Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

besar. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup besar, sehingga perlu

dilakukan program pembatasan angka kelahiran. Program pembatasan angka

kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga berencana yang

disingkat dengan KB. Pembatasan kelahiran tersebut bertujuan tidak hanya

untuk membatasi angka kelahiran tetapi juga mengurangi angka

mortalitas ibu dan anak, terutama ibu dengan usia tua, yang ketika hamil,

angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi dan juga kemungkinan anak

yang dilahirkan menderita gangguan kromosomal seperti sindrom Down dan

sebagainya cukup tinggi.

Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu

upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat

sementara, dapat pula bersifat permanen. Namun sampai saat ini belum ada

suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena idealnya suatu kontrasepsi

dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak

memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal .

Sejak diberlakukannya program KB di Indonesia dan sejak

berkembangnya kontrasepsi di Indonesia, penggunaan kontrasepsi masih

dalam taraf belum cukup memuaskan , sampai saat ini masih banyak

1
masyarakat Indonesia yang enggan untuk menggunakan kontrasepsi dengan

alasan takut akan efek samping yang merugikan bahkan lebih

memprihatinkan adalah bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang

belum tahu apa itu kontrasepsi, terutama masyarakat Indonesia yang tinggal

di daerah terpencil dan yang tidak berpendidikan. Padahal sampai saat ini

kontrasepsi di Indonesia telah mengalami evolusi yang cukup signifikan

dalam hal daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat dan efek samping

minimal. Dengan mengenal seluk beluk alat kontrasepsi, mulai dari apa itu

kontrasepsi hingga efek samping yang ditimbulkan diharapkan kedepannya

kontrasepsi dapat dengan mudah diterima dan jangkau oleh masyarakat

Indonesia terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil.

Untuk itu perlunya digalakkan edukasi yang optimal mengenai kontrasepsi.

Oleh karena itu, adalah sebuah langkah yang baik jika pemahaman tentang

kontrasepsi ditingkatkan oleh seorang calon dokter praktik umum. Sehingga

nantinya diharapkan seorang dokter praktik umum mampu melakukan

edukasi dan penatalaksanaan secara paripurna mengenai kontrasepsi. Dan

pada akhirnya, dengan pemahaman yang baik di kalangan calon dokter

praktik umum, program keluarga berencana di Indonesia dapat berjalan

dengan baik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Amenorea

a. Pengertian

Amenorea adalah hilangnya periode menstruasi pada wanita yang

reproduktif. Amenorea fisiologis terjadi saat wanita hamil dan menyusui, dan

menepouse. Terjadinya amenorea dapt disebabkan oleh banyak faktor.

Disebut Amneorea primer jika selam hidupnya wanita tersebut belum pernah

mengalami menstruasi. Sedangkan disebutk amenorea sekunder jika wanita

tersebut pernah mengalami menstrausi.

a. Penyebab amenorea primer antara lainnya:

1. Disgenesis gonad, termasuk Turner Syndrome.

2. Mullerian agenesis (Mayer-von-Rokitansky-Küster-Hauser syndrome

(MRKH)).

3. Androgen insensitivity syndrome.

4. Keterlambatan pematangan hypothalamic-pituitary.

5. Olfacto-genital dysplasia, Kallmann syndrome.

6. Obstruksi Vagina, cryptomenorrhea, himen imperforata.

7. Abnormalitas reseptor hormon FSH dan LH.

8. Congenital adrenal hyperplasia

9. Swyer syndrome

3
10. Galactosemia

11. Kekurangan enzim aromatase

12. Prader-Willi syndrome

13. Male pseudo-hermaphroditism (1 dari 150 ribu kelahiran)

14. Kelainan intersex lainnya.

Sedangkan penyebab amenorea sekunder antara lainnya:

1. Kehamilan

2. Anovulasi

3. Menopause

4. Menopause dini

5. Disfungsi Hypothalamic-pituitary, termasuk

a. Amenorea pasca latihan berat

b. Amenorea akibat stress,

c. Gangguan makan dan berat badan (kegemukan, anorexia

nervosa, ataubulimia)

d. Hyperprolactinemia

e. Polycystic ovary syndrome (PCO-S)

f. Tumor yang menghasilkan androgen seperti arrhenoblastoma

g. Asherman's Syndrome

h. Disfungsi tiroid

i. Hemochromatosis

j. Drug-induced

b. Patofisologi

4
Untuk mencetuskan terjadinya menstruasi dibutuhkan mekanisme

stimulasi dan inhibisi yang berjalan sinergis. Hormon LH, progesteron,

dan estrogen berguna untuk mencetuskan terjadinyaproses menstruasi dan

seks sekunder. Terjadinya amenorea menunjukkan adanya gangguan di

salah satu sisitem hormon reproduksi. Misalnya pada amenorea

Hypogonadotropic terdapat kadar hormon FSH dan rendah. Oleh karena

itu terjadinya amenorea harus diketahui untuk terapi yang adekuat sesuai

dengan penyebabnya.

c. Tatalaksana

Tatalaksana tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Pada

keadaan hormon estrogen dan progesterin yang rendah maka pemberiaan

hormon replacment sangat berguna. Tetapi kalau penyebabnya karena

tidak berfungsinya hipotalamus atau ovarium maka pemberiaan hormon

tidak terlalu bermanfaat.

B. Definisi kontrasepsi

Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan setelah hubungan seksual

dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode yang mencegah

ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi tertanam pada

endometrium (mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus tidak cocok

untuk ovum yang telah dibuahi).1

C. Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi mengandung kombinasi estrogen dan progesteron

sintetik atau hanya progestin. Estrogen menekan Follicle Stimulating

5
Hormone (FSH) dan mencegah perkembangan folikel dominant. Estrogen

juga menstabilkan bagian dasar endometrium dan memperkuat kerja

progestin. Progestin menekan peningkatan Luteinizing Hormone (LH)

sehingga mencegah ovulasi. Progestin juga menyebabkan penebalan mukus

leher rahim sehingga mempersulit perjalanan sperma dan atrofi endometrium

sehingga menghambat implantasi.1

D. Kontasepsi kombinasi ( hormon estrogen dan progesteron)

a. Pil kombinasi

Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron

sintetik. Pil diminum setiap hari selama tiga minggu diikuti dengan satu

minggu tanpa pil atau plasebo. Estrogennya adalah etinil estradiol atau

mestranol dalam dosis 0,05; 0,08 ; 0,1 mg pertablet. Progestinnya

bervariasi.

1) Jenis

 Monofasik

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7

tablet tanpa hormon aktif. Contoh: microgynon

Komposisi

21 tablet masing-masing mengandung 0.15 mg Levonorgestrel

dan 0.03 mg Etinilestradiol serta 7 tablet plasebo.

Dosis dan Cara Pemakaian

6
Satu tablet diminum tiap hari selama 28 hari berturut-turut.

Kemasan berikutnya dimulai setelah tablet pada kemasan

sebelumnya habis.

Tidak menggunakan kontrasepsi hormon sebelumnya

(pada bulan yang lalu). Pemakaian tablet harus dimulai pada hari

ke-1 dari siklus alami wanita (yaitu hari pertama menstruasi)

dimulai dari bidang biru dari kemasan dan pilih tablet sesuai

dengan harinya (seperti "Sen" untuk Senin). Mulai pada hari ke 2-

5 diperbotehkan, akan tetapi selama siklus pertama dianjur¬kan

untuk menggunakan metoda pencegahan tambahan selama 7 hari

pertama minum tablet.

Pemakaian selanjutnya

Jika kemasan pertama Microgynon telah habis, mulailah

kemasan yang baru tanpa terputus pada hari berikutnya, sekali

lagi pilih tablet pada bidang biru sesuai dengan hari pada saat itu.

 Bifasik

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progestin dalam dua dosuis yang berbeda,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Contoh: Climen 28

Komposisi

Terdiri dari 16 tablet putih berisi estradiol valerate 2 mg dan 12

tablet pink berisi estradiol valerate 2 mg dan cyproterone acetate

1 mg.

Cara pemakaian

7
Minumkan tablet putih satu kali sehari selama 16 hari dilanjutkan

dengan tablet pink satu kali sehari hingga habis.

 Trifasik

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progestin dalam 3 dosis yang berbeda,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Contoh: TRINORDIOL*-28

Komposisi

Tiap kemasan Trinordiol*-28 berisi 28 tablet. Tablet-tablet ini

disusun dalam kemasan menurut urutan sebagai berikut: 6 tablet

kuning tua dari 0.03 mg etinilestradiol dan 0.05 mg

levonorgestrel, 5 tablet putih dari 0.04 mg etinilestradiol dan

0.075 mg levonorgestrel, 10 tablet kuning dari 0.03 mg

etinilestradiol dan 0.125 mg levonorgestrel, 7 tablet innert merah

dari 31.835 mg laktosa.

Dosis dan Cara Pemakaian

Satu tablet sehari untuk 28 hari berturut-turut dalam urutan yang

tepat seperti diuraikan di atas. Tablet-tablet diminum terus

menerus tanpa dihentikan. Segera setelah satu kemasan habis,

mulailah dengan kemasan yang baru dan diminum seperti

diuraikan di atas. Dianjurkan tablet Trinordiol*-28 diminum

setiap hari pada waktu yang sama, sebaiknya setelah makan atau

pada waktu mau tidur. Bila pemakai merasa mual, sebaiknya

tablet diminum dengan susu.

8
Sikluspertama:

Selama pemakaian siklus pertama, pasien dianjurkan meminum

satu tablet setiap hari selama 28 hari berturut-turut, dimulai dari

hari pertama dari siklus haid (hari kesatu datangnya haid adalah

hari pertama). Perdarahan akan terjadi sebelum tablet Trinordiol*-

28terakhir diminum.

Siklus-siklus Berikutnya:

Pemakai hendaknya segera mulai kemasan berikutnya walaupun

perdarahan masih berlangsung. Tiap 28 hari penggunaan

Trinordiol*-28 dimulai pada hari yang samaseperti pada

pemakaian pertama kalinya pada bagian foil berwarna merah dan

mengikuti jadual yang sama.

Meskipun terjadinya kehamilan sangat kecilbila tablet

digunakan sesuai petunjuk bila perdarahan tidak terjadi setelah

tablet terakhir diminum, kemungkinan hamil harus

dipertimbangkan.

Bila pasien tidak menuruti cara penggunaan yang tertera

(lupa satu atau lebih tablet atau mulai minum tablet yang terlupa

pada hari terlambat daripada seharusnya) kemungkinan hamil

harus dipertimbangkan pada saat tidak terjadi haid dan dilakukan

cara-cara dianostik yang tepat sebelum pengobatan dilanjutkan.

Bila pasien telah mengikuti petunjuk pengobatan dan telah minum

tablet dua siklus berturut-turut tidak terjadi haid, tidak terjadinya

9
kehamilan harus benar-benar dipastikan oleh dokter atau petugas

kesehatan yang ditunjuk sebelum penggunaan tablet

kontrasepsinya dilanjutkan.

Tablet-tablet yang Terlupa Diminum

Pemakai harus diinstruksikan untuk meminum tablet yang

terlupa secepatnya setelah teringat. Bila dua tablet berturut-turut

terlupakan, keduanya harus diminum setelah teringat. Tablet

berikutnya harus diminum pada waktu yang sama. Tiap saat

pasien terlupakan satu atau dua tablet , ia harus juga mnggunakan

cara kontraseptiva tambahan non steroidal (misalnya cara

mekanis) sampai ia telah meminum satu tablet tiap hari untuk 7

hari berturut-turut. Bila tiga tablet berturut-turut selain tablet

berwarna merah terlupakan, semua pengobatan harus dihentikan

dan sisa obat harus dibuang. Siklus tablet yang baru harus dimulai

pada hari kedelapan setelah tablet terakhir diminum dan suatu

kontraseptiva tambahan non steroidal (misalnya cara mekanis)

sampai ia telah meminum satu tablet tiap hari untuk 14 hari

berturut-turut.

2) Cara kerja

Secara umum pil kombinasi berkerja dengan cara menekan

ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga

sulit dilalui sperma, dan Pergerakan tuba terganggu sehingga

transportasi ovum akan tergenggu.

3) Manfaat

10
 Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas

tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000

perempuan dalam tahun pertama penggunaan).

 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

 Tidak mengganggu hubungan seksual.

 Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang

(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.

 Dapat digunakan jangka panjang, selama perempuan masih ingin

menggunakannya.

 Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.

 Mudah dihentikan setiap saat.

 Kesuburan segera kembali setelah pengunaan pil dihentikan.

 Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker

endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan

jinak pada payudara, dismenore, akne.

4) Keterbatasan

 Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya tiap

hari.

 Mual terutama pada 3 bulan pertama.

 Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama.

 Pusing dan nyeri payudara.

 Berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan tertentu kenaikan

berat badan justru memilki dampak positif.

11
 Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi

ASI).

 Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan

perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan

hubungan seksual berkurang.

 Dapat meningkatkan tekanan darah dan terensi cairan, sehingga

risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam

sedikit meningkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok

perlu hati-hati.

5) Yang dapat menggunakan Pil kombinasi

Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil

kombinasi, seperti:

 Usia reproduksi.

 Telah memiliki anak ataupu yang belum.

 Gemuk atau kurus.

 Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

 Pasca keguguran.

 Anemia karena haid berlebihan.

 Nyeri haid hebat.

 Siklus haid tidak teratur.

 Riowayat kehamilan ektopik.

 Kelainan payudara jinak.

 DM tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan

saraf.

12
 Penyakit tiroid, radang panggual, endometriosis atau tumor

ovarium jinak.

 Menderita TB kecuali yang sedang menggunakan rifampisin.

 Varises vena.

6) Yang tidak boleh menggunakan Pil kombinasi:

 Hamil atau dicurigai hamil.

 Menyusui eksklusif.

 Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.

 Penyakit hati akut.

 Perokok dengan usia >35 th.

 Riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi > 180/110 mmHg.

 Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM > 20th.

 Kanker payudara atau yang dicurigai kanker payudara.

 Migrain dan gejala neurologis fokal (epilepsi/ riwayat epilepsi).

 Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

7) Waktu mulai menggunakan pil kombinasi

 Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan

tersebut tidak hamil.

 Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

 Boleh menggunakan pada hari ke-8 haid, tetapi perlu

menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari

8 sampai hari 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai

telah menghabiskan paket pil tersebut.

13
 Setelah melahirkan: 6 bulan pemberian ASI eksklusif; setelah 3

bulan dan tidak menyusui; pascakeguguran segera atau dalam

waktu 7 hari).

E. Suntikan kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksiprogesteron

asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali,

dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan

injeksi IM. Sangat efektif 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun

pertama penggunaan.

a. Cara kerja

Secara umum menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks,

atrofi endometrium, dan Menghambat transportasi ovum lewat tuba.

F. Kontrasepsi pil progestin (minipil).

a. Jenis minipil

 Kemasan dengan isi 35 pil: 300ug levonorgestrel atau 350ug

noretindron.

 Kemasan dengan isi 28 pil: 75ug dosegestrel.

b. Cara kerja minipil

 Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium

(tidak begitu kuat).

 Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga

implantasi lebih sulit.

 Mengentalkan lendir serviks.

14
 Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi ovum terganggu.

c. Efektivitas

Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai

terlupa satu-dua tablet karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan

sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan

dengan minipil perlu dihindari karena dapat meningkatkan penetrasi

sperma. Dalam menggunakan minipil sebaiknya jangan sampai ada tablet

yang lupa, tablet digunakan pada jam yang sama, senggama sebaiknya

dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil.

d. Keuntungan

 Cocok untuk perempuan menyusui.

 Sangat efektif jika digunakan secara benar.

 Tidak mempengaruhi produksi ASI.

 Nyaman dan mudah digunakan.

 Kesuburan cepat kembali.

 Sedikit efek samping.

 Tidak mengandung estrogen

 Dapat dipakai sebagai senggama.

 Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid.

 Mencegah kanker endometrium.

 Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif

aman diberikan pada perempuan DM yang belum mengalami

komplikasi.

e. Keterbatasan

15
 Hampir 30-60% mengalami gangguan haid.

 Peningkatan/penurunan berat badan.

 Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

 Bila lupa satu pil saja maka kegagalan menjadi lebih besar.

 Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat.

 Efektivitasnya menjadi lebih rendah bila digunakan bersamaan

dengan obat OAT (rifampisin) dan obat epilepsi (fenitoin, barbiturat).

f. Kontraindikasi

 Hamil/diduga hamil

 Perdarahan pervaginam yang belum tahu penyebabnya.

 Kanker payudara.

 Mioma uteri.

 Riwayat stroke, PJK.

G. Kontrasepsi implan.

a. Jenis

 Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm, diameter 3,4 mm, yang diisi dengan 36

mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

 Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-

kira 4 mm, dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-

dosegestrel dan lamam kerjanya 3 tahun.

 Jadena dan Indoplan. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levonorgestrel dengan lamam kerja 3 tahun.

16
a. Cara kerja

 Secara umum bekerja dengan menekan ovulasi, Mengentalkan lendir

serviks, Atrofi endometrium, dan menghambat transportasi ovum

lewat tuba. Efektivitas sangat efektif 0,2-1 kehamilan per 100

perempuan.

H. AKDR dengan progestin

Jenis AKDR yang mengandung levonogestrel.

a. Kontraindikasi absolut

 Kondisi dengan kecenderungan infeksi termasuk leukemia, AIDS,

penyalahgunaan obat, penggunaan steroid.

 Penyakit katup jantung (KI relatif).

 Belum pernah melahirrkan (KI relatif).

 Penyakit Wilson.

 Alergi terhadap tembaga.

b. Keuntungan

 Kecepatan pelepasan hormon konstan selamam 5 tahun.

 Mungkin merupakan metode kontrasepsi revesibel yang paling

efektif untuk periode 5 tahun.

 Mengurangi dismenore dan menoragia.

I. Perbandingan antara obat kontrasepsi oral dan contohnya

1. Dosegestrel/Etinil estradiol.2,13

Rumus kimia: C23H27N

a. Indikasi

17
Dosegestrel/etinil estradiol digunakan untuk mencegah kehamilan.

b. Interaksi

 Golongan azole antifungal (itraconazole), barbiturat,

carbamazepine, felbarmate, griseofulvin, ritonavir,

hidantoin, nevirapine, penisilin, rifampisin, topiramate, dan

troglitazone menurunkan efektivitas dosegestrel/etinil

estradiol.

 Efek samping dari obat beta bloker atenolol, selegiline,

teofilin, dan troleandomisin ditingkatkan oleh

dosegestrel/etinil estradiol.

 Efektivitas lamotrigin diturunkan oleh dosegestrel/etinil

estradiol.

c. Sediaan beredar

Gracial (Organon), Marvelon (Organon), Mercilon (Organon)

d. Perhatian

Resiko kehamilan jika terlupa minum pil, terutama awal

siklus. Harus dilakukan pemeriksaan darah tinggi, perabaan hati,

gula darah, kadar lemak.

e. Efek samping

Mual, mastalgia, perdarahan antar haid, sakit kepala ringan,

jerawat.

f. Absorbsi

18
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan

diubah menjadi etonogestrel. Konsentrasi plasma puncak mencapai

2 ng/ml setelah 1,5 jam setelah minum. Bioavailabilitas 62-81%.

g. Distribusi

Etonogestrel terikat pada albumin serum dan sex hormone binding

globulin (SHBG). Hanya 2-4% dari total konsentrasi serum berada

dalam bentuk steroid bebas, 40-70% berikatan dengan SHBG.

Etinil estradiol sendiri menginduksi peningkatan ikatan desogestrel

dengan SHBG dan menurunkan ikatan desogestrel dengan

albumin. Volume distribusi desogestrel adalah 1,5l/kg.

h. Metabolisme

Etonogestrel dimetabolisme seperti halnya

metabolismesteroid lainnya. Laju klirens metabolik adalah 2

ml/menit/kg. Eliminasi Desogestrel dan metabolitnya

diekskresikan melalui urindan empedu dalam perbandingan 6:4.

2. Mestranol/noretindrone.

Nama generik: Mestranol/Norethindrone (MES-tra-nole/nor-eth-

IN-drone) Nama dagang: Norinyl 1 + 50 dan Ortho-Novum 1/50

a. Indikasi

 Mencegah kehamilan.

 Mengatur siklus menstruasi.

b. Kontraindikasi

 Alergi

 Sedang hamil atau tersangka hamil.

19
 Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya.

 Kanker payudara, serviks ataupu uterus.

 Stroke, PJK, trombosis vena.

 Tumor hati.

c. Interaksi Obat

 Acitretin, aprepitant, azole antifungal seperti ketoconazole,

barbiturates seperti fenobarbital), bosentan, karbamazepine,

felbamate, griseofulvin, hydantoins seperti fenitoin,

modafinil, nevirapine, penicillins seperti amoxicillin,

protease inhibitor seperti indinavir, rifamycins seperti

rifampin, St. John's wort, tetrasiklin seperti doksisiklin,

topiramate, atau troglitazone menurunkan efektivitas

mestranol/norethindron.

 Beta bloker seperti metoprolol, cyclosporine, theophyllines,

atau troleandomycin dengan mestranol/ norethindron efek

sampingnya ditingkatkan.

 Kortikosteroid seperti prednisone, efek sampingnya seperti

wajah bulan, peningkatan berat badan, retensi cairan,

peningkatan tekanan darah, peningkatan gula darah,

ditingkatkan oleh mestranol/ norethindron.

 Antikoagulan oral (warfarin) efek sampingnya yaitu

perdarahan ditingkatkan oleh mestranol/noretindron.

20
 Efektivitas dari Lamotrigine diturunkan oleh mestranol

/norethindron.

3. Depomedroksiprogesteron asetat.

Nama generik: Medroksiprogesteron asetat.

Nama dagang: Depo-Provera

Merupakan kontrasepsi injeksi yang diberikan tiap 3 bulan

sekali. Kontrasepsi ini kurang ideal pada pasien yang menghendaki cepat

hamil setelah menghentikan kontrasepsi ini. Dari studi didapatkan bahwa

hanya 68% saja wanita yang hamil dalam 12 bulan setelah penghentian

konrasepsi ini. Lamanya jangka waktu penggunaan kontrasepsi ini tidak

mempengaruhi lamanya penundaan kehamilan setelah menghentikan.

a. Indikasi

Kontrasepsi oral.

b. Kontraindikasi

Perdarahan di vagina atau kelainan patologis yang tidak diketahui

penyebabnya, dan kehamilan.

c. Efek Samping

Reaksi anafilaktik, tromboembolik, tromboflebitis, emboli paru,

payudara lembek dan galaktore, erosi, dan perubahan sekresi pada

leher rahim, hipereksia yang

tidak diketahui penyebabnya, wajah bulan, perubahan berat badan,

perubahan warna kulit ditempat suntikan.

d. Sediaan

21
Cyclofem (Tunggal Idaman Abdi), Cyclogeston (Triyasa),

Depogeston (triyasa), Deponeo (triyasa), Depo-Progestin (Harsen).

4. Linestrenol

a. Indikasi

Kontrasepsi Oral

b. Kontraindikasi

Kehamilan, penyakit hati parah, ikterus, sindrom rotor, dan

Dubbin Johnson, dan wanita muda dengan siklus belum teratur.

c. Efek Samping

Mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara. Jika timbul

perdarahanringan pada bulan-bulan awal dapat dilanjutkan tapi jika

parah hentikan.

d. Perhatian

Lakukanpemeriksaan fisik terautue 3 atau 6 bulan sekali.

Hentikan jika timbul gejal tromboembolik, hati-hati pada penyakit

miokard, ginjal, epilepsi, atau migran.

e. Interaksi obat

Jangan diberikan bersamaan rimfapisin, barbiturat, obat

antiepilepsi tertentu.

f. Sediaan beredar

Exluton (Organon), Lyndiol (Organon), Ovostat (Organon).

5. Levonorgestrel.

a. Indikasi

Kontrasepsi hormonal jangka panjang 3 tahun untuk wanita

22
b. Kontraindikasi

Perdarahan vagina dengan penyebab yang tidak jelas, kanker

yang berkaitan dengan hormonal, perdarahan uterus dengan sebab

tidak jelas, gangguan tromboemboli atautrombofleblitis.

c. Efek Samping

Menstruasi, spotting, menorrahgi, metroragi, amenorea, sakit

kepala, gugup, mual, pusing, perubahan selera makan, perubahan

libido, hirsutisme, gatal-gatal, rasa nyeri pada tempat pemasangan,

anemia dan tekanan darah tinggi.

6. Etonogestrel.

a. Indikasi

Kontrasepsi jangka panjnag yang reversibel

b. Kontraindikasi

Kehamilan, perdarahan vagina yang tidak terdiagnosis,

hipersensitivitas.

c. Perhatiaan

Keuntungan penggunaan progesteron harus ditimbang

dengan kemungkinan resiko untuk setiap kasus individual dan

dibahas dengan wanita calon akseptor sebelum menggunakan

implamt.

d. Sediaan beredar

Implanon (Organon)

7. Gestoden

23
a. Indikasi

Kontrasepsi oral

b. Kontraindikasi

Tromboemboli vena dan arteri, diabetes dengan perubahn

vaskular, prankreatitis atau hipertrigleresemia, penyakit hati, gagal

ginjal akut.

c. Sediaan beredar

Gynera (Schering)

8. Drospirenon

Memiliki efek antimineral kortikoid dengan megabit sistem

RAAS dan sebagai anti antiandrogenik yang bermanfaat untuk wanita

yang mengalami retensi cairan karena hormon dan wanita yang

menderita akne dan seborea. Bioviabilitas sekitar 76 % dan tidak diikat

oleh sex hormon maupun oleh kortikosteroid. Akan tetapi diikat oleh

protein serum. Pada sebagian orang dapat menyebabkan hiperkalemia

jika dikombinasi oleh sprinalaktone.

a. Indikasi

Kontrasepsi oral

b. Kontraindikasi

Tromboemboli vena dan arteri, pankreatitis atau

hipertrigliseridemia, penyakit hati, gagal ginjal akut, tumor hati

(jinak atau ganas), keganasan alat genital ayau

payudara, perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnostik,

kehamilan, dan hipersensitif.

24
c. Sediaan Obat

Yasmin (Schering)

9. Cyproterone Acetat

Nama generik : (3'H - Cyclopropa (1,2) pregna - 1,4,6 -

triene 3,20 - dione, 6 – chloro - 1- beta,2-beta-dihydro-17-hydroxy-).

Nama dagang : Diane 35 (Schering) Cyproterone acetate

merupakan derivat dari 17-hydroxyprogesterone Memiliki efek

antiandrogenik dengan efek lemah terhadap progestational dan

glucocorticoid. Cyproterone acetate dimetabolisme oleh enzim

CYP3A4 menjadi bentuk aktif 15β-hydroxycyproterone acetate,

Sebagian akan dihidrolisis menjadi cyproterone and acetic acid. Akan

tetapi seperti halnya horman steroid esterase lainnya, cyproterone acetate

sulit untuk dihidrolisis. Sehingga banyak dalam bentuk cyproterone

acetate. Hal inilah yang menyebabkan cyproterone acetate memiliki efek

antiandrogenik yang kuat.

Cyproterone acetate mengahambat steroidogenic enzyme 21-

hydroxylase dan 3beta-hydroxysteroid dehydrogenase. Dimana kedua

enzim terse but iguana untuk membentukcortisol. Hambatan terhadap 21-

hydroxylase juga mongering produksi dari aldosterone. Efek terhadap

progestational dan glucocorticoid mongering hormon gonadotropins,

yang menyebabkan turunya kadar testosterone sehingga baik sebagai

pengobatan antiandrogen.

Selain itu cyproterone acetate dikombinasikan dengan 5-alpha-

reductase inhibitorfinasteride dapat mengatasi keluahan hirsutisme.

25
Beberapa studi invitro juga menunjukkan bahwa cyproterone atau

cyproterone acetate dapat mengobati benign prostat hyperplasia.

a. Indikasi

Diindikasikan untuk ca prostat, benign prostat hyperplasia,

hirsustisme, terapi hormon maupun kontrasepsi oral.

b. Kontraindikasi

Wanita hamil, Tromboemboli vena dan arteri, pankreatitis

akut, penyakit hati,gagal ginjal akut, tumor hati (jinak atau ganas),

keganasan alat genital atau payudara, perdarahan pervaginam yang

tidak terdiagnostik, dan hipersensitif.

c. Efek Samping

Merusak Hati, Hiperkalemi, Trombosis vena dalam,

perubahan mood, dapat menyebabkan osteoporosis.

d. Dosis

Untuk kontrasepsi 2mg cyproterone acetate dikombinasi

dengan 35 atau 50 mcg ethinylestradiol. Diminum selama 21 hari

dan diintervalkan selama 7 hari.

10. Marvelon.

Marvelon merupakan obat kontrasepsi hormonal yang merupakan

kombinasi dari 2 zat aktif yaitu etinilestradiol dan desogestrel.

Etinilestradiol merupahan hormon sintetik dari estrogen wanita dan

26
desogestrel merupakan generasi ketiga hormon sintetik dari progesteron.

Sediaan dalam bentuk tablet

a. Komposisi

Merupakan kontrasepsi oral monofasik. Dua puluh satu tablet

besar warna putih mengandung 0,15 mg desogestrel dan 0,03 mg

etinilestradiol. Tujuh tablet putih yang tidak mengandung zat aktif.

Yang mengandung silicon dioksida, laktosaa, magnesium stearat,

tepung kentang, povidone, asam stearat, alfa tokoferol.

b. Indikasi

Kontrasepsi oral.

c. Kontraindikasi

 Trombosis atau riwayat trombosis vena dalam, emboli paru,

infark miokard dan stroke.

 Tia, angina pektoris.

 Terdapat faktor yang meningkatkan kejadian trombosis seperti

hipertensi.

 Gangguan fungsi hati yang lama dan ireversibel.

 Tumor hati.

 Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.

 Diketahui atau dicurigai hamil.

 DM dengan komplikasi vaskular.

 Hipersensitif terhadap komponen.

11. Etinil estradiol

a. Absorbsi

27
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap.

Konsentrasi plasma puncak dicapai 80 pg/ml dalam 1-2 jam setelah

pemberian. Biaoavailabilitas setelah mengalami konjugasi

presistemik dan metabolisme pintas pertama adalah 60%.

b. Distribusi

Etinil estradiol berikatan dengan albumin hampir 98,5% dan

menginduksi peningkatan kadar SHBG serum. Volume distribusi

adalah 5L/kg.

c. Metabolisme

Etinil estradiol mengalami konjugasi presistemik oleh

mukosa usus dan hati. Metabolitnya akan dikonjugasi dengan

glukoronida dan sulfat. Laju klirens metabolik adalah 5 ml/menit/kg.

Eliminasi Metabolitnya diekskresikan lewat urin dan empedu dengan

rasio 4:6. Waktu paruh ekskresi metabolitnya adalah 1 hari.

d. Cara pemberian

Tablet diminum setiap hari satu tablet sehari.

Jika pengguna lupa minum tablet dalam waktu kurang dari 12

jam, efektivitasnya tidak berkurang. Tablet yang terlupa harus segera

diminum dan tablet yang akan diminum berikutnya, diminum sesuai

dengan waktu biasanya. Jika pengguna lupa minum sampai lebih

dari 12 jam maka efektivitas proteksinya berkurang. Hal ini berlaku

juga untuk pil KB yang emnggunakan pil 21 tablet.

28
J. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keluarga Berencana

Konseling dan Persetujuan Tindakan Medis merupakan prinsip utama

dari pelayanan keluarga berencana.

a. Konseling

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam

pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR).

Dalam melalukan konseling berarti petugas membantu klien dalam

memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai

dengan pilihannya.konseling yang baik akan membantu klien dalam

menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan

KB.

b. Persetujuan Tindakan Medik

Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis,

surat tindakan medis diperlukan. Misalnya pada kontrasepsi mantap,

amak persetujuan harus dari pasangan suami istri. Setelah calon peserta

dan pasangannya menandatangani persetujuan tindakan medik,

pel;ayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang lembar

persetujuan tindakan medik terdapat catatan tindakan dan pernyataan

oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan tersebut

memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu metode, keberhasilan

tindakan, waktu serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang

diberikan sesuai dengan standar.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontrasepsi merupakan pencegahan kehamilan setelah hubungan

seksual dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode yang

mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi tertanam

pada endometrium ( mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus tidak

cocok untuk ovum yang telah dibuahi).

Dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

hubungannya dengan pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan pasien,

diperlukan suatu konseling yang berarti petugas medis membantu pasien

untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya dan juga dengan

konseling yang baik akan membantu pasien dalam menggunakan

kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan program KB.

30
Kontrasepsi hormonal yang cocok dan sesuai dengan pasien,

berdasarkan keadaan pasien yang memiliki usia pra menopause, dan masalah

obesitas tipe II, dislipidemia, serta riwayat amenore adalah pil kombinasi,

suntik kombinasi, minipil progestin dan implant levonorgestrel. Namun dari

keempat opsi kontrasepsi hormonal yang dapat digunakan oleh pasien

tersebut, kontrasepsi hormonal pil kombinasi yaitu kombinasi antara hormon

estrogen dan progesteron sintetik yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi

pasien.

B. Saran

Pada pasien ini pemberian kontrasepsi sudah benar dan rasional.

Benar, karena sesuai dengan pertimbangan pemakaian kontrasepsi hormonal

oral sesuai dengan rekomendasi American Collage of Obstetrics yaitu

pemberian kontrasepsi hormonal setelah sebelumnya melakukan penelusuran

riwayat medik sederhana dan pengukuran tekanan darah. Rasional karena

pemilihan jumlah dan dosis kontrasepsi hormonal kombinasi sesuai dengan

kondisi pasien dan perubahan pemberian regimen kontrasepsi hormonal oral

dilakukan setelah timbul efek samping yang tidak mengenakan pada pasien.

Pemilihan alat kontrasepsi, jumlah dan dosis perlu dipertimbangkan

dengan baik sesuai dengan kondisi pasien secara holistik, dengan sebelumnya

dilakukan konseling secara optimal karena hal tersebut sangat berpengaruh

terhadap kualitas hasil yang dicapai.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Paduan Pelayanan Keluaraga Berencana. Jakarta:

Dep.Kes, 2006.

Dosegestrel. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/dosegestrel tanggal 18 Mei

2009.

Depomedroksiprogesteron asetat. Diunduh

dari www.winkipedia.org/wiki/depomedroksiprogesteron asetat tanggal 18

Mei 2009.

Linestrenol. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/linestrenol tanggal 18 Mei

2009.

Levonorgestrel. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/linestrenol tanggal 18

Mei 2009.

Etonogestrel. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/etonogestrel tanggal 18 Mei

2009.

Gestoden. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/gestoden tanggal 18 Mei 2009.

Drospirenon. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/drospirenon tanggal 18 Mei

2009.

33
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTRASEPSI HORMONAL............................................................................3

A. Amenorea......................................................................................................3

B. Definisi kontrasepsi.......................................................................................5

C. Kontrasepsi hormonal...................................................................................5

D. Kontasepsi kombinasi ( hormon estrogen dan progesteron).1......................5

E. Suntikan kombinasi.....................................................................................11

34
F. Kontrasepsi pil progestin (minipil).............................................................11

G. Kontrasepsi implan.....................................................................................13

H. AKDR dengan progestin.............................................................................14

I. Perbandingan antara obat kontrasepsi oral dan contohnya.........................14

J. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keluarga Berencana..................23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................24

B. Saran............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

ii

35

Anda mungkin juga menyukai