Anda di halaman 1dari 16

MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137

Volume 14, No.3, November 2017

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA

Oleh :

Octavianus H. A. Rogi
(Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado, ottyrogi@unsrat.ac.id )

Abstrak

Bencana alam merupakan suatu hal yang sering menjadi momok bagi suatu kota atau kawasan. Bencana
banjir bandang di Kota Manado pada tahun 2014 adalah contoh kasus dengan jumlah kerugian yang terbilang
besar. Mitigasi resiko kerugian akibat kejadian bencana adalah suatu kebijakan yang tidak dapat diabaikan
dan harus dikedepankan dalam setiap strategi pengembangan wilayah suatu kota. Upaya mitigasi bencana
secara komprehensif seyogyanya berangkat dari suatu kajian resiko kebencanaan yang secara substansial akan
bertumpu pada langkah awal dalam wujud penyiapan basis data kebencanaan berbentuk peta-peta
kebencanaan. Dalam garis besar, peta kebencanaan yang harusnya menjadi dasar pengembangan strategi
mitigasi bencana untuk tipe bencana tertentu adalah peta resiko bencana yang merupakan produk sintesis dari
peta-peta kebencanaan lainnya yang mencakup peta ancaman (hazard map), peta kerentanan (vulnerability
map) dan peta kapasitas (capacity map). Untuk menjamin terselenggaranya upaya penanggulangan bencana,
khususnya mitigasi resiko bencana, eksistensi keberadaan atau pengadaan peta-peta kebencanaan seharusnya
menjadi hal yang prioritas terutama bagi otoritas pemerintahan suatu kota.

Kata Kunci : mitigasi bencana peta kebencanaan, peta resiko, peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas

PENDAHULUAN Tabel 1
Data Kerugian Bencana Banjir / Longsor Manado
15 Januari 2014
Peristiwa banjir bandang dan longsor
di kota Manado tanggap 15 Januari 2014 Macam Kerugian Kuantitas

tercatat sebagai peristiwa bencana banjir Meninggal 6 orang

dengan tingkat kerugian yang terbesar. Saat Rumah hanyut 742 rumah
terjadinya bencana, aktivitas kota Manado Rumah rusak ringan 4789 rmh + 10 longsor
dapat dikatakan lumpuh total, terutama terkait Rumah rusak sedang 1966 rmh + 5 longsor
dengan kegagalan beroperasinya infrastruktur Rumah rusak berat 3688 rmh + 8 longsor
primer seperti supply energi listrik serta air
Korban banjir 25101 KK
bersih. Belum lagi dengan terganggunya
Korban tanah longsor 20 KK
fungsi sejumlah infrastruktur jalan dan
Terdampak banjir 86348 jiwa
jembatan yang menghambat kelancaran
Terdampak longsor 110 jiwa
transportasi publik. Secara keseluruhan
Masjid (banjir/longsor) 27/-
kerugian yang diakibatkan peristiwa banjir
Gereja (banjir/longsor) 29/1
bandang dan longsor ini, menurut website
Klenteng (banjir/longsor) 4/-
resmi Pemerintah Kota Manado dapat
digambarkan dalam Tabel 1. Data kerusakan Sumber : Pemerintah Kota Manado, 2014

yang ada dalam tabel tersebut belum termasuk Kata “bencana” pada dasarnya
dengan kerusakan infrastruktur seperti jalan merupakan sebuah istilah manusiawi yang
dan jembatan, saluran drainase, tanggul sungai relatif bersifat subjektif. Istilah ini terkait
dan sarana atau fasilitas publik lainnya seperti dengan terjadinya suatu peristiwa tertentu,
Puskesmas, MCK umum dan lain sebagainya. baik alamiah ataupun artifisial, yang
dipandang me”rugi”kan manusia, sebagai

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 61 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

pencipta kata bencana. Peristiwa seperti permukiman yang pasti akan dilabel sebagai
pergerakan tanah, gelombang pasang, bencana, terkait dengan dampak merugikan
rendaman air dan lain sebagainya tidak akan kepentingan manusia yang berbeda pada
disebut “bencana” jika tidak berimplikasi kedua kasus tersebut.
kerugian bagi kehidupan manusia. Singkat Terkait dengan pemahaman di atas,
kata, bencana dapat didefinisikan sebagai maka antisipasi atau respon terhadap bencana
suatu peristiwa yang merugikan. Dari aspek adalah upaya untuk meminimalkan dampak
peristiwa-nya, suatu bencana dapat dilihat merugikan dari suatu peristiwa tertentu baik
sebagai fungsi matematis dari variabel yang alamiah maupun artifisial. Dalam konteks
sifatnya alamiah atau ilahi dan variabel yang pikir ini, maka dua pendekatan yang rasional
sifatnya artifisial atau buatan manusia. dalam mengantisipasi dampak merugikan
Pemahaman ini dapat dikiaskan dengan tersebut ialah :
persamaan berikut :  Menyiasati peluang kejadian dari suatu
peristiwa yang potensial sebagai bencana.
PERISTIWA (bencana) =
 Menyiasati peluang koinsidensi kejadian
f (GOD’S WILL ; HUMAN ACTIONS)
peristiwa tertentu dengan tempat, waktu
Dari aspek atributnya yang merugikan, dan apa yang berasosiasi dengan konten
suatu peristiwa yang disebut dengan tempat dan waktu tersebut.
“bencana”, dapat dipandang sebagai Segenap upaya penanggulangan bencana,
koinsidensi antara variabel tempat, waktu dan pada dasarnya berasosiasi dengan dua
apa yang ada pada tempat dan waktu pendekatan tersebut.
tersebut. Suatu peristiwa tertentu, entah yang Dalam pendekatan yang pertama,
bersifat ilahi ataupun artifisial, akan antisipasi dilakukan dengan berbasis pada
memberikan dampak merugikan manakala upaya yang komprehensif guna menghindari
secara “kebetulan” terjadi pada suatu tempat kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa
dan waktu tertentu dengan konten tertentu tertentu yang berpontensi memberikan
yang terkait dengan kepentingan sekelompok ancaman kerugian bagi kepentingan manusia.
manusia tertentu. Di sisi yang lain, jika Sehubungan dengan sifat peristiwa yang
peristiwa yang sama terjadi pada tempat dan merupakan “fungsi” dari variabel-variabel
waktu tertentu yang kontennya tidak asosiatif natural maupun artifisial, maka secara logis
dengan kepentingan sekelompok manusia, langkah-langkah antisipasi yang konkrit pada
maka peristiwa tersebut dianggap tidak dasarnya hanya dapat diarahkan pada kontrol
memberikan dampak yang merugikan, atau terhadap dinamika variabel-variabel yang
bukan merupakan sebuah bencana. Sebagai sifatnya artifisial manusiawi yang
contoh, suatu peristiwa genangan air akibat berpengaruh terhadap peluang terjadinya
hujan deras pada suatu daerah rawa-rawa yang peristiwa / kejadian ancaman bencana yang
tak berpenghuni (manusia) akan tidak dimaksud. Mensiasati kejadian atau peristiwa
dianggap bencana, jika dibandingkan dengan genangan / aliran air permukaan yang eksesif
genangan air yang terjadi pada suatu kawasan serta longsoran tanah misalnya, dapat

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 62 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

dilakukan melalui kontrol terhadap degradasi mengapa “koinsidensi” kejadian peristiwa


tutupan permukaan tanah akibat aktivitas tersebut dengan tempat, waktu dan kontennya
manusiawi. tidak dapat disiasati pula, sedemikian hingga
Dalam pendekatan yang kedua, dampak kerugiannya dapat diminimalkan.
antisipasi dilakukan dengan berbasis pada Pertanyaan ini pada dasarnya adalah
upaya yang komprehensif guna menghindari pertanyaan retoris yang tertuju kepada kita
“koinsidensi” kejadian peristiwa ancaman selaku pemangku kepentingan di kota Manado.
bencana tertentu pada tempat dan waktu Dalam kalimat yang lain, pertanyaan ini sama
tertentu dengan konten yang sarat dengan saja dengan mempertanyakan bagaimana
kepentingan hidup manusia. Secara sederhana, sebenarnya kapasitas masyarakat dan
pendekatan ini terkait dengan upaya kontrol pemerintah kota dalam mengantisipasi dan
pemanfaatan ruang untuk habitasi / budidaya merespon suatu peristiwa bencana. Kesan
manusia sesuai dengan potensi ancaman awal yang mengemuka adalah bahwa
kejadian bencana yang mungkin terjadi pada kapasitas yang dimiliki masih lebih
zona-zona keruangan yang ada. Contoh yang didominasi oleh kapasitas dalam aspek
sederhana adalah penetapan areal bantaran manajemen pasca bencana (yang itupun masih
sungai atau areal lahan miring ekstrim sebagai terkesan gagap). Bagaimanakah dengan aspek
kawasan hijau dan terlarang untuk areal manajemen antisipatif mitigatif serta aspek
terbangun. manajemen respon darurat?.
Dalam perspektif ini, maka peristiwa Kesimpulan awal yang dapat ditarik
bencana banjir bandang di kota Manado pada adalah bahwa kota Manado sebagai suatu
tanggal 15 Januari 2014 juga dapat dikatakan entitas lingkungan binaan pada dasarnya
sebagai koinsidensi terjadinya peristiwa belum memiliki instrumen penanggulangan
peluapan air beberapa alur sungai di kota bencana yang cukup andal. Instrumen-
Manado yang limpasan airnya mengakibatkan instrumen standar penanggulangan bencana,
kerugian yang luar biasa bagi pemukim yang khususnya untuk tahap prabencana
berada di daerah bantaran sungai-sungai (predisaster) untuk ancaman peristiwa banjir
tersebut. Andaikata sekalipun peristiwa bandang seperti ini praktis belum tersedia.
peluapan air itu terjadi, tapi daerah bantaran Pihak Pemerintah Kota sendiri dalam suatu
sungai-sungai tersebut tidak terokupansi pernyataan sempat mengungkap bahwa
secara eksesif oleh kawasan terbangun, maka rencana penanggulangan yang “sudah ada”
kerugian yang diakibatkan pun praktis tidak hanyalah untuk ancaman peristiwa “banjir”,
akan sebesar yang dirasakan saat itu. tapi bukan untuk “banjir bandang”. Suatu
Diperhadapkan pada kejadian tersebut, pernyataan yang pada dasarnya terkesan
terutama terkait dengan intensitas kerugian penuh dalih. Ketiadaan instrumen-instrumen
yang dirasakan, maka pertanyaan-pertanyaan standar untuk tahap prabencana ini pada
yang mengemuka tentunya adalah mengapa dasarnya merupakan faktor utama yang
peristiwa yang membahayakan (hazard) mengakibatkan tingkat kerugian yang luar
tersebut tidak dapat disiasati kejadiannya, dan

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 63 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

biasa saat bencana banjir bandang terjadi di operasionalnya di wilayah kota Manado, dan
kota Manado. secara nasional pada umumnya.
Dalam konteks ketersediaan instrumen
standar untuk antisipasi peristiwa bencana,
PETA KEBENCANAAN DALAM
instrumen berupa peta kebencanaan KONTEKS PENYELENGGARAN
PENANGGULANGAN BENCANA
merupakan instrumen substansial yang mutlak
harus dipersiapkan. Suatu peta kebencanaan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
pada dasarnya merupakan perangkat atau
Pemerintah dan pemerintah daerah
komponen substansial dalam pengembangan
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
suatu upaya penanggulangan bencana. Jika
penanggulangan bencana. Penyelenggaraan
dihubungkan dengan pemahaman awal
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian
tentang strategi / pendekatan yang rasional
upaya yang meliputi penetapan kebijakan
dalam upaya minimalisir dampak kerugian
pembangunan yang berisiko timbulnya
akibat suatu peristiwa bencana, peta
bencana, kegiatan pencegahan bencana,
kebencanaan dapat dikatakan merupakan
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Dasar
suatu kelengkapan yang sangat relevan
hukum penyelenggaraan bencana di Indonesia
dengan kedua pendekatan tersebut. Peta
adalah UU No.24 Tahun 2007 dan PP No. 21
kebencanaan, secara umum dapat dilihat
Tahun 2008, tentang Penyelenggaraan
sebagai upaya visualisasi “peluang” dari
Penanggulangan Bencana.
terjadinya suatu peristiwa berpotensi bencana,
Lingkup silus penyelenggaraan
serta koinsidensinya dengan tempat dan waktu
penanggulangan bencana terdiri dari :
tertentu, serta konten yang berasosiasi dengan
 Aktivitas Prabencana yang meliputi
tempat dan waktu tersebut, yang akan
situasi tidak terjadi bencana dan situasi
menentukan “kadar” kerugian yang dapat
terdapat potensi bencana
ditimbulkan. Adanya peta kebencanaan, akan
 Aktivitas Tanggap Darurat yang
sangat bermanfaat dalam pengembangan
dilakukan dalam situasi terjadi bencana
“siasat” yang dimaksud dalam kedua
 Aktivitas Pascabencana yang dilakukan
pendekatan sebagaimana telah disinggung
setelah terjadi bencana
sebelumnya.
Tahapan bencana yang digambarkan di
Sehubungan dengan nilai penting dari
atas, tidak seharusnya dipahami sebagai suatu
ketersediaan instrumen peta kebencanaan,
pembagian tahapan yang tegas, dimana
tulisan ini akan mencoba mengurai apa
kegiatan pada tahap tertentu akan berakhir
sebenarnya yang dimaksud dengan peta
pada saat tahapan berikutnya dimulai. Skim
kebencanaan ini, apa urgensi dan
ini harus dipahami bahwa secara realtime
kemanfaatannya, bagaimana cara
semua tahapan dilaksanakan secara bersama-
menyusunnya serta bagaimana kondisi
sama dengan porsi kegiatan yang berbeda.
ketersediaannya sejauh ini secara realtime,
Sebagai gambaran misalnya, pada tahap
secara khusus terkait dengan manfaat
pascabencana kegiatan utamanya adalah

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 64 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

pemulihan, namun demikian kegiatan setiap tahapan dalam penyelenggaran


pencegahan dan mitigasi juga sudah dimulai penanggulangan bencana. Dalam
untuk mengantisipasi bencana yang akan penyelenggaraan penanggulangan bencana,
datang. agar setiap kegiatan dalam setiap tahapan
dapat berjalan dengan terarah, maka disusun
suatu rencana yang spesifik pada setiap
tahapan penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
 Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. Pada tahap
Prabencana dalam situasi tidak terjadi
bencana, dilakukan penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana (Disaster
Management Plan), yang merupakan
rencana umum dan menyeluruh yang
Gambar 1
Siklus Tahapan Kegiatan Penanggulangan Bencana meliputi seluruh tahapan / bidang kerja
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, ttg
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana
kebencanaan. Secara khusus untuk upaya
pencegahan dan mitigasi bencana tertentu
Perencanaan dalam Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana terdapat rencana yang disebut rencana
mitigasi misalnya Rencana Mitigasi
Secara umum perencanaan dalam
Bencana Banjir.
penanggulangan bencana dilakukan pada

Gambar 2
Bentuk Perencanaan Penanggulangan Bencana
Sesuai Siklus Tahapan Kegiatan Penanggulangan Bencana
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, ttg
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 65 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

 Pada tahap Prabencana dalam situasi (RPJM) maupun Rencana Kerja Pemerintah
terdapat potensi bencana dilakukan (RKP) tahunan.
penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk Rencana penanggulangan bencana
menghadapi keadaan darurat yang ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah
didasarkan atas skenario menghadapi daerah sesuai dengan kewenangan untuk
bencana tertentu (single hazard) maka jangka waktu 5 (lima) tahun dan
disusun satu rencana yang disebut dikoordinasikan oleh:
Rencana Kontinjensi (Contingency Plan). - BNPB untuk tingkat nasional;
 Pada Saat Tangap Darurat dilakukan - BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
penyusunan Rencana Operasi - BPBD kabupaten/kota untuk tingkat
(Operational Plan) yang merupakan kabupaten/kota.
operasionalisasi / aktivasi dari Rencana Rencana penanggulangan bencana ditinjau
Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau
yang telah disusun sebelumnya. sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
 Pada Tahap Pemulihan dilakukan
Proses Penyusunan
penyusunan Rencana Pemulihan Rencana Penanggulangan Bencana
(Recovery Plan) yang meliputi rencana
Secara garis besar proses penyusunan
rehabilitasi dan rekonstruksi yang
rencana penanggulangan bencana adalah
dilakukan pada pasca bencana. Jika
sebagai berikut :
bencana belum terjadi, maka untuk
mengantisipasi kejadian bencana dimasa
mendatang dilakukan penyusunan
petunjuk/pedoman mekanisme
penanggulangan pasca bencana.

Perencanaan Penanggulangan Bencana

Perencanaan penanggulangan bencana


disusun berdasarkan hasil analisis risiko
bencana dan upaya penanggulangannya yang
dijabarkan dalam program kegiatan
penanggulangan bencana dan rincian
anggarannya. Perencanaan penanggulangan
bencana merupakan bagian dari perencanaan
Gambar 3
pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan Bagan Proses Penyusunan Rencana Penang. Bencana
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, ttg
dalam perencanaan ini merupakan Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana

program/kegiatan yang terkait dengan


pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang Analisis Kemungkinan Dampak Bencana,

dimasukkan dalam Rencana Pembangunan untuk selanjutnya lazim disebut dengan

Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah Kajian Resiko Bencana.

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 66 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

Kajian Resiko Bencana Kajian resiko bencana pada dasarnya


adalah upaya menentukan intensitas ke-tiga
Kajian resiko bencana bertujuan untuk
komponen risiko tersebut dan menyajikannya
memperlihatkan potensi dampak negatif yang
dalam bentuk spasial maupun non spasial agar
mungkin timbul akibat suatu peristiwa
mudah dimengerti. Pengkajian risiko bencana
potensial bencana yang melanda (ancaman).
digunakan sebagai landasan penyelenggaraan
Potensi dampak negatif yang timbul dihitung
penanggulangan bencana di suatu kawasan.
berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas
Penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk
kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini
mengurangi risiko bencana.
dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar,
Sesuai dengan konsep “matematis”
kerugian harta benda, dan kerusakan
sebelumnya, maka secara sederhana upaya
lingkungan.
pengurangan risiko bencana dapat
Sesuai dengan Peraturan Kepala BNPB
dikategorikan atas tiga strategi, masing-
No.2 Tahun 2012, tentang Pedoman Umum
masing :
Pengkajian Risiko Bencana, konsep umum
 Memperkecil / mengurangi probabilitas
kajian risiko bencana dilaksanakan dengan
ancaman (kejadian berpotensi bencana)
pendekatan sebagai berikut :
pada suatu kawasan;
 Memperkecil / mengurangi tingkat
kerentanan kawasan yang terancam;
 Memperbesar / meningkatkan tingkat
kapasitas kawasan yang terancam.
Dalam pengkajian risiko bencana
prinsip-prinsip yang diperhatikan antara lain
Konsep umum di atas tidak dapat
adalah :
disamakan dengan rumus matematika. Konsep
 Memperhatikan / memanfaatkan data dan
ini semata-mata digunakan untuk
segala bentuk rekaman kejadian yang ada;
memperlihatkan korelasi antara ancaman,
 Integrasi analisis probabilitas kejadian
kerentanan dan kapasitas yang menjadi
ancaman dari para ahli dengan kearifan
determinator tingkat risiko kejadian bencana
lokal masyarakat;
tertentu pada suatu suatu kawasan.
 Kemampuan untuk menghitung potensi
Berdasarkan konsep ini dapat dilihat bahwa
jumlah jiwa terpapar, kerugian harta benda
indeks resiko bencana akan tergantung pada
dan kerusakan lingkungan;
tiga hal, yakni :
 Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi
 Tingkat ancaman kejadian berpotensi
kebijakan pengurangan risiko bencana
bencana pada suatu kawasan;
Dari konteks fungsinya, kajian resiko
 Tingkat kerentanan kawasan yang
bencana memiliki signifikansi fungsi dalam
terancam;
setidaknya tiga tataran, yakni pemerintah,
 Tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
mitra pemerintah dan masyarakat pada

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 67 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

umumnya. Pada tatanan pemerintah, hasil dari Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko
pengkajian risiko bencana digunakan sebagai Bencana. Untuk kebutuhan yang lebih spesifik
dasar untuk menyusun kebijakan seperti penyusunan rencana kontinjensi,
penanggulangan bencana. Kebijakan ini rencana operasi, rencana rehabilitasi dan
nantinya merupakan dasar bagi penyusunan rekonstruksi, dibutuhkan pengembangan dan
Rencana Penanggulangan Bencana yang pendalaman metode kajian.
merupakan mekanisme untuk Dalam konstruksi yang ideal, kajian
mengarusutamakan penanggulangan bencana resiko bencana semestinya dimulai dari
dalam rencana pembangunan. Pada tatanan tingkat kabupaten/kota. Hasil seluruh kajian
mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko kabupaten/kota kemudian dikompilasi di
bencana digunakan sebagai dasar untuk tingkat provinsi. Hasil seluruh kajian tingkat
melakukan aksi pendampingan maupun provinsi kemudian dikompilasi di tingkat
intervensi teknis langsung ke komunitas nasional. Bila kondisi ideal ini tercipta, maka
terpapar untuk mengurangi risiko bencana. akan diperoleh efektivitas penyelenggaraan
Pendampingan dan intervensi para mitra harus penanggulangan bencana untuk setiap
dilaksanakan dengan berkoordinasi dan bencana yang mengancam Indonesia dengan
tersinkronasi terlebih dahulu dengan program dukungan yang tepat baik anggaran maupun
pemerintah dalam penyelenggaraan teknis dari nasional hingga tingkat
penanggulangan bencana. Pada tatanan kabupaten/kota.
masyarakat umum, hasil dari pengkajian Masa berlaku kajian risiko bencana
risiko bencana digunakan sebagai salah satu daerah adalah 5 tahun. Hal ini disebabkan
dasar untuk menyusun aksi praktis dalam karena salah satu fungsi utama kajian ini
rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun adalah untuk menjadi dasar penyusunan
rencana dan jalur evakuasi, pengambilan Rencana Penanggulangan Bencana yang
keputusan daerah tempat tinggal dan durasi kemutakhirannya adalah selama 5
sebagainya. tahun. Kajian risiko bencana dapat ditinjau
Pada dasarnya, metode kajian risiko secara berkala setiap 2 tahun atau sewaktu-
bencana yang dijabarkan dalam Peraturan waktu apabila terjadi bencana dan kondisi
Kepala BNPB masih bersifat umum. Berbagai ekstrim yang membutuhkan revisi dari kajian
pihak terkait dapat saja melakukan yang telah ada.
pengembangan dan pendalaman metode Kajian resiko bencana dapat
kajian yang ada sesuai dengan kebutuhan, dilaksanakan oleh lembaga mana pun, baik
terutama berdasarkan perbedaan karakteristik akademisi, dunia usaha maupun LSM atau
daerah yang terkait. Kajian risiko bencana pun organisasi lainnya asal tetap dibawah
yang dihasilkan dengan metode ini ditujukan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
untuk penyusunan kebijakan umum yang daerah dengan menggunakan metode yang
nantinya dituang ke dalam Dokumen Rencana telah ditetapkan oleh BNPB.
Penanggulangan Bencana Daerah yang akan Komponen pengkajian risiko bencana
menjadi landasan penyusunan Dokumen terdiri dari ancaman, kerentanan dan

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 68 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

kapasitas. Komponen ini digunakan untuk  Menggunakan GIS dengan Analisis Grid
memperoleh tingkat risiko bencana suatu (1 ha) dalam pemetaan risiko bencana.
kawasan dengan menghitung potensi jiwa Pengkajian risiko bencana untuk
terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan menghasilkan kebijakan penanggulangan
lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian bencana disusun berdasarkan komponen
diharapkan mampu menghasilkan peta risiko ancaman, kerentanan dan kapasitas.
untuk setiap bencana yang ada pada suatu Komponen Ancaman disusun berdasarkan
kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini parameter intensitas dan probabilitas kejadian.
harus mampu menjadi dasar yang memadai Komponen Kerentanan disusun berdasarkan
bagi daerah untuk menyusun kebijakan parameter sosial budaya, ekonomi, fisik dan
penanggulangan bencana. Ditingkat lingkungan. Komponen Kapasitas disusun
masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat berdasarkan parameter kapasitas regulasi,
dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan
upaya pengurangan risiko bencana. pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem
Syarat umum yang perlu diperhatikan kesiapsiagaan.
dalam hasil kajian resiko bencana ditetapkan
sebagai berikut : Peta Kebencanaan
Sebagai Hasil Kajian Resiko Bencana
 Memenuhi aturan tingkat kedetailan
Hasil dari kegiatan pengkajian resiko
analisis (kedalaman analisis di tingkat
bencana, secara garis besar akan terdiri dari 2
nasional minimal hingga kabupaten/kota,
(dua) bagian yaitu :
kedalaman analisis di tingkat provinsi
 Peta Risiko Bencana.
minimal hingga kecamatan, kedalaman
analisis di tingkat kabupaten/kota minimal  Dokumen Kajian Risiko Bencana

hingga tingkat kelurahan/desa/kam- Mekanisme penyusunan Peta Risiko

pung/nagari). Bencana saling terkait dengan mekanisme


penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana.
 Skala peta minimal adalah 1:250.000
Peta Risiko Bencana menghasilkan landasan
untuk provinsi; peta dengan skala 1:50.000
penentuan tingkat risiko bencana yang
untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera,
merupakan salah satu komponen capaian
Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan
Dokumen Kajian Risiko Bencana. Selain itu
skala 1:25.000 untuk kabupaten / kota di
Dokumen Kajian Risiko Bencana juga harus
Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
menyajikan kebijakan minimum
 Mampu menghitung jumlah jiwa terpapar
penanggulangan bencana daerah yang
bencana (dalam jiwa).
ditujukan untuk mengurangi jumlah jiwa
 Mampu menghitung nilai kerugian harta
terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan
benda dan kerusakan lingkungan.
lingkungan.
 Menggunakan 3 kelas interval tingkat
Sesuai dengan bagan metodologi
risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang
sebelumnya, serta teruraikan lebih lanjut
dan rendah.
dalam paparan berikut akan dapat dicermati

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 69 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

bahwa peta resiko bencana pada prinsipnya tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang
merupakan “turunan” dari tiga kategori peta dihitung dari data dan metode perhitungan
yang lain, masing-masing adalah peta tersendiri. Peta risiko bencana dibuat untuk
ancaman, peta kerentanan dan peta kapasitas. setiap jenis ancaman bencana yang ada pada
Istilah peta kebencanaan yang digunakan suatu kawasan. Metode perhitungan dan data
dalam tulisan ini merujuk pada ke-empat yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai
kategori peta yang dimaksud. indeks akan berbeda untuk setiap jenis
ancaman.
Gambar tersebut memperlihatkan
METODE PENYUSUNAN
PETA RISIKO BENCANA bahwa Kajian Risiko Bencana diperoleh dari
indeks dan data yang sama dengan
Penyusunan Peta Resiko Bencana
penyusunan Peta Risiko Bencana. Perbedaan
sebagai bagian dari kajian resiko bencana
yang terjadi hanya pada urutan penggunaan
tidak dapat dipisahkan secara mutlak dari
masing-masing indeks. Urutan ini berubah
penyusunan dokumen kajian resiko bencana.
disebabkan jiwa manusia tidak dapat dinilai
Dalam gambar-gambar berikut dapat
dengan rupiah. Oleh karena itu, Tingkat
dicermati metodologi penyusunan peta resiko
Ancaman yang telah memperhitungkan Indeks
bencana serta dokumen kajian resiko bencana
Ancaman di dalamnya, menjadi dasar bagi
serta korelasi antara keduanya.
perhitungan Tingkat Kerugian dan Tingkat
Pada Gambar 5 terlihat bahwa Peta
Kapasitas. Gabungan Tingkat Kerugian dan
Risiko Bencana merupakan overlay
Tingkat Kapasitas merupakan Tingkat Risiko
(penggabungan) dari Peta Ancaman, Peta
Bencana.
Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta-peta

Gambar 5
Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana & Dokumen Kajian Risiko Bencana
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, ttg
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 70 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

Gambar 6
Korelasi Metode Penyusunan Peta Resiko Bencana dan
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, ttg
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana

Korelasi antara metode penyusunan besar memiliki 13 Ancaman Bencana.


Peta Risiko Bencana dan Dokumen Kajian Ancaman tersebut adalah : Gempabumi,
Risiko Bencana terletak pada seluruh indeks Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Letusan
penyusunnya. Berikut ini adalah gambaran Gunung Api, Gelombang Ekstrim dan Abrasi,
utuhnya. Cuaca Ekstrim, Kekeringan, Kebakaran
Pengkajian Risiko Bencana disusun Hutan dan Lahan, Kebakaran Gedung dan
berdasarkan indeks-indeks yang telah Pemukiman, Epidemi dan Wabah Penyakit,
ditentukan. Indeks tersebut terdiri dari Indeks Gagal Teknologi dan Konflik Sosial
Ancaman, Indeks Penduduk Terpapar, Indeks Sebagai tambahan wawasan, uraian-
Kerugian dan Indeks Kapasitas. Kecuali uraian berikut akan menunjukkan bagaimana
Indeks Kapasitas, indeks-indeks yang lain penetapan berbagai indeks yang terkait
amat bergantung pada jenis ancaman bencana. dengan penyusunan Peta Resiko Bencana.
Indeks Kapasitas dibedakan berdasarkan Indeks Ancaman Bencana (hazard)
kawasan administrasi kajian. Pengkhususan disusun berdasarkan dua komponen utama,
ini disebabkan Indeks Kapasitas difokuskan yaitu probabilitas terjadinya suatu ancaman
kepada institusi pemerintah di kawasan kajian. dan intensitasnya. Indeks ini disusun
Peta Risiko Bencana dan Kajian Risiko berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian
Bencana harus disusun untuk setiap jenis yang pernah terjadi pada suatu daerah.
ancaman bencana yang ada pada daerah kajian. Indeks Kerentanan (vulnerability)
Sebagai informasi, Indonesia secara garis dapat dibagi atas kerentanan sosial, ekonomi,

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 71 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

fisik dan ekologi / lingkungan. Kerentanan (dan intensitas bencana). Gambar berikut
didefinisikan sebagai “Exposure (gambar 7) menunjukkan aspek-aspek
(keterpaparan ) kali Sensitivity (sensitivitas). kerentanan suatu daerah terhadap ancaman
Tiap aspek memiliki sensitivitas sendiri yang bencana tertentu dan aspek-aspek
bervariasi berdasarkan jenis ancaman bencana determinantornya.

Gambar 7
Skema Kategorisasi Kerentanan terhadap Bencana dan Determinatornya
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana

Penentuan Indeks Penduduk Kerugian dapat diperoleh setelah Peta


Terpapar dihitung dari komponen sosial Ancaman untuk setiap bencana telah selesai
budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda disusun.
bencana. Komponen ini diperoleh dari Indikator yang digunakan untuk indeks
indikator kepadatan penduduk dan indikator kerentanan ekonomi adalah luas lahan
kelompok rentan pada suatu daerah bila produktif dalam rupiah (sawah, perkebunan,
terkena bencana. Kelompok rentan bisa lahan pertanian dan tambak) dan PDRB.
terdefinisikan antara lain proporsi penduduk Bobot indeks kerentanan ekonomi hampir
berdasarkan kelompok umur. Indeks ini baru sama untuk semua jenis ancaman, kecuali
bisa diperoleh setelah Peta Ancaman untuk untuk ancaman kebakaran gedung dan
setiap bencana selesai disusun. pemukiman.
Komponen ini Indeks kerentanan Indikator yang digunakan untuk
sosial diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan kerentanan fisik adalah kepadatan rumah
penduduk (60%), kelompok rentan (40%) (permanen, semipermanen dan non-permanen),
yang terdiri dari rasio jenis kelamin (10%), ketersediaan bangunan/fasilitas umum dan
rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat ketersediaan fasilitas kritis. Indeks kerentanan
(10%) dan kelompok umur (10%). fisik hampir sama untuk semua jenis ancaman,
Indeks Kerugian diperoleh dari kecuali ancaman kekeringan yang tidak
komponen ekonomi, fisik dan lingkungan. menggunakan kerentanan fisik.
Komponen-komponen ini dihitung Indikator yang digunakan untuk
berdasarkan indikator-indikator berbeda kerentanan lingkungan adalah penutupan
tergantung jenis ancaman bencana. Indeks lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 72 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). kerentanan baru dapat disusun setelah Peta
Indeks kerentanan fisik berbeda-beda untuk Ancaman selesai.
masing-masing jenis ancaman dan diperoleh Pemetaan risiko bencana minimal
dari rata-rata bobot jenis tutupan lahan. memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Indeks kerentanan adalah hasil dari  Memenuhi aturan tingkat kedetailan
produk kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan analisis (kedalaman analisis di tingkat
lingkugan, dengan faktor-faktor pembobotan nasional minimal hingga kabupaten/kota,
yang berbeda untuk masing-masing jenis kedalaman analisis di tingkat provinsi
ancaman yang berbeda. minimal hingga kecamatan, kedalaman
Indeks Kapasitas diperoleh analisis di tingkat kabupaten/kota minimal
berdasarkan tingkat ketahanan daerah pada hingga tingkat kelurahan/desa).
suatu waktu. Tingkat Ketahanan Daerah  Skala peta minimal adalah 1:250.000
bernilai sama untuk seluruh kawasan pada untuk provinsi; peta dengan skala 1:50.000
suatu kabupaten/kota yang merupakan lingkup untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera,
kawasan terendah kajian kapasitas ini. Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan
Penghitungan Tingkat Ketahanan Daerah skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di
dapat dilakukan bersamaan dengan Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
penyusunan Peta Ancaman Bencana pada  Dapat digunakan untuk menghitung
daerah yang sama. jumlah jiwa terpapar bencana (jiwa).
Kajian risiko bencana dilaksanakan  Dapat digunakan untuk menghitung
dengan mengkaji dan memetakan Tingkat kerugian harta benda, (rupiah) dan
Ancaman, Tingkat Kerentanan dan Tingkat kerusakan lingkungan.
Kapasitas berdasarkan Indeks Kerugian,  Menggunakan 3 kelas interval tingkat
Indeks Penduduk Terpapar, Indeks risiko (tinggi, sedang dan rendah)
Ancaman dan Indeks Kapasitas.  Menggunakan GIS.
Metodologi untuk menterjemahkan Peta Risiko dipersiapkan berdasarkan
berbagai indeks tersebut ke dalam peta dan grid indeks atas peta Ancaman, peta
kajian diharapkan dapat menghasilkan tingkat Kerentanan dan peta Kapasitas, berdasarkan
risiko untuk setiap ancaman bencana yang ada rumus: R ≈ H∗V/C atau dengan modifikasi :
pada suatu daerah. Tingkat risiko bencana ini
menjadi landasan utama untuk menyusun
Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Peta Risiko Bencana disusun dengan
melakukan overlay Peta Ancaman (Hazard
Peta risiko multi ancaman dihasilkan
Map), Peta Kerentanan (Vulnerability Map)
berdasarkan penjumlahan dari indeks risiko
dan Peta Kapasitas (Capacity Map). Peta
setiap ancaman berdasarkan pembobotan
Risiko Bencana disusun untuk tiap-tiap
masing-masing ancaman, dengan acuan
bencana yang mengancam suatu daerah. Peta
sebagai berikut:

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 73 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

Tabel 11
Acuan Pembobotan Berdasarkan Jenis Ancaman

Sumber :
Peraturan Kepala BNPB No. 4, Tahun 2008,
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana

SIFAT PETA RISIKO BENCANA database yang dapat diintegrasikan dalam


perencanaan tata ruang / tata bangunan dan
Sifat peta resiko ancaman meliputi tiga
lingkungan, untuk mengoptimalkan
hal, masing-masing :
pembangunan berkelanjutan dalam perspektif
 Dinamis : analisis risiko bukan sesuatu
pengurangan risiko bencana.
yang mati tetapi suatu analisis yang
Dalam integrasinya ke dalam rencana
dinamis dan dapat berubah setiap saat
tata ruang ataupun rencana tata bangunan dan
tergantung upaya-upaya yang sudah
lingkungan dari suatu wilayah/kawasan, peta
dilakukan untuk terkait dengan
resiko bencana dapat menjadi rujukan yang
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
substansial dalam perumusan upaya
 Partisipatif : pelaku kajian / mapping
minimalisasi resiko bencana, di dalam
menawarkan bukan hanya sekedar hasil
wilayah / kawasan tersebut, dalam koridor :
peta risiko dan laporan semata, tapi lebih
 Memperkecil ancaman di dalam kawasan;
pada proses yang partisipatif dan
 Mengurangi kerentanan kawasan yang
berkelanjutan
terancam;
 Akuntabel : hasil peta risiko dapat
 Meningkatkan kapasitas kawasan yang
dipertanggungjawakan, di mana data yang
terancam.
diperoleh dari seluruh instansi harus
melalui proses validasi dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. EVALUASI KETERSEDIAAN
PETA KEBENCANAAN

Dalam tinjauan Nasional, ketersediaan


MANFAAT PETA RISIKO BENCANA
peta kebencanaan, utamanya Peta Resiko
Peta risiko bencana merupakan alat
Bencana, sudah menunjukkan progress yang
analisis risiko bencana secara spasial dan
substansial (publikasi dalam situs Geospasial

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 74 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

BNPB), sekalipun belum melingkupi semua Dalam tinjauan Daerah Kabupaten /


ragam ancaman bencana yang ada. Yang Kota, khususnya kota Manado, sama sekali
masih menjadi pertanyaan adalah apakah peta belum ada rilis peta kebencanaan lain yang
resiko bencana yang ditampilkan telah relevan, kecuali yang telah terpetakan dalam
memperhitungkan indeks ancaman, peta skala provinsi dan nasional. Situs BPBD
kerentanan dan kapasitas sebagaimana Kota pun sama sekali belum memuat
platform metodologi yang telah ditetapkan informasi apapun tentang peta kebencanaan
lewat Peraturan Kepala Badan BNPB.Yang dalam unit spasial wilayah kota Manado.
perlu dikritisi adalah dimensi nilai manfaat MENGAPA ???
operasionalnya yang masih sangat minim,
KESIMPULAN / PENUTUP
karena indeksasi tingkat resiko bencana dalam
peta nasional ini, hanya sampai pada wilayah Peta kebencanaan, sesuai dengan
administrasi provinsi sebagai unit spasial platform regulasi tentang penyelenggaraan
terkecilnya. Hal ini merupakan salah satu bencana nasional, pada dasarnya merupakan
indikasi inkonsistensi terhadap platform yang komponen yang wajib diadakan, utamanya
sudah ditetapkan. dalam konteks perencanaan beragam upaya
Dalam tinjauan Daerah, ketersediaan untuk meminimalkan resiko bencana. In-
peta kebencanaan untuk Provinsi Sulawesi eksistensi peta kebencanaan, terutama dalam
Utara pernah dirilis oleh pihak BNPB berupa level provinsi dan kabupaten / kota
peta resiko bencana untuk sejumlah tipe merupakan suatu fenomena yang
bencana, tapi belum didukung oleh menggemaskan, terutama jika dikaitkan
keberadaan peta indeks ancaman, kerentanan dengan ketersediaan bakuan metodologi, basis
dan apalagi kapasitas, sedemikian hingga data, serta sumberdaya manusia yang cukup
validitasnya masih perlu dipertanyakan. bisa diandalkan. Tidaklah salah jika muncul
Secara teknis dapat diamati bahwa peta risiko justifikasi bahwa kegagapan pemerintah dan
ini hanya merupakan hasil “zoom out”peta masyarakat lokal kota Manado dalam
resiko skala nasional. Yang perlu dikritisi mengantisipasi dan meresponsi peristiwa
adalah dimensi nilai manfaat operasionalnya bencana banjir, longsor dll pada Januari 2014
yang masih sangat minim, karena indeksasi adalah konsekuensi logis ineksistensi peta
tingkat resiko bencana dalam peta provinsi ini, kebencanaan sebagai komponen substansial
hanya sampai pada wilayah administrasi dalam perencanaan penanggulangan bencana
kabupaten / kota sebagai unit spasial di daerah daerah ini.
terkecilnya. Hal ini merupakan salah satu
indikasi inkonsistensi terhadap platform yang
Referensi / Kepustakaan
sudah ditetapkan. Rujukan ke situs BPBD
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24
Sulut pun sejauh ini belum mengindikasikan
Tahun 2009 tentang Penanggulangan
adanya upaya lokal terkait dengan pengadaan Bencana
komponen peta kebencanaan dalam lingkup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.21 Tahun 2008 tentang
unit spasial setempat.

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 75 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.3, November 2017

Penyelenggaraan Penanggulangan Tahun 2012, tentang Pedoman Umum


Bencana Pengkajian Risiko Bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) No.4, Penanggulangan Bencana (BNPB) No.3,
Tahun 2008, tentang Pedoman Tahun 2012, tentang Panduan Penilaian
Penyusunan Rencana Penanggulangan Kapasitas Daerah Dalam Penanggulangan
Bencana Bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional BNPB RI, 2010, Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) No.2, Penanggulangan Bencana 2010-2014

PETA KEBENCANAAN : URGENSI DAN MANFAATNYA


- 76 -

Anda mungkin juga menyukai