Anda di halaman 1dari 7

EDISI REFORMASI

2014

TUGAS PRIBADI
ME-REVIEW BUKU
PENDIDIKAN PANCASILA

Judul Buku : Pendidikan Pancasila


Penulis : Prof. Dr. H. Kealan, M.S
Dosen Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Tahun : 2014
Reviewer : Ananda Vickry Pratama (11160930000007)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
BAB X
BHINNEKA TUNGGAL IKA
A. Pengantar
Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keragaman. Indonesia terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dll.
Namun Indonesia mampu mepersatukan bebragai keragaman itu sesuai dengan semboyan
bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” , yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu juga.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah kepercayaan yang ada di bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku
bangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka
tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan
kondisi geografis yang bervariasi.
Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara
berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Misalnya kebudayaan
kraton atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel dengan kebudayaan berburu meramu
kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana
kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau
pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil.
Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai
”Bhinneka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya
bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun
kepada konteks kebudayaan.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki karakteristi yang unik
ini dapat dilihat dari budaya gotong royong, teposliro, budaya menghormati orang tua (cium
tangan), dan lain sebagainya.
Bhinneka Tunggal Ika seperti kita pahami sebagai motto Negara, yang diangkat dari
penggalan kitab Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada jaman Kerajaan Majapahit (abad
14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu (berbeda-beda tetapi tetap satu
jua). Motto ini digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara
natural, dan sosial-kultural dibangun diatas keanekaragaman.
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa yang tercantum dan menjadi bagian dari
lambang negara Indonesia, yaitu Garuda Pancasila. Sebagai semboyan bangsa, artinya
Bhinneka Tunggal Ika adalah pembentuk karakter dan jati diri bangsa. Bhinneka Tunggal
Ika sebagai pembentuk karakter dan jati diri bangsa ini tak lepas dari campur tangan para
pendiri bangsa yang mengerti benar bahwa Indonesia yang pluralistik memiliki kebutuhan
akan sebuah unsur pengikat dan jati diri bersama.
Bhinneka Tunggal Ika pada dasarnya merupakan gambaran dari kesatuan geopolitik dan
geobudaya di Indonesia, yang artinya terdapat keberagaman dalam agama, ide, ideologis,
suku bangsa dan bahasa.

B. Dasar Hukum Lambang Negara

Berdasarkan Wikipedia Bahasa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau
semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan
dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Jika diterjemahkan per patah kata,
kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa
Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia.
Kata tunggal berarti "satu". Kataika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika
diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan.

Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara
Republik Indonesia. Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang
kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk
menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di
atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II
dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno dan diresmikan
pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Penggunaan lambang negara diatur dalam UUD
1945 pasal 36A dan UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan. (LN 2009 Nomor 109, TLN 5035). Sebelumnya lambang negara
diatur dalam Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan Peraturan Pemerintah No. 43/1958

Pasal 36 A, yaitu Lambang Negara Ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika dan Pasal 36 B: Lagu Kebangsaaan ialah Indonesia Raya. Menurut risalah
sidang MPR tahun 2000, bahwa masuknya ketentuan mengenai lambang negara dan lagu
kebangsaan kedalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang
melengkapi pengaturan mengenai bendera negara dan bahasa negara yang telah ada
sebelumnya merupakan ikhtiar untuk memperkukuh kedudukan dan makna atribut
kenegaraan ditengah kehidupan global dan hubungan internasional yang terus
berubah.Dengan kata lain, kendatipun atribut itu tampaknya simbolis, hal tersebut tetap
penting, karena menunjukkan identitas dan kedaulatan suatu negara dalam pergaulan
internasional. Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu seluruh bangsa Indonesia
ditengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi mengancam keutuhan dan
kebersamaan sebuah negara dan bangsa tak terkecuali bangsa dan negara Indonesia.

Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam buku Sutasoma, karangan Mpu Tantular
pada masa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam buku Sutasoma (Purudasanta),
pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga
keanekaragam agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit

Secara harfiah pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah Berbeda-beda tetapi Satu
Itu. Adapun makna Bhinneka Tunggal Ika adalah meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan

Kata Bhineka Tunggal Ika dapat pula dimakna bahwa meskipun bangsa dan negara
Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-
istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia
namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru
keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya
sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.

Bagi bangsa Indonesia semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan dasar untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Perwujudan semboyan Bhineka Tunggal
Ika dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan cara hidup saling menghargai antara
masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku
bangsa,agama,bahasa,adat istiadat, warna kulit dan lain-lain. Seperti di ketahui Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah
memiliki adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika
pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika kita harus membuang jauh-jauh sikap
mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama.
Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.Oleh sebab itu marilah
kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan bangsa dan negara
Indonesia tetap terjaga.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 24 TAHUN 2009
TENTANG
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN

BAB IV
LAMBANG NEGARA
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 46
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentukGaruda Pancasila yang kepalanya
menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada
leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh
Garuda.

Pasal 47
1) Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalamPasal 46 memiliki paruh, sayap,
ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga pembangunan.
2) Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memilikisayap yang masing-masing
berbulu 17, ekor berbulu 8,pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45

Pasal 48
1) Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat sebuah garis
hitam tebal yang melukiskan katulistiwa.
2) Pada perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat lima buah ruang yang
mewujudkan dasar Pancasila sebagai berikut:
a. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian
tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima;
b. Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai
bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai;
c. Dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri
atas perisai;
d. Dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian
kanan atas perisai; dan
e. Dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan
kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai.

Pasal 49
Lambang Negara menggunakan warna pokok yang terdiri atas:
a. Warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawahperisai;
b. Warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;
c. Warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;
d. Warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan
e. Warna alam untuk seluruh gambar lambang.

Pasal 50
Bentuk, warna, dan perbandingan ukuran Lambang Negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 sampai dengan Pasal 49 tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari
Undang-Undang ini.

C. Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Local Wisdom Bangsa Indonesia


Dalam perjaanan sejarah bangsa Indonesia Lambang Negara Republik Indones ia Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dituangkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 66 Tahun 1951, yang disusun oleh Panitia Negara yang diangkat oleh Pemerintah dan
duduk di dalamnya adalah Mr. Muhammad Yamin.

Nama Lambang Negara Garuda Pancasila, karena wujud lambang yang digunakan adalah
Burung Garuda, dan di dalamnya (ada tameng) memuat lambang sila-sila Pancasila dan
disertai semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dan seloka itu tersurat di bawahnya. Jadi dalam
lambang negara Indonesia itu terdapat unsur Gambar burung Garuda, simbol sila-sila
Pancasila dan seloka Bhinneka Tunggal Ika.

Burung Garuda adalah merupakan kekayaan satwa nusantara, sebagai salah satu jenis
burung bahkan terdapat secara luas di tanah bangsa serumpun dan memiliki kesamaan
kebudayaan yaitu madagaskar dan malagsi, dan satwa itu dahulu diisitilahkan dengan nama
vurumahery yang berarti burung sakti. Garuda adalah termasuk jenis burung yang besar dan
kuat dan mampu terbang tinggi, yang melambangkan bangsa Indonesia yang besar dan kuat.
Sebagai seekor satwa, burung garuda mampu terbang tinggi, dan hal ini melukiskan cita-
cita bangsa Indonesia di tengah-tengah masyarakat internasional.

Seloka Bhinneka Tunggal Ika yang melambangkan realitas bangsa dan negara Indonesia
yang tersusun dari berbagai unsur rakyat (bangsa) yang terdiri atas berbagai macam suku,
adat-istidadat, golongan, kebudayaan, dan agama, wilayah yang terdiri atas beribu-ribu
pulau menyatu menjadi bangsa dan negara Indonesia. Secara fisiologis istilah itu diambil
dari bahasa jawa kuno, berasal dari zaman kerajaan. Jika dilakukan kajian melalui filsafat
analitika bahasa (suatu metode analisis terhadap makna penggunaan ungkapan bahasa era
kontemporer di Eropa), seloka Bhinneka Tunggal Ika itu pada hakikatnya merupakan suatu
frase. Secara linguistis makna struktural seloka itu adalah “beda itu, satu itu”. Secara
morfologis kata “bhinneka” berasal dari kata polimorfemis yaitu “bhinna” dan “ika”. Kata
“bhinna” berasal dari bahasa sansekerta yang dapart diterjemahkan menjadi “beda”. “Ika”
artinya itu, “bhinneka” artinya beda itu, sedangkan “tunggal ika” artinya satu itu.

Oleh karena itu jikalau diterjemahkan secara bebas maka, makna “Bhinneka tunggal
ika”, tan hana dharma mangrwa, adalah: meskipun berbeda-beda akan tetapi tetap satu jua.
Tidak ada hukum yang mendua (dualisme)

D. Makna Filosofis Bhinneka Tunggal Ika


Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, berbagai macam adat istiadat
kebudayaan dan agama, serta berdiam dalam suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu
pulau. Oleh karena itu keadaan yang beranekaragam tersebut bukanlah merupakan suatu
perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan perbedaan itu justru merupakan suatu sintesis
dan sinergi yang positif, sehingga keanekaragaman itu justru terwujuud dalam suatu
kerjasama yang luhur.
Sintesis persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan dalam suatu asas
kerohanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila. Oleh
karena itu prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah
bersifat “majemuk tunggal”. Adapun unsur-unsur yang membentuk bangsa Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Kesatuan sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah,
yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya , Majapahit kemudian penjajah, tercetus
Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka
pada 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah Negara Republik Indonesia.
b. Kesatuan Nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan nasib
yaitu penderitaan penjajahan dan memperjuangkan demi kemerdekaan secara bersama
dan akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia Tuhan Yang Maha Esa
tentang kemerdekaan.
c. Kesatuan Kebudayaan: walaupun bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman
kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan
nasional Indonesia. Jadi kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan berkembang diatas
akar-akar kebudayaan daerah yang menyusunnya.
d. Kesatuan Wilayah: bangsa ini hidup dari mencari penghidupan dalam wilayah Ibu
Pertiwi, yaitu satu tumpah darah Indonesia.
e. Kesatuan Asas Kerohanian: bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan cita-
cita, kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri yaitu pandangan hidup Pancasila.

Oleh karena itu bangsa Indonesia dalam membentuk suatu negara bukan merupakan
proses kausalitas manusian sebagai makhluk individu yang bebas, melainkan suatu proses
kehendak bersama untuk membentuk suatu bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam pengertian inilah negara Indonesia pada hakikatnya merupakan negara
kebangsaan dan bukan negara liberal. Menurut paham negara kesatuan, negara bukan
terbentuk secara organis dari individu-individu, melainkan negara terbentuk atas dasar
kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Hakikat negara persatuan adalah
masyarakat itu sendiri. Masyarakat pada hakikatnya mewakili diri pada penyelanggaraan
negara, menata dan mengatur dirinya dalam negara dalam mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat sebagai suatu objek yang berada
di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dari dirinya.

Negara kesatuan bukan dimaksudkan suatu kesatuan dari negara bagian (federasi),
melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat fundamental.
Demikian juga negara kesatuan bukanlah suatu kesatuan individu-individu sebagaimana
diajarkan paham individualisme-liberalismme, sebab menurut paham negara kesatuan
bahwa manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, itu merupakan kodrat
yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat. Negara tidak memihak
pada salah satu golongan, n egara bekerja demi kepentingan seluruh rakyat. Masyarakat
adalah produk dari interaksi antara segenap golongan yang ada didalamnya. Masyarakat
mengorganisasikan diri dalam bentuk suatu negara. Dengan demikian negara adalah produk
dari interaksi antar golongan yang ada dalam masyarakat.

Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci
kemajuan suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang kausa materialisnya berbagai etnis,
golongan, ras, agama di nusantara secara moral menetukan kesepakatan untuk membentuk
suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Semangat moralitas bangsa itu oleh founding fathers
kita diungkapkan dalam suatu seloka yang merupakan symbol moralitas bangsa yaitu
Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini mengandung nilai-nilai etis bahwa setiap manusia apapun
ras,etnis, golongan, agama adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila I), pada
hakikatnya sama berdasarkan harkat dan martabat manusia yang beradab (sila II). Oleh
karena itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus mendasarkan pada kesadaran
telah memiliki kesamaan pandangan untuk mempersatukan diri dalam suatu bangsa yaitu
bangsa Indonesia (sila III), meiliki kebebasan disertai tanggung jawab dalam hidup bersama
(sila IV), untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama yaitu kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia (sila V).

Anda mungkin juga menyukai