Jurnal Cantrang PDF
Jurnal Cantrang PDF
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
NanikErmawati1,Zuliyati2
1,2FakultasEkonomiUniversitas Muria Kudus
∗
444 111 @ .
Abstrak
Pro dan kontra penerapan pelaksanaan Permen KP Nomor : 2/PERMEN-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat
penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik
Indonesia masih terus berlangsung. Seluruh masyarakat perikananan yang menjadikan perikanan sebagai sumber
penghidupan (livelyhood) merasakan beragam implikasi dengan terbitnya Permen ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak sosial dan ekonomi yang timbul khususnya bagi masyarakat perikanan dengan diterapkan
peraturan ini. Jenis penelitian ini adalah kualitatif eksploratif yaitu penelitian yang mengedepankan hasil observasi
dilapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball, melalui wawancara pada nelayan yang diwakili
oleh anak buah kapal, pemilik kapal yang menggunakan cantrang dan masyarakat sekitar pelabuhan atau pangkalan
ikan pada Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.Hasil penelitian menujukkan bahwa dengan diberlakukannya
PERMEN KP No 2 berdampak : (1) sosial: pengangguran meningkat, kesejahteraan masyarakat nelayan menurun
dan tingginya kejahatan, (2) ekonomi : penurunan hasil tangkap, penghasilan turun, dengan kondisi ekonomi
nelayan : meliburkan diri(30%),beralih ke usaha lain(40%), dan serabutan pangkalan ikan (30%).
Kata Kunci: Pukat Hela, Pukat Tarik, Dampak Sosial, dan Dampak Ekonomi
b. Pukat hela dasar berpapan (otter kebijakan pengelolaan. Hal pertama yang
trawls); harus dilakukan dalam mengatasi
c. Pukat hela dasar dua kapal (pair permasalahan ini adalah penataan kembali
trawls); sistem perikanan nasional dengan tindakan
d. Nephrops trawls, dan pengelolaan sumberdaya ikan secara rasional
e. Pukat hela dasar udang (pembatasan hasil tangkapan, dan upaya
(shrimp trawls), berupa pukat tangkapan). Pengelolaan sumberdaya ikan
udang. secara bertahap dan terkontrol, di ikuti dengan
3. Pukat hela pertengahan (midwater trawls), monitoring lewat sistemMonitoring,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf Controlling dan Surveilance (MCS), guna
b, terdiri dari:s pembentukan sistem infomasi yang efektif
a. Pukat hela pertengahan berpapan dan akurat sehingga perencanaan pengelolaan
(otter trawls), berupa pukat ikan; sumberdaya ikan dapat menjamin usaha
b. Pukat hela pertengahan dua kapal penangkapan ikan yang berkelanjutan. Selain
(pair trawls); dan itu untuk mengurangi resiko kegiatan IUU
c. Pukat hela pertengahan udang (shrimp (Illegal, Unreported, and Unregulated)
trawls). Fishingyang merugikan Negara, kegiatan ini
d. Pada Pasal 4 ayat (1) Alat penangkapan harus melibatkan stakeholders termasuk
ikan pukat tarik (seine nets) sebagaimana elemen masyarakat nelayan melalui Sistem
dimaksud dalam Pasal 2 terdiri dari: Pengawasan Masyarakat (SISWASMAS).
a. Pukat tarik pantai (beach seines); dan Implikasi dari penerapan berbagai
b. Pukat tarik berkapal (boat or vessel regulasi dan kebijakan di bidang perikanan ini
seines). akan terasa setelah larangan penangkapan
Pukat tarik berkapal (boat or vessel ikan dengan pukat resmi diberlakukan, karena
seines) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat ini Kementerian Kelautan
huruf b terdiri dari: dan Perikanan masih memberikan toleransi
1. Dogol (Danish Seines); sampai masa berlaku ijin usaha yang telah
2. Scottish Seines; diterbitkan berakhir atau sekitar 6 hingga 9
3. Pair Seines; bulan kedepan. Untuk itu masyarakat nelayan,
4. Payang; akademisi, badan litbang dan seluruh instansi
5. Cantrang; Dan terkait khususnya Kementerian Kelautan dan
6. Lampara Dasar. Perikanan agar dapat mencari alat tangkap
alternatif yang ramah lingkungan dan yang
2. Kebijakan Pengelolaan Perikanan bertanggungjawab.
Tangkap
Permasalahan kelautan dan perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
bukan hanya menyangkut investasi, Pati (2012), Pelabuhan Perikanan Pantai
produktivitas maupun promosi, karena (PPP) Bajomulyo Pati adalah salah satu
dimensinya bukan hanya sekedar ekonomi Pelabuhan Perikanan yang terdapat di
tetapi juga sosial, budaya dan politik, provinsi Jawa Tengah. Pelabuhan Perikanan
sehingga diperlukan regulasi kebijakan Pantai (PPP) Bajomulyo terdiri dari dua unit
pengelolaan sumberdaya yang memungkinkan yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
semua dimensi itu tersentuh agar Bajomulyo unit I (lama) melayani armada
keseimbangan ekologis dan keadilan sosial kurang dari 30 GT (jaring cantrang, pancing
ekonomi dapat tercapai.Oleh karena itu, mini long line, pancing senggol, jaring cumi
keterlibatan nelayan dalam proses dan nelayan tradisional (jaring udang, jaring
perencanaan merupakan suatu hal yang rajungan, jaring teri, dan lain-lain) dan
mutlak untuk mendapatkan dukungan yang Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo
kuat terhadap law enforcement setiap unit II (baru) melayani armada lebih dari 30
2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
GT (jarring purse seine); (RiaHastrini, Abdul menggantungkan hidupnya pada alat tangkap
RosyiddanPutut, 2013. cantrang. Mereka menggunakan 10.758 unit
Kota Juwana merupakan kota yang kapal atau 41,25% dari total jumlah kapal
memiliki geografis berupa pesisir. Secara yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Jaring
tidak langsung dengan geografis seperti itu cantrang banyak digunakan kapal-kapal
mayoritas pekerjaan masyarakat Juwana nelayan di wilayah Pantura Jawa. Berbagai
adalah sebagai nelayan. Perekonomian di upaya sudah dilakukan para nelayan, seperti
Kota Juwana lebih maju dibandingkan dengan berangkat ke Jakarta untuk menuntut
kota lain yang ada di Kabupaten Pati. pencabutan Peraturan Menteri (Permen)
Jumlah kapal yang menggunakan alat Nomor 2 Tahun 2015 yang berlaku sejak 9
penangkapan ikan cantrang di Jateng Januari lalu. Peraturan itu salah satu isinya
bertambah dari 3.209 pada tahun 2004 melarang penggunaan alat tangkap ikan pukat
menjadi 5.100 pada tahun 2007 dengan hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets), yang
ukuran kapal sebagian besar diatas 30 GT. di antaranya berupa jaring cantrang.
Permasalahan timbul karena banyaknya kapal
cantrang di atas 5 GT yang izinnya 3. Dampak kapal cantrang terhadap
dikeluarkan oleh pemerintah daerah dengan ekosistem laut
alat penangkapan ikan yang lain, sehingga Jumlah kapal ikan dengan alat tangkap
terjadi upaya hukum untuk menertibkan dan yang dilarang sesuai peraturan tersebut
menimbulkan konflik dengan nelayan dari sebanyak 10.758 unit. Jumlah itu mencakup
daerah lain. Permasalahan lain adalah (41,25%) dari jumlah kapal perikanan di Jawa
terjadinya penurunan produksi sebesar 45 Tengah).Produksi tangkapan tercatat dari
persen dari 281.267 ton (2002) menjadi jumlah kapal tersebut adalah sebanyak
153.698 ton (2007). 60.396,1 ton (27,26%) dari produksi
Pelarangan penggunaan alat tangkap perikanan tangkap tahun 2014 dan jumlah
cantrang yang tertera pada peraturan Mentri Anak Buah Kapal (ABK) 120.966 orang
Kelautan dan Perikanan Republik No. 02 nelayan (79,52%).
Tahun 2015 menimbulkan banyak protes dari Pengolah dan pemasar hasil perikanan
masyarakat. Seperti tertera pada Radar yang terkait dengan produksi kapal dengan
Pekalongan (20 Januari 2015) Ratusan alat tangkap yang dilarang sesuai dengan
nelayan Kabupaten Batang pada hari Senin 19 peraturan tersebut, meliputi 6.808 Unit
Januari 2015 menggelar aksi unjuk rasa di Pengolah Ikan (UPI) skala UMKM dengan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Batang dan jumlah tenaga kerja 107.918 orang. UPI skala
Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas ekspor sebanyak 30 UPI dengan tenaga kerja
III Batang untuk menolak munculnya 5.203 orang, dan 18.401 unit pemasar hasil
Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan perikanan. Ketiga, total tenaga kerja yang
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 yang dinilai terdampak sebanyak 252.488 orang.Selain itu,
memberatkan nelayan karena setidaknya kata Ganjar, volume ekspor hasil perikanan
sekitar 99 persen nelayan Batang yang terdampak akibat pelarangan itu akan
menggunakan Kapal Cantrang, Sehingga mencapai sebear 29.808 ton dengan nilai
pelarangan penggunaan alat tangkap cantrang mencapai US$333.140.262. Karena itulah,
dapat mengakibatkan pengangguran besar- Ganjar meminta Susiuntuk melakukan
besaran. Permen tersebut juga membuat beberapa tindakan agar kesejahteraan nelayan
nelayan Batang kehilangan mata pencaharian. di wilayah Jateng tidak terdampak hebat
Dampak dari permen tersebut tidak hanya akibat pemberlakukan Permen KP tersebut.
pada nelayan, tapi juga para pekerja yang Pada 1980, Indonesia menjadi salah satu
bergelut dengan perikanan tangkap. negara di dunia yang mendorong pengelolaan
Pada Koran SINDO (1 Maret 2015) Di sumber daya laut yang berkelanjutan. Kala
Jawa Tengah, sebanyak 120.966 nelayan itu, pemerintah menerbitkan Keputusan
3
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
Presiden (Keppres) Nomor 39 Tahun 1980 b. Jaring Jaring insang hanyut, Jaring
Tentang Penghapusan Jaring Trawls (Pukat insang lingkar, Jaring klitik, Jaring
Harimau) di Perairan Jawa, Sumatera dan trammel
Bali; guna menjaga kesehatan habitat serta c. Jaring Angkat Bagan Perahu, Bagan
produktivitas penangkapan nelayan Tancap, Bagan Rakit, Serok, Bondong
tradisional. Namun dalam dua dekade dan banrong
terakhir, alat penangkapan ikan d. Pancing Rawi tuna, Rawai hanyut
jenis trawls telah berkembang pesat dalam selain, Rawai tetap, Huhate, Pancing
bentuk serta nama yang beragam, dan tonda, Pancing tangan-hand
semuanya mengacu pada sifat
penangkapannya yang tidak ramah Berdasarkan fenomena diatas maka
lingkungan. Penggunaantrawl dengan munculah judul penelitian ini yaitu Dampak
mengeruk dasar perairan merusak habitat Ekonomi Peraturan Meteri Kelautan dan
serta penggunaan mata jaring yang kecil juga Perikanan No. 2 tahun 2015.
menyebabkan tertangkapnya berbagai jenis
biota yang masih anakan atau belum matang. 4. Rumusan Masalah
Aturan Kementrian Kelautan dan Rumusan masalah dari penelitian ini
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015, yang adalah bagaimana dampak yang timbul
melaran penggunaan kapal cantrang memberi dari Peraturan Meteri Kelautan dan
dampak di sejumlah aspek usaha Perikanan No. 2 tahun 2015, dan dampak
laut.Padadasarnyapeningkatanpenggunaan ekonomi bagi nelayan yang
cantrang sebanyak 3.209 unit di 2004, menggunakancantrang?
meningkat menjadi 5.100 unit di tahun 2007,
dan sekarang diperkirakan lebih dari 10.000 5. Tujuan Penelitian
unit dari Jawa Tengah.Permen KP No. 2/2011 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
disebutkan penggunaan alat cantrang mengetahui dampak dari Peraturan
diperbolehkan, asalkan digunakan pada kapal Menteri Kelautan dan Perikanan No. 2
nelayan berbobot di bawah 30 Gross Ton tahun 2015 dan dampak ekonomi bagi
(GT). Lalu wilayah penggunaan cantrang nelayan yang menggunakan cantrang.
adalah di bawah 12 mil laut dan di wilayah
tangkap masing-masing daerah. Kenyataan LANDASAN TEORI
yang ada di lapangan wilayah penggunaan a. Peraturan Menteri Kelautan dan
cantrang lebih dari 12 mil laut dan kapal Perikanan No.2/2015
nelayan berbobot di atas 30 Gross Ton (GT) Peraturan menteri yang terlalu cepat
bahkan 100GT ke atas.Penggunaan alat untuk dijalankan bagi nelayan merasa sangat
tangkap cantrang sebenarnya telah dilarang di keberatan. Berdasarkan data KKP (2012),
tahun 1980-an. Meski begitu cantrang tetap jumlah alat tangkap yang digunakan
digunakan karena tidak ada aturan turunan beroperasi di wilayah perairan Indonesia
Undang-undang. Tapi, bagi nelayan yang sekitar 1,177 juta unit. Dari data itu,
menggunakan cantrang, tidak boleh melewati sebanyak 1,66% atau sebanyak 19.544 unit
daerah nelayan lain. merupakan alat tangkap pukat tarik
Dalam melakukan usaha penangkap ikan (cantrang). Sebelumnya, data dari KKP juga
dari tiga kelompok nelayan tersebut mencatat kapal pengguna alat tangkap
digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat cantrang ini sebanyak 10.758 unit di wilayah
penangkap yang dapat dibagi dalam empat Jawa Tengah, seperti Pati, Rembang, Tegal,
kelompok sebagai berikut. dan lainnya. Jumlah ini semakin meningkat
a. Pukat Payang termasuk lampara, Pukat dibanding 2007 yang hanya berjumlah 5.100
pantai, Pukat cincin unit serta pada 2004 sebanyak 3.209 unit.
4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
Dari penggunaan alat tangkap yang cantrang mencapai 5.100 unit. Namun, saat
dilarang ini, produksi perikanan tangkap di ini jumlah tersebut naik menjadi 10.758 unit.
wilayah Jawa Tengah terus berkurang. Pada Menurut Gellwyn(KKP, Maret 2015)
2002, produksi perikanan tangkap di Jawa mengungkapkan, kapal-kapal tersebut
Tengah sebesar 281.267 ton, sedangkan umumnya berada di kawasan Jawa Tengah.
pada 2007 menjadi 153.267 ton. Pelarangan Berdasarkan hasil uji petik yang dilakukan
alat tangkap cantrang keluar melalui pemerintah di kawasanTegal, Pati, dan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Rembang, terjadi pelanggaran marked down
No.2/2015 Tentang Larangan Alat Tangkap ukuran kapal. Secara kasar hitung-
Pukat Tarik dan Pukat Hela. Alat tangkap hitungannya itu bias saja 80% dari kapal
cantrang sendiri merupakan bagian dari alat atau 100% semuanya adalah kapal yang
tangkap pukat tarik. Menurut Ketua umum diturunkan ukurannya. Gellwynn
Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia menuturkan, kapal di bawah 30 GT tidak
(KNTI) Riza Damanik mengatakan ada dibebankan PNBP, melainkan hanya setoran
sekitar 100.000 jiwa ABK yang bekerja di ke daerah. Sehingga terjadinya
atas kapal pengguna cantrang. ABK ini pelanggaran marked down tersebut
terancam terhenti aktivitasnya karena kapal mengakibatkan Negara mengalami kerugian
tempat mereka bekerja tidak lagi bias dari hilangnya potensi pendapatan
beroperasi. Kalau masing-masing ABK ini Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
ada anggota keluarga berjumlah lima, maka dari kapal berukuran di atas 30 GT. Aturan
ada 500.000 jiwa terkena dampak tidak pelarangan penggunaan cantrang
langsung. sebelumnya sudah diberlakukan pada1980,
Oleh karena itu, lanjutnya, saran KKP dan diteruskan melalui Keputusan
untuk membentuk kelompok dan koperasi DirjenPerikanan No
ini merupakan langkah yang baik untuk IK.340/DJ.10106/97. Namun, masih saja ada
distribusi kesejahteraan. Polemik cantrang oknum nakal yang melanggar.
ini juga perlu segera dituntaskan. Pelarangan Padahal, penggunaan alat tangkap ini
penggunaan alat tangkap cantrang yang menurunkan produksi ikan. Buktinya, pada
dilarang oleh pemerintah ternyata masih tahun 2002 produksi ikanmencapai 281.267
banyak saja dilanggar. Pasalnya, masih ton, tetapi turun menjadi 153.698 ton pada
banyak kecurangan para pengusaha pemilik 2007. Situasi tersebut juga berdampak pada
kapal yang sengaja menurunkan (marked penurunan sumberdaya ikan sebanyak 50.
down) ukuran kapal dari di atas 30 Gross
Ton menjadi di bawah 30 Gross Ton agar b. Dampak ekonomi fisik dan sosial
dapat menggunakan cantrang. Dampak ekonomi, terutama terjadi
Cantrang dilarang karena dapat merusak pada tingkat pendapatan keluarga.
lingkungan seperti terumbu karang dan Perubahan daerah pemukiman, pasti tidak
ekosistem dari baby fish (bibitikan), serta selalu menjamin kelangsungan profesinya
menangkap para baby fish tersebut sebelum sebagai nelayan karena mungkin kawasan
siap ditangkap. Sehingga pemerintah pemukiman yang baru itu jauh dari pantai.
menetapkan Peraturan Menteri No.2 Tahun Kalau hal ini terjadi, pasti sulit
2015 tentang Larangan Penggunaan Alat melangsungkan profesi nelayan dimana
Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan laut seakan sudah menjadi satu dengan
Pukat Tarik (Seine Nets) di WPP Negara kehidupan nelayan. Hal ini membawa
Republik Indonesia. kekacauan dalam kehidupan ekonomi
Menurut Direktur Jenderal Perikanan keluarga, akibat bertempat tinggal di
Tangkap Kementerian Kelautan dan kawasan pemukiman yang kurang kondusif
Perikanan (KKP) Gellwyn Yusuf pada tahun bagi kehidupan sebagai nelayan.
2007 jumlah kapal yang menggunakan
5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
7
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
penggunaan alat tangkap cantrang yang Pria yang sudah melaut sejak usia 14 tahun ini
mengeksploitasi populasi ikan. ( Koran mengatakan alat tangkap cantrang sama sekali
SINDO, 9 Maret 2015). tidak mengganggu terumbu karang di dasar
Salah satu daerah yang nelayannya laut. Sebab, alat ini sangat berbeda dengan
memprotes larangan penggunaan cantrang pukat harimau atau trawl.
dan pukat tarik berkapal (boat or vessel Menurut Kusmini, cara kerja alat tangkap
seines) adalah Jawa Tengah. Terlebih di itu berbeda. Untuk alat tangkap ikan trawl
Jawa Tngah tercatat wilayah yang sendiri lebih bersifat aktif. Pada saat menebar
nelayannya banyak menggunakan cantrang. alat tangkap, mesin kapal dalam keadaan
Dimana jumlah kapal ikan dengan alat hidup. Kondisi ini berpotensi merusak karang
tangkap yang dilarang sesuai Peraturan karena ada papan dalam jaringnya. Berbeda
Menteri Kelautan dan Perikanan dengan cantrang. Saat jaring disebar, posisi
No.2/Permen- KP/2015 sebanyak 10.758 mesin kapal dalam keadaan mati. Posisi jaring
unit atau 41,25 % dari jumlah kapal ikan tidak sampai ke dasar laut, melainkan
perikanan di Jawa Tengah. 30 Unit Pengolah hanya mengambang di permukaan. Setelah
Ikan (UPI) skala ekspor dengan tenaga kerja jaring ditebar dan ikan didapatkan, nelayan
5.203 orang dan 18.401 unit pemasar hasil pun segera menariknya.
perikanan. Pengolah dan pemasar hasil Koordinator Front Nelayan Bersatu
perikanan yang terkait dengan produksi Jawa Tengah Bambang Wicaksana
kapal dengan alat tangkap yang dilarang mengatakan penggunaan pukat yang sering
meliputi 6.808 UPI skala UMKM. Produksi disebut sebagai pukat Cantrang itu dinilai
tangkapan tercatat sebanyak 60.396,1 ton lebih efektif oleh masyarakat karena sangat
(27,26%) dari produksi perikanan tangkap menguntungkan dari segi kuantitas tangkapan.
tahun 2014. Total tenaga kerja yang “Hampir 80 persen nelayan menggunakannya,
terdampak sebanyak 252.488 orang. Jumlah khususnya di pantai utara. Karena itulah, para
anak buah kapal (ABK) 120.966 orang. nelayan mengaku keberatan atas pelarangan
Volume ekspor hasil perikanan yang ini. “Pemerintah seharusnya memberikan
terdampak 29.808 ton dengan nilai USD solusi dan perhatian terhadap nasib serta
333.140.262 (2014). Jumlah tenaga kerja keberadaan nelayan cantrang.
107.918 orang. ( Koran SINDO, 9 Maret Untuk diketahui, Cantrang merupakan
2015). alat tangkap berjenis jaring yang digunakan
Sejumlah nelayan terpaksa kembali untuk menangkap ikan demersal. Ikan
melaut meski ada larangan menggunakan alat demersal adalah ikan yang hidup di dasar laut
tangkap cantrang dari pemerintah. Nelayan (zona demersal). Jenis ikan yang masuk
beralasan sudah tak sanggup lagi menanggung klasifikasi kelompok demarsal secara umum
biaya hidup. “Mau tidak mau kami harus memiliki habitat dasar laut yang terdiri dari
melaut untuk menutup keperluan sehari-hari,” pasir
kata nakhoda kapal cantrang, Maksum, 31 Maksud diterbitkannya Permen KP.
tahun, kepada Tempo di dermaga kapal No. 02 Tahun 2015 Tentang Larangan
Tasikagung, Rembang, Jawa Tengah, Jumat, Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat
14 Maret 2015. Hela dan Pukat Tarik adalah untuk
Kondisi yang sama dialami anak buah menghentikan sementara penggunaan alat
kapal cantrang, Kusmini. Dia mengaku penangkapan ikan yang dianggap merusak
terpaksa melawan peraturan pemerintah lingkungan agar SDI tidak punah.
karena sudah tidak sanggup lagi menanggung Tujuannya adalah untuk memulihkan
biaya hidup. “Selama ini nelayan bekerja kembali sumberdaya ikan yang telah
baik-baik di laut. Kami tidak mau sampai berkurang/rusak sampai pada akhirnya dapat
melawan pemerintah, tapi kami juga butuh dimanfaatkan kembali secara optimal
hidup,” ujarnya.
8
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8
10