Oleh :
Octavianus H. A. Rogi
(Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado, ottyrogi@unsrat.ac.id )
Abstrak
Bencana alam merupakan suatu hal yang sering menjadi momok bagi suatu kota atau kawasan. Bencana
banjir bandang di Kota Manado pada tahun 2014 adalah contoh kasus dengan jumlah kerugian yang terbilang
besar. Mitigasi resiko kerugian akibat kejadian bencana adalah suatu kebijakan yang tidak dapat diabaikan
dan harus dikedepankan dalam setiap strategi pengembangan wilayah suatu kota. Upaya mitigasi bencana
secara komprehensif seyogyanya berangkat dari suatu kajian resiko kebencanaan yang secara substansial akan
bertumpu pada langkah awal dalam wujud penyiapan basis data kebencanaan berbentuk peta-peta
kebencanaan. Dalam garis besar, peta kebencanaan yang harusnya menjadi dasar pengembangan strategi
mitigasi bencana untuk tipe bencana tertentu adalah peta resiko bencana yang merupakan produk sintesis dari
peta-peta kebencanaan lainnya yang mencakup peta ancaman (hazard map), peta kerentanan (vulnerability
map) dan peta kapasitas (capacity map). Untuk menjamin terselenggaranya upaya penanggulangan bencana,
khususnya mitigasi resiko bencana, eksistensi keberadaan atau pengadaan peta-peta kebencanaan seharusnya
menjadi hal yang prioritas terutama bagi otoritas pemerintahan suatu kota.
Kata Kunci : mitigasi bencana peta kebencanaan, peta resiko, peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas
PENDAHULUAN Tabel 1
Data Kerugian Bencana Banjir / Longsor Manado
15 Januari 2014
Peristiwa banjir bandang dan longsor
di kota Manado tanggap 15 Januari 2014 Macam Kerugian Kuantitas
dengan tingkat kerugian yang terbesar. Saat Rumah hanyut 742 rumah
terjadinya bencana, aktivitas kota Manado Rumah rusak ringan 4789 rmh + 10 longsor
dapat dikatakan lumpuh total, terutama terkait Rumah rusak sedang 1966 rmh + 5 longsor
dengan kegagalan beroperasinya infrastruktur Rumah rusak berat 3688 rmh + 8 longsor
primer seperti supply energi listrik serta air
Korban banjir 25101 KK
bersih. Belum lagi dengan terganggunya
Korban tanah longsor 20 KK
fungsi sejumlah infrastruktur jalan dan
Terdampak banjir 86348 jiwa
jembatan yang menghambat kelancaran
Terdampak longsor 110 jiwa
transportasi publik. Secara keseluruhan
Masjid (banjir/longsor) 27/-
kerugian yang diakibatkan peristiwa banjir
Gereja (banjir/longsor) 29/1
bandang dan longsor ini, menurut website
Klenteng (banjir/longsor) 4/-
resmi Pemerintah Kota Manado dapat
digambarkan dalam Tabel 1. Data kerusakan Sumber : Pemerintah Kota Manado, 2014
yang ada dalam tabel tersebut belum termasuk Kata “bencana” pada dasarnya
dengan kerusakan infrastruktur seperti jalan merupakan sebuah istilah manusiawi yang
dan jembatan, saluran drainase, tanggul sungai relatif bersifat subjektif. Istilah ini terkait
dan sarana atau fasilitas publik lainnya seperti dengan terjadinya suatu peristiwa tertentu,
Puskesmas, MCK umum dan lain sebagainya. baik alamiah ataupun artifisial, yang
dipandang me”rugi”kan manusia, sebagai
pencipta kata bencana. Peristiwa seperti permukiman yang pasti akan dilabel sebagai
pergerakan tanah, gelombang pasang, bencana, terkait dengan dampak merugikan
rendaman air dan lain sebagainya tidak akan kepentingan manusia yang berbeda pada
disebut “bencana” jika tidak berimplikasi kedua kasus tersebut.
kerugian bagi kehidupan manusia. Singkat Terkait dengan pemahaman di atas,
kata, bencana dapat didefinisikan sebagai maka antisipasi atau respon terhadap bencana
suatu peristiwa yang merugikan. Dari aspek adalah upaya untuk meminimalkan dampak
peristiwa-nya, suatu bencana dapat dilihat merugikan dari suatu peristiwa tertentu baik
sebagai fungsi matematis dari variabel yang alamiah maupun artifisial. Dalam konteks
sifatnya alamiah atau ilahi dan variabel yang pikir ini, maka dua pendekatan yang rasional
sifatnya artifisial atau buatan manusia. dalam mengantisipasi dampak merugikan
Pemahaman ini dapat dikiaskan dengan tersebut ialah :
persamaan berikut : Menyiasati peluang kejadian dari suatu
peristiwa yang potensial sebagai bencana.
PERISTIWA (bencana) =
Menyiasati peluang koinsidensi kejadian
f (GOD’S WILL ; HUMAN ACTIONS)
peristiwa tertentu dengan tempat, waktu
Dari aspek atributnya yang merugikan, dan apa yang berasosiasi dengan konten
suatu peristiwa yang disebut dengan tempat dan waktu tersebut.
“bencana”, dapat dipandang sebagai Segenap upaya penanggulangan bencana,
koinsidensi antara variabel tempat, waktu dan pada dasarnya berasosiasi dengan dua
apa yang ada pada tempat dan waktu pendekatan tersebut.
tersebut. Suatu peristiwa tertentu, entah yang Dalam pendekatan yang pertama,
bersifat ilahi ataupun artifisial, akan antisipasi dilakukan dengan berbasis pada
memberikan dampak merugikan manakala upaya yang komprehensif guna menghindari
secara “kebetulan” terjadi pada suatu tempat kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa
dan waktu tertentu dengan konten tertentu tertentu yang berpontensi memberikan
yang terkait dengan kepentingan sekelompok ancaman kerugian bagi kepentingan manusia.
manusia tertentu. Di sisi yang lain, jika Sehubungan dengan sifat peristiwa yang
peristiwa yang sama terjadi pada tempat dan merupakan “fungsi” dari variabel-variabel
waktu tertentu yang kontennya tidak asosiatif natural maupun artifisial, maka secara logis
dengan kepentingan sekelompok manusia, langkah-langkah antisipasi yang konkrit pada
maka peristiwa tersebut dianggap tidak dasarnya hanya dapat diarahkan pada kontrol
memberikan dampak yang merugikan, atau terhadap dinamika variabel-variabel yang
bukan merupakan sebuah bencana. Sebagai sifatnya artifisial manusiawi yang
contoh, suatu peristiwa genangan air akibat berpengaruh terhadap peluang terjadinya
hujan deras pada suatu daerah rawa-rawa yang peristiwa / kejadian ancaman bencana yang
tak berpenghuni (manusia) akan tidak dimaksud. Mensiasati kejadian atau peristiwa
dianggap bencana, jika dibandingkan dengan genangan / aliran air permukaan yang eksesif
genangan air yang terjadi pada suatu kawasan serta longsoran tanah misalnya, dapat
biasa saat bencana banjir bandang terjadi di operasionalnya di wilayah kota Manado, dan
kota Manado. secara nasional pada umumnya.
Dalam konteks ketersediaan instrumen
standar untuk antisipasi peristiwa bencana,
PETA KEBENCANAAN DALAM
instrumen berupa peta kebencanaan KONTEKS PENYELENGGARAN
PENANGGULANGAN BENCANA
merupakan instrumen substansial yang mutlak
harus dipersiapkan. Suatu peta kebencanaan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
pada dasarnya merupakan perangkat atau
Pemerintah dan pemerintah daerah
komponen substansial dalam pengembangan
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
suatu upaya penanggulangan bencana. Jika
penanggulangan bencana. Penyelenggaraan
dihubungkan dengan pemahaman awal
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian
tentang strategi / pendekatan yang rasional
upaya yang meliputi penetapan kebijakan
dalam upaya minimalisir dampak kerugian
pembangunan yang berisiko timbulnya
akibat suatu peristiwa bencana, peta
bencana, kegiatan pencegahan bencana,
kebencanaan dapat dikatakan merupakan
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Dasar
suatu kelengkapan yang sangat relevan
hukum penyelenggaraan bencana di Indonesia
dengan kedua pendekatan tersebut. Peta
adalah UU No.24 Tahun 2007 dan PP No. 21
kebencanaan, secara umum dapat dilihat
Tahun 2008, tentang Penyelenggaraan
sebagai upaya visualisasi “peluang” dari
Penanggulangan Bencana.
terjadinya suatu peristiwa berpotensi bencana,
Lingkup silus penyelenggaraan
serta koinsidensinya dengan tempat dan waktu
penanggulangan bencana terdiri dari :
tertentu, serta konten yang berasosiasi dengan
Aktivitas Prabencana yang meliputi
tempat dan waktu tersebut, yang akan
situasi tidak terjadi bencana dan situasi
menentukan “kadar” kerugian yang dapat
terdapat potensi bencana
ditimbulkan. Adanya peta kebencanaan, akan
Aktivitas Tanggap Darurat yang
sangat bermanfaat dalam pengembangan
dilakukan dalam situasi terjadi bencana
“siasat” yang dimaksud dalam kedua
Aktivitas Pascabencana yang dilakukan
pendekatan sebagaimana telah disinggung
setelah terjadi bencana
sebelumnya.
Tahapan bencana yang digambarkan di
Sehubungan dengan nilai penting dari
atas, tidak seharusnya dipahami sebagai suatu
ketersediaan instrumen peta kebencanaan,
pembagian tahapan yang tegas, dimana
tulisan ini akan mencoba mengurai apa
kegiatan pada tahap tertentu akan berakhir
sebenarnya yang dimaksud dengan peta
pada saat tahapan berikutnya dimulai. Skim
kebencanaan ini, apa urgensi dan
ini harus dipahami bahwa secara realtime
kemanfaatannya, bagaimana cara
semua tahapan dilaksanakan secara bersama-
menyusunnya serta bagaimana kondisi
sama dengan porsi kegiatan yang berbeda.
ketersediaannya sejauh ini secara realtime,
Sebagai gambaran misalnya, pada tahap
secara khusus terkait dengan manfaat
pascabencana kegiatan utamanya adalah
Gambar 2
Bentuk Perencanaan Penanggulangan Bencana
Sesuai Siklus Tahapan Kegiatan Penanggulangan Bencana
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, ttg
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana
Pada tahap Prabencana dalam situasi (RPJM) maupun Rencana Kerja Pemerintah
terdapat potensi bencana dilakukan (RKP) tahunan.
penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk Rencana penanggulangan bencana
menghadapi keadaan darurat yang ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah
didasarkan atas skenario menghadapi daerah sesuai dengan kewenangan untuk
bencana tertentu (single hazard) maka jangka waktu 5 (lima) tahun dan
disusun satu rencana yang disebut dikoordinasikan oleh:
Rencana Kontinjensi (Contingency Plan). - BNPB untuk tingkat nasional;
Pada Saat Tangap Darurat dilakukan - BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
penyusunan Rencana Operasi - BPBD kabupaten/kota untuk tingkat
(Operational Plan) yang merupakan kabupaten/kota.
operasionalisasi / aktivasi dari Rencana Rencana penanggulangan bencana ditinjau
Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau
yang telah disusun sebelumnya. sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
Pada Tahap Pemulihan dilakukan
Proses Penyusunan
penyusunan Rencana Pemulihan Rencana Penanggulangan Bencana
(Recovery Plan) yang meliputi rencana
Secara garis besar proses penyusunan
rehabilitasi dan rekonstruksi yang
rencana penanggulangan bencana adalah
dilakukan pada pasca bencana. Jika
sebagai berikut :
bencana belum terjadi, maka untuk
mengantisipasi kejadian bencana dimasa
mendatang dilakukan penyusunan
petunjuk/pedoman mekanisme
penanggulangan pasca bencana.
umumnya. Pada tatanan pemerintah, hasil dari Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko
pengkajian risiko bencana digunakan sebagai Bencana. Untuk kebutuhan yang lebih spesifik
dasar untuk menyusun kebijakan seperti penyusunan rencana kontinjensi,
penanggulangan bencana. Kebijakan ini rencana operasi, rencana rehabilitasi dan
nantinya merupakan dasar bagi penyusunan rekonstruksi, dibutuhkan pengembangan dan
Rencana Penanggulangan Bencana yang pendalaman metode kajian.
merupakan mekanisme untuk Dalam konstruksi yang ideal, kajian
mengarusutamakan penanggulangan bencana resiko bencana semestinya dimulai dari
dalam rencana pembangunan. Pada tatanan tingkat kabupaten/kota. Hasil seluruh kajian
mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko kabupaten/kota kemudian dikompilasi di
bencana digunakan sebagai dasar untuk tingkat provinsi. Hasil seluruh kajian tingkat
melakukan aksi pendampingan maupun provinsi kemudian dikompilasi di tingkat
intervensi teknis langsung ke komunitas nasional. Bila kondisi ideal ini tercipta, maka
terpapar untuk mengurangi risiko bencana. akan diperoleh efektivitas penyelenggaraan
Pendampingan dan intervensi para mitra harus penanggulangan bencana untuk setiap
dilaksanakan dengan berkoordinasi dan bencana yang mengancam Indonesia dengan
tersinkronasi terlebih dahulu dengan program dukungan yang tepat baik anggaran maupun
pemerintah dalam penyelenggaraan teknis dari nasional hingga tingkat
penanggulangan bencana. Pada tatanan kabupaten/kota.
masyarakat umum, hasil dari pengkajian Masa berlaku kajian risiko bencana
risiko bencana digunakan sebagai salah satu daerah adalah 5 tahun. Hal ini disebabkan
dasar untuk menyusun aksi praktis dalam karena salah satu fungsi utama kajian ini
rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun adalah untuk menjadi dasar penyusunan
rencana dan jalur evakuasi, pengambilan Rencana Penanggulangan Bencana yang
keputusan daerah tempat tinggal dan durasi kemutakhirannya adalah selama 5
sebagainya. tahun. Kajian risiko bencana dapat ditinjau
Pada dasarnya, metode kajian risiko secara berkala setiap 2 tahun atau sewaktu-
bencana yang dijabarkan dalam Peraturan waktu apabila terjadi bencana dan kondisi
Kepala BNPB masih bersifat umum. Berbagai ekstrim yang membutuhkan revisi dari kajian
pihak terkait dapat saja melakukan yang telah ada.
pengembangan dan pendalaman metode Kajian resiko bencana dapat
kajian yang ada sesuai dengan kebutuhan, dilaksanakan oleh lembaga mana pun, baik
terutama berdasarkan perbedaan karakteristik akademisi, dunia usaha maupun LSM atau
daerah yang terkait. Kajian risiko bencana pun organisasi lainnya asal tetap dibawah
yang dihasilkan dengan metode ini ditujukan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
untuk penyusunan kebijakan umum yang daerah dengan menggunakan metode yang
nantinya dituang ke dalam Dokumen Rencana telah ditetapkan oleh BNPB.
Penanggulangan Bencana Daerah yang akan Komponen pengkajian risiko bencana
menjadi landasan penyusunan Dokumen terdiri dari ancaman, kerentanan dan
kapasitas. Komponen ini digunakan untuk Menggunakan GIS dengan Analisis Grid
memperoleh tingkat risiko bencana suatu (1 ha) dalam pemetaan risiko bencana.
kawasan dengan menghitung potensi jiwa Pengkajian risiko bencana untuk
terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan menghasilkan kebijakan penanggulangan
lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian bencana disusun berdasarkan komponen
diharapkan mampu menghasilkan peta risiko ancaman, kerentanan dan kapasitas.
untuk setiap bencana yang ada pada suatu Komponen Ancaman disusun berdasarkan
kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini parameter intensitas dan probabilitas kejadian.
harus mampu menjadi dasar yang memadai Komponen Kerentanan disusun berdasarkan
bagi daerah untuk menyusun kebijakan parameter sosial budaya, ekonomi, fisik dan
penanggulangan bencana. Ditingkat lingkungan. Komponen Kapasitas disusun
masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat berdasarkan parameter kapasitas regulasi,
dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan
upaya pengurangan risiko bencana. pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem
Syarat umum yang perlu diperhatikan kesiapsiagaan.
dalam hasil kajian resiko bencana ditetapkan
sebagai berikut : Peta Kebencanaan
Sebagai Hasil Kajian Resiko Bencana
Memenuhi aturan tingkat kedetailan
Hasil dari kegiatan pengkajian resiko
analisis (kedalaman analisis di tingkat
bencana, secara garis besar akan terdiri dari 2
nasional minimal hingga kabupaten/kota,
(dua) bagian yaitu :
kedalaman analisis di tingkat provinsi
Peta Risiko Bencana.
minimal hingga kecamatan, kedalaman
analisis di tingkat kabupaten/kota minimal Dokumen Kajian Risiko Bencana
bahwa peta resiko bencana pada prinsipnya tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang
merupakan “turunan” dari tiga kategori peta dihitung dari data dan metode perhitungan
yang lain, masing-masing adalah peta tersendiri. Peta risiko bencana dibuat untuk
ancaman, peta kerentanan dan peta kapasitas. setiap jenis ancaman bencana yang ada pada
Istilah peta kebencanaan yang digunakan suatu kawasan. Metode perhitungan dan data
dalam tulisan ini merujuk pada ke-empat yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai
kategori peta yang dimaksud. indeks akan berbeda untuk setiap jenis
ancaman.
Gambar tersebut memperlihatkan
METODE PENYUSUNAN
PETA RISIKO BENCANA bahwa Kajian Risiko Bencana diperoleh dari
indeks dan data yang sama dengan
Penyusunan Peta Resiko Bencana
penyusunan Peta Risiko Bencana. Perbedaan
sebagai bagian dari kajian resiko bencana
yang terjadi hanya pada urutan penggunaan
tidak dapat dipisahkan secara mutlak dari
masing-masing indeks. Urutan ini berubah
penyusunan dokumen kajian resiko bencana.
disebabkan jiwa manusia tidak dapat dinilai
Dalam gambar-gambar berikut dapat
dengan rupiah. Oleh karena itu, Tingkat
dicermati metodologi penyusunan peta resiko
Ancaman yang telah memperhitungkan Indeks
bencana serta dokumen kajian resiko bencana
Ancaman di dalamnya, menjadi dasar bagi
serta korelasi antara keduanya.
perhitungan Tingkat Kerugian dan Tingkat
Pada Gambar 5 terlihat bahwa Peta
Kapasitas. Gabungan Tingkat Kerugian dan
Risiko Bencana merupakan overlay
Tingkat Kapasitas merupakan Tingkat Risiko
(penggabungan) dari Peta Ancaman, Peta
Bencana.
Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta-peta
Gambar 5
Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana & Dokumen Kajian Risiko Bencana
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, ttg
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana
Gambar 6
Korelasi Metode Penyusunan Peta Resiko Bencana dan
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, ttg
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana
fisik dan ekologi / lingkungan. Kerentanan (dan intensitas bencana). Gambar berikut
didefinisikan sebagai “Exposure (gambar 7) menunjukkan aspek-aspek
(keterpaparan ) kali Sensitivity (sensitivitas). kerentanan suatu daerah terhadap ancaman
Tiap aspek memiliki sensitivitas sendiri yang bencana tertentu dan aspek-aspek
bervariasi berdasarkan jenis ancaman bencana determinantornya.
Gambar 7
Skema Kategorisasi Kerentanan terhadap Bencana dan Determinatornya
Sumber : PERKABAN (BNPB) No. 4, Tahun 2008, tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penangg. Bencana
bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). kerentanan baru dapat disusun setelah Peta
Indeks kerentanan fisik berbeda-beda untuk Ancaman selesai.
masing-masing jenis ancaman dan diperoleh Pemetaan risiko bencana minimal
dari rata-rata bobot jenis tutupan lahan. memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Indeks kerentanan adalah hasil dari Memenuhi aturan tingkat kedetailan
produk kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan analisis (kedalaman analisis di tingkat
lingkugan, dengan faktor-faktor pembobotan nasional minimal hingga kabupaten/kota,
yang berbeda untuk masing-masing jenis kedalaman analisis di tingkat provinsi
ancaman yang berbeda. minimal hingga kecamatan, kedalaman
Indeks Kapasitas diperoleh analisis di tingkat kabupaten/kota minimal
berdasarkan tingkat ketahanan daerah pada hingga tingkat kelurahan/desa).
suatu waktu. Tingkat Ketahanan Daerah Skala peta minimal adalah 1:250.000
bernilai sama untuk seluruh kawasan pada untuk provinsi; peta dengan skala 1:50.000
suatu kabupaten/kota yang merupakan lingkup untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera,
kawasan terendah kajian kapasitas ini. Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan
Penghitungan Tingkat Ketahanan Daerah skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di
dapat dilakukan bersamaan dengan Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
penyusunan Peta Ancaman Bencana pada Dapat digunakan untuk menghitung
daerah yang sama. jumlah jiwa terpapar bencana (jiwa).
Kajian risiko bencana dilaksanakan Dapat digunakan untuk menghitung
dengan mengkaji dan memetakan Tingkat kerugian harta benda, (rupiah) dan
Ancaman, Tingkat Kerentanan dan Tingkat kerusakan lingkungan.
Kapasitas berdasarkan Indeks Kerugian, Menggunakan 3 kelas interval tingkat
Indeks Penduduk Terpapar, Indeks risiko (tinggi, sedang dan rendah)
Ancaman dan Indeks Kapasitas. Menggunakan GIS.
Metodologi untuk menterjemahkan Peta Risiko dipersiapkan berdasarkan
berbagai indeks tersebut ke dalam peta dan grid indeks atas peta Ancaman, peta
kajian diharapkan dapat menghasilkan tingkat Kerentanan dan peta Kapasitas, berdasarkan
risiko untuk setiap ancaman bencana yang ada rumus: R ≈ H∗V/C atau dengan modifikasi :
pada suatu daerah. Tingkat risiko bencana ini
menjadi landasan utama untuk menyusun
Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Peta Risiko Bencana disusun dengan
melakukan overlay Peta Ancaman (Hazard
Peta risiko multi ancaman dihasilkan
Map), Peta Kerentanan (Vulnerability Map)
berdasarkan penjumlahan dari indeks risiko
dan Peta Kapasitas (Capacity Map). Peta
setiap ancaman berdasarkan pembobotan
Risiko Bencana disusun untuk tiap-tiap
masing-masing ancaman, dengan acuan
bencana yang mengancam suatu daerah. Peta
sebagai berikut:
Tabel 11
Acuan Pembobotan Berdasarkan Jenis Ancaman
Sumber :
Peraturan Kepala BNPB No. 4, Tahun 2008,
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana