Anda di halaman 1dari 10

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)

Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

DAMPAK SOSIAL dan EKONOMI ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN


PERIKANAN NOMOR 2/PERMEN-KP/2015
(Studi Kasus Kecamatan Juwana Kabupaten Pati)

NanikErmawati1,Zuliyati2
1,2FakultasEkonomiUniversitas Muria Kudus

444 111 @ .

Abstrak
Pro dan kontra penerapan pelaksanaan Permen KP Nomor : 2/PERMEN-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat
penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik
Indonesia masih terus berlangsung. Seluruh masyarakat perikananan yang menjadikan perikanan sebagai sumber
penghidupan (livelyhood) merasakan beragam implikasi dengan terbitnya Permen ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak sosial dan ekonomi yang timbul khususnya bagi masyarakat perikanan dengan diterapkan
peraturan ini. Jenis penelitian ini adalah kualitatif eksploratif yaitu penelitian yang mengedepankan hasil observasi
dilapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball, melalui wawancara pada nelayan yang diwakili
oleh anak buah kapal, pemilik kapal yang menggunakan cantrang dan masyarakat sekitar pelabuhan atau pangkalan
ikan pada Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.Hasil penelitian menujukkan bahwa dengan diberlakukannya
PERMEN KP No 2 berdampak : (1) sosial: pengangguran meningkat, kesejahteraan masyarakat nelayan menurun
dan tingginya kejahatan, (2) ekonomi : penurunan hasil tangkap, penghasilan turun, dengan kondisi ekonomi
nelayan : meliburkan diri(30%),beralih ke usaha lain(40%), dan serabutan pangkalan ikan (30%).

Kata Kunci: Pukat Hela, Pukat Tarik, Dampak Sosial, dan Dampak Ekonomi

PENDAHULUAN 1. Alat Penangkap Ikan Yang Dilarang


Peraturan Menteri Kelautan dan Dioperasikan Oleh Peraturan Menteri
Perikanan No. 2 tahun 2015 didasari oleh Kelautan dan Perikanan No.
penurunan Sumber Daya Ikan (SDI) yang 2/PERMEN-KP/2015 Tanggal 9
mengancam kelestarian, sehingga demi Januari 2015
keberlanjutannya perlu diberlakukan Pada Pasal 2, setiap orang dilarang
pelarangan penggunaan alat penangkapan menggunakan alat penangkapan ikan pukat
ikan Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik hela (trawls) dan alat penangkapan ikan pukat
(seine nets), jadi dapat ditegaskan bahwa tarik (seine nets) di seluruh Wilayah
tujuannya adalah kelestarian dan kemajuan Pengelolaan Perikanan Negara Republik
sektor perikanan dan bukan untuk Indonesia.Pada Pasal 3, dijelaskan jenis alat
mematikan mata pencaharian nelayan. tangkapnya yang dilarang adalah :
Sebagai informasi bahwa sebagian besar 1. Alat penangkapan ikan pukat hela
daerah penangkapan ikan (fishing ground) (trawls) sebagaimana dimaksud dalam
yang dibagi ke dalam beberapa Wilayah Pasal 2, terdiri dari:
Pengelolaan Perikanan (WPP) di wilayah a. Pukat hela dasar (bottom trawls);
Republik Indonesia sudah mengalami over b. Pukat hela pertengahan (midwater
fishing atau over exploited. Indonesia trawls);
memiliki potensi sumber daya perikanan c. Pukat hela kembar berpapan (otter
yang sangat besar baik dari segi kuantitas twin trawls);
maupun keanekaragamannya. Total luas laut d. Pukat dorong.
Indonesia sekitar 3,544 juta km2 atau sekitar 2. Pukat hela dasar (bottom trawls)
70% dari wilayah Indonesia (KKP, 2012). sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri dari:
a. Pukat hela dasar berpalang (beam
trawls);
1
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

b. Pukat hela dasar berpapan (otter kebijakan pengelolaan. Hal pertama yang
trawls); harus dilakukan dalam mengatasi
c. Pukat hela dasar dua kapal (pair permasalahan ini adalah penataan kembali
trawls); sistem perikanan nasional dengan tindakan
d. Nephrops trawls, dan pengelolaan sumberdaya ikan secara rasional
e. Pukat hela dasar udang (pembatasan hasil tangkapan, dan upaya
(shrimp trawls), berupa pukat tangkapan). Pengelolaan sumberdaya ikan
udang. secara bertahap dan terkontrol, di ikuti dengan
3. Pukat hela pertengahan (midwater trawls), monitoring lewat sistemMonitoring,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf Controlling dan Surveilance (MCS), guna
b, terdiri dari:s pembentukan sistem infomasi yang efektif
a. Pukat hela pertengahan berpapan dan akurat sehingga perencanaan pengelolaan
(otter trawls), berupa pukat ikan; sumberdaya ikan dapat menjamin usaha
b. Pukat hela pertengahan dua kapal penangkapan ikan yang berkelanjutan. Selain
(pair trawls); dan itu untuk mengurangi resiko kegiatan IUU
c. Pukat hela pertengahan udang (shrimp (Illegal, Unreported, and Unregulated)
trawls). Fishingyang merugikan Negara, kegiatan ini
d. Pada Pasal 4 ayat (1) Alat penangkapan harus melibatkan stakeholders termasuk
ikan pukat tarik (seine nets) sebagaimana elemen masyarakat nelayan melalui Sistem
dimaksud dalam Pasal 2 terdiri dari: Pengawasan Masyarakat (SISWASMAS).
a. Pukat tarik pantai (beach seines); dan Implikasi dari penerapan berbagai
b. Pukat tarik berkapal (boat or vessel regulasi dan kebijakan di bidang perikanan ini
seines). akan terasa setelah larangan penangkapan
Pukat tarik berkapal (boat or vessel ikan dengan pukat resmi diberlakukan, karena
seines) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat ini Kementerian Kelautan
huruf b terdiri dari: dan Perikanan masih memberikan toleransi
1. Dogol (Danish Seines); sampai masa berlaku ijin usaha yang telah
2. Scottish Seines; diterbitkan berakhir atau sekitar 6 hingga 9
3. Pair Seines; bulan kedepan. Untuk itu masyarakat nelayan,
4. Payang; akademisi, badan litbang dan seluruh instansi
5. Cantrang; Dan terkait khususnya Kementerian Kelautan dan
6. Lampara Dasar. Perikanan agar dapat mencari alat tangkap
alternatif yang ramah lingkungan dan yang
2. Kebijakan Pengelolaan Perikanan bertanggungjawab.
Tangkap
Permasalahan kelautan dan perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
bukan hanya menyangkut investasi, Pati (2012), Pelabuhan Perikanan Pantai
produktivitas maupun promosi, karena (PPP) Bajomulyo Pati adalah salah satu
dimensinya bukan hanya sekedar ekonomi Pelabuhan Perikanan yang terdapat di
tetapi juga sosial, budaya dan politik, provinsi Jawa Tengah. Pelabuhan Perikanan
sehingga diperlukan regulasi kebijakan Pantai (PPP) Bajomulyo terdiri dari dua unit
pengelolaan sumberdaya yang memungkinkan yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
semua dimensi itu tersentuh agar Bajomulyo unit I (lama) melayani armada
keseimbangan ekologis dan keadilan sosial kurang dari 30 GT (jaring cantrang, pancing
ekonomi dapat tercapai.Oleh karena itu, mini long line, pancing senggol, jaring cumi
keterlibatan nelayan dalam proses dan nelayan tradisional (jaring udang, jaring
perencanaan merupakan suatu hal yang rajungan, jaring teri, dan lain-lain) dan
mutlak untuk mendapatkan dukungan yang Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo
kuat terhadap law enforcement setiap unit II (baru) melayani armada lebih dari 30

2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

GT (jarring purse seine); (RiaHastrini, Abdul menggantungkan hidupnya pada alat tangkap
RosyiddanPutut, 2013. cantrang. Mereka menggunakan 10.758 unit
Kota Juwana merupakan kota yang kapal atau 41,25% dari total jumlah kapal
memiliki geografis berupa pesisir. Secara yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Jaring
tidak langsung dengan geografis seperti itu cantrang banyak digunakan kapal-kapal
mayoritas pekerjaan masyarakat Juwana nelayan di wilayah Pantura Jawa. Berbagai
adalah sebagai nelayan. Perekonomian di upaya sudah dilakukan para nelayan, seperti
Kota Juwana lebih maju dibandingkan dengan berangkat ke Jakarta untuk menuntut
kota lain yang ada di Kabupaten Pati. pencabutan Peraturan Menteri (Permen)
Jumlah kapal yang menggunakan alat Nomor 2 Tahun 2015 yang berlaku sejak 9
penangkapan ikan cantrang di Jateng Januari lalu. Peraturan itu salah satu isinya
bertambah dari 3.209 pada tahun 2004 melarang penggunaan alat tangkap ikan pukat
menjadi 5.100 pada tahun 2007 dengan hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets), yang
ukuran kapal sebagian besar diatas 30 GT. di antaranya berupa jaring cantrang.
Permasalahan timbul karena banyaknya kapal
cantrang di atas 5 GT yang izinnya 3. Dampak kapal cantrang terhadap
dikeluarkan oleh pemerintah daerah dengan ekosistem laut
alat penangkapan ikan yang lain, sehingga Jumlah kapal ikan dengan alat tangkap
terjadi upaya hukum untuk menertibkan dan yang dilarang sesuai peraturan tersebut
menimbulkan konflik dengan nelayan dari sebanyak 10.758 unit. Jumlah itu mencakup
daerah lain. Permasalahan lain adalah (41,25%) dari jumlah kapal perikanan di Jawa
terjadinya penurunan produksi sebesar 45 Tengah).Produksi tangkapan tercatat dari
persen dari 281.267 ton (2002) menjadi jumlah kapal tersebut adalah sebanyak
153.698 ton (2007). 60.396,1 ton (27,26%) dari produksi
Pelarangan penggunaan alat tangkap perikanan tangkap tahun 2014 dan jumlah
cantrang yang tertera pada peraturan Mentri Anak Buah Kapal (ABK) 120.966 orang
Kelautan dan Perikanan Republik No. 02 nelayan (79,52%).
Tahun 2015 menimbulkan banyak protes dari Pengolah dan pemasar hasil perikanan
masyarakat. Seperti tertera pada Radar yang terkait dengan produksi kapal dengan
Pekalongan (20 Januari 2015) Ratusan alat tangkap yang dilarang sesuai dengan
nelayan Kabupaten Batang pada hari Senin 19 peraturan tersebut, meliputi 6.808 Unit
Januari 2015 menggelar aksi unjuk rasa di Pengolah Ikan (UPI) skala UMKM dengan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Batang dan jumlah tenaga kerja 107.918 orang. UPI skala
Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas ekspor sebanyak 30 UPI dengan tenaga kerja
III Batang untuk menolak munculnya 5.203 orang, dan 18.401 unit pemasar hasil
Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan perikanan. Ketiga, total tenaga kerja yang
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 yang dinilai terdampak sebanyak 252.488 orang.Selain itu,
memberatkan nelayan karena setidaknya kata Ganjar, volume ekspor hasil perikanan
sekitar 99 persen nelayan Batang yang terdampak akibat pelarangan itu akan
menggunakan Kapal Cantrang, Sehingga mencapai sebear 29.808 ton dengan nilai
pelarangan penggunaan alat tangkap cantrang mencapai US$333.140.262. Karena itulah,
dapat mengakibatkan pengangguran besar- Ganjar meminta Susiuntuk melakukan
besaran. Permen tersebut juga membuat beberapa tindakan agar kesejahteraan nelayan
nelayan Batang kehilangan mata pencaharian. di wilayah Jateng tidak terdampak hebat
Dampak dari permen tersebut tidak hanya akibat pemberlakukan Permen KP tersebut.
pada nelayan, tapi juga para pekerja yang Pada 1980, Indonesia menjadi salah satu
bergelut dengan perikanan tangkap. negara di dunia yang mendorong pengelolaan
Pada Koran SINDO (1 Maret 2015) Di sumber daya laut yang berkelanjutan. Kala
Jawa Tengah, sebanyak 120.966 nelayan itu, pemerintah menerbitkan Keputusan

3
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Presiden (Keppres) Nomor 39 Tahun 1980 b. Jaring Jaring insang hanyut, Jaring
Tentang Penghapusan Jaring Trawls (Pukat insang lingkar, Jaring klitik, Jaring
Harimau) di Perairan Jawa, Sumatera dan trammel
Bali; guna menjaga kesehatan habitat serta c. Jaring Angkat Bagan Perahu, Bagan
produktivitas penangkapan nelayan Tancap, Bagan Rakit, Serok, Bondong
tradisional. Namun dalam dua dekade dan banrong
terakhir, alat penangkapan ikan d. Pancing Rawi tuna, Rawai hanyut
jenis trawls telah berkembang pesat dalam selain, Rawai tetap, Huhate, Pancing
bentuk serta nama yang beragam, dan tonda, Pancing tangan-hand
semuanya mengacu pada sifat
penangkapannya yang tidak ramah Berdasarkan fenomena diatas maka
lingkungan. Penggunaantrawl dengan munculah judul penelitian ini yaitu Dampak
mengeruk dasar perairan merusak habitat Ekonomi Peraturan Meteri Kelautan dan
serta penggunaan mata jaring yang kecil juga Perikanan No. 2 tahun 2015.
menyebabkan tertangkapnya berbagai jenis
biota yang masih anakan atau belum matang. 4. Rumusan Masalah
Aturan Kementrian Kelautan dan Rumusan masalah dari penelitian ini
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015, yang adalah bagaimana dampak yang timbul
melaran penggunaan kapal cantrang memberi dari Peraturan Meteri Kelautan dan
dampak di sejumlah aspek usaha Perikanan No. 2 tahun 2015, dan dampak
laut.Padadasarnyapeningkatanpenggunaan ekonomi bagi nelayan yang
cantrang sebanyak 3.209 unit di 2004, menggunakancantrang?
meningkat menjadi 5.100 unit di tahun 2007,
dan sekarang diperkirakan lebih dari 10.000 5. Tujuan Penelitian
unit dari Jawa Tengah.Permen KP No. 2/2011 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
disebutkan penggunaan alat cantrang mengetahui dampak dari Peraturan
diperbolehkan, asalkan digunakan pada kapal Menteri Kelautan dan Perikanan No. 2
nelayan berbobot di bawah 30 Gross Ton tahun 2015 dan dampak ekonomi bagi
(GT). Lalu wilayah penggunaan cantrang nelayan yang menggunakan cantrang.
adalah di bawah 12 mil laut dan di wilayah
tangkap masing-masing daerah. Kenyataan LANDASAN TEORI
yang ada di lapangan wilayah penggunaan a. Peraturan Menteri Kelautan dan
cantrang lebih dari 12 mil laut dan kapal Perikanan No.2/2015
nelayan berbobot di atas 30 Gross Ton (GT) Peraturan menteri yang terlalu cepat
bahkan 100GT ke atas.Penggunaan alat untuk dijalankan bagi nelayan merasa sangat
tangkap cantrang sebenarnya telah dilarang di keberatan. Berdasarkan data KKP (2012),
tahun 1980-an. Meski begitu cantrang tetap jumlah alat tangkap yang digunakan
digunakan karena tidak ada aturan turunan beroperasi di wilayah perairan Indonesia
Undang-undang. Tapi, bagi nelayan yang sekitar 1,177 juta unit. Dari data itu,
menggunakan cantrang, tidak boleh melewati sebanyak 1,66% atau sebanyak 19.544 unit
daerah nelayan lain. merupakan alat tangkap pukat tarik
Dalam melakukan usaha penangkap ikan (cantrang). Sebelumnya, data dari KKP juga
dari tiga kelompok nelayan tersebut mencatat kapal pengguna alat tangkap
digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat cantrang ini sebanyak 10.758 unit di wilayah
penangkap yang dapat dibagi dalam empat Jawa Tengah, seperti Pati, Rembang, Tegal,
kelompok sebagai berikut. dan lainnya. Jumlah ini semakin meningkat
a. Pukat Payang termasuk lampara, Pukat dibanding 2007 yang hanya berjumlah 5.100
pantai, Pukat cincin unit serta pada 2004 sebanyak 3.209 unit.

4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Dari penggunaan alat tangkap yang cantrang mencapai 5.100 unit. Namun, saat
dilarang ini, produksi perikanan tangkap di ini jumlah tersebut naik menjadi 10.758 unit.
wilayah Jawa Tengah terus berkurang. Pada Menurut Gellwyn(KKP, Maret 2015)
2002, produksi perikanan tangkap di Jawa mengungkapkan, kapal-kapal tersebut
Tengah sebesar 281.267 ton, sedangkan umumnya berada di kawasan Jawa Tengah.
pada 2007 menjadi 153.267 ton. Pelarangan Berdasarkan hasil uji petik yang dilakukan
alat tangkap cantrang keluar melalui pemerintah di kawasanTegal, Pati, dan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Rembang, terjadi pelanggaran marked down
No.2/2015 Tentang Larangan Alat Tangkap ukuran kapal. Secara kasar hitung-
Pukat Tarik dan Pukat Hela. Alat tangkap hitungannya itu bias saja 80% dari kapal
cantrang sendiri merupakan bagian dari alat atau 100% semuanya adalah kapal yang
tangkap pukat tarik. Menurut Ketua umum diturunkan ukurannya. Gellwynn
Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia menuturkan, kapal di bawah 30 GT tidak
(KNTI) Riza Damanik mengatakan ada dibebankan PNBP, melainkan hanya setoran
sekitar 100.000 jiwa ABK yang bekerja di ke daerah. Sehingga terjadinya
atas kapal pengguna cantrang. ABK ini pelanggaran marked down tersebut
terancam terhenti aktivitasnya karena kapal mengakibatkan Negara mengalami kerugian
tempat mereka bekerja tidak lagi bias dari hilangnya potensi pendapatan
beroperasi. Kalau masing-masing ABK ini Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
ada anggota keluarga berjumlah lima, maka dari kapal berukuran di atas 30 GT. Aturan
ada 500.000 jiwa terkena dampak tidak pelarangan penggunaan cantrang
langsung. sebelumnya sudah diberlakukan pada1980,
Oleh karena itu, lanjutnya, saran KKP dan diteruskan melalui Keputusan
untuk membentuk kelompok dan koperasi DirjenPerikanan No
ini merupakan langkah yang baik untuk IK.340/DJ.10106/97. Namun, masih saja ada
distribusi kesejahteraan. Polemik cantrang oknum nakal yang melanggar.
ini juga perlu segera dituntaskan. Pelarangan Padahal, penggunaan alat tangkap ini
penggunaan alat tangkap cantrang yang menurunkan produksi ikan. Buktinya, pada
dilarang oleh pemerintah ternyata masih tahun 2002 produksi ikanmencapai 281.267
banyak saja dilanggar. Pasalnya, masih ton, tetapi turun menjadi 153.698 ton pada
banyak kecurangan para pengusaha pemilik 2007. Situasi tersebut juga berdampak pada
kapal yang sengaja menurunkan (marked penurunan sumberdaya ikan sebanyak 50.
down) ukuran kapal dari di atas 30 Gross
Ton menjadi di bawah 30 Gross Ton agar b. Dampak ekonomi fisik dan sosial
dapat menggunakan cantrang. Dampak ekonomi, terutama terjadi
Cantrang dilarang karena dapat merusak pada tingkat pendapatan keluarga.
lingkungan seperti terumbu karang dan Perubahan daerah pemukiman, pasti tidak
ekosistem dari baby fish (bibitikan), serta selalu menjamin kelangsungan profesinya
menangkap para baby fish tersebut sebelum sebagai nelayan karena mungkin kawasan
siap ditangkap. Sehingga pemerintah pemukiman yang baru itu jauh dari pantai.
menetapkan Peraturan Menteri No.2 Tahun Kalau hal ini terjadi, pasti sulit
2015 tentang Larangan Penggunaan Alat melangsungkan profesi nelayan dimana
Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan laut seakan sudah menjadi satu dengan
Pukat Tarik (Seine Nets) di WPP Negara kehidupan nelayan. Hal ini membawa
Republik Indonesia. kekacauan dalam kehidupan ekonomi
Menurut Direktur Jenderal Perikanan keluarga, akibat bertempat tinggal di
Tangkap Kementerian Kelautan dan kawasan pemukiman yang kurang kondusif
Perikanan (KKP) Gellwyn Yusuf pada tahun bagi kehidupan sebagai nelayan.
2007 jumlah kapal yang menggunakan

5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Upaya penggalian nilai-nilai Peneliti juga berperan sebagai


tradisional adalah penting untuk dijadikan instrumen pengumpul data dalam Focus
bahan pengem-bangan nilai-nilai yang Group Discussion (FGD) permasalahan
berlaku dalam masyarakat menjadi norma- yang muncul akibat dikeluarkannya
norma yang dapat dioperasional-kan PERMEN tersebut (Denzin&Lincoln,1994).
menjadi landasan dan rambu-rambu Sumber data berasal dari : pemilik kapal
pengamanan sumberdaya alam di wilayah dengan alat tangkap cantrang, Anak
pesisir dan laut. Pengembangan nilai-nilai buah kapal (ABK) yang
dan norma-norma arif lingkungan mengoperasionalkan kapal dengan alat
masyarakat akan mendorong penggunaan tangkap cantrang, paguyuban nelayan jaring
aturan-aturan atau cara-cara mereka sendiri cantrang, dinas perikanan Kabupaten Pati.
dalam mengelola sumberdaya alam Populasi dari penelitian ini adalah pemilik
berdasarkan pada nilai-nilai yang mereka kapal dan anak buah kapal yang tergabung
yakini. di paguyuban atau KUD Sarono Mino yang
Dengan demikian, strategi mempunyai dan menggunakan jarring
pengembangan masyarakat pantai dalam cantrang. Teknik pengambilan sampelnya
meningkatkan kemandirian Daerah, menggunakan Snowball dengan membuat
sesungguhnya dapat dibagi dua yaitu, criteria pemilik kapal di Juwana serta anak
pertama merupakan strategi jangka pendek buah kapal yang pernah menggunakan jaring
yang bertujuan untuk mengatasi berbagai cantrang.
masalah pengembangan masyarakat pantai
dengan menyesuaikan urgensi kebutuhan PEMBAHASAN
melalui pendekatan struktural dan non Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan
struktural. Kedua adalah strategi jangka bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang
panjang. terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-
METODE PENELITIAN besar kemakmuran rakyat.Berdasarkan
Dalam menganalisa dampak sosial ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
dan dampak ekonomi peraturan menteri tersebut secara tegas diinginkan bahwa
perikanan dan kelautan no.2 PERMEN- pelaksanaan penguasaan negara atas sumber
KP/2015, maka penelitian ini menggunakan daya kelautan dan perikanan diarahkan pada
pendekatan kualitatif, karena peneliti tercapainya manfaat sebesar-besarnya bagi
berusaha mengungkap gejala tersebut secara kemakmuran rakyat.
menyeluruh dengan holistik-kontekstual Seiring dengan pelaksanaan otonomi
melalui pengumpulan data dari latar alami daerah, Pemerintah Daerah diserahi
dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai kewenangan melakukan pengelolaan
instrumen kunci. Metode yang digunakan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan
adalah wawancara, observasi, studi menempatkan kemakmuran rakyat sebagai
dokumentasi serta analisis data. Penelitian arah dan tujuan yang hendak dicapai,
ini dilakukan dengan rancangan multi kasus terutama kemakmuran masyarakat nelayan
pada kelompok nelayan yang di daerahnya. Dalam pemanfaatan sumber
menggunakan alat tangkap jenis daya kelautan dan perikanan tersebut harus
cantrang di Kota Juwana Kabupaten mampu diwujudkan keadilan dan
Pati. Kehadiran peneliti dilokasi penelitian pemerataan, termasuk memperbaiki
dilakukan bertahap, mulai dari wawancara kehidupan nelayan tradisional (kecil) dan
serta menyampaikan tujuan serta untuk petani ikan kecil serta pemajuan desa-desa
memperoleh data tentang dampak yang pantai.
timbul dengan dikeluarkannya Peraturan Pasal 16 Qanun Nomor 16 Tahun 2002,
Menteri No. 2 Tahun 2015. menyebutkan bahwa “Pemerintah Provinsi

6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

mendorong, menggerakkan, membantu, penangkapan ikan diperlukan untuk


memberdayakan dan melindungi usaha menghindari adanya penangkapan ikan
perikanan tradisional dan melindungi dengan menggunakan peralatan yang dapat
pembudidaya ikan berskala kecil, terutama merugikan kelestarian sumber daya ikan dan
melalui koperasi, lembaga adat, dan bentuk lingkungannya. Hal itu dilakukan mengingat
pemberdayaan ekonomi dan nelayan wilayah pengelolaan perikanan Republik
lainnya.” Indonesia sangat rentan terhadap
Berbeda dengan Qanun Nomor 16 Tahun penggunaan alatpenangkapan ikan yang
2002 yang dengan tegas menggunakan tidak sesuai dengan ciri khas alam, serta
istilah “nelayan tradisional”, UU Nomor 31 kenyataan terdapatnya berbagai jenis sumber
Tahun 2004 tentang Perikanan daya ikan di Indonesia yang sangat
menggunakan istilah “nelayan kecil”. Dalam bervariasi, menghindari tertangkapnya jenis
Pasal 1 ayat (11) disebutkan bahwa ikan yang bukan menjadi target
“Nelayan kecil adalah orang yang mata penangkapan.”
pencahariannya melakukan penangkapan Sejak Tahun 1980, Pemerintah
ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup mengeluarkan Keppres Nomor 39 Tahun
sehari-hari.” Dalam Pasal 61 ayat (1) 1980 tentang Pelarangan Trawl. Keluarnya
disebutkan “Nelayan kecil bebas menangkap Keppres ini dengan sendirinya
ikan di seluruh wilayah pengelolaan “mengharamkan” penggunaan pukat trawl di
perikanan Republik Indonesia.” Indonesia. Dalam Keppres tersebut diatur
Kegiatan pengelolaan perikanan mengenai penghapusan kegiatan
dilakukan berdasarkan asas manfaat, penangkapan ikan dengan menggunakan
keadilan, kemitraan, pemerataan, jaring trawl secara bertahap, yakni terhitung
keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan 1 Juli 1980 sampai 1 Juli 1981, kapal
kelestarian yang berkelanjutan (Pasal 2). perikanan yang mempergunakan jaring trawl
Salah satu tujuan penting dari pengelolaan dikurangi jumlahnya. Dalam Keppres juga
perikanan adalah meningkatkan taraf hidup diatur bahwa ketentuan mengenai perincian
nelayan kecil (Pasal 3). jaring trawl dan penghapusan/pengurangan
Dalam UU Perikanan juga ditekankan kapal trawl diatur dengan Keputusan
tentang pengelolaan perikanan yang optimal, Menteri Pertanian.
berkelanjutan, dan terjamin kelestarian Larangan mengenai penggunaan jaring
sumberdaya ikan, dengan cantrang berasal dari kesepakatan antara
mempertimbangkan hukum adat dan/atau jajaran Kementrian Kelautan dan Perikanan
kearifan lokal, dan memperhatikan peran (KKP) dengan nelayan pada 2009, namun
serta masyarakat (Pasal 6). karena tidak adanya penegasan yang cukup
Dalam konteks pengelolaan, sebagaimana lama dari pihak Kementerian maka pemilik
Pasal 7 UU Perikanan, Menteri menetapkan kapal juga tidak menaati kesepakatan
jenis, jumlah, ukuran alat penangkapan ikan; tersebut, sehingga aturan larangan
jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat penggunaan cantrang ini terkesan
bantu penangkapan ikan; dan daerah, jalur, berlangsung secara tiba-tiba. Alat tangkap
dan waktu atau musim penangkapan ikan; di ikan cantrang dan pukat dilarang karena
mana setiap orang wajib memenuhi merusak ekosistem terumbu karang di
ketentuan tersebut. perairan beradius 4- 12 mil dari pantai dan
Di Indonesia dengan tegas dilarang rapatnya mata jaring pukat juga menangkap
penggunaan alat penangkapan ikan yang seluruh jenis ikan, termasuk ikan-ikan kecil
dilarang (Pasal 9 huruf (c)). Menurut yang bukan target nelayan yang
Penjelasan Pasal 9 UU Perikanan, menyebabkan terjadinya penurunan
disebutkan: ”Pelarangan penggunaan alat produksi ikan sebesar 45% dari 281.267 ton
penangkapan ikan dan/atau alat bantu (2002) menjadi 153.698 ton (2007) akibat

7
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

penggunaan alat tangkap cantrang yang Pria yang sudah melaut sejak usia 14 tahun ini
mengeksploitasi populasi ikan. ( Koran mengatakan alat tangkap cantrang sama sekali
SINDO, 9 Maret 2015). tidak mengganggu terumbu karang di dasar
Salah satu daerah yang nelayannya laut. Sebab, alat ini sangat berbeda dengan
memprotes larangan penggunaan cantrang pukat harimau atau trawl.
dan pukat tarik berkapal (boat or vessel Menurut Kusmini, cara kerja alat tangkap
seines) adalah Jawa Tengah. Terlebih di itu berbeda. Untuk alat tangkap ikan trawl
Jawa Tngah tercatat wilayah yang sendiri lebih bersifat aktif. Pada saat menebar
nelayannya banyak menggunakan cantrang. alat tangkap, mesin kapal dalam keadaan
Dimana jumlah kapal ikan dengan alat hidup. Kondisi ini berpotensi merusak karang
tangkap yang dilarang sesuai Peraturan karena ada papan dalam jaringnya. Berbeda
Menteri Kelautan dan Perikanan dengan cantrang. Saat jaring disebar, posisi
No.2/Permen- KP/2015 sebanyak 10.758 mesin kapal dalam keadaan mati. Posisi jaring
unit atau 41,25 % dari jumlah kapal ikan tidak sampai ke dasar laut, melainkan
perikanan di Jawa Tengah. 30 Unit Pengolah hanya mengambang di permukaan. Setelah
Ikan (UPI) skala ekspor dengan tenaga kerja jaring ditebar dan ikan didapatkan, nelayan
5.203 orang dan 18.401 unit pemasar hasil pun segera menariknya.
perikanan. Pengolah dan pemasar hasil Koordinator Front Nelayan Bersatu
perikanan yang terkait dengan produksi Jawa Tengah Bambang Wicaksana
kapal dengan alat tangkap yang dilarang mengatakan penggunaan pukat yang sering
meliputi 6.808 UPI skala UMKM. Produksi disebut sebagai pukat Cantrang itu dinilai
tangkapan tercatat sebanyak 60.396,1 ton lebih efektif oleh masyarakat karena sangat
(27,26%) dari produksi perikanan tangkap menguntungkan dari segi kuantitas tangkapan.
tahun 2014. Total tenaga kerja yang “Hampir 80 persen nelayan menggunakannya,
terdampak sebanyak 252.488 orang. Jumlah khususnya di pantai utara. Karena itulah, para
anak buah kapal (ABK) 120.966 orang. nelayan mengaku keberatan atas pelarangan
Volume ekspor hasil perikanan yang ini. “Pemerintah seharusnya memberikan
terdampak 29.808 ton dengan nilai USD solusi dan perhatian terhadap nasib serta
333.140.262 (2014). Jumlah tenaga kerja keberadaan nelayan cantrang.
107.918 orang. ( Koran SINDO, 9 Maret Untuk diketahui, Cantrang merupakan
2015). alat tangkap berjenis jaring yang digunakan
Sejumlah nelayan terpaksa kembali untuk menangkap ikan demersal. Ikan
melaut meski ada larangan menggunakan alat demersal adalah ikan yang hidup di dasar laut
tangkap cantrang dari pemerintah. Nelayan (zona demersal). Jenis ikan yang masuk
beralasan sudah tak sanggup lagi menanggung klasifikasi kelompok demarsal secara umum
biaya hidup. “Mau tidak mau kami harus memiliki habitat dasar laut yang terdiri dari
melaut untuk menutup keperluan sehari-hari,” pasir
kata nakhoda kapal cantrang, Maksum, 31 Maksud diterbitkannya Permen KP.
tahun, kepada Tempo di dermaga kapal No. 02 Tahun 2015 Tentang Larangan
Tasikagung, Rembang, Jawa Tengah, Jumat, Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat
14 Maret 2015. Hela dan Pukat Tarik adalah untuk
Kondisi yang sama dialami anak buah menghentikan sementara penggunaan alat
kapal cantrang, Kusmini. Dia mengaku penangkapan ikan yang dianggap merusak
terpaksa melawan peraturan pemerintah lingkungan agar SDI tidak punah.
karena sudah tidak sanggup lagi menanggung Tujuannya adalah untuk memulihkan
biaya hidup. “Selama ini nelayan bekerja kembali sumberdaya ikan yang telah
baik-baik di laut. Kami tidak mau sampai berkurang/rusak sampai pada akhirnya dapat
melawan pemerintah, tapi kami juga butuh dimanfaatkan kembali secara optimal
hidup,” ujarnya.

8
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Dampak yang ditimbulkan dari peraturan 1) Perusahaan Es Balok akan


menteri perikanan dan kelautan nomor 2 terancam gulung tikar
PERMEN-KP/2015 sebagai berikut : 2) Perusahaan pelet ikan yang
1. Dampak Sosial menggunakan bahan baku
a. Pengangguran dari ikan yang berasal dari
Peraturan Menteri ini menimbulkan alat tangkap cantrang
kapal alat tangkap cantrang tidak boleh 3) Pengusaha yang berjualan
beroperasi, hal ini menyebabkan akan jenis ikan cantrang
menimbulkan pengangguran bagi anak 4) Pengusaha air untuk
buah kapal. Setiap satu kapal cantrang pembuatan es
terdiri dari 15 anak buah kapal. Untuk 5) Jasa angkut (Truk Tangki)
kapal cantrang di Kabupaten Pati ada 200 4. SPBN akan mengalami penuruanan
lebih kalau kapal ini dilarang untuk pendapatan
melaut itu artinya ada 3000 orang yang WakilKetua KomisiIVDPRRIHer-
kehilangan pekerjaan man KhaeronmendesakMenteriKe-
b. Kesejahteraan nelayan menurun lautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudji-
Atas pelarangan kapal cantrang astuti untuk menunda pelaksanaan
untuk melaut menyebabkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor1 dan
pengangguran ketika seseorang tidak 2 Tahun 2015 tentang larangan
bekerja artinya penghasilan untuk sumber penggunaan pukat hela (trawl), Per- men
kehidupan mulai terhambat sehingga Nomor 56 dan 57 Tahun 2014 dan
kesejahteraan nelayan akan menurun kapal-kapalnelayanyangdianggapille-
c. Kejahatan gal tidak perlu dibakar, melainkan disi-
 Lingkungan yang tidak aman ta oleh negara dan dihibahkan kepada
 Psikologi pengusaha dan anak nelayan.Kecuali,jika kapalnyasudah
buah kapal yang mengalami stress tua, maka sebaiknya ditenggelamkan.
 Pemilik kapal cantrang Harus diakui jika para nelayan itu masih
kebingungan atas pelarangan miskin dan sulit, sehingga membutuh-
kapal cantrang untuk melaut kanPengayomanPemerintah.
 Demo dan kerusuhan yang
berkepanjangan KESIMPULAN DAN SARAN
 Dampak Ekonomi Kesimpulan dan saran dari penulis sebagai
2. Penghasilan nelayan menurun berikut :
a. Kesulitan keuangan untuk 1. Kebijakan pelarangan kapal cantrang
membayar angsuran bank untuk melaut di beri waktu sampai dua
b. Membutuhkan dana yang mahal atau tiga tahun lagi untuk bisa memiliki
untuk mengganti jenis alat waktu untuk konversi ke alat tangkap
tangkap yang diijinkan
3. Hasil tangkapan menurun 2. Dengan adanya pelarangan kapal
a. Daya beli masyarakat pesisir cantrang harusnya diberi solusi supaya
menurun nelayan tidak merasa terbebani dengan
b. Lembaga keuangan akan terancam peraturan yang memberatkan bagi
karena sebagian besar pendanaan nelayan
kapal berasal dari pinjaman dari 3. Konversi alat tangkap cantrang ke alat
Bank atau lembaga keuangan. tangkap yang ramah lingkungan
c. Mati nya perusahaan lainnya yang membutuhkan waktu yang lama dan dana
mendukung bisnis cantrang yang banyak, sedangkan nelayan
sebagai berikut: memiliki kapal cantrang itu mayoritas
dengan jalan berhutang sama Bank.

9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)
Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

Harusnya nelayan diberi kelonggaran perikanan di bawah 30 GT sesuai


waktu untuk bisa menyesuaikan dengan kewenangan provinsi.
peraturan tersebut. 10. Meminta kepada pemerintah pusat untuk
4. Nelayan membutuhkan kelonggaran melakukan beberapa hal seperti
dalam hubungannya dengan lembaga menganggarkan penggantian alat
keuangan, seharusnya Kementrian penangkapan ikan yang dilarang dan
Perikanan dan Kelautan memberikan pelatihan penggunaan alat penangkapan
rekomendasi kepada Bank untuk pengganti.
dilakukan rescheduling atas pinjaman 11. Pemerintah pusat juga dituntut
tersebut. Alternatif lain dengan menyediakan lapangan pekerjaan
menurunkan suku bunga atau dengan alternatif bagi yang terdampak, dan
memperpanjang jangka waktu jatuh membuka kemudahan impor ikan sebagai
tempo pinjaman. bahan baku industri pengolahan hasil
5. Pemerintah harus menyosialisasikan dan perikanan.
menyelenggarakan pelatihan penggunaan
alat tangkap ramah lingkungan; juga DAFTAR PUSTAKA
menyiapkan skema pembiayaan untuk Koran Sindo. 2015. Cantrang,Tak Kan Lari
membantu peralihan ke alat tangkap Ikan Kutangkap. http://www.koran-
ramah lingkungan melalui organisasi sindo.com/read/970395/151/cantrang-tak-
nelayan atau kelembagaan koperasi kan-lari-ikan-kutangkap-1425182873.
nelayan; dan menyelesaikan tuntas Diakses pada tanggal 16 Maret 2015
pengukuran ulang gross akte kapal ikan pukul 08.23 WIB.
dan memfasilitasi proses penerbitan izin Radar Pekalongan. 2015. Nelayan Batang
baru. Tolak Permen Kelautan dan Perikanan
6. Pemerintah harus bekerja sama dengan No 2 Tahun
organisasi nelayan dan institusi penegak 2015.http://www.radarpekalonganonline.
hukum untuk menyiapkan skema com/60013/nelayan-batang-tolak-
pengawasan terpadu dan berbasis permen-kelautan-dan-perikanan-no-2-
masyarakat. Selama proses transisi, tahun-2015/. Diakses pada tanggal 16
bersama pemerintah daerah menyiapkan Maret 2015 pukul 10.12 WIB.
skema perlindungan sosial terhadap para Koran Sindo. 2015. Cantrang Dilarang
ABK dan keluarganya yang berpotensi Nelayan Meradang.http://www.koran-
terdampak sindo.com/read/973835/149/cantrang-
7. Pemerintah harus memastikan dilarang-nelayan-meradang-1425868493.
perlindungan wilayah tangkap bagi Diakses tanggal 16 Maret 2015 pukul
nelayan tradisional dari konflik alat 09.23 WIB.
tangkap melalui pengakuan atas wilayah Peraturan menteri kelautan dan perikanan
pengelolaan nelayan tradisional dalam republik Indonesia nomor 2/permen-
rencana zonasi di setiap provinsi dan kp/2015 tentang larangan penggunaan
kabupaten/kota pesisir; dan memastikan alat penangkapan ikan pukat hela
pada masa transisi agar semua pihak (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di
dapat menahan diri, serta aktif mencegah wilayah pengelolaan perikanan Negara
konflik dan kriminalisasi. Republik Indonesia.
8. Mengusulkan ke KKP agar dikaji @jitunews: http://www.jitunews.com/read/96
kembali Permen KP. No. 02 Tahun 2015 96/gara-gara-cantrang-dilarang-kapal-
9. Meninjau kembali Peraturan Menteri banyak-yang-curang#ixzz3XKpCPKnk
Nomor 2/PERMEN-KP/2015 dengan #Jitu #InfoJitu #CaraJitu #TipsJitu
tetap memberikan perizinan bagi kapal

10

Anda mungkin juga menyukai