Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

“ PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG SEBAGAI INDUSER


DALAM PRODUKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM AMILASE
PEMECAH PATI MENTAH (APPM) MENGGUNAKAN ISOLAT
BACILLUS AQUAMARIS MKSC 6.2”

BIDANG KEGIATAN

PKM PENELITIAN

Diusulkan Oleh:

Pangesti Dewi; A1F016011; 2016

Bagus Ariyadi; A1F015029; 2015

Weni Inda Sari; A1F017011; 2017

UNIVERSITAS BENGKULU

BENGKULU

2017

i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................2
1.4 Luaran Yang Diharapkan.....................................................................................2
1.5 Kegunaan Penelitian..............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................7
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.........................................................................7
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................................7
3.3 Prosedur Penelitian................................................................................................7
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN................................................................9
4.1 Anggaran Biaya......................................................................................................9
4.2 Jadwal Kegiatan......................................................................................................9
BAB V DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10
BAB VI LAMPIRAN – LAMPIRAN................................................................................11
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping...................................11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Dana.............................................................................16
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas...................19
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana..............................................................20
Lampiran 5. Formulir Desk Evaluasi Internal..................................................................21

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, sehingga sektor pertanian memiliki


kontribusi yang besar dalam perekonomian bangsa. Salah satu komoditas
pertanian adalah singkong yang memiliki peranan cukup besar dalam mencukupi
kebutuhan bahan pangan nasional. Menurut Badan Pusat Statistik, produksi
singkong di Indonesia mencapai 21.801.415 ton pada tahun 2015. Provinsi
bengkulu sendiri menyumbang produksi singkong 80.309 ton pada tahun tersebut.
Hal ini berarti bahwa produksi singkong di Provinsi Bengkulu cukup besar.

Salah satu limbah pertanian yang masih jarang dimanfaatkan adalah


Limbah kulit singkong. Kulit singkong yang diperoleh dari tanaman singkong
merupakan limbah agroindustri seperti industri tepung tapioka, industri
fermentasi, serta industri makanan yang memanfaatkan umbi singkong. Di
Provinsi Bengkulu pada umumnya masyarakat memanfaatkan umbi singkong
dalam industri keripik singkong baik dalam skala rumahan maupun skala industri.
Industri pengolahan umbi singkong tersebut menghasilkan limbah kulit singkong
yang dalam pemanfaatannya masih terbatas pada pakan ternak. Padahal
pemanfaatan kulit singkong pada hewan ternak hanya dilakukan dalam jumlah
sedikit, karena jika diberikan dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keracunan
karena adanya kandungan sianida (HCN) yang dapat menyebabkan kematian pada
hewan ternak. Hal ini menyebabkan limbah kulit singkong masih kurang
pemanfaatannya. Perlu dilakukan terobosan baru guna memanfaatkan serta
menanggulangi permasalahan limbah kulit singkong.

Kulit Singkong mengandung bahan-baha organik seperti karbohidrat,


lemak, protein serta mineral. Kandungan pati (karbohidrat) di dalam kulit
singkong berkisar antara 44-59 % (Richana, 2013). Kandungan karbohidrat pada
kulit singkong yang cukup tinggiberpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang
bioteknologi. Salah satu pemanfaatan limbah kulit singkong dalam bidang
bioteknologi adalah produksi enzim.

Kebutuhan enzim di Indonesia masih tergantung pada impor. Salah satu


enzim yang paling banyak digunakan di industri yaitu enzim amilase. Amilase adalah
enzim pendegradasi pati yang digunakan di industri makanan dan minuman, tekstil,
detergen, kertas, farmasi dan lain-lain. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
melaporkan bahwa sejak tahun 70an amilase yang digunakan di industri tekstil di
Bandung-Jawa Barat jumlahnya tidak kurang dari 4 ton per bulan. Hal ini berarti
bahwa penggunaan amilase di Indonesia cukup tinggi.
2

Salah satu amilase yang banyak dikembangkan saat ini adalah enzim
amilase pemecah pati mentah (APPM) (Abu dkk, 2005). Enzim ini memiliki
keunggulan mampu bekerja pada substrat yang tidak mengalami proses gelatinasi
(pati mentah). Penggunaan enzim ini dalam industri berbasis pati dilaporkan telah
mengurangi biaya produksi secara signifikan jika dibandingkan proses
konvensional. Enzim (APPM) dapat ditemukan dari berbagai jenis makhluk hidup
seperti tanaman, hewan manusia, hingga mikroba. Menurut Souza dan Magalhaes
(2010), enzim yang berasal dari mikroba dinilai lebih baik karena sifatnya yang
lebih stabil jika dibandingkan dengan enzim APPM yang berasal dari tanaman dan
hewan.

Dalam produksi enzim APPM, limbah kulit singkong dapat digunakan


sebagai induser atau agen penginduksi untuk merangsang mikroba mensekresikan
enzim tersebut. Limbah kulit singkong digunakan sebagai substrat pati yang akan
menginisiasi produksi enzim oleh mikroba.

Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian yang


memanfaatkan limbah kulit singkong dalam proses produksi enzim Amilase
Pemecah Pati Mentah (APPM) dengan mengangkat judul “ Pemanfaatan limbah
Kulit Singkong sebagai Induser dalam Produksi dan Karakterisasi Enzim Amilase
Pemecah Pati Mentah (APPM) menggunakan Isolat Bacillus aquamaris MKSC
6.2”.

1.2.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

Apakah limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai induser dalam


produksi enzim APPM?
Bagaimana aktivitas enzim APPM yang dikarakterisasi dengan metode
DNS?
Bagaimana pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim APPM?
1.3.Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
Mengetahui potensi limbah kulit singkong sebagai induser dalam proses
produksi dan karakterisasi enzim APPM.
Mempelajari aktivitas enzim APPM dengan metode DNS
Menentukan kondisi optimum suhu dan pH terhadap aktivitas enzim
APPM.

1.4.Luaran yang Diharapkan


Penulis berharap dari hasil penelitian ini, proses produksi enzim
APPM yang memanfaatkan limbah kulit singkong dengan kondisi (suhu
3

dan pH) yang tepat dapat diketahui dan diterapkan secara luas serta dapat
menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan limbah di provinsi
Bengkulu. Selain itu, dari penelitian ini akan dapat menghasilkan karya
ilmiah yang menjadi rujukan bagi para peneliti lain untuk
mengembangkan penelitian produksi enzim berbasis limbah.

1.5. Kegunaan
Bagi pengusaha yang menggunakan Singkong sebagai bahan bakunya, kulit
singkong dapat dijual ke industri enzim APPM sehingga dapat menjadikan
limbah kulit singkong bernilai ekonomis.
Bagi pemerintah dan masyarakat, pemanfaatan limbah kulit singkong ini dapat
menjadi solusi dalam pemecahan masalah polusi lingkungan oleh berbagai
limbah, terutama limbah kulit singkong.
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi peneliti yang ingin
melakukan percobaan dengan menggunakan jenis limbah lain sebagai bahan
dalam pembuatan media hidup bakteri penghasil enzim APPM.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Enzim

Enzim merupakan bagian dari protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi


kimia. Enzim juga dapat diartikan sebagai protein katalisatoryang memiliki
spesifisitas terhadap reaksi yang dikatalisis dan molekul yang menjadi
substratnya. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi
substrat, suhu dan pH (Okoko and Ogbomo, 2010; Richal, 2012).

Secara praktis,enzim banyak digunakan di berbagai bidang kegiatan dan


menempati posisi penting dalam bidang industri. Aplikasi proses enzimatik pada
industri pertama kali mulai berkembang sejak tahun 1960. Enzim menjadi
primadona industri saat ini dan di masa yang akan datang karena melalui
penggunaannya, energi dapat dihemat dan ramah lingkungan (Sarah dkk, 2009;
Richal, 2012)

2.2. Enzim Amilase


Amilase adalah enzim hidrolase glikosida yang mengkatalisis pemecahan
pati menjadi gula. Amilase merupakan salah satu enzim yang paling penting
dalam bioteknologi saat ini (Souza et al, 2010; Elhadi et al, 2011) Amilase
merupakan enzim yang memecah pati yang diproduksi oleh berbagai jenis
makhluk hidup seperti bakteri, jamur, tumbuhan, manusia dan hewan (Pandey et
al, 2000 in Arunsari et al 2010).
2.3. Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah (APPM)
Salah satu amilase yang banyak dikembangkan adalah saat ini adalah
enzim amilase pemecah pati mentah.Enzim ini memiliki keunggulan mampu
bekerja pada substrat yang tidak mengalami proses gelatinasi (pati mentah).
Penggunaan enzim ini dalam industri berbasis pati dilaporkan telah mengurangi
biaya produksi secara signifikan jika dibandingkan dengan proses konvensional.
Selain itu, penggunan enzim tersebut juga menghemat waktu dan energi produksi
karena tidak memerlukan produksi gelatinisasi.
Mikroba yang diisolasi dari sumber kaya pati umumnya mempunyai
potensi menghasilkan enzim amilase yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena
mikroba akan menghasilkan amilase untuk memecah pati yang ada supaya dapat
dimanfaatkan nutrisinya. Sejauh ini enzim APPM masih dihasilkan oleh sejumlah
kecil mikroba saja. Beberapa peneliti telah berupaya melakukan isolasi mikroba
penghasil enzim APPM dari berbagai sumber. Beberapa contoh sumber mikroba
yang pernah digunakan antara lain tanah sekitar penggilingan tepung, tanah dekat
pembuangan sampah, maupun limbah singkong.
5

Selama proses produksi enzim, media disuplementasi dengan substrat pati


untuk menginisiasi produksi enzim oleh mikroba. Lama fermentasi untuk
menghasilkan amilase yang optimal biasanya ditentukan oleh fase pertumbuhan
mikroba. Enzim amilase umumnya dihasilkan mulai fase adaptasi dan mencapai
puncaknya pada saat fase eksponensial akhir mikroba. Aktivitas amilase akan
menurun setelah sel mencapai fase eksponensial akhir akibat pati dalam media
yang mulai habis sehingga enzim tidak diproduksi lagi serta adanya toksik dari
metabolit sel yang mulai terakumulasi.

Waktu fermentasi bagi produksi enzim APPM dari jamur umumnya lebih
lambat dibandingkan mikroba dan yeast. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan jamur
yang relatif lebih lambat dibanding spesies mikroba lain . Isolat Streptomyces
sp.memerlukan waktu fermentasi selama 5 hari, sedangkan Aspergillus niger
memerlukan 72 jam. Pada isolat Bacillus aquamaris MKSC 6.2, waktu fermentasi
yang dibutuhkan yaitu 24 jam. Isolat Saccharomycopsis filbugera juga dilaporkan
memerlukan waktu fermentasi 24 jam (Nangin dan aji, 2015)
2.4. Karakterisasi Enzim APPM
Karakteristik dari enzim APPM yang didapatkan berbeda-beda tergantung
dari jenis isolatnya. Beberapa karakter enzim yang penting untuk diketahui antara
lain berat molekul, pengaruh suhu, pengaruh pH, dan spesifitas substrat. Berat
molekul enzim APPM yang dilaporkan sejauh ini bervariasi yaitu sekitar 32-150
kDa tergantung asal enzim diperoleh (Nangin dan Aji, 2015)
2.5.Pati Kulit singkong
Pati adalah polimer glukosa dengan rumus molekul (C6H10O5)n.
Pembentukan polimer pati diawali dengan terbentuknya ikatan glukosida yaitu
ikatan antara molekul glukosa melalui oksigen pada atom karbon pertama. Pati
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa
merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dari ribuan glukosa dengan ikatan α
1,4 glukosida. Jenis kedua yaitu amilopektin yang mengandung percabangan
rantai akibat adanya ikatan α 1,6 glukosida di beberapa bagiannya. Struktur
amilosa dan amilopektin digambarkan pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur Amilosa dan Amilopektin


Pati yang berasal dari singkong dapat diperoleh baik dari daging ataupun kulit
arinya. Pati kulit singkong sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam
industri makanan dan industri yang berbasis pati karena kandungan patinya yang
cukup tinggi (Niba, 2006 dalam Hui, 2006). Kandungan pati didalam kulit
singkong berkisar 44-59 % (Richana, 2013)
6

Gambar 2. Kulit singkong


7

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tempat pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan
Kimia Universitas Bengkulu. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 4 bulan.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: timbangan
analitik, mikropipet, jarum ose, Autoklaf (All American Model No.2X), Waterbath
(Grand Instrument Type SUB 28), Incubator (Memmert), pH meter (Hanna
Instrument H18014), Vortex (H-VM-300), Shaking Incubator (manufacturer of
Lab, Ind. Dan Vac Instrument), Spektrofotometer UV-VIS (Thermo Scientific
Model Genesys 10S) dan peralatan gelas lainnya, sesui dengan prosedur kerja.

3.2.2 Bahan
Mikroorganisme pada penelitian ini menggunakan isolat Bacillus
aquamaris MKSC 6.2. Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu akuades,
aluminium foil, Nutrientagar (Merck, No. cat. 1.05450.0500), Nutrient broth
(Merck, No. cat.1.05443.0500), NaN3, filter glass fiber (Whatman GF/C),
glukosa, amilum, buffer posfat, reagen Dinitrosalisilat (DNS) dan bahan-bahan
lain yang digunakan adalah bahan tingkat analisis sesui metoda kerja.

3.3. Prosedur Penelitian


3.3.1 Pembuatan ekstrak pati kulit singkong

Pembutan tepung kulit singkong dilakukan dengan cara diambil kulit


singkong bagian dalam sebanyak 1 kg, lalu dicuci bersih. Setelah itu, dipotong-
potong menjadi bagian yang lebih kecil lalu dikeringkan dengan cara dijemur
dibawah terik matahari selama 3 hari. Selanjutnya, dihaluskan dengan cara
diblander. Setelah diblander kemudian diayak untuk memisahkan bagian yang
sudah halus dengan yang kasar. Bagian yang sudah halus inilah nantinya
dilarutkan dengan persentase tertentu untuk dgunakan sebagai induser dalam
produksi enzim APPM.

3.3.2 Peremajaan Bakteri


Media Nutrien Agar (NA) miring disterilisasi menggunakan autoklaf
dengan tekanan 15 lb, suhu 121°C selama 20 menit. Kemudian masing-masing
kultur stok isolatBacillus aquamaris MKSC 6.2 diambil satu ose secara aseptis
dari stok Nutrient broth (NB) dan diinokulasikan kedalam media NA dan diberi
o
label, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam dalam inkubator.

3.3.3 Pembuatan inokulum bakteri


8

Bakteri hasil peremajaan diambil satu ose secara aseptis dan dimasukkan
kedalam 50 mL media cair NB. Kemudian diinkubasi dalam shaking incubator
o
dengan kecepatan agitasi 120rpm pada suhu 40 C selama 12 jam. Suspensi bakteri
ini digunakan sebagai starter, selanjutnya dilakukan pengukuran OD (Optical
Density) menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 660
nm.

3.3.4 Pembuatan media cair untuk produksi enzim amilase


Produksi enzim amilase digunakan media NB mengandung ekstrak kulit
singkong 1% (w/v). Bacillus aquamaris MKSC 6.2 dari masing-masing kultur
yang telah diremajakan, diambil 10% kemudian diinokulasi dalam 100 mL media
produksi NB mengandung ekstrak tepung kulit singkong 1% (w/v) dan diinkubasi
dalam shakerincubator pada 120 rpm dan suhu 40°C selama 12 jam.
Setelah 12 jam, media kultur yang berisi ekstrak kasar enzim didinginkan
pada suhu 4°C selama kurang lebih 1 jam, kemudian disentrifugasi 9500 rpm
selama 15 menit. Ekstrak kasar enzim disaring dengan filter glass fiber (Whatman
GF/C).Ekstrak kasar yang diperoleh diambil dengan mikropipet untuk di uji
aktivitas enzimnya. Jika enzim tidak langsung digunakan untuk analisis aktivitas
enzim, maka ditambahkan NaN3 hingga konsentrasi larutan menjadi 0,02% (w/v)
kedalam setiap larutan ekstrak kasar enzim APPM.

3.3.5 Penentuan aktivitas enzim APPM menggunakan metode DNS


Tabung uji, kontrol dan blanko dilakukan secara bersamaan. Tabung uji
diisi dengan 1,0 mL substrat ekstrak pati kulit singkong 1%, tabung kontrol
dibiarkan kosong sedangkan blanko diisi dengan 2,0 mL buffer posfat 0,05 M pH
7,0. Ketiga tabung dimasukkan ke dalam waterbath dan diinkubasi pada suhu
40°C selama 5 menit. Setelah diinkubasi selama 5 menit, ke dalam tabung uji dan
kontrol masing-masing ditambahkan 1,0 mL ekstrak kasar enzim dan diinkubasi
kembali dalam waterbath dengan suhu 40°C selama 15 menit.
Setelah diinkubasi selama 15 menit, masing-masing tabung (uji, kontrol
dan blanko) ditambahkan 2,0 mL DNS dan pada tabung kontrol ditambahkan 1,0
mL ekstrak pati kulit singkong 1%, kemudian ketiga tabung ini dimasukkan
kedalam waterbath pada suhu 100°C selama 10menit. Selanjutnya larutan
didinginkan dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
3.3.6 Optimalisasi pH dan suhu produksi enzim APPM

Isolat bakteri yang menghasilkan aktivitas enzim amilase tertinggi diambil


10% dan dimasukkan kedalam 50 mL media produksi enzim. Karakterisasi suhu
dan pH dilakukan denganmemvariasikan suhu (yaitu: 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,
90, dan 100 C) dan memvariasikan pH pada suhu optimumnya (yaitu: pH 4,0; 5,0;
6,0 menggunakan dapar sitrat 20 mM; pH 6,0; 7,0; 8,0 menggunakan dapar fosfat
20 mM; dan pH 9,0; 10,0 menggunakan dapar glisin–NaOH)
9

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1.Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya
1 Peralatan Penunjang Rp.4.109.000
2 Bahan Habis Pakai Rp. 4.449.000
3 Perjalanan Rp. 340.000
4 Lain-lain Rp. 285.000
Jumlah Rp. 9.183.000
4.2. Jadwal kegiatan

No Kegiatan Bulan Bulan Bulan Bulan


ke-1 ke-2 ke-3 ke-4

1. Studi Kepustakaan
2. Penyiapan Alat dan
Bahan

3. Pelaksanaa Uji
Percobaan 1

5. Analisis Hasil dan


Data

6. Pembuatan laporan
akhir
10

DAFTAR PUSTAKA

Arunsasi, Manthiri Kani S, Jegadeesh G and Ravikumar M. Submerged


Fermentation Of Amylase Enzyme Byaspergillus Flavus Using Cocos
Nucifera Meal. Kathmandu University Journal OfScience, Engineering
And Technology. Department of plant biology and plant biotechnology
Govt. Arts College for men’s, Nandanam, Chennai.2010. 6(2). 75-87.
Badan Pusat Statistik.2015.Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi (ton) 1993-
2015. https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/880 (diakses pada
21 November 2017).
Elhadi AI, Elkhalil and Fatima YG. Biochemical Characterization Of
Thermophilic Amylase Enzyme Isolated From Bacillus Strains.
International Journal of Sience and Nature.Department of Botany & Agric.
Biotechnology, Faculty of Agriculture, University of Khartoum, Shambat,
SUDAN. 2011. 2(3). 616 – 620.
Hui, Y.H.2006. Handbook of Food Science, Technology, and Engineering Vol 1.
CRC press. USA.
Nangin, Debora dan Aji Sutrisno.2015.Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah:
Kajian Pustaka.www.jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/download/226/233
(diakses pada tanggal 21 November 2017).
Richana, Nur. 2013. Mengenai Potensi Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Bandung :
Nuansa Cendikia.
Rickhal H.2012.Keterlibatan Enzim Dalam Bahan Pangan Skala Industri
Makanan Dan Minuman.Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo Kendari.

Sarah, Putra SR., Putro HS.2009.Isolasi Α-Amilase Termostabil Dari Bakteri


Termofilik. Prosiding Kimia FMIPA. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Souza PM and Magalhães PO.2010.Application Of Microbial Α-Amylase In
Industry.A Review.Departamento de Ciências Farmacêuticas, Faculdade de
Ciências da Saúde, Universidade de Brasília.
11

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping


12
13

Biodata Anggota 2 A.
Identitas Diri
14
15
16
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang

Material Justifikasi Kuant Harga Jumlah/ket


Kegiatan itas Satuan erangan
(Rp)
Termometer Mengukur suhu 2 38.500 76.000
Kaca Arloji Meletakkan zat 2 19.500 39.000
saat ditimbang
Sudip Mengambil zat 3 17.000 51.000
padat
Magnetic Stirrer Menghomogenkan 2 47.000 94.000
larutan
Labu Ukur 100 Mengukur volume 2 137.000 274.000
ml larutan
Batang Mengaduk zat 3 8.000 24.000
Pengaduk yang dicampur
Gelas Ukur 50 Membuat larutan 2 85.400 170.800
ml uji
Gelas Kimia Mencampurkan 2 40.000 80.000
zat
Pipet Tetes Memipet larutan 7 3.000 21.000
pH meter Mengukur pH 1 135.000 135.000
serta
memvariasikan
pH larutan Uji
karakteristik
enzim
Cutter Pemotongan 3 12.000 36.000
Hot Plate Pemanasan saat 1 445.000 445.000
uji suhu optimum
enzim
Neraca Analitik Penimbangan zat 1 hari 55.000 55.000/se
wa
Corong Kaca Memasukkan zat 2 30.000 60.000
dalam wadah
tertentu
Spektrofotometer Mengukur 1 hari 40.000 40.000/se
UV-Vis absorbansi ekstrak wa
enzim kasar
Kuvet Tempat ekstrak 2 250.000 500.000
kasar enzim saat
akan diukur
serapannya
Pipet Mikro Memipet isolat 2 520.000 1.400.000
bakteri
17

Botol Vial 100 Wadah sampel 6 unit 8.000 48.000


ml
Derigen Air Wadah aquades 2 9.500 19.000
dan beberapa
cairan.
Botol Semprot Memasukkan air 3 unit 58.000 174.000
kedalam wadah
tertentu
Jarum Ose Mengambil isolat 5 unit 7.000 35.000
bakteri
Autoklaf Mensterisisasi 1 hari 15.000 15.000/se
media agar wa
Vortex Mencampurkan 1 hari 50.000 50.000/se
larutan wa
Tabung reaksi Mereaksikan 5 8.500 42.500
enzim dengan
pereaksi tertentu
Blander Menghaluskan 1 174.000 174.000
kulit singkong
kering
Penjepit tabung Menjepit tabung 3 5000 15.000
reaksi reaksi
Rak tabung Meletakkan 1 37.000 37.000
reaksi tabung reaksi
Sub total Rp.
4.109.000

2. Bahan Habis Pakai


Material Kuantitas Harga Satuan Jumlah/Keterangan
Isolat Bakteri 100 gram 85.000/100 85.000
gram
Aquades 5 liter 16.000/liter 80.000
Alumunium 1 roll 80.000/roll 80.000
Foil
Nutrien Agar 1 botol (500 1.350.000/botol 1.350.000
gram)
Nutrien Broth 1 botol (750 765.000/botol 765.000
gram)
NaN3 1 botol (100 975.000/botol 975.000
gram)
Kertas saring 1 pack 435.000/pack 435.000
whatman
no.42
Glukosa 1 botol 78.000/botol 78.000
Amilum 1 botol (100 45.000/botol 45.000
gram)
18

Buffer fosfat 1 botol 223.000/botol 223.000


Reagen 3 gram 67.500/gram 67.500
dinitrosalisilat
(DNS)
Kulit singkong 1 Kg 1.000/kg 1.000
Buffer fosfat 1 botol 235.000/botol 235.000
NaOH 1 botol 30.000/botol 30.000
Sub total Rp. 4.449.000
3. Perjalanan

Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah


Pemakaian Satuan
Ongkos Pengiriman 10 kg 34.000/Kg Rp.
Kirim Alat alat dan 340.000
dan Bahan bahan yang
jakarta- dipesan dari
Bengkulu berbagai
toko alat dan
bahan lab di
Jakarta.
Sub total Rp.
340.000
4. Lain-lain

Material Justifikasi Kuantitas Harga satuan Jumlah


kegiatan
Kertas A4 Untuk 3 rim 35.000 105.000
keperluan
pencetakan
proposal,
surat
menyurat,
jurnal dan
publikasi
lainnya
Peminjaman mencetak 3 hari 20.000/hari 60.000
Printer keperluan
administrasi
Tinta Printer Keperluan 4 botol 30.000/botol 120.000
percetakan
Sub total Rp.
285.000
19

Lampiran 3. Susunan Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

N Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


o Studi Ilmu Waktu
(m/Ming
gu)
1 Pangesti Dewi Pendidikan Keguruan 10 jam/ 
Survei harga alat
. (A1F016011) Kimia dan Ilmu Minggu dan bahan
Pendidikan 
Pelaksana
Eksperimen di
Laboratorium
2 Bagus Ariyadi Pendidikan Keguruan 10 jam/ 
Penyusunan
. (A1F015029) Kimia dan Ilmu Minggu Proposal
Pendidikan 
Eksperimen di
Laboratorium
3 Weni Inda Sari Pendidikan Keguruan 10 jam/ 
Pengurusan
. (A1F017011) Kimia dan Ilmu Minggu Perizinan dan
Pendidikan Administrasi
lainnya

Eksperimen di
Laboratorium
20

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana


21

Lampiran 5. Formulir Desk Evaluasi Internal

Anda mungkin juga menyukai