The 21 Irrefutable Laws of Leadership
The 21 Irrefutable Laws of Leadership
The 21 Irrefutable Lows Of Leadership adalah sebuah buku fenomena dari seorang pendiri
INJOY, sebuah organisasi yang diarahkan untuk membantu manusia memaksimalkan potensi
pribadi serta kepemimpinannya dan Yayasan EQUIP. pengarang buku ini bernama Jhon C.
Maxwel, semua persoalan ini serta banyak lainnya lagi akan dibahas dalam dalam buku 21
hukum Kepemimpinan Sejati .
Suka atau tidak suka, hukum kepemimpinan mempengaruhi keefektifan kita semua dalam
kehidupan pribadi maupuan prefesional. “Segala Tergantung kepada
kepemimpinan” kata Jhon C. Maxwel dan ada 21 hukum kepemimpinan sejati diantaranya
adalah:
1. Hukum Katup
2. Hukum Pengaruh
3. Hukum Proses
4. Hukum Navigasi
5. Hukum E.F. Hutton
6. Hukum Landasan Yang Mantap
7. Hukum Kehormatan
8. Hukum Intuisi
9. Hukum Daya Tarik
10. Hukum Hubungan Yang Baik
11. Hukum Lingkungan Sepergaulan
12. Hukum Pemberdayaan
13. Hukum Reproduksi
14. Hukum Kepercayaan
15. Hukum Kemenangan
16. Hukum Momentum Besar
17. Hukum Prioritas
18. Hukum Pengorbanan
19. Hukum Waktu Yang Tepat
20. Hukum Pertumbuhan Yang Ekplosif
21. Hukum Warisan
Dari Uraian diatas kita akan membahas dan mengaplikasikan satu persatu hukum tersebut
diatas. Dalam pembahasan buku terdapat beberapa contoh orang yang mengalami langsung
dari salah satu maupun lebih dari hkum-hukum tersebut diatas. Tetapi disini penulis hanya
memberikan langkah dan contoh secukupnya untuk mempermudah kita memahaminya.
1. Hukum Katup
Kemampuan memimpin menentukan tingkat keefektifan seseorang Dalam hukum katup ini,
kesuksesan sangat dipengaruhi dengan adanya kepemimpinan pada seseorang. Semakin tinggi
kita mendaki semakin kita membutuhkan kepemimpinan, semakin besar dampak yang ingin
kita berikan, pengaruh kita harus semakin besar. Kemampuan memimpin selalu merupakan
katup terhadap keefektifan pribadi maupun organisasional. Jika daya kepemimpinan semakin
kuat, katupnya terbuka lebar. Namun jika tidak maka, maka keberhasilan organisasinya akan
terbatas. Itulah sebabnya mengapa dimasa sulit, dengan sendirinya organisasi-organisasi
mencari pemimpin baru. Jika Negara mengalami masa sulit, akan dipilih presiden baru. Jika
perusahaan mengalami kerugian, akan dicari direktur utama baru. Jadi untuk mengubah
jalannya organisasi gantilah pemimpin baru. Namun kabar baiknya bahwa menyingkirkan sang
pemimpin bukanlah satu-satunya jalan. Untuk mencapai tingkat keefektifan setinggi-tingginya,
kita harus membuka katupnya –entah bagaimanapun caranya.
2. Hukum Pengaruh
Ukuran sejati dari kepemimpinan adalah pengaruh- tidak lebih tidak kurang. Jika kita tidak
punya pengaruh kita tidak akan dapat memimpin orang lain. Banyak orang memiliki konsepsi
keliru tentang kepemimpinan. Jika mereka dengar bahwa seseorang memiliki gelar
mengesankan atau posisi kepemimpinan, mereka berasumsi bahwa ia adalah pemimpin.
Terkadang itu benar. Namun dalam soal memimpin, gelar itu tidak banyak nilainya.
Kepemimpinan sejati tak dapat dianugerahkan, ditunjuk, atau ditugaskan. Kepemimpinan
hanya datang dari pengaruh, dan tidak dapat dimandatkan. Harus diraih.
Ada 5 mitos keliru tentang kepemimpinan :
1. Mitos manajemen, pemimpin dengan pengelola itu tidak sama. Sehingga seseorang ahli dalam
manajemen bukan berarti seorang pemimpin.
2. Mitos usahawan, tidaklah selalu seorang usahawan itu adalah seorang pemimpin
3. Mitos pengetahuan, kebanyakan orang, percaya bahwa pengetahuan adalah inti dari
kepemimpinan, otomatis berasumsi bahwa mereka yang memiliki pengetahuan serta
intelijensilah yang menjadi pemimpin. Namun tidak otomatis demikian.
4. Mitos pelopor, adalagi konsepsi yang keliru bahwa siapa yang ada didepan kerumunan orang
banyak adalah seorang pemimpin. Namun menjadi yang pertama tidaklah selalu sama dengan
memimpin.
5. Mitos posisi, kesalah mengertian yang terbesar dtentang kepemimpinan adalah bahwa orang
menyangka kepemimpinan didasarkan pada posisi. Padahal bukan. Bukan posisi yang yang
menjadikan seseorang pemimpin, justru kepemimpinannyalah yang membuat posisi tersebut.
Jika kita tidak dapat mempengaruhi orang lain, mereka takkan menjadi pengikut kita. Dan jika
mereka tidak menjadi pengikut kita, kita bukan seorang pemimpin. Itulah hokum pengaruh.
Apapun yang dikatakan orang lain kepada kita, ingatlah bahwa kepemimpinan adalh pengaruh.
3. Hukum Proses
Kepemimpinan berkembang setiap hari, bukan dalam satu hari Menjadi seorang pemimpin
sangat mirip dengan berinvestasi dengan sukses dalam pasar saham. Jika kita tidak
mengharapkan kaya dalam satu hari. Jadi investasi itu akan berakumulasi. Dan seorang
pemimpin adalah orang yang belajar dan proses belajarnya berkelanjutan, sebagai hasil dari
kedisiplinan diri serta ketekunan. Empat fase pertumbuhan kepeminpinan:
1. Saya tidak tahu apa yang saya tidak ketahui
2. Saya tahu apa yang tidak saya ketahui
3. Saya bertumbuh dan mengatahui, dan hal ini mulai tampak.
4. Saya bersikap alami karena apa yang saya ketahui.
Untuk menjadi pemimpin besok belajarlah hari ini, dan berjuang terus keatas serta berorientasi
pada aksi.
4. Hukum Navigasi
Siapapun dapat mengemudikan kapal, namun hanya pemimpinnyalah yang menentukan arah.
Para pengikut membutuhkan pemimpin untuk secara efektif melakukan navigasi. Jika
menghadapi situasi-situasi hidup mati, kebutuhan ini mengkin terasa. Namun, kalaupun
ganjarannya tidak serius, kebutuhannya tetap besar. Sesungguhnya hampir setiap orang bisa
mengendalikan kapalnya, namun hanya seorang pemimpinlah yang dapat menentukan arahnya.
Itulah hokum navigasi. Para navigator beraksi menurut pengalaman masa lalu dan
mendengarkan apa yang dikatakan orang lain., para navigator memeriksa kondisinya sebelum
membuat komitmen serta memastikan kesimpulan mereka mencerminkan iman serta fakta.
7. Hukum Kehormatan
Orang dengan sendirinya mengikuti pemimpin-pemimpin yang lebih kuat dari pada dirinya.
Jika orang menghormati seseorang sebagai individu, mereka mengaguminya. Jika mereka
menghormatinya sebagai sahabat, mereka mengasihinya. Jika mereka menghormati sebagai
pemimpin mereka mengikutinya. Semakin besar kemampuan memimpin seseorang, semakin
cepat ia mengenali kepemimpinan atau tiadanya kepemimpinan dalam diri orang lain.
Para pemimpin akan memilih jalanya sendiri ketika sekelompok orang berkumpul untuk
pertama kalinya. Tidak lama kemudian orang akan mengubah arahnya untuk mengikuti
pemimpin yang paling kuat. Orang dengan sendirinya menyesuaikan diri serta mengikuti
pemimpin yang lebih kuat dari pada dirinya sendiri. Ujian terbesar terhadap kehormatan adalah
ketika seorang pemimpin mengadakan perubahan besar dalam organisasi.
8. Hukum Intuisi
Para pemimpin mengevaluasi segalanya dengan intuisi seorang pemimpin. Dari seluruh hukum
kepemimpinan, hukum intuisi mungkin yang paling sulit dipahami. Mengapa? Karena hukum
ini bergantung jauh lebih banyak dari pada sekedar fakta-faktanya saja. Hukum intuisi ini
didasarkan pada fakta-fakta plus naluri serta faktor-faktor tak berwujud lainnya. Dan
kenyataannya intuisi pemimpin sering kali merupakan faktor yang membedakan pemimpin
besar dan pemimpin yang biasa-biasa saja. Para pemimpin terbaik membaca dan memberikan
respon. Seorang pemimpin harus membaca situasi dan secara naluriah mengetahui harus
menggunakan taktik bermain yang mana. Para pemimpin mampu membaca sejumlah faktor
tak berwujud diantaranya:
1. Para pemimpin mampu membaca situasi
2. Para pemimpin mampu membaca trend
3. Para memimpin mampu membaca sumber-sumber daya meraka
4. Para pemimpin mampu membaca orang lain
5. Para pemimpin mampu membaca dirinya sendiri
Tiga tingkat intuisi kepemimpinan:
1. Mereka yang secara alami melihatnya
2. Mereka yang dilatih untuk melihatnya
3. Mereka yang takkan pernah melihatnya
setiap kali pemimpin menghadapi suatu persoalan, secara otomatis mereka mengukurnya dan
mulai menyelasaikannya dengan menggunakan hokum intuisi.. kepemimpinan lebih
merupakan seni ketimbang ilmu pengetahuan. Prinsip –prinsip kepemimpinan itu konstan,
namun penerapannya berubah menurut setiap pemimpin serta setiap situasi. Itulah sebabnya
mengapa dibutuhkan intuisi. Tanpa intuisi kita bisa terkecoh dan itulah hal terburuk yang dapat
terjadi pada seorang pemimpin . jika kita ingin memimpin dalam waktu yang lama kita harus
mentaati hukum intuisi.
Kapasitas orang yang berprestasi ditentukan oleh kemampuan untuk memberdayakan. Satu-
satunya cara untuk menjadikan diri kita tak tergantikan adalah dengan menjadikan diri kita
dapat diganti. Hal yang besar terjadi jika kita memberikan kepercayaan kepada orang lain.
Pemberdayaan itu sangat ampuh bukan saja bagi orang yang dikembangkan, melainkan juga
bagi sang mentor. Membesarkan orang lain berarti membesarkan diri kita sendiri.