di dalam tanah, panjang

dan bersisik. Biasanya sistem perakarannya serabut dan banyak memiliki

rambut akar yang lebat dan ujungnya meruncing. Pada setiap ujungnya

terdapat kaliptra yang berfungsi untuk menembus tanah dan melakukan

banyak percabangan(Syahputra, 2013).

Batang alang-alang ini memiliki tinggi 1,2-1,5 m. Permukaan

batang alang-alang ini beruas-ruas. Ruas tersebut sebagai tempat

duduknya daun. Arah tumbuhnyya batang alang-alang ini ke atas. Batang

menjulang berbunga naik keatas tanah(Syahputra, 2013).


Daun alang-alang berbentuk garis lanset dengan pangkal menjepit

dan berbentuk talang. Panjangnya sekitar 15-80 cm. Tepi daunnya juga

sangat kasar, pada pangkal berambut panjang, dengnan tulang daun

tengah yang lebar dan pucat. Alang-alang juga memiliki malai yang

panjangnya 10-20cm(Syahputra, 2013).

Bunga alang-alang ini memiliki benag sari yang kerap kali

dengan 2 kepala sari putih atau ungu. Tangkai putik 2 dengan kepala

putik yang panjang berwarna ungu dan muncul dari anak bulir yang

panjangnya 4 mm, putih ataupun keunguan(Syahputra, 2013).

Buah alang-alang ini tidak begitu terlihat tetapi ketika masak

buah alang-alangberfungsi sebagai alat untuk melayang. Berbentuk bulat

panjang dengan ujung buah yang runcing. Buahnya di tutupi oleh daun

pelindung dan apabila sudah masak buahnya akan rontok(Syahputra,

2013).

3. Khasiat

Bagian yang digunakan untuk obat medis adalah akarnya.

Kenyataannya, akarnya dapat digunakan untuk menurunkan temperatur,

melancarkan urin, menghentikan pendarahan, dan sebagai obat untuk

pendarahan pada hidung, memuntahkan darah, gonorea (kencing nanah),

hepatitis, infeksi ginjal.

B. Uraian Metode Perkolasi


Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang

berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,

tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan

(friksi) (Tobo, 2001).

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang

digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat

aktif yang keluar dari perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah

dilakukannnya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi(Tobo, 2001).

Kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut : 10

bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok

dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan

ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Massa

dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan

hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai

menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu

perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam (Tobo, 2001).

Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi

karena (Tobo, 2001) :

a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang

terjadi dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga

meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.


b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat

mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka

kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat

meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,

maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi

biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal (Tobo,

2001).

Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung,

perkolator berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan

perkolator bergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk

kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila

diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera

menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak

cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada

keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk

mempercepat proses perkolasi (Tobo, 2001).

C. Uraian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis

(KLT) digunakanuntuk mencari fase gerak yang terbaik yang akan

digunakan dalam kromatografi kolom. Fase diamyang digunakan pada KLT

adalah silika gelGFdan sebagai fase gerak digunakan nheksana,kloroform, etil


asetat dan n-butanol.Bejana kromatografi sebelum digunakan untukelusi,

terlebih dahulu dijenuhkan dengan fasegeraknya. Sedikit fraksi positif

flavonoid yaitufraksi n-heksana dilarutkan dengan pelarutnya(eluen yang

akan dipakai) kemudian ditotolkanpada plat kromatografi lapis tipis

denganmenggunakan pipa kapiler. Setelah kering laludimasukkan dalam

bejana. Bila fase gerak telahmencapai batas yang ditentukan, plat

diangkat,dan dikeringkan di udara terbuka. Sebagaipenampak noda digunakan

asam sulfat. Nodayang terbentuk diamati dengan lampu UV 254 nm dan 366

nm kemudian dihitung Rf-nya (Asih, 2009).


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan bahan yang digunakan

1. Alat yang digunakan

Batang pengaduk, Bejana, Gelas kimia, Gelas ukur, Kertas saring,

Percolator, Timbangan

2. Bahan yang digunakan

Akar alang-alang, Metanol, Dietil Eter, n-Butanol

B. Cara Kerja

1. Diimbang sebanyak 220 gram simplisiaalang-alang

2. Dibasahi dengan 12,5 ml- 25 ml etanol 96%.

3. Dipasang perkolator, bentuk yang digunakan pada praktikumya itu

bentuk tabung. Pasang kapas secukupnya dan kertas saring sesuai

ukuran perkolator. Pasang selang dan siapkan erlenmeyer yang sudah

dikalibrasi ad 250 ml untuk menampung filtrat.

4. Dimasukkan massa basah kedalam perkolat. Pasang kertas saring pada

bagian atasnya.

5. Diatur keran dalam posisi terbuka. Tuang cairan penyari secukupnya

sampai cairan menetes dalam erlenmeyer. Diatas simplisia tetap harus

ada sisacairan penyari (selapis cairan penyari).

6. Ditutup keran diamkan selama 24 menit.

7. Dibuka kembal ikeran, biarkan cairan menetes.


8. Ditambahkan berulang cairan penyari hingga selalu terdapat cairan

selapis penyari.

9. Dipindahkan filtrat kecawan uap yang sudah di timbang terlebih

dahulu lalu diuapkan hingga memperoleh ekstrak kental.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Nama Simplisia : Akar Alang-alang (Imperata cylindrica)

Berat Sampel : 440 gr (sampel basah)

: 20 gr (sampel kering)

: 77,62 gr (sampel yang ditimbang)

Pelarut yang digunakan : Metanol 800 mL

Metode Ekstraksi : Perkolasi

1. Ekstrak Metanol

No. Sinar UV

Warna Rf

1 Coklat 0,97 cm, 0,79 cm,

0,45 cm, 0,25 cm,

0,06 cm

2 Coklat 0,95 cm, 0,73 cm,

0,57 cm, 0,31 cm,

0,11 cm

3 Coklat 0,97 cm, 0,76 cm,

0,70 cm, 0,54 cm,

0,44 cm, 0,2 cm


4 Coklat 0,81 cm, 0,72 cm,

0,70 cm, 0,25 cm,

0,06 cm

5 Coklat 0,06 cm

2. Dietil Eter

No. Sinar UV

Warna Rf

1 Coklat 0,75 cm, 0,62 cm,

0,55 cm,0,44 cm,

0,35 cm, 0,22 cm,

0,11 cm, 0,05 cm

2 Coklat 0,81 cm, 0,56 cm,

0,22 cm, 0,18 cm,

0,07 cm

3. N-Butanol

No. Sinar UV

Warna Rf

1 Coklat 0,75 cm, 0,62 cm,


0,55 cm,0,44 cm,

0,35 cm, 0,22 cm,

0,11 cm, 0,05 cm

2 Coklat 0,81 cm, 0,56 cm,

0,22 cm, 0,18 cm,

0,07 cm

B. Pembahasan

Pada praktikum ini sampel yangdigunakan adalah akar alang-alang.

Untuk mendapatkan ekstrak Akar Alang-alang, mula-mula akar alang-

alang diambil lalu dicuci. Setelah itu dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan pada udara terbuka tanpa terkena cahaya matahari langsung

untuk menghilangkan kadar air yang terkandung didalamnya dan sekaligus

mencegah terjadinya perubahan kimia seperti cepat busuk.

Metode elstraksi yang digunakan dalam praktikum ini adalah

metode perkolasi. Proses perkolasi adalah Serbuk simplisia ditempatkan

dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.

Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan

penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai

keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya

sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang

cenderung untuk menahan.


Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5

bagian cairan penyari sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam

bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit

demi sedikit ke dalam perkolator, ditambahkan cairan penyari. Perkolator

ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan

1 ml permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke

dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung

dari cahaya.

Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari

tanaman menggunakan pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali

sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bnetuknya dapat kental atau

kering tergantung apakah sebagian aja pelarut yang diuapkan atau

seluruhnya.

Pada praktikum kali ini kami menggunakan metode ekstraksi

dengan perkolasi. Penyarian dengan metode perkolasi adalah pemyarian

dengan dengan cara mengalirkan cairan penyari memalui serbuk simplisia

yang telah terlebih dahulu dibasahi. Serbuk simplisia ditempatkan disuatu

bejana silinder yang dibawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari

dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari ini

akan melarutkan sel-sel yang dilaluinya hingga mencapai keadaan jenuh.

Proses praktikum dilakukan dengan cara menimbang serbuk

simplisia sebanyak 200 gram. Pada praktikum kali ini digunakan penyari
metanol sebanyak mL. Karena yang tersedia adalah etanol 96% maka

praktikan diharuskan membuat pengenceran etanol terlebih dahulu dengan

cara mengambil etanol 96% sebanyak 520 mL kemudian ditambahkan

aquadest sampai volume mencapai 1000 mL. Setelah dibuat pengenceran

etanol selanjutnya praktikan membasahi serbuk simplisia dengan larutan

penyari, pada praktikum ini digunakan 100 mL penyari untuk membasahi

serbuk simplisia. Simplisia yang telah dibasahi kemudian dimasukkan ke

dalam bejana tertutup dan didiamkan sekurang-kurangnya selama 3 jam.

Pembasahan dan pendiaman ini bertujuan agar sel-sel simplisia

mengembang sempurna sehingga cairan penyari akan mudah menembus

sel.

Setelah 3 jam massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam

percolator tabung yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring yang telah

dibasahi oleh etanol. Ini berujuan untuk menjaga kecepatan aliran cairan

penyari, jika kertas saring dibasahi dengan air maka air yang bersifat polar

akan mempercepat aliran cairan. Serbuk simplisia dimasukkan sedikit

demi sedikit sambil sesekali ditekan hati-hati, ini juga bertujuan untuk

mengatur aliran dari cairan penyari. Setelah serbuk simplisia dimasukkan

semuanya kemudian dimasukkan cairan penyari kedalam percolator

melalui dinding percolator agar cairan penyari rata mengenai serbuk

simplisia dan supaya tidak terbentuk lubang ditengah-tengah serbuk

simplisia. Kemudian celah yang ada pada percolator diolesi dengan

vaseline ini bertujuan agar cairan penyari tidak keluar atau merembes dari
celah tersebut dan untuk menghindari kebocoran pada kran. Setelah

semuanya dimasukkan percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam.

Kemudian cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit.

Kemudian cairan penyari ditambahkan berulang-ulang sehingga selalu ada

selapis cairan penyari diatas simplisia. Setelah itu hasil dari perkolasi

diuapkan diatas watrebath hingga diperoleh ekstrak kental.

Setelah diperoleh ekstrak kental maka dapat dihitung randemennya.

Menghitung randemennya dengan cara pertama, timbang pot obat yang

masih kosong, kemudian timbang pot obat yang telah berisi ekstrak kental.

Untuk mengetahui bobot ekstrak yang diperoleh maka bobot pot obat yang

berisi ekstrak dikurangi dengan bobot pot obat kosong. Hasil dari

pengurangan tersebut itulah bobot ekstrak yang diperoleh. Pada

praktikum kali ini diperoleh ekstrak pala dengan bobot 6,69 gram. Setelah

diperoleh bobot ekstrak kental maka dihitung randemennya dengan cara

bobot ekstrak yang diperoleh dibagi dengan jumlah simplisia yang

ditimbang kemudian dikalikan dengan 100%. Pada praktikum ini

diperoleh hasil randemennya yaitu sebesar 6,69%


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari percobaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada hasil identifikasi ekstrak methanol Akar Alang-alang terdapat 9

senyawa bersifat polar

2. pada

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih teliti pada saat praktikum berlangsung.

Seperti pada saat perhitungan pengenceran etanol, praktikan harus teliti

agar hasil pencarian sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian saat

penimbangan serbuk simplisia, sebaiknya praktikan harus jeli membaca

angka pada timbangan analitik agar tidak salah pada saat penimbangan.

Pada saat pengolesan vaselin pada celah yang ada diperkolator juga harus

sangat berhati-hati agar vaselin tidak mengenai cairan penyari, karena itu

dapat menyebabkan timbulnya kapang pada hasil ekstraksi nantinya. Pada

saat penguapan, praktikan haruslah bersungguh-sungguh karena ekstrak

cair tersebut harus terus menerus diaduk agar tidak lengket pada bejana,

karena kalo ekstrak cair tersebut terlalu banyak lengket akan mengurangi

hasil dari ekstrak kentalnya.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti D. S. 2009. Efek Ekstrak Etanol 70 % daun Pepaya (Carica papaya L)


Terhadap Aktifitas AST & ALT pada Tikus Galur Wistar Setelah
Pemberian Obat Tuberkulosis (Isoniazide & Rifampisin).
Santidaswety.files.wordpress.com/skripsi-santi-dwi-astuti-11051968-a.pdf.
Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

Boesri Hasan. 1994.Pemanfaatan Tanaman Dalam Penanggulangan Malaria.


Media Litbangkes Vol.IV No.01/1994. 763-1056-1-PB.pdf. Diakses pada
tanggal 11 agustus 2014.

Fitokimia UMI. 2009. Pengambilan Dan Pengolahan Sampel. http://


fitokimiaumi.files.wordpress.com/2009/03/pengambilan-dan pengolahan -
sampel.pdf. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

Heinrich Michael, et al. 2010.Farmakognosi dan Fitoterapi. Alih Bahasa Winny


R.Syarif. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hidayatullah F. 2012. Analisa Asam Amino pada Buah Pepaya dengan


Spektrofotometer. eprints.undip.ac.id/Fatih_Hidayatullah.pdf. diakses pada
tanggal 3 Juni 2014. Latief, Abdul. 2012.Obat Tradisional.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Letis ZM. 2012. Chapter II. http://repository.usu.ac.id/bitstream/


123456789/32228/4 /Chapter%20II.pdf. diakses pada tanggal 4 Juni 2014.

Muis Abdul. 2010. Aktivitas Antiplasmodium Ekstrak Etanol Beberapa Tanaman


Obat Terhadap Mencit Yang Diinfeksi Plasmodium berghei.
Prosiding.lppm.unisba.ac.id/123-458-1-PB.pdf. diakses pada tanggal 4 Juni
2014. Mulyati M. Sayur-sayuran, Buah-buahan Penanganan dan
Pengolahannya. CV.Indo media. Makassar
LAMPIRAN

Metanol

a. (2.1.1)

P = 4,4 cm

1) P. Noda = 4,3 cm
4,3
Rf = 4,4

Rf = 0,97 cm

2) P. Noda = 3,5 cm

3,5
Rf = 4,4

Rf = 0,79 cm

3) P. Noda = 2 cm
2
Rf = 4,4

Rf = 0,45 cm

4) P. Noda = 1,1 cm
1,1
Rf = 4,4

Rf = 0,25 cm

5) P. Noda = 0,3 cm
0,3
Rf = 4,4

Rf = 0,06 cm

b. (2.1.2)

P = 4,5 cm

1) P. Noda = 4,3 cm
4,3
Rf = 4,5

Rf = 0,95 cm

2) P. Noda = 3,3 cm
3,3
Rf = 4,5

Rf = 0,73 cm

3) P. Noda = 2,6 cm
2,6
Rf = 4,5

Rf = 0,57 cm

4) P. Noda = 1,4 cm
1,4
Rf = 4,5

Rf = 0,31 cm

5) P. Noda = 0,5 cm

0,5
Rf = 4,5

Rf = 0,11 cm

c. (2.1.3)

P = 5 cm

1) P. Noda = 4,7 cm
4,7
Rf = 5

Rf = 0,97 cm

2) P. Noda = 3,8 cm
3,8
Rf = 5
Rf = 0,76 cm

3) P. Noda = 3.5 cm
3,5
Rf = 5

Rf = 0,70 cm

4) P. Noda = 2,7 cm
2,7
Rf = 5

Rf = 0,54 cm

5) P. Noda = 2,2 cm
2,2
Rf = 5

Rf = 0,44 cm

6) P. Noda = 1 cm
1
Rf = 5

Rf = 0,2 cm

d. (2.1.4)

P = 5,5 cm

1) P. Noda = 4,5 cm

4,5
Rf = 5,5

Rf = 0,81 cm

2) P. Noda = 4 cm
4
Rf = 5,5

Rf = 0,72 cm

3) P. Noda = 3,2 cm
3,2
Rf = 5,5

Rf = 0,70 cm

4) P. Noda = 1,4 cm
1,4
Rf = 5,5

Rf = 0,25 cm

5) P. Noda = 2,3 cm
2,3
Rf = 5,5

Rf = 0,05 cm

Nama simplisia / Tanaman Asal (Latin-Indonesia)

Berat sampel

Metode Ekstraksi

Volume filtrate

Berat ekstrak kering / kental

Hasil identifikasi secara KLT:

A. Ekstrak Metanol

1a. 1b. 1c. 1d. 1e. 1f.


Keterangan gambar :

1a. Eluen ………………………….Penampak Noda Sinar UV

1b. Eluen ………………………….Penampak Noda Sinar UV

1c. Eluen ………………………….Penampak Noda H2 SO4 10%

1d. Eluen ………………………….Penampak Noda H2 SO4 10%

1e. Eluen ………………………….Penampak Noda Sinar UV

1f. Eluen ………………………….Penampak Noda Sinar UV

Dietil Eter

a. (2.2.3)

P = 5,4 cm

1) P. Noda = 4,1 cm
4,1
Rf = 5,4

Rf = 0,75 cm

2) P. Noda = 3,4 cm
3,4
Rf = 5,4

Rf = 0,62 cm

3) P. Noda = 3 cm
3
Rf = 5,4

Rf = 0,55 cm

4) P. Noda = 2,4 cm
2,4
Rf = 5,4
Rf = 0,44 cm

5) P. Noda = 1,9 cm
1,9
Rf = 5,4

Rf = 0,35 cm

6) P. Noda = 1,2 cm
1,2
Rf = 5,4

Rf = 0,22 cm

7) P. Noda = 0,6 cm
0,6
Rf = 5,4

Rf = 0,11 cm

8) P. Noda = 0,3 cm
0,3
Rf = 5,4

Rf = 0,05 cm

b. (2.2.4)

P = 5,3 cm

1) P. Noda = 4,3 cm
4,3
Rf = 5,3

Rf = 0,81 cm

2) P. Noda = 3 cm
3
Rf = 5,3

Rf = 0,56 cm
3) P. Noda = 1,2 cm
1,2
Rf = 5,3

Rf = 0,22 cm

4) P. Noda = 1 cm
1
Rf = 5,3

Rf = 0,18 cm

5) P. Noda = 0,4 cm
0,4
Rf = 5,3

Rf = 0,07 cm

B. Ekstrak Dietil Eter

1a. 1b. 1c. 1d

Keterangan gambar :

1a. Eluen ………………………….Penampak Noda Sinar UV

1b. Eluen ………………………….Penampak Noda Sinar UV

2a. Eluen ………………………….Penampak Noda H2 SO4 10%


2b. Eluen ………………………….Penampak Noda H2 SO4 10%

N-Butanol

a. (2.3.1)

P = 5,4 cm

1) P. Noda = 4,6 cm
4,6
Rf = 5,4

Rf = 0,85 cm

2) P. Noda = 2,9 cm
2,9
Rf = 5,4

Rf = 0,53 cm

3) P. Noda = 2,4 cm
2,4
Rf = 5,4

Rf = 0,44 cm

4) P. Noda = 1,2 cm
1,2
Rf = 5,4

Rf = 0,22 cm

5) P. Noda = 0,4 cm
0,4
Rf = 5,4

Rf = 0,07 cm

b. (2.3.2)

P = 4,5 cm
1) P. Noda = 4,4 cm
4,4
Rf = 4,5

Rf = 0,97 cm

2) P. Noda = 3 cm
3
Rf = 4,5

Rf = 0,66 cm

3) P. Noda = 2,5 cm

2,5
Rf = 4,5

Rf = 0,55 cm

4) P. Noda = 1,8 cm
1,8
Rf = 4,5

Rf = 0,4 cm

5) P. Noda = 1 cm
1
Rf = 4,5

Rf = 0,22 cm

C. Ekstrak n-Butanol

1a. 1b. 1c. 1d


Keterangan gambar :

1a. Eluen ………………………….Penampak Noda Sinar UV

1b. Eluen ………………………….Penampak Noda Sinar UV

2a. Eluen ………………………….Penampak Noda H2 SO4 10%

2b. Eluen ………………………….Penampak Noda H2 SO4 10%

Anda mungkin juga menyukai