Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari Pembangunan Nasional


yang tertuang dalam GBHN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
mengacu pada visi dan misi Kementrian Kesehatan RI. Visi Kementrian
Kesehatan yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dengan misinya
yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani, melindungi kesehatan
masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna
merata bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya kesehatan dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Strategi pembangunan kesehatan lebih mengutamakan kepada upaya
promotif dan preventif dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan
meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdaya guna
dan berhasil guna. Strategi pembangunan kesehatan ini mengedepankan nilai-
nilai berpihak kepada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama team,
integritas yang tinggi, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Menurut H.L. Blum (1974) derajat kesehatan
dipengaruhi oleh empat (4) faktor yaitu ; faktor lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan faktor genetik atau faktor keturunan. Faktor lingkungan dan
perilaku mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Lingkungan yang sehat yaitu lingkungan yang kondusif untuk
terwujudnya keadaan sehat, lingkungan yang bebas polusi, tersedianya sarana air
bersih, perumahan dan pemukiman yang sehat, sanitasi serta lingkungan yang
memadai. Perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya
sikap tolong menolong sesuai nilai luhur budaya bangsa. Perilaku yang sehat
yang diharapkan yaitu perilaku yang bersikap produktif, mendukung, memelihara
dan meningkatkan program kesehatan serta berupaya mencegah dan menghindari
timbulnya penyakit.

1
Pencapaian kegiatan program kesehatan lingkungan yang telah
dilaksanakan di Puskesmas Lengkong selama tahun 2015 dituangkan dalam
laporan tahunan sebagai bentuk evaluasi untuk melihat sejauhmana tingkat
keberhasilan pencapaian kegiatan program kesehatan lingkungan dan
kekurangannya . Laporan tahunan kesehatan lingkungan ini juga dapat dijadikan
tolok ukur untuk kegiatan kesehatan lingkungan tahun yang akan datang supaya
tingkat keberhasilan kegiatan kesehatan lingkungan di Puskesmas Lengkong
lebih baik dan bisa mencapai target yang diharapkan

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas dan kuantitas lingkungan yang sehat yang mendukung
percepatan pencapaian MDGs 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan Sarana Air Bersih
b. Meningkatkan cakupan jamban keluarga
c. Mendorong kemandirian masyarakat untuk ber PHBS baik bagi
perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
d. Meningkatkan cakupan rumah sehat
e. Memberikan bantuan dan bimbingan teknis masalah kesehatan
lingkungan kepada masyarakat secara berkesinambungan tanpa
menimbulkan ketergantungan.
f. Mewujudkan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

C. Sistematika Penulisan
Laporan tahunan kesehatan lingkungan di susun berdasarkan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan

BAB II ANALISA SITUASI KESEHATAN LINGKUNGAN PUSKESMAS


LENGKONG TAHUN 2015
A. Keadaan Umum
B. Cakupan Sarana Sanitasi Dasar / Sarana Kesehatan lingkungan
Puskesmas Lengkong tahun 2015

2
C. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Yankesling)
Puskesmas Lengkong tahun 2015.
D. Sarana Tempat-Tempat Umum, Industri, Tempat Pengolahan
Makanan dan Peran Serta Masyarakat Puskesmas Lengkong tahun
2015.

BAB III HASIL KEGIATAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN


PUSKESMAS LENGKONG TAHUN 2015
A. Hasil Kegiatan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lengkong
Tahun 2015
B. Grafik Pencapaian Kegiatan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Lengkong Tahun 2015

BAB IV PEMBAHASAN PERMASALAHAN KESEHATAN


LINGKUNGAN PUSKESMAS LENGKONG TAHUN 2015
A. Permasalahan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lengkong
Tahun 2015.
B. Pembahasan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Lengkong Tahun 2015.
C. Pemecahan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Lengkong Tahun 2015.
D. Perencanaan Penanganan Permasalahan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Lengkong Tahun 2015.

BAB V KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP

3
BAB II
ANALISA SITUASI KESEHATAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS LENGKONG TAHUN 2015

A. Keadaan Umum
Kecamatan Lengkong merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Sukabumi, terletak di sebelah Timur Laut Kota Palabuhanratu yang memiliki
luas wilayah 14.303,50 Ha dan berada di ketinggian 568 M diatas permukaan
laut dengan suhu rata-rata 21-290 C dengan sebagian besar wilayah berbentuk
perbukitan. Secara administratif Kecamatan Lengkong meliputi 5 Desa, dengan
jumlah Dusun 22, RW 48 dan RT 177.

Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut :


1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Warungkiara dan Bantargadung.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jampangtengah dan Kecamatan
Pabuaran
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jampangkulon dan Kecamatan
Pabuaran.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpenan dan Kecamatan
Waluran.

Luas wilayah Kecamatan Lengkong berdasarkan penggunaannya adalah :


1. Hutan : 2.617,76 Ha
2. Ladang : 5.431,12 Ha
3. Pekarangan : 162,30 Ha
4. Pengangonan : 143,00 Ha
5. Kolam : 12,80 Ha
6. Perkebunan Swasta : 3.859,82 Ha
7. Sawah : 483,90 Ha
- Irigasi : 359 Ha
- Tadah Hujan : 121,9 Ha
8. Lain-lain (Lahan Kering) : 90,00 Ha

4
Berikut ini tabel jumlah penduduk, jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah
rumah dan luas wilayah dari desa-desa yang menjadi daerah binaan Puskesmas
Lengkong.
LUAS JUMLAH JUMLAH JUMLAH
NO DESA
WILAYAH (Ha) PENDUDUK KK RUMAH
1 Lengkong 1.966,60 5.761 1.737 1.581
2 Tegallega 1.866,70 6.896 2.077 1.808
3 Neglasari 3.000 6.543 1.645 1.456
4 Langkapjaya 2.566,50 6.758 1.916 1.748
5 Cilangkap 4.905,70 7.248 1.995 1.964
Jumlah 14.303,50 33.206 9.370 8.557

B. Cakupan Sarana Sanitasi Dasar / Sarana Kesehatan Lingkungan Puskesmas


Lengkong tahun 2015

JUMLAH KK CAKUPAN
NO NAMA SARANA
PEMILIK (%)
1 Sarana Air Bersih 5.884 62,4
2 Jamban Keluarga 4.157 44,4
3 Tempat Sampah 8.436 90,0
4 SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) 5.845 62,4

C. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lengkong


tahun 2015
1. Data kasus penyakit berbasis lingkungan Puskesmas Lengkong tahun 2015
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH KASUS
1 ISPA 896
2 Diare 192
3 Penyakit Kulit 409
4 TB Paru BTA (+) 25
5 Malaria 9
6 Kusta 1
7 Kecacingan 3
Jumlah 1.535

5
2. Data Kunjungan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lengkong
tahun 2015
KUNJ. DITINDAK MELAKSANAKAN
NO DESA
YANKESLING LANJUTI SARAN
1 Lengkong 60 24 13
2 Tegallega 35 10 6
3 Neglasari 13 1 0
4 Langkapjaya 15 5 2
5 Cilangkap 24 6 3
Jumlah 147 46 24

3. Data Jumlah kunjungan kasus Penyakit berbasis lingkungan di Yankesling


tahun 2015
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH KUNJUNGAN /
KONSELING
1 ISPA 81
2 Diare 36
3 Penyakit Kulit 29
4 TB Paru 1
Jumlah 147

D. Data Sarana TTUI, TPM dan Peran Serta Masyarakat Puskesmas


Lengkong Tahun 2015

NO NAMA SARANA TUPM / PSM JUMLAH


1 SD / MI 23
2 SLTP dan SLTA 12
3 TK / RA/ PAUD 64
4 Pontren / Pondok Pesantren 36
5 Sarana Ibadah 323
6 Sarana Kesehatan (Rumah Sakit,Puskesmas,Pustu 4
dan Praktek Swasta / BP swasta)
7 Perkantoran 25
8 Hotel 0
9 Restoran/Rumah Makan/Warung Nasi/kantin 12

6
10 Posyandu 62
11 Kader 325
12 Forum Silaturahmi Desa Sehat 5
13 BPD 5
15 Polindes 1
16 Pasar / Pusat Perbelanjaan 1
19 Poskesdes 0
20 Posbindu 5
21 Sarana Pengolahan Air Minum dan Depot Air 7
Minum Isi Ulang (DAMIU)
22 Perguruan Tinggi 0

7
BAB III
HASIL KEGIATAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS LENGKONG TAHUN 2015

A. Hasil Kegiatan Kesehatan Lingkungan Tahun 2015.

Tabel 3.1
Hasil Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Lengkong Tahun 2015

NO KEGIATAN SASARAN TARGET HASIL CAKUPAN KESENJANGAN


(%) (%) (%)
1 Keluarga pemilik 9.370 70.09 5.844 62,4 -7,69
sarana air bersih
2 Keluarga pemilik 9.370 71.02 4.157 44,4 26,62
jamban
3 Keluarga pemilik 9.370 60 5.845 62,4 +2,4
SPAL
4 Keluarga pemilik 9.370 85 8.436 90,0 +5
tempat sampah
5 Rumah sehat 8.557 64.09 3.103 48,35 -15,74
6 Tempat-tempat 39 80 31 79,5 -0,5
Umum dan Industri
yang memenuhi
syarat kesehatan
7 Tempat Pengolahan 12 75 11 91,7 16,7
Makanan (TPM)
yang memenuhi
syarat kesehatan
8 Pembinaan Sarana 70 60
Pelayanan Kesehatan
9 Pembinaan Sarana 35 60
Pendidikan
10 Pembinaan Sarana 183 60 131
Ibadah
11 Pembinaan Instalasi 60
Pengolahan Air
Minum dan DAMIU

8
12 Jumlah Pelayanan 25
Kesehatan
Lingkungan kasus
penderita/klien
penyakit berbasis
lingkungan
13 Angka Bebas Jentik 8.557 95 6.324 98,54 8,54

B. Grafik Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Tahun 2015.

Grafik 3.1
Pencapaian Sarana Sanitasi Dasar
Puskesmas Lengkong Tahun 2015

CAKUPAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR


PUSKESMAS LENGKONG TAHUN 2015
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Air Bersih Jamban Tempat Sampah SPAL Rumah Sehat
Target 70.09 71.02 60 60 64.09
Cakupan 62.4 44.4 80.7 62.4 48.35

Dari grafik B1 diatas dapat di lihat bahwa pencapaian sarana sanitasi


dasar Puskesmas Lengkong masih ada yang belum mencapai target. Sarana
sanitasi dasar yang belum mencapai target yaitu sarana air bersih, jamban, dan
rumah sehat. Cakupan kepemilikan air bersih 70,09%, sedangkan target cakupan
air bersih adalah 62,4 sehingga masih terdapat kesenjangan yang harus dicapai
yaitu sebesar 7,69%. Cakupan kepemilikan jamban 44,4%, sedangkan target
cakupan jamban adalah 71,02% sehingga masih terdapat kesenjangan yang harus
dicapai yaitu sebesar 26,62%. Cakupan kepemilikan rumah sehat 48,35%,
sedangkan target yang harus dicapai adalah 64.09%, sehingga masih terdapat
kesenjangan antara target dan cakupan sebesar 15,74%.

9
Grafik 3.2
Pencapaian Sarana Sanitasi Dasar Yang memenuhi Syarat Kesehatan
Puskesmas Lengkong Tahun 2015

Cakupan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat


Kesehatan Puskesmas Lengkong Tahun 2015
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Air Bersih Jamban Tempat Sampah SPAL
Sarana yang Ada 62.4 44.4 90 62.4
Cak. Sarana Sehat 50.2 35 80.7 39.5

Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa cakupan sarana sanitasi dasar
yang memenuhi syarat kesehatan masih kurang dari cakupan sarana yang ada.
Untuk sarana air bersih, cakupan sarana air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan (tingkat pencemaran resiko rendah dan sedang) adalah 50,2% dari
sarana air bersih yang ada. Untuk sarana jamban, cakupan sarana jamban yang
sehat adalah 35% dari sarana jamban yang ada. Untuk tempat sampah, cakupan
tempat sampah yang sehat adalah 80,7% dari jumlah cakupan tempat sampah
yang ada. Sedangkan untuk SPAL, cakupan SPAL yang sehat adalah 39,5% dari
jumlah cakupan SPAL yang ada.

10
Grafik 3.3
Pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) Puskesmas Lengkong Tahun 2015

CAKUPAN ANGKA BEBAS JENTIK


PUSKESMAS LENGKONG TAHUN 2015
99

98

97

96

95

94

93
ABJ
Target 95
Cakupan 98.54

Dari grafik B5 di atas dapat di lihat bahwa cakupan pencapaian Angka


Bebas Jentik (ABJ) Puskesmas Lengkong tahun 2015 sebesar 98,54%.

11
BAB IV
PEMBAHASAN PERMASALAHAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS LENGKONG TAHUN 2015

A. Permasalahan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lengkong Tahun 2015

1. Cakupan kepemilikan Sarana sanitasi dasar untuk Sarana Air Bersih, Jamban,
dan Rumah Sehat masih belum memenuhi target yang harus dicapai.
2. Kualitas sarana sanitasi dasar dalam hal ini sarana air bersih, jamban keluarga,
dan sarana pembuangan air limbah masih belum memenuhi syarat kesehatan.
3. Kinerja Sanitarian / petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lengkong
mengalami peningkatan, di lihat dari pencapaian program dan pemeriksaan
serta pengawasan sarana kesehatan lingkungan yang dicapai selama kurun
waktu 2 (dua) tahun yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2015.
Walaupun pencapaian program kesehatan lingkungan mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, namun pencapaian tersebut belum mencapai target yang
harus dicapai. Hal ini membuktikan bahwa kinerja Sanitarian/Petugas
Kesehatan lingkungan Puskesmas Lengkong belum optimal dan maksimal.

B. Pembahasan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lengkong


Tahun 2015

1. Cakupan Sarana Sanitasi Dasar


Pencapaian cakupan sarana sanitasi dasar Puskesmas Lengkong tahun
2015 masih ada yang belum mancapai target yang harus dicapai. Sarana
sanitasi dasar tersebut adalah sarana Air Bersih, Jamban dan rumah sehat.
Permasalahan yang menyebabkan cakupan sarana sanitasi dasar belum
mencapai target yaitu :

a. Cakupan sarana air bersih :


 Alasan ekonomi, banyak dari masyarakat yang tidak mampu membeli
selang untuk mengalirkan air dari mata air ke rumah warga, sehingga
lebih memilih menggunakan air sungai

12
b. Cakupan sarana jamban :
 Masyarakat menganggap remeh permasalahan jamban, sehingga
banyak dari masyarakat yang menganggap tidak perlu untuk
mempunyai jamban.
 Alasan ekonomi, kebanyakan buang air di sungai dengan alasan praktis
dan tidak mengeluarkan biaya.
c. Cakupan rumah sehat :
 Permasalahan rumah sehat, selain terletak pada kondisi fisik bangunan
rumah, cakupan rumah sehat yang belum mancapai target, juga terletak
pada perilaku penghuni rumah yang menyebabkan kondisi rumah tidak
memenuhi syarat kesehatan.

2. Kualitas sarana sanitasi dasar.

a. Kualitas sarana air bersih,


Kualitas sarana air bersih yang belum memenuhi syarat kesehatan, dalam
arti resiko pencemaran sarana air bersih masih ada yang tinggi. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pemeliharaan dari masyarakat terhadap
sarana yang sudah ada, serta kurangnya pengetahuan teknis dari
masyarakat terhadap cara-cara penanganan kualitas sarana air bersih.

b. Sarana jamban,
Permasalahan sarana jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan
banyak disebabkan karena kondisi bangunan jamban yang tidak sehat,
seperti contoh banyak jamban yang tidak dilengkapi dengan tangki septic
untuk tinja (septic tank). Kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang
teknis pembuatan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

c. Sarana tempat sampah,


Penyebab dari naik kurangnya sarana tempat sampah yang memenuhi
syarat kesehatan, pertama terletak pada kondisi fisik sarana tempat
sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan yang kedua terletak
pada perilaku masyarakat terhadap tata kelola penanganan sampah yang
baik yang sesuai menurut syarat kesehatan.

d. Sarana pembuangan air limbah,


Masih banyak masyarakat yang membuang air limbah ke badan sungai
dimana badan sungai tersebut tidak memenuhi syarat untuk dijadikan

13
pembuangan air limbah, dan masih banyak masyarakat yang mempunyai
sarana pembuangan air limbah namun kondisi fisik sarana pembuangan
air limbah tersebut tidak sehat, seperti misalnya banyak yang saluran air
limbah masyarakat yang terbuka atau tidak kedap air.

3. Pencapaian pemeriksaan dan pengawasan sarana kesehatan lingkungan.


Cakupan pemeriksaan sarana kesehatan lingkungan dalam hal ini
Tempat-Tempat Umum dan Industri (TTUI) dan Tempat Pengolahan
Makanan (TPM) belum mencapai target yang harus dicapai.
Penyebab utama dari tidak tercapainya hal tersebut adalah keterbatasan
waktu dan tenaga pelaksana inspeksi / pemeriksaan dan pengawasan TTUI
dan TPM.

4. Pencapaian Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Yankesling)


Cakupan pelayanan kesehatan lingkungan masih jauh di bawah target
yang harus dicapai. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi mengenai
hal tersebut kepada pasien atau klien yang berkunjung ke Puskesmas,
sehingga cakupan Yankesling belum tercapai. Selain itu, penyebab lain adalah
keengganan dari pasien atau klien untuk melakukan konseling, karena
masyarakat (pasien/klien) merasa tidak menganggap perlu adanya konseling.

5. Optimalisasi kinerja Sanitarian / Petugas Kesehatan Lingkungan.


Kinerja Sanitarian / petugas Kesehatan lingkungan belum optimal. Hal
ini disebabkan karena petugas Sanitarian yang masih baru dan masih
berorientasi dengan lingkungan/wilayah kerjanya, juga belum optimalnya
pembagian waktu, selain itu juga belum terkoordinasi dengan baik antara
program kesehatan lingkungan dengan program lain yang ada di Puskesmas
Lengkong.

6. Angka Bebas Jentik


Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) Puskesmas Lengkong mancapai
target yang harus dicapai. Hal ini disebabkan karena Puskesmas Lengkong
yang merupakan daerah endemis Malaria mempunyai petugas JMD (Juru
Malaria Desa) yang setiap bulannya rutin mengunjungi masyarakat melakukan
pengambilan slide dan bersama sanitarian memberikan informasi mengenai
penyebab Malaria, dan juga disebabkan karena tingkat kepedulian masyarakat
yang sedikit meningkat terhadap penyakit Malaria ini.

14
C. Pemecahan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Lengkong
Tahun 2015.

Kondisi sanitasi yang kurang, akan menimbulkan timbulnya masalah


kesehatan terutama masalah penyakit berbasis lingkungan. Penyakit berbasis
lingkungan merupakan penyakit utama kematian di Indonesia dan merupakan
sepuluh (10) besar penyakit di puskesmas. Bahkan pada kelompok bayi dan
balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari
penyakit yang diderita oleh bayi dan balita, keadaan tersebut mengindikasikan
masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data
Susenas 2001). Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi
negara- negara berkembang. Menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak
di dunia ini setiap 15 detik, ini disebabkan karena akses pada sanitasi masih
terlalu rendah. Kenyataan seperti ini akan menimbulkan masalah kesehatan
lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi
sumber daya manusia pada skala nasional.

Terdapat beberapa data yang mendukung, antara lain :

1. Terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai,


sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka (Hasil studi Indonesia Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006)
2. Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006,
perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah
a. Setelah buang air besar 12%.
b. Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%.
c. Sebelum makan 14%.
d. Sebelum memberi makan bayi 7%.
e. Sebelum menyiapkan makanan 6 %.
3. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah
tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum,
namun 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.

Selain akses yang sulit terhadap sarana sanitasi dasar, kegagalan untuk
mendorong perubahan perilaku masyarakat terhadap penggunaan dan
pemeliharaan sarana sanitasi dasar dari pencemaran juga menjadi situasi yang
buruk terhadap sarana sanitasi yang ada. Masyarakat perlu disadarkan akan

15
pentingnya kesehatan lingkungan yang baik, untuk menciptakan
komunitas/masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Upaya pemberdayaan masyarakat yang mendorong terhadap perubahan
perilaku masyarakat dalam menjaga lingkungan dari pencemaran perlu terus
digalakkan. Kesadaran dari setiap elemen masyarakat sangat dibutuhkan,
sehingga tujuan terciptanya kesehatan secara menyeluruh dapat dirasakan oleh
semua lapisan masyarakat. Selain itu perlu komitmen yang kuat dari masing –
masing individu untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Komitmen
yang kuat dari masing-masing individu dalam satu lingkungan merupakan proses
awal yang harus dibangun. Tanpa adanya komitmen dan kesepakatan bersama,
lingkungan yang sehat akan sulit tercapai.
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan yang terjadi di
masyarakat, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Lengkong, diperlukan upaya-
upaya dan terobosan - terobosan yang akan mendukung terhadap peningkatan
pencapaian kesehatan lingkungan dan terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya-upaya tersebut diantaranya, adalah :

1. Adanya suatu Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Healthy Public Policy),


yaitu mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Kegiatan ini biasanya ditujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan.
Dengan adanya dukungan dari pemangku kebijakan, maka diharapkan adanya
peraturan-peraturan yang mendukung terhadap upaya perbaikan penyehatan
lingkungan, sehingga lingkungan yang kita tempati aman, sehat dan terhindar
dari pencemaran lingkungan.
Selain itu juga, dengan adanya peraturan-peraturan mengenai penyehatan dan
pelestarian lingkungan, maka masyarakat yang akan melakukan upaya
pencemaran dan pengrusakkan lingkungan dapat ditindaklanjuti, sehingga
lingkungan akan terhindar dari pengrusakkan dan pencemaran lingkungan dan
juga masyarakat yang menjadi provider lingkungan akan mempunyai
kekuatan hukum untuk menjaga dan melestarikan lingkungan serta
menindaklanjuti terhadap masyarakat yang merusak lingkungan.

2. Lingkungan yang Mendukung (Supportive environment), yaitu menciptakan


lingkungan baik fisik maupun non fisik yang mendukung kesehatan. Strategi
ini biasanya ditujukan kepada para pengelola termasuk pemerintah kota atau
daerah.

16
Dalam hal ini kerjasama lintas sektor antara pihak Puskesmas baik dengan
Desa, Kecamatan, pun kepada pihak instansi atau dinas terkait sangat
diperlukan untuk mendukung upaya penyehatan dan perbaikan lingkungan.

3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services), yaitu


memperkuat tindakan-tindakan oleh masyarakat. Realisasi dari reorientasi ini
yaitu dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif
bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, akan tetapi juga sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.
Upaya pemberdayaan masyarakat ini salah satu contoh misalnya dengan
dibentuknya kelompok-kelompok yang bertanggungjawab untuk memelihara
dan menjaga lingkungan. Sebagai contoh misalnya dibentuk kelompok
pokmair (kelompok pemakai air), kader-kader kesehatan dan lain sebagainya.

4. Keterampilan Individu (Personnel Skill), yaitu mengembangkan kemampuan


dan keterampilan perorangan. Langkah penting dari strategi ini yaitu dengan
memberikan pemahaman-pemahaman kepada individu atau masyarakat
tentang cara-cara memelihara kesehatan, pencegahan terhadap penyakit,
meningkatkan kesehatan dan sebagainya.
Upaya ini bisa dilakukan dengan cara pemberian informasi kepada masyarakat
tentang kesehatan dan penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat mengenai
kesehatan. Penyuluhan dan pemberian informasi kesehatan ini bisa berupa
pembagian leaflet, brosur, spanduk, booklet ataupun poster mengenai
kesehatan, sehingga masyarakat faham betul mengenai permasalahan
kesehatan dan masyarakat mampu memecahkan serta mencari solusi dari
permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat secara mandiri.

5. Gerakan Masyarakat (Community Action), yaitu dengan cara mengarahkan


masyarakat untuk mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
Salah satu contoh dari gerakan masyarakat ini adalah dengan adanya gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), gerakan jumat bersih dan sebagainya.

17
D. Perencanaan Penanganan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Lengkong Tahun 2016.

No Kegiatan Tujuan Indikator Keberhasilan


1 Konseling Klinik Meningkatkan kunjungan Peningkatan cakupan
Sanitasi pasien/klien ke klinik kunjungan pasien/klien
sanitasi penyakit berbasis
lingkungan ke klinik
sanitasi
2 Pembinaan TTUI dan Agar pengelola TPM dan Peningkatan cakupan
TPM pemilik TTUI mengetahui pengawasan dan
tentang pengelolaan TPM pembinaan TTUI dan
dan TTUI yang sehat. TPM serta peningkatan
TTUI dan TPM sehat
3 Inspeksi sarana sanitasi Untuk mengetahui Peningkatan cakupan
dasar kuantitas dan kualitas pengawasan dan
sarana sanitasi dasar pembinaan sarana
sanitasi dasar
4 Pelatihan kader Setiap kader mampu Peningkatan cakupan
kesehatan lingkungan mendeteksi keadaan kesehatan lingkungan
kesehatan lingkungan di
wilayahnya
5 Pelatihan Implementasi Menggali potensi Peningkatan cakupan
MPA-PHAST dan masyarakat dalam upaya pemberdayaan
CLTS peningkatan cakupan masyarakat.
sarana sanitasi dasar
6 Pemantauan Jentik Mengidentifikasi masalah Penurunan kasus
Berkala (PJB) dan DBd terutama untuk daerah Malaria dan
abatisasi rawan DBD dan untuk peningkatan angka
mengidentifikasi angka bebas jentik
bebas jentik
7 Intervensi sarana Pemberian stimulan kepada Peningkatan cakupan
sanitasi dasar masyarakat untuk sarana sanitasi dasar
pembangunan sarana
sanitasi dasar (jamban,air
bersih, pengelolaan air
limbah dan tempat sampah)
8 Analisis faktor resiko Mengetahui jumlah kasus Mengetahui penyebab
penyakit berbasis penyakit berbasis dari kasus penyakit
lingkungan yang di lingkungan yang datang dan berbasis lingkungan
konseling di klinik di konseling di klinik dan cara
sanitasi (pengolahan sanitasi pencegahannya.
data pasien atau klien
klinik sanitasi)

18
9 Pembuatan Penyebarluasan informasi Peningkatan cakupan
leaflet/brosur/poster kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan.
tentang sarana sanitasi mengenai permasalahan
dasar yang sehat dan kesehatan lingkungan dan
tentang permasalahan tata cara pemecahan
kesehatan lingkungan permasalahan kesehatan
lingkungan.

19
BAB V
KESIMPULAN

Sarana kesehatan lingkungan ( sarana sanitasi dasar ) yang berada di wilayah


Puskesmas Lengkong masih banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan, hal ini
disebabkan karena jumlah penduduk / rumah tangga (KK) yang semakin bertambah
sehingga menyebabkan kurangnya lahan/tempat untuk membuat sarana kesehatan
lingkungan (sarsandas) yang benar-benar memenuhi syarat kesehatan.
Pengetahuan dan kesadaran serta tingkat kepedulian masyarakat tentang upaya
perbaikan kesehatan lingkungan yang masih belum optimal juga berakibat pada
keadaan lingkungan yang tidak sehat dan beresiko pencemaran lingkungan sehingga
kasus penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih banyak ditemukan di masyarakat.
Kondisi seperti ini mengakibatkan STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat )
belum bisa tercapai secara optimal.
Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit menular, cara-cara penularan
dan cara-cara pencegahan penyakit menular serta cara-cara pemutusan rantai
penularan penyakit menular harus lebih ditingkatkan sehingga kasus penyakit
menular terutama kasus penyakit yang bisa ditularkan oleh lingkungan yang buruk
dapat ditekan semaksimal mungkin.
Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan keterampilan individu mengenai
kesehatan harus lebih ditingkatkan. Diharapkan dengan optimalnya peran serta
masyarakat, maka permasalahan kesehatan khususnya permasalahan kesehatan
lingkungan dapat ditemukan pemecahannya.
Dengan adanya pemberdayaan masyarakat dan terampilnya masyarakat dalam
menemukenali permasalahan kesehatan lingkungan, maka masyarakat dapat
bertindak sebagai provider, tidak hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan dan
masyarakat dapat berperan aktif dalam memelihara, mencegah dan meningkatkan
derajat kesehatan.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi pengelola TPM atau Tempat
pengolahan makanan baik itu industri makanan maupun pengrajin makanan serta
pengelola Depot Air Minum (DAM) tentang tata cara pengelolaan makanan/minuman
yang sesuai dengan syarat kesehatan sehingga produk yang dihasilkan oleh tempat
pengelolaan makanan sesuai dengan standar kesehatan pangan yang ditetapkan oleh
pemerintah.

20
Kerjasama lintas program dan lintas sektor sangat diperlukan dan harus lebih
ditingkatkan, sehingga pencapaian program kesehatan lingkungan Puskesmas
Lengkong dapat tercapai secara optimal dan kegiatan-kegiatan program kesehatan
lingkungan di Puskesmas Lengkong dapat berjalan secara efektif dan efisien serta
berkesinambungan.

21
BAB VI
PENUTUP

Penyusunan laporan tahunan program kesehatan lingkungan tahun 2015 di


susun berdasarkan kegiatan-kegiatan program kesehatan lingkungan yang telah
dilaksanakan di Puskesmas Lengkong selama tahun 2015. Terimakasih yang sebesar-
besarnya penyusun haturkan kepada kepala Puskesmas Lengkong dan rekan – rekan
di Puskesmas Lengkong yang telah banyak membantu pelaksanaan kegiatan
kesehatan lingkungan di Puskesmas Lengkong.
Harapan penyusun, laporan tahunan kegiatan kesehatan lingkungan ini, dapat
meningkatkan kinerja penyusun sebagai petugas kesehatan lingkungan dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatan kesehatan lingkungan sehingga program kesehatan
lingkungan di Puskesmas Lengkong dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
dan dapat mencapai target.

Lengkong, 15 Januari 2015

Mengetahui Penyusun
Kepala UPTD Puskesmas Lengkong Sanitarian Puskesmas Lengkong

dr. Leaderman Muhammad Djannes Aritonang, Amd.Kl


NIP : 196705232002121001

22

Anda mungkin juga menyukai