Anda di halaman 1dari 40

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Beberapa sumber yang menyebutkan tentang pengertian dari Diabetes

Mellitus (DM) yaitu sebagai berikut :

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kondisi kekurangan insulin atau

resisten terhadap insulin yang menyebabkan terganggunya metabolisme dari

glukosa, protein dan lemak yang ditandai dengan hiperglikemia, poliuria,

polidipsi, polipagi dan kelemahan. (WHO, 1985)

Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolik klinis yang tidak

dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol, yang dikarakteristikkan dengan

hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan insulin.(Barbara

Engram, 1999)

Diabetes Mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal dan pembuluh darah, disertai

lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

(www.google.com/kencingmanis)

Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh

kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. (Brunner & Suddarth, 2002)

1
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang dalam tingkat nyata

memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga didapati

hiperglikemia dan glukosuria. (Purnawan Gunadi, 1997)

Diabetes Mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang

ditandai oleh hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah akibat gangguan

pada pengeluaran (sekresi insulin), kerja insulin atau keduanya, hiperglikemia

kronik nantinya dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan

fungsi organ-organ terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.

(Karyadi, Elvina, 2002)

Dari beberapa pengertian yang berasal dari berbagai sumber dapat

ditarik kesimpulan bahwa Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik

yang berlangsung kronik progresif dengan gejala hiperglikemi yang

disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau

keduanya. Dengan disertai oleh komplikasi kronik penyempitan pembuluh

darah dengan akibat terjadinya kemunduran fungsi sampai dengan kerusakan

organ-organ tubuh.

2
B. Anatomi

1. Anatomi Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang

dan ±12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai

kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran

ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua

bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin.

a. Struktur Pankreas terdiri dari :

1) Kepala pankreas

Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan

rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang praktis

melingkarinya.

2) Badan pankreas

Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang

lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.

3
3) Ekor pankreas

Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang

sebenarnya menyentuh limfa.

b. Saluran Pankreas

Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi

pankreas ke dalam duodenum :

1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus,

kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi

2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam

duodenum di sebelah atas sphincter oddi.

c. Jaringan pankreas

Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :

1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam

duodenum

2) Pulau langerhans

d. Pulau-pulau langerhans

4
1) Hormon-hormon yang dihasilkan

a) Insulin

Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino

yang dihubungkan oleh gambaran disulfide.

b) Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu

enzim dimembran sel yang mengalami internalisasi bersama

insulin

c) Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks

2) Efek-efek tersebut biasanya dibagi:

a) Efek cepat (detik)

Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel

peka insulin.

b) Efek menengah (menit)

Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein,

pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik.

c) Efek lambat (jam)

3) Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA) enzim

lipogenik dan enzim lain

Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar tergantung

dari:

a) Ekstraksi glukosa

b) Sintesis glikogen

c) Glikogenesis

5
4) Glukogen

Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang

mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485 glukogen

merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas

fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.

a) Somatostatin

Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan

polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-

pulau pankreas,

b) Polipeptida pankreas

Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida

linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.

2. Fisiologi

a. Fungsi eksokrin pankreas:

Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan

ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la juga

mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang

peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh

lambung ke dalam duodenum.

Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kemotripsin, karboksi,

peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim pertama

memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang dicernakan,

6
sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam nukleat, asam

ribonukleat dan deoksinukleat.

Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas,

yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain

kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-

enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang

menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan

kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-ester kolesterol.

1) Pancreatic juice

Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 -

8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin

dari lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan

enzim-enzim dalam usus halus.

2) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :

a) Pengaturan saraf

b) Pengaturan hormonal

b. Fungsi endokrin pankreas

Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-

kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata.

Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans

yang bersama-sama membentuk organ endokrin

7
C. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)

Klasifikasi terbaru tahun 1999 oleh American Diabetes Association /

World Health Organization (ADA / WHO) lebih menekankan penggolongan

berdasarkan penyebab dan proses penyakit.

Ada 4 jenis DM berdasarkan klasifikasi terbaru, yaitu :

1. DM type 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas, kombinasi faktor

genetik imonologi dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut

menimbulkan distraksi sel beta

2. DM type 2 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Disebabkan oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin

3. DM type Spesifik Lain

Disebabkan oleh berbagai kelainan genetik spesifik (kerusakan genetik sel

beta pankreas dan kerja insulin). Penyakit pada pankreas, gangguan

endokrin lain, obat-obatan atau bahan kimia, infeksi (rubela kongenital

dan Cito Megalo Virus (CMV))

4. Diabetes Kehamilan

DM yang hanya muncul pada kehamilan. (Price, 2006)

D. Etiologi

1. DM type I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan

timbulnya reaksi autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel beta

8
insulitis. Kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki

antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).

a. Faktor imunologi : Respon abnormal dimana Ab terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi dengan jaringan tersebut sebagai

jaringan asing.

b. Faktor lingkungan : virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang

dapat menimbulkan distruksi sel beta.

2. DM type 2 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Etiologi biasanya dikaitkan dengan faktor obesitas. Hereditas atau

lingkungan penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan

resistensi insulin

3. DM type Spesifik Lain

Awitan selama kehamilan, disebabkan oleh hormon yang diekskresikan

plasenta dan mengganggu kerja insulin. (Brunner & Suddarth, 2002)

E. Faktor Resiko

Penyakit DM bukan merupakan penyakit menular, namun penyakit

yang diturunkan. Namun, bukan berarti mutlak bahwa bila orang tua terkena

DM, pasti anaknya terkena penyakit DM juga. Walaupun kedua orang tua

terkena DM kadang-kadang anaknya tidak terkena DM. namun, bila

dibandingkan dengan kedua orang tua yang normal (tidak ada riwayat DM),

penderita DM lebih cenderung memiliki anak yang akan menderita DM juga.

Resiko – resiko bagi seseorang yang kemungkinan menderita DM bila

ditemukan kondisi-kondisi berikut ini :

9
1. Riwayat kedua orangtua yang mengidap DM

2. Riwayat salah satu orang tua atau saudara kandung terkena penyakit DM

3. Riwayat salah satu anggota keluarga (nenek, kakek, paman, bibi, sepupu)

mengidap penyakit DM

4. Seorangyang gemuk / obesitas (> 20 %, BB ideal) atau indeks masa tubuh

(IMT) > 27 kg/m2

5. Umur diatas 40 tahun dengan fakroe yang disebutkan diatas

6. Seseorang dengan tekanan darah tinggi (> 140/90)

7. Seorang dengan kelainan profil lipid darah (dislifidema) yaitu kolesterol

HDL < 35 mg/dl, dan / atau trigliserida > 250 mg/dl

8. Seseorang yang sebelumnya dinyatakan sebagai toleransi glukosa

terganggu (TGT) atau gula darah puasa (terganggu) (GDPT)

9. Wanita yang sebelumnya mengalami diabetes kehamilan

10. Wanita yang melahirkan bayi > 4.000 gr

11. Semua wanita hamil 24 – 28 minggu

12. Riwayat menggunakan obat-obatan oral atau suntikan dalam jangka waktu

lama, obat golongan kortikosteroid (untuk pengobatan asma, kulit, rematik

dan lainnya)

13. Riwayat terkena infeksi tertentu antara lain virus yang menyerang kelenjar

air liur (penyakit gondongan), virus morbili. Infeksi virus ini sering

dijumpai pada anak-anak dan penderita yang masih hidup harus setiap hari

disuntik insulin

10
14. Teori baru ”The Foetal Origins of Disease” yang dikemukakan oleh

professor David Barker dan kawan-kawan berdasarkan kajian studi di

Inggris tahun 1980 merumuskan bahwa bayi yang lahir kurang dari 2,5 kg

atau berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit

degeneratif antara lain diabetes (kencing manis) pada usia dewasa

dibandingkan dengan bayi dengan Berat Badan Lahir (BBL) yang normal.

(Karyadi, Elvina, 2002)

F. Patofisiologi

Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin, menyebabkan

glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru

(glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.

Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya

peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonurea (keton dalam

urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan

asidosis.

Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi

menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika

hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul

Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)

sehingga terjadi dehidrasi.

Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga

menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi).

11
Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi

metabolisme energi menjadi menurun, sehingga tubuh menjadi lemah

Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil

sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang

akan menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan

oksigen tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya

gangguan.

Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina

menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang,

akibatnya pandangan menjadi kabur

Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah

perubahan pada struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati

Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom

dan sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati. (Price, 2000)

G. Manifestasi Klinik

Penyakit Diabtes Mellitus ini pada awalnya sering tidak dirasakan dan

tidak disadari oleh penderita. Gejala-gejala muncul tiba-tiba pada anak atau

orang dewasa muda. Sedangkan pada orang dewasa > 40 tahun, kadang-

kadang gejala dirasakan ringan sehingga mereka menganggap tidak perlu

berkonsultasi ke dokter. Penyakit DM diketahui secara kebetulan ketika

penderita menjalani pemeriksaan umum (general medikal check-up). Biasanya

mereka baru datang berobat, bila gejala-gejala yang lebih spesifik timbul

12
misalnya penglihatan mata kabur, gangguan kulit dan syaraf, impotensi. Pada

saat itu, mereka baru menyadari bahwa dirinya menderita DM.

Secara umum gejala-gejala dan tanda-tanda yang ditemui meliputi ;

1. Gejala dan tanda awal

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala

awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap

di rasakan

b. Banyak kecing (poliuria)

Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan

volume urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari

terkadang sangat mengganggu penderita

c. Banyak minum (polidipsia)

Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan

karena udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda

ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM

d. Banyak makan (polifagia)

Penderita sering makan (banyak makan) dan kadar glukosa darah

semakin tinggi, namun tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan untuk

masuk ke dalam sel

13
2. Gejala Kronis

a. Gangguan penglihatan

Pada mulanya penderita DM ini sering mengeluh penglihatannya

kabur, sehingga sering mengganti kaca mata untuk dapat melihat

dengan baik.

b. Gangguan syaraf tepi / kesemutan

Pada malam hari, penderita sering mengeluh sakit dan rasa kesemutan

terutama pada kaki

c. Gatal-gatal / bisul

Keluhan gatal sering dirasakan penderita, biasanya gatal di daerah

kemaluan, atau daerah lipatan kulit seperti ketiak, paha atau dibawah

payudara, kadang sering timbul bisul dan luka yang lama sembuhnya

akibat sepele seperti luka lecet terkena sepatu atau tergores jarum.

d. Rasa tebal di kulit

Penderita DM sering mengalami rasa tebal dikulit, terutama bila

benjolan terasa seperti diatas bantal atau kasur. Hal ini juga

menyebabkan penderita lupa menggunakan sandal / sepatu karena rasa

tebal tersebut.

e. Gangguan fungsi seksual

Gangguan ereksi / disfungsi seksual / impotensi sering dijumpai pada

penderita laki-laki yang terkena DM, namun pasien DM sering

menyembunyikan masalah ini karena terkadang malu menceritakannya

pada dokter.

14
f. Keputihan

Pada penderita DM wanita, keputihan dan gatal merupakan gejala yang

sering dikeluhkan, bahkan merupakan satu-satunya gejala yang

dirasakan. Hal ini terjadi karena daya tahan penderita DM kurang,

sehingga mudah terkena infeksi antara lain karena jamur.

H. Komplikasi

Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan

komplikasi kronik

1. Kompliksi akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan

berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka

waktu pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah :

a. Diabetes Ketoasidosis (DKA)

Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari

suatu pengalaman penyakit DM. Diabetik katoasidosis disebabkan oleh

tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.

(Smeltzer, 2000)

b. Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHN)

Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang didominasi

oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat

kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak

tepatnya ketosik dan asidosis pada KHN. (Smeltzer, 2000)

15
c. Hipoglikemia

Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di

seluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2

1) Mikrovaskuler

a) Penyakit ginjal

Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan

mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi

ginjal, bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka

mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang

menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine. (Smeltzer,

2000)

b) Penyakit mata

Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai

kebutaan, keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan

neuropati.

Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang

berkepanjangan, menyebabkan pembengkakan lensa dan

kerusakan lensa. (Brunner & Suddarth, 2000)

c) Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf

otonom medulla spinallis atau sistem saraf pusat. Akumulasi

sorbitol dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa

16
fungsi myalin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat

menimbulkan perubahan kondisi saraf

2) Makrovaskuler

a) Penyakit jantung koroner

Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka

terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya

ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak

yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan

mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan resiko penderita

penyakit jantung koroner atau stroke.

b) Pembuluh darah kaki

Timbul karena adanya anesthesis fungsi saraf-saraf sensorik,

keadaan ini menyebabkan gangren infeksi dimulai dari celah-

celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki

yang menebal dan halus demikian juga pada daerah-daerah

yang terkena trauma

c) Pembuluh darah ke otak

Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan

sehingga suplai darah ke otak menurun. (Long, 1996)

I. Penatalaksanaan

Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan

keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi.

Secara garis besar pengobatannya dilakukan dengan :

17
1. Diet

Disesuaikan dengan keadaan penderita

Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes

diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misal : vitamin dan

mineral)

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c. Memenuhi kebutuhan energi

d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-

cara yang aman dan praktis

e. Menurunkan makan pada penderita DM

Pencernaan makan pada penderita DM

1) Kebutuhan kalori

Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori

total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang

sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.

Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan

presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak

Ada 2 tipe karbohidrat yang utama, yaitu :

a) Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta)

b) Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula)

18
Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :

a) BB ideal = (TB cm – 100) kg – 10 % . pada waktu istirahat,

diperlukan 25 kkal/kg BB ideal

b) Kemudian diperhitungkan pula

Aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 – 20 %, kerja sedang

ditambah 30 %, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat

sekali ditambah 20 – 30 %)

Stress : ditambah 20 – 30 %, hamil trimester 2 – 3 ditambah

400 kal dan laktasi ditambah 600 kal

2) Karbohidrat

Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat

kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum

utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang berasal dari

gandum yang masih mengandung bekatul.

Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang

tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran

atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah

3) Lemak

Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300

mg / hr untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti

kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan proses

terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian pada

penderita diabetes

19
4) Protein

Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-

bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol

serta lemak jenuh. (Brunner & Suddarth, 2002)

2. Olah raga / latihan

Sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena afeknya dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian

insulin, sirkulasi darah dan tonus otot.

Latihan ini sangat bermanfaat pada pendrita diabetes karena dapat

menurunkan BB, mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran

tubuh. Mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar High

Density Lipoprotein (HDL)-kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol

total serta trigliserida.

Meskipun demikian penderita diabetes dengan kadar glukosa >250

mg/dl (14 mmol/dL) dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak

boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urine

memperlihatkan hasil negatif dan kadar glukosa darah telah mendekati

normal.

Latihan dengan kadar glukosa darah yang tinggi akan

meningkatkan sekresi glukogen, Growth Hormone (GH) dan katekolamin.

20
Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa

sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.

3. Obat-obatan

Obat antidiabetik oral, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Golongan sulfonilurea

1) Cara kerja :

a) Merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin, jadi

hanya bekerja bila sel-sel beta utuh

b) Menghalangi pengikatan insulin

c) Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin

d) Menekan pengeluaran glukogen

2) Indikasi

a) Bila BB ideal ± 10% dan BB ideal

b) Bila kebutuhan insulin < 40 u/hr

c) Bila tidak ada stress akut, misal: infeksi berat / operasi

d) Dipakai pada diabetes dewasa, baru dan tidak pernah

ketoasidosis sebelumnya

3) Efek samping

a) Mual, muntah, sakit kepala, vertigo dan demam

b) Dermatitis, pruritus

c) Lekopeni, trombositopeni, anemia

4) Kontra indikasi

Penyakit hati, ginjal dan thyroid

21
b. Golongan biguanid

Tidak sama dengan sulfonilurea, karena tidak merangsang sekresi

insulin.

1) Menurunkan kadar GD menjadi normal dan istimewanya tidak

menyebabkan hipoglikemia

2) Cara kerja belum diketahui secara pasti, tetapi jelas terdapat:

a) Gangguan absorbsi glukosa dalam usus

b) Peningkatan kecepatan ambalan glukosa dalam otot

4. Penurunan glukoneogenesis dalam hepar

Efek samping :

a. Nausea

b. Muntah

c. Diare

Insulin

1) Indikasi

a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM / NIDDM)

dalam keadaan ketoasidosis

b) Diabetes yang masuk dalam klasifikasi IDDM yaitu juvenile

diabetes

c) Penderita yang kurus

d) Bila dengan obat oral tidak berhasil

e) Kehamilan

f) Bila ada komplikasi mikroangiopati, misal: retinopati / nefropati

22
2) Jenis insulin

a) Yang kerjanya cepat: reguler insulin (RI) masa kerja 2-4 jam

b) Yang kerjanya sedang : NPH dengan masa kerja 6-12 jam

c) Yang kerjanya lambat : protamine zinc insulin (PZI) monotard

ultralente (MC) masa kerja 18-24 jam

3) Efek samping

a) Lipodistrofi : atrofi jaringan subkutan pada tempat penyuntikan

b) Hipoglikemia : dosis insulin berlebih atau kebutuhan insulin yang

berkurang

c) Reaksi alergi

d) Resistensi terhadap insulin

J. Pengkajian Fokus

Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan

metabolik dan pengaruh pada fungsi organ

1. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot

menurun, gangguan tidur / istirahat

Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas letargi / disorientasi, Penurunan kekuatan otot

2. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, kebas dan

kesembuhan pada ekstremitas ulkus pada kaki penyembuhan

yang lama

23
Tanda : takikardia

Perubahan tekanan darah, postural hipertensi

Nadi yang menurun / tak ada

Disritmia

Krekels, Distensi Vena Jugularis (DVJ)

Kulit panas kering dan kemerahan, bola mata cekung

3. Integritas Ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain

Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi

Tanda : ansietas, peka rangsang

4. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola kencing, poliuri (poliuria), nokturia

Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih, infeksi saluran

kencing (ISK) baru / berulang

Nyeri tekan abdomen

Diare

Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi

oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat)

Urine berkabut, bau busuk (infeksi)

Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)

5. Makanan / Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan

Mual / muntah

24
Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa /

karbohidrat

Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari /

minggu

Haus

Penggunaan diuretik (Tiazid)

Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor jelek

Kekakuan / distensi abdomen, muntah

Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan

peningkatan gula darah)

Bau halitosis / manis, bau buah (napas aseton)

6. Neurosensori

Gejala : Pusing / pening

Sakit kepala

Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, peristesia

Gangguan penglihatan

Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).

Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental

7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat)

Tanda : Wajah meringis dengan palpasi, tampak sangat berhati-hati

25
8. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum

purulen (tergantung adanya infeksi / tidak)

Tanda : Lapar udara

Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)

Frekuensi pernapasan

9. Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, diaforesia

Kulit rusak, lesi / ulserasi

Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak

Parestesia / paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan (jika

kadar kalium menurun dengan cukup tajam)

10. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)

Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

11. Penyuluhan / Pengajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga : DM, penyakit jantung, stroke,

hipertensi, penyembuhan yang lambat

Penggunaan obat seperti steroid diuretik (tiazid); dilantin dan

fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).

(Dongoes, 2002)

26
K. Pemeriksaan Diagnostik

1. Glukosa darah : meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih

2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

4. Osmolitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 osm/l

5. Elektrolit

a) Natrium : mungkin normal meningkat atau menurun

b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan

seluler) selanjutnya akan menurun

6. Fosfor : lebih sering menurun

7. Hemoglobin gliserol : kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal

yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir

(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam

membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang

berhubungan dengan insiden (mis ISK baru)

8. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan

HCO, (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik

9. Trombosit darah : Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (dehidrasi),

leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau

infeksi

10. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi /

penurunan fungsi ginjal)

27
11. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindentifikasikan

adanya pankreatis akut sebagai penyebab dari DKA

12. Insulin darah : mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe

I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasi

insufisiensi insulin / ganggguan dalam penggunaannya (endogen /

eksogen). Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap

pembentukan (antibodi)

13. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin

14. Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin

meningkat, kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada

saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka. (Dongoes,

2002)

28
Obesitas, obat-obatan, penyakit pancreas

Defisiensi insulin
L. Pathway Keperawatan

Glukagon meningkat

Glukoneogenesia
Hiperglikemia GD ≥ 140 mg/mmol
Pemecahan asam
lemak Glukosa masuk
ke dlm tubulus Starvasi sel
Hiperosmolaritas Angiopati Neuropati
Ketonemia ginjal

Glukosa Prod energi BB Rasa Koma Mikrovaskuler Makrovaskuler Sensorik Motorik


pH serum dibuang
menurun metabolik menuru lapar
bersama Hilang protein - Trombosit beroklusi Hilang Atropi otot
urine tubuh Perubahan rasa
Nutrisi Polifagi - Pembulu darah besar
Asidosis Mual Kelelaha pembuluh
metabolik muntah
Glukosuria ≤ keb Perub dlm
Respon Aterosklerosis Vaskulataria pergerakan
peradangan Gangguan
Diuresis Resti Gg
osmotik
l b t sirkulasi keseimbangan
injuri
tubuh
Suplai mkn ke
Poliuri jar perifer ↓

Dehidrasi Luka tidak Peredaran


pembuluh darah
sembuh ke retina ↓
Defisit Syok Polidipsi Gg integritas Terjadi ulkus DM
jaringan Pandangan kabur
vol
Infeksi
Retinopati
36

Resiko penyebaran Gg persepsi sensori


29
infeksi : penglihatan
M. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi penyebaran infeksi (Sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa

tinggi, perubahan pada sirkulasi, sekunder terhadap adanya ulkus

a. Tujuan : 1) Tidak terjadi infeksi

2) Tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi

b. Kriteria Hasil : 1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /

menurunkan resiko infeksi

2) Mendemostrasikan tehnik, perubahan gaya hidup

untuk mencegah terjadinya infeksi

b. Intervensi

1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan,

adanya pus pada luka, sputum purulent, urine warna merah keruh atau

berkabut

Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya lebih

lebih mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat

mengalami infeksi nosokomial

2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik

pada semua orang yang berhubungan denga pasien termasuk pasien

sendiri

Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial

3) Lakukan perawatan luka (ganti balut tiap hari) dengan menjaga tehnik

septik dan aseptik

Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi

lebih lanjut

30
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase

daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, lumen kering dan

tetap kencang (tidak berkerut)

Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien

pada resiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi kulit dan

infeksi

5) Bantu pasien untuk melakukan higiene oral

Rasional : menurunkan resiko terjadinya penyakit kulit / gusi

6) Kolaborasi

a). Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi

Rasional : untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih

/ memberikan therapy antibiotik yang terbaik

b). Berikan antibiotik sesuai advise

Rasional : penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya

sepsis

2. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan adanya diuresis osmotik

a. Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan

b. Kriteria Hasil : Mendemostrasikan hidrasi adekuat yang dibutuhkan oleh

tanda vital stabil, haluaran urine secara individu dan kadar

elektrolit dalam batas normal

31
c. Intervensi

1) Pantau tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

Rasional : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan

takikardia

2) Pantau suhu warna kulit atau kelembabnnya

Rasional : demam dengan kulit kemerahan, kering mungkin sebagai

cerminan dari dehidrasi

3) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa

Rasional : merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau volume

sirkulasi yang adekuat

4) Pantau masukan dan pengeluaran, catat Bj urine

Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan atau cairan pengganti,

fungsi ginjal dan keefektifan dan terapi yang diberikan

5) Pertahankan untuk memberi cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam

batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan melalui oral sudah

dapat diberikan

Rasional : mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi

6) Kolaborasi

a) Berikan therapy cairan sesuai dengan indikasi

Normal salin atau ½ NS atau tanpa dekstrose

Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan

cairan

b) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti

32
Hematokrit : mengkaji tingkat hidrasi dan sering kali meningkat akibat

hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis osmotik

BUN / kreatinin : peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel

karena dehidrasi atau tanda akibat kegagalan ginjal

Osmolalitas : meningkat dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi

Natrium : menurun yang mencerminkan diuresis osmotik, meningkat

mencerminkan kehilangan cairan / dehidrasi berat

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

a. Tujuan : Pemasukan nutrisi adekuat

b. Kriteria Hasil :

1) Mencerna jumlah kalori atau nutrisi yang tepat

2) Menunjukkan tingkat energi biasanya

3) Mendemostrasikan berat badan stabil atau penambahan

kearah rentang yang diinginkan dengan nilai laboratorium

normal

c. Intervensi

1) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti : perubahan tingkat

kesadaran, kulit lembab / dingin, derajat nadi cepat, lapar, peka rangsang,

cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan

Rasional : karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah

berkurang, sementara tetap diberikan insulin maka

hipoglikemi dapat terjadi)

33
2) Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi

Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment / perut kembung,

mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna

Rasional : hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit dapat menurunkan mobilitas / fungsi lambung

4) Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan pasien

Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan dari

kebutuhan therapeutik

5) Indikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan etnik

Rasional : jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan

dalam perencanaan makan

34
6) Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan rasa keterlibatan, memberikan informasi

pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien

7) Kolaborasi

a. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “Finger

stick”

Rasional : analisa ditempat tidur terhadap GD lebih kuat

b. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, PH

dan HCO3

Rasional : gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian

cairan dan therapi insulin terkontrol

c. Berikan insulin secara teratur

Rasional : insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya

dengan pula dapat membantu memindahkan glukosa ke

dalam sel

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat

a. Tujuan : integritas kulit kembali normal

b. Kriteria Hasil : 1) Mengidentifikasi faktor resiko individual

2) Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan

tindakan

3) Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk

mencegah kerusakan kulit lebih lanjut

35
c. Intervensi

1) Inspeksi seluruh area kulit, catat pengisian kapiler, adanya kemerahan,

pembengkakan

Rasional : kulit biasanya cenderung rusak karena perubahan sirkulasi

perifer, ketidakmampuan untuk merasakan toleran,

imobilisasi, gangguan pengaturan suhu

2) Catat adanya pembengkakan, kemerahan, adanya drainase pada luka serta

bersihkan luka setiap hari

Rasional : daerah ini cenderung terkena radang dan infeksi dan

merupakan rute bagi mikroorganisme patologis

3) Libatkan masase dan lubrikasi pada kulit dengan losion / minyak, lindungi

sendi dengan menggunakan bantalan busa

Rasional : meningkatkan sirkulasi dan melindungi permukaan kulit

mengurangi terjadinya ulserasi

4) Lakukan perubahan posisi sesering mungkin di tempat tidur maupun

sewaktu tidur

Rasional : meningkatkan sirkulasi dan melindungi kulit, mengurangi

terjadinya ulserasi

5) Bersihkan dan keringkan kulit khususnya daerah-daerah dengan

kelembaban tinggi seperti parineum

Rasional : meningkatkan sirkulasi pada kulit dan mengurangi tekanan

pada daerah tulang yang menonjol

36
6) Jagalah alat tenun tetap kering dan bebas dari lipatan – lipatan dan

kotoran

Rasional : mengurangi / mencegah terjadinya iritasi pada kulit

7) Anjurkan pasien untuk terus meningkatkan nutrisi sel atau organisasi sel

dan untuk meningkatkan kesehatan jaringan

Rasional : menstrimulasi sirkulasi, meningkatkan nutrisi sel atau

oksigenasi sel dan untuk meningkatkan kesehatan jaringan

5. Resti injury berhubungan dengan kelemahan umum

a. Tujuan : tidak terjadi injury

b. Kriteria Hasil : Mendemostrasikan tidak ada cedera demham komplikasi

minimal / terkontrol

c. Intervensi

1) Pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardia

(140-200/mnt)

Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien yang dapat

menentukan tindakan yang diberikan

2) Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang / diberi bantalan

Rasional : untuk menentukan kemungkinan adanya trauma

37
3) Kolaborasi

a) Pantau kadar kalsium darah : pasien dengan kadar kalsium kurang

dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi pengganti

b) Berikan obat sesuai indikasi

1) Kalsium (glukosa, laktat) : untuk memperbaiki kekurangan yang

biasanya sementara

2) Sedatif : meningkatkan istirahat, menurunkan stimulasi dari luar

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

prognosis penyakit

a. Tujuan : Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit

b. Kriteria Hasil :

1) Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala dengan proses penyakit dan

menghubungkan gejala dengan faktor penyebab

2) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional

tindakan

3) Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan

c. Intervensi

1) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk pasien

Rasional : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum

pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar

38
2) Diskusikan topik-topik utama seperti apakah kaar glukosa normal ibu dan

bagaimana hal tersebut dibandingkan kekurangan insulin dengan kadar

gula darah yang tinggi

Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat

pertimbangan dalam memilih gaya hidup

3) Menganjurkan klien untuk rutin melakukan pemeriksaan gula darah dan

instruksikan pasien untuk pemeriksaan keton urinenya jika glukosa darah

lebih tinggi dari 250 mg/dl

Rasional : Melakukan pemeriksaan darah secara teratur dapat

meningkatkan kontrol gula darah dengan lebih ketat (misal 60

– 150 mg/dl)

4) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan

cara untuk melakukan makan di luar rumah

Rasional : keadaan tentang pentingnya kontrol obat akan membantu

pasien dalam merencanakan makan / mentaati program

5) Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM

seperti latihan stres, pembedahan dan penyakit tertentu

Rasional : informasi ini akan meningkatkan pengendalian terhadap DM

dan dapat menurunkan berulangnya kejadian ketoasidosis

6) Buat jadwal latihan aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan

dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian

Rasional : waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya kerja puncak

insulin untuk mencegah percepatan ambilan insulin

39
7) Identifikasi gejala hipoglikemia (misal lemah, pusing, letargi, lapar, peka

rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala, dan

perubahan mental)

Rasional : dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan

mencegah / mengurangi kejadiannya

40

Anda mungkin juga menyukai