Anda di halaman 1dari 11

KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PADA PUSKESMAS KABUPATEN PATI

Dyah Pratiwi, Chatila Maharani

Pusat Layanan Kesehatan Unnes Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Puskesmas merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang menghasilkan limbah
Diterima 4 Februari 2013 medis padat. Puskesmas di Kabupaten Pati telah memiliki incinerator untuk mengelola
Disetujui 22 Maret 2013 limbah medis padat. Masalah penelitian adalah bagaimana proses pengelolaan limbah
Dipublikasikan Juli 2013
medis padat di Puskesmas Kabupaten Pati dan apakah sudah sesuai dengan Kepmenkes
Keywords: No.1428/Menkes/SK/XII/2006. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana proses
Waste; pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas Kabupaten Pati. Metode penelitian
Medical; deskriptif dengan rancangan studi kasus di 3 Puskesmas, yaitu Puskesmas A, B, dan C.
Public Health Centre. Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara,alat perekam gambar, dan alat
perekam suara. Hasil penelitian menunjukkan proses pengelolaan limbah medis padat
pada puskesmas yang seharusnya menggunakan incinerator, belum semua puskesmas
melakukannya. Puskesmas A melakukan penanganan akhir limbah medis padat
menggunakan incinerator, Puskesmas B dengan pembakaran biasa, dan Puskesmas
C dengan melakukan pembakaran di dalam tong berdiameter 40 cm tanpa tidak
menggunakan incinerator. Simpulan penelitian, pengelolaan limbah medis padat pada
Puskesmas Kabupaten Pati belum sesuai dengan ketentuan dalam pengelolaan limbah
medis menurut Kepmenkes No 1428/MENKES/SK/XII/2006.

SOLID WASTE MANAGEMENT IN PUBLIC HEALTH CENTER IN PATI DISTRICT

Abstract
Public Health Center is one of the health care unit that produces solid medical waste.
Public Health Centers in Pati have incinerator to manage solid medical waste. Research
problem was how to process solid medical waste in health centers Pati and whether it is in
accordance with Kepmenkes No.1428/Menkes/SK/XII/2006. Research purpose to determine
the process of solid medical waste management in health centers Pati. Descriptive research
methods by case study in 3 health centers, namely A , B , and C. Research instrument were
interview guides, image recording, and voice recorder. The results showed solid medical
waste management processes in health centers should use the incinerator, but not all health
centers did it. Health center A handling solid medical waste by incinerators, Health center
B by usual burning, and Health Center C burning in the barrel with diameter of 40 cm
without incinerator. The conclusions, medical management of solid medical waste in health
center Pati not accordance with the provision of management medical waste according to
Kepmenkes No. 1428/MENKES/SK/XII/2006.

© 2013 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: dyahp@gmail.com
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

Pendahuluan Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes RI


1428 tahun 2006, di mana incinerator berfungsi
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk memusnahkan limbah infeksius dengan
merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan pembakaran mencapai suhu 800 0C.
yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah Banyak cara untuk menurunakan kadar
medis maupun limbah non medis baik dalam limbah maupun mengurangi kandungan-
bentuk padat maupun cair (Huabo, 2008; kandungan dalam zat-zat tertentu supaya
Brent, 2007). Limbah medis dalam bentuk tidak membahayakan (Eko, 2012). Puskesmas
padat di puskesmas biasanya dihasilkan dari A, Puskesmas B dan Puskesmas C tidak
kegiatan yang berasal dari ruang perawatan menggunakan incinerator dalam mengelola
(bagi puskesmas rawat inap), poliklinik limbah medisnya. Pengelolaan limbah di
umum, poliklinik gigi, poliklinik ibu dan anak/ Puskesmas A Kabupaten Pati tidak dipisah
KIA, laboratorium dan apotik (Saini, 2005; antara limbah medis dengan limbah non
Duana, 2008). Sementara limbah cair biasanya medis, dan melakukan proses pembakaran
berasal dari laboratorium puskesmas yang secara biasa. Puskesmas B yang sudah
kemungkinan mengandung mikroorganisme, akreditasi, melakukan pemisahan limbah, di
bahan kimia beracun, dan radioaktif (Suryati, mana untuk limbah non medis diambil oleh
2009; Hassan, 2008). cleaning service, sedang untuk limbah medis
Jumlah limbah medis yang bersumber dikubur dengan penanganan seperti biasanya.
dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin Sementara pengelolaan limbah di Puskesmas C
lama akan semakin meningkat. Penyebabnya yang belum melayani rawat inap, tidak dipisah
yaitu jumlah rumah sakit, puskesmas, balai antara limbah medis dengan limbah non
pengobatan, maupun laboratorium medis medis. Berdasarkan alasan-alasan tersebutlah
yang terus bertambah. Pada Profil Kesehatan ditetapkan Puskesmas A, Puskesmas B dan
Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa Puskesmas C di Kabupaten Pati sebagai
jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai lokasi penelitian untuk membandingkan dan
1.632 unit. Sementara itu, jumlah puskesmas mengkaji mengenai proses pengelolaan limbah
mencapai 9.005 unit. Fasilitas kesehatan medis padat di Puskesmas A, Puskesmas B dan
yang lain diperkirakan jumlahnya akan terus Puskesmas C di Kabupaten Pati.
meningkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah Sesuai latar belakang permasalahan di
yang tepat. atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
Limbah yang dihasilkan dari upaya ini adalah “Bagaimanakah Pengelolaan Limbah
medis seperti puskesmas, poliklinik dan rumah Medis Padat di Puskesmas Kabupaten Pati ?”.
sakit yaitu jenis limbah yang termasuk dalam
kategori biohazard yaitu jenis limbah yang Metode
sangat membahayakan lingkungan, di mana
di sana banyak terdapat buangan virus, bakteri Metode penelitian yang digunakan
maupun zat-zat yang membahayakan lainnya adalah metode penelitian deskriptif dengan
sehingga harus dimusnahkan dengan jalan rancangan studi kasus. Penelitian ini
dibakar dalam suhu di atas 800 0C (Jang, 2006; menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun
Gautam, 2010; Blenkham, 2006). yang menjadi obyek penelitian ini di antaranya
Berdasarkan survei awal peneliti, kepala puskesmas, staf kesehatan lingkungan,
semua puskesmas di Kabupaten Pati yang dan cleaning service Puskesmas A, Puskesmas B,
berjumlah 29 unit termasuk Puskesmas A, dan Puskesmas C di Kabupaten Pati. Instrumen
Puskesmas B dan Puskesmas C telah memiliki penelitian menggunakan pedoman wawancara,
incinerator untuk mengelola limbah medis alat perekam gambar, dan alat perekam suara.
padat. Incinerator yang ada tersebut hanya Pemeriksaan keabsahan data menggunakan
berfungsi untuk mengubah limbah medis yang triangulasi dengan sumber. Teknik analisis data
infeksius menjadi limbah medis non infeksius, kualitatif menggunakan reduksi data, penyajian
sehingga tidak menghancurkan secara total. data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

75
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

Hasil dan Pembahasan Sedangkan jenis limbah dari Puskesmas


dalam terkait dengan pengelolaannya, menurut
Deskripsi Lokasi Penelitian Adisamito (2008:113) dapat dibedakan menjadi
Penelitian ini mengkaji tentang penge- 5 golongan, yang terdiri dari Golongan A,
lolaan limbah medis padat dengan mengambil Golongan B, Golongan C, Golongan D, dan
lokasi penelitian di puskesmas. Puskesmas ada- Golongan E.
lah unit pelaksana teknis dinas kesehatan ka- Golongan A terdiri dari dresing bedah,
bupaten/kota yang bertanggung jawab menye- swab dan semua limbah yang terkontaminasi
lenggarakan pembangunan kesehatan di suatu dari daerah ini ; bahan-bahan linen dari
wilayah kerja. kasus penyakit infeksi, dan seluruh jaringan
Di kabupaten Pati, terdapat 29 puskes- tubuh manusia, bangkai/jaringan hewan dari
mas, yang diantaranya adalah Puskesmas A, laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan
Puskesmas B, dan Puskesmas C yang ketiganya dengan swab dan dressing.
memiliki karakteristik yang berbeda. Puskes- Golongan B terdiri dari syrenge bekas,
mas A merupakan puskesmas yang menyedia- jarum, cartride, pecahan gelas dan benda tajam
kan fasilitas rawat jalan, tanpa menyediakan lainnya. Golongan C terdiri dari limbah dari
fasilitas rawat inap. Puskesmas B merupakan laboratorium dan post partum (kecuali yang
puskesmas yang menyediakan fasilitas rawat termasuk dalam gol. A). Golongan D terdiri
jalan dan rawat inap bagi masyarakat. Puskes- dari limbah bahan kimia dan bahan farmasi
mas C adalah puskesmas yang menyediakan tertentu. Dan golongan E terdiri dari pelapis
fasilitas rawat jalan dan rawat inap, namun be- bed-pan, disposable, urinoir, incontinence-pad
danya dengan Puskesmas B adalah Puskesmas dan stamag bags.
C sudah terakreditasi sejak bulan Desember Petugas medis di puskesmas cenderung
tahun 2010. menyebutkan contoh limbah medis padat saja.
Seperti petikan wawancara yang disampaikan
Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas oleh Puskesmas A dan Puskesmas B di bawah
Menurut KepMenkes RI No. 1428/ ini :
Menkes/SK/XII/2006, yang dimaksud dengan
limbah medis puskesmas adalah semua limbah “Barang buangan yang dihasilkan dari
yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam tindakan medis. Limbah medis yang
bentuk padat dan cair. Berdasarkan hasil dihasilkan di Puskesmas A ini antara lain :
wawancara di ketiga puskesmas terhadap para spuit, ampul, kasaa, dll”. (Petugas Sanling
Puskesmas A)
petugas medis dan non medis didapatkan hasil
yang hampir sama, bahwa ketiga Puskesmas A, “Sisa-sisa hasil pelayanan medis yg tidak
Puskesmas B, dan Puskesmas C mempunyai terpakai, kalau limbah yang dihasilkan ya
pengetahuan cukup memadai tentang limbah banyak ada spuit, jarum, verban,dll ”. (Kepala
medis padat dan jenisnya. Sebagian besar Puskesmas B)
mereka menjawab bahwa yang dimaksud
dengan limbah medis padat adalah hasil dari Dari hasil wawancara, sebagian besar
sisa pelayanan medis yang sudah tidak terpakai, menjawab spuit, jarum, verban, kassa, ampul,
seperti petikan wawancara di bawah ini : dll. Puskesmas C memberikan jawaban yang
lebih lengkap, yaitu limbah yang dihasilkan
“Limbah adalah hasil dari suatu proses tidak hanya limbah medis padat, melainkan
kegiatan/produksi yang sudah tidak juga terdapat limbah medis cair juga. Petugas
dipergunakan lagi. Kalau jenis limbah yang menyebutkan contoh limbah medis padat
dihasilkan Puskesmas C : Limbah medis,
berupa spuit, verban, botol infus, dll.
limbah cair, dan limbah lainnya. Kalau limbah
medis contohnya spuit, jarum,verban,botol Secara keseluruhan jawaban dari
infus,dll ”. (Petugas Sanling Puskesmas C) narasumber sudah menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan petugas medis pada puskesmas di
Kabupaten Pati sudah cukup baik.

76
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

Perilaku Membuang Limbah Medis Padat padat yang dipisahkan oleh Puskesmas A dan
Berdasar hasil wawancara dan observasi, Puskesmas B adalah botol infus, botol vaksin,
Puskesmas B dan Puskesmas C belum dan kardus. Tujuan pemisahan ini adalah untuk
sepenuhnya para petugas membuang limbah dijual kembali ke pengepul guna dimanfaatkan
medis langsung terpisah karena terkadang kembali untuk pembuatan souvenir.
mereka juga membuang limbah non medis di
tempat sampah untuk jenis limbah medis. Hal “.... tapi kalau botol infus dan botol untuk
itu dilakukan ketika tempat sampah non medis suntik dikumpulkan untuk dijual lagi ”.
penuh. ( Petugas Sanling Puskesmas A)

“Ya, tempat sampahnya memang dipisah. “Kalau sampah medis ya tidak dicampur.
Pembuangannya juga dipisah antara sampah Seperti kerdus itu dipisah, botol dipisah untuk
medis dan non medis. Kecuali kalau salah dijual kembali. Sisanya ya dibakar jadi satu”.
satu tempat sampah itu penuh, ya seadanya. (Petugas Sanling Puskesmas B)
Yang mudah untuk diraih saja ”. ( Perawat
Puskesmas C ) Tempat sampah di Puskesmas C diberi
label dengan tulisan kertas berlapis lakban
Ketika hal tersebut terjadi, sudah pernah bertuliskan sampah medis dan non medis,
mendapat teguran dari petugas sanitasi, namun seperti yang disampaikan dalam wawancara
belum juga diindahkan. Untuk Puskesmas A, seperti berikut :
yang hanya menyediakan satu tempat sampah
di masing-masing unit sangat kurang efektif, “Mulai dari ruang perawatan dipilah,
seperti petikan wawancara berikut ini : dimasukkan ke sampah berbeda, ada yang
medis dan non medis. Kemudian dari sampah
“Tidak ada pelabelan untuk tempat sampah itu diangkut ke tempat pembakaran, untuk
medis dan tempat sampah non medis. sampah yang medis, yang non medis dibawa
Pemisahan warna juga tidak ada. Jadi setelah ke tempat pembuangan. Pemisahan warna
dari masing-masing unit ya itu saja tempat untuk tempat sampah adalah berbahaya
sampahnya dibuang jadi satu ” (Petugas warna merah, yang lainnya hitam untuk yang
Sanling Puskesmas A) biasa ” (Petugas Sanling Puskesmas C)

“Ya, tempat sampahnya memang dipisah.


Limbah layanan kesehatan yang terdiri
Pembuangannya juga dipisah antara sampah
dari limbah cair dan limbah padat memiliki medis dan non medis. Kecuali kalau salah
potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang satu tempat sampah itu penuh, ya seadanya.
dapat mengakibatkan penyakit atau cedera Yang mudah untuk diraih saja ”.( Perawat
(Pruss. A, 2005:3). Puskesmas di Kabupaten Puskesmas C)
Pati umumnya sudah menyediakan tempat
sampah di setiap unit pelayanannya. Puskesmas Pemilahan limbah medis mulai dilakukan
A hanya mempunyai satu tempat sampah di pada saat pelayanan medis, di masing-masing
setiap unit pelayanan, tidak ada pemisahan unit pelayanan di Puskesmas C. Disamping
warna kantong sampah dan pelabelan khusus. itu juga dilkakukan pemisahan warna, bahaya
Untuk Puskesmas B dan Puskesmas C yang menggunakan kresek berwarna merah, sedang
sudah melakukan pelabelan limbah medis dan kresek hitam untuk sampah non medis. Untuk
non medis, namun hanya Puskesmas C yang tempat limbah medis ada label dan dalam
melakukan pemilahan warna kantong sampah. keadaan tertutup, sedang tempat limbah non
medis tidak ada labelnya dan dalam keadaan
Pemilahan Limbah Medis Padat terbuka. Menurut mereka pemilahan terhadap
Pemilahan dilakukan dengan cara limbah medis harus dilakukan karena limbah
memisahkan limbah medis dan limbah medis berbahaya bagi kesehatan.
non medis. Pemilahan limbah medis padat
dilakukan oleh petugas pelayanan puskesmas Proses Pengumpulan Limbah Medis Padat
dan cleaning service, dalam hal ini limbah medis Proses selanjutnya adalah pengumpulan

77
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

limbah medis padat yang dikumpulkan di A, Puskesmas B, dan Puskesmas C masih


masing-masing unit pelayanan, di suatu tempat menggunakan cara manual, dibawa dengan
yang tertutup. Pengumpulan limbah medis ini tangan oleh petugas cleaning service dengan
dilakukan setiap hari oleh petugas cleaning wadahnya.
services.
Proses Penyimpanan Sementara Limbah
“Kalau pengumpulan (pengambilan sampah Medis Padat
dari tempat sampah) sampah ya setiap hari Pengumpulan limbah medis hendaknya
kadang malah sehari dua kali, yaitu pagi dan dipisahkan antara limbah medis dan non medis,
sore ” (Kepala Puskesmas B)
termasuk pemisahan dan pengumpulan limbah
medis berdasarkan karakteristik. Pengumpulan
Seharusnya pengangkutan digunakan
limbah medis Puskesmas B dan Puskesmas C
kereta dorong, dan dibersihkan secara berkala
masih dalam keadaan terpisah antara limbah
serta petugas pelaksana dilengkapi dengan
medis dan non medis. Sedangkan untuk
alat proteksi dan pakaian kerja khusus,
puskesmas A, ketika pengumpulan sementara
pengangkutan sampah medis ke tempat
sebelum penanganan akhir, masih dicampur
pembuangan di luar (off-site) memerlukan
dengan limbah non medis, seperti petikan
prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus
wawancara berikut ini :
dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur
tersebut termasuk memenuhi peraturan
“Rumah incinerator. Tempatnya tertutup.
angkutan lokal yaitu diangkut dalam kontainer Dari masing-masing unit langsung dibawa
khusus, harus kuat dan tidak bocor. ke ruang incinerator. Nanti disimpan disitu
Lebih jauh dilelaskan dalam proses dalam waktu yang belum ditentukan. Kalau
pegangkutan oleh petugas mengenai kantung selama ada BIAS ini enam bulan di ruang
yang dibawa, bahwa kantung dengan warna incenerator menunggu menumpuk dulu
harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. baru akan dibakar. Masih jadi satu disana ”.
Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label (Petugas Sanling Puskesmas A)
yang jelas dan kantung harus diangkut dengan
memegang lehernya, sehingga kalau dibawa Penyimpanan sementara yang terlalu
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di lama mengakibatkan tempat penyimpanan
tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan akan berantakan, tidak beraturan dan lebih
Pruss (2005:67-68), bahaya bisa menyebabkan infeksi. Limbah
Puskesmas A yang hanya menyediakan infeksius dapat mengandung berbagai macam
fasilitas rawat jalan, memiliki volume limbah mikroorganisme pathogen. Pathogen tersebut
medis yang sedikit. Dalam sehari limbah medis dapat memasuki tubuh manusia melalui
padat yang dihasilkan dari proses pelayanan beberapa jalur, yaitu akibat tusukan, lecet,
kesehatan berkisar antara 0,5 kg. Limbah atau luka dikulit; melalui membrane mukosa;
medis padat yang dihasilkan dari fasilitas melalui pernafasan; dan melalui ingesti.
pelayanan medis di Puskesmas B berkisar Kekhawatiran pokok yang muncul
antara 3 kg sampai 3,5 kg, karena Puskesmas B adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui
tidak hanya menyediakan fasilitas rawat jalan, subkutan dapat menyebabkan masuknya agens
namun juga menyediakan fasilitas rawat inap. penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada
Volume limbah medis padat yang dihasilkan darah (Pruss. A, 2005: 22). Sampah medis
dari fasilitas pelayanan di Puskesmas C setiap hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai
harinya adalah 5 kg. Puskesmas yang sudah dengan kebutuhan.
akreditasi sejak bulan Desember tahun 2010 Proses penyimpanan sementara di
selalu ramai dikunjungi pasien setiap harinya, Puskesmas A berlangsung selama 6 bulan
karena menyediakam fasilitas rawat jalan dan untuk menungu volume limbah medis padat
rawat inap. sudah banyak, untuk keperluan efisiensi
Pada proses pengangkutan dan bahan bakar. Selama 6 bulan limbah medis
pemindahan limbah medis padat di Puskesmas padat disimpan dalam ruangan seluas 3 m x

78
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

3 m dimana di dalam ruangan tersebut juga lama tak terpakai. Ini dipakai juga karena
terdapat incinerator. kebijakan kepala puskesmas yang baru, jadi
Proses penyimpanan sementara limbah peraturan baru. Kalau dulu dibakar jadi satu
sampah medis dan non medis dibakar biasa,
medis padat di Puskesmas B dapat kita lihat
tapi kalau botol infus dan botol untuk suntik
dari petikan wawancara di bawah ini :
dikumpulkan untuk dijual lagi ”. (Petugas
Sanling Puskesmas A)
“Kalau pengumpulan ( pengambilan sampah
dari tempat sampah ) sampah ya setiap
hari kadang malah sehari dua kali, yaitu
Pada beberapa tahun terakhir, yaitu
pagi dan sore, setelah itu dibawa ke tempat dari tahun 2007 sampai bulan Oktober 2012,
penampungan sementara dengan panjang 4 pemusnahan dilakukan dengan membakar di
m lebar 3 m dalam 2 m, itu disimpan 3-4 hari Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) oleh
”. (Kepala Puskesmas B) petugas cleaning services. Hasil pembakaran
tersebut kemudian ditanam pada tanah
Limbah medis padat dikumpulkan oleh berukuran 4 m x 3 m dengan kedalaman 2 m.
petugas cleaning service Puskesmas B setiap Apabila tempat pembuangan limbah medis
hari dan ditimbun sementara di dalam tanah tersebut sudah penuh, maka petugas akan
berukuran panjang 4 m lebar 3 m dengan menggali tanah baru lagi untuk menanam.
kedalaman 2 m. Limbah medis dicampur Pada satu bulan terakhir, yaitu mulai
menjadi satu dengan limbah non medis di bulan Januari 2013, pemusnahan limbah
tempat penyimpanan sementara ini. Proses ini medis padat menggunakan incinerator yang
berlangsung selama 3-4 hari sambil menunggu mempunyai kapasitas menghancurkan limbah
proses pembakaran. infeksius. Saat pertama mendapat incinerator
Penyimpanan sementara limbah medis yaitu pada tahun 2007, incinerator hanya
di Puskesmas C dilakukan dengan menyimpan digunakan sebanyak 2 kali kemudian tidak
limbah medis di dalam tong selama 3 - 4 hari, difungsikan, maka limbah medis dibakar
seperti petikan wawancara di bawah ini : kemudian ditanam pada tanah.
Dalam petikan wawancara dengan
“Kalau untuk pengangkutannya setiap hari. sumber informasi, terdapat perbedaan informasi
Setelah diangkut kemudian ditaruh di yang disampaikan kepala Puskesmas B dengan
penyimpanan (tong diameter 40 cm tinggi 50 petugas sanling mengenai penganangan akhir
cm) lalu seminggu dua kali baru dibakar. Sisa limbah medis padat. Hal ini dapat dilihat dari
pembakaran (abu) kemudian dikeluarkan
pernyataan petikan wawancara dibawah ini :
dari tong lalu dipendam dalam tanah.
Kalau tanahnya sudah penuh ya digali lagi ”.
“Kita kan kebetulan mempunyai incinerator,
(Petugas Sanling Puskesmas C)
jadi limbah medis dan infeksius kita masukkan
incinerator. Tapi, ya incinerator yang kita
Apabila dalam waktu 3 - 4 hari limbah miliki sifatnya tidak menghancurkan, namun
medis sudah penuh kemudian dilakukan hanya mengubah limbah infeksius menjadi
penanganan akhir dalam pengelolaan limbah limbah non infeksius setelah itu kita lakukan
medis. penanganan akhir ”. (Kepala Puskesmas B)

Proses Penanganan Akhir Limbah Medis Kenyataan lain disampaikan oleh


Padat petugas sanitasi di Puskesmas B seperti petikan
Berdasar hasil wawancara dan observasi, wawancara dibawah ini :
setelah proses penyimpanan sementara yang
berkisar antara 3 – 4 hari selanjutnya dilakukan “ Ya incinerator itu dulu rusak, sampai
proses pengelolaan akhir. Berikut petikan sekarang tidak bisa digunakan mbak. Sudah
wawancaranya : laporan kepusat tapi tidak ada respon.
Akhirnya ya didiamkan dan penanganan
akhir limbah medis menggunakan
“Terus terang baru sekali ini incinerator
pembakaran manual ”.(Petugas Sanling
dipakai setelah kurun waktu yang cukup
Puskesmas B)

79
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

“Dicampur mbak mbakare kalih sampah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) setiap hari.
liyanipun ”. (Cleaning Service Puskesmas
B) Kendala Pengoperasian Incinerator
Setelah peneliti melakukan observasi, Proses pengelolaan akhir limbah medis
didapat hasil bahwa pengolahan akhir padat yang harusnya menggunakan incinerator
limbah medis padat di Puskesmas B masih ternyata mengalami beberapa kendala. Dalam
menggunakan pembakaran manual. Dari satu hari Puskesmas A menghasilkan limbah
proses pemidahan dari tempat sampah lalu medis padat berkisar antara 0,5 kg, maka dalam
dibawa ke Tempat Penyimpanan Sementara satu minggu jumlah limbah medis padatnya
(TPS) dalam kurun waktu 3-4 hari. Apabila sebesar 3,5 kg. Untuk mencukupi kapasitas
limbah medis yang disimpan di TPS sementara mesin incinerator 10 kg, membutuhkan waktu
sudah penuh, kemudian dilakukan penanganan kira-kira 1 bulan untuk pembakaran, jika
akhir yaitu pemusnahan. sekarang harga solar masih Rp. 4.500,00 maka
Pemusnahan dilakukan dengan sekali pengoperasian incinerator mebutuhkan
cara dibakar di TPS sebanyak 2 kali dalam
biaya Rp. 45.000,00. Tidak perlu menunggu
seminggu oleh petugas cleaning services. Hasil
hingga 6 bulan untuk efisiensi bahan bakar,
pembakaran tersebut kemudian ditanam pada
karena limbah yang terlalu lama ditimbun akan
tanah berukuran 4 m x 3 m dengan kedalaman
menimbulkan bahaya.
2 m. Apabila tempat pembuangan limbah medis
Minimnya biaya operasional sering
tersebut sudah penuh, maka petugas akan
menjadi keluhan dari beberapa puskesmas,
menggali tanah baru lagi untuk melakukan
salah satunya dapat dilihat dari petikan
proses pengolahan akhir kembali.
wawancara di bawah ini :
Penanganan akhir limbah padat medis
harusnya menggunakan incinerator, tetapi
“Terus terang kita tidak ada dana dalam
karena suatu hal membuat incinerator tidak pengoprasian Incinerator. Tidak ada
difungsikan, maka limbah medis dibakar anggaran. Karena sekali kita membakar,
kemudian ditanam pada tanah bercampur Incinerator membutuhkan 15 liter solar ”
dengan limbah non medis seperti sisa makanan, ( Kepala Puskesmas B)
sisa perkantoran, dll.
Proses penanganan akhir limbah medis Dalam satu hari Puskesmas B
di Puskesmas C dilakukan setiap minggu menghasilkan limbah medis padat berkisar
dengan cara dibakar di tempat pembakaran antara 3 kg, maka dalam satu minggu jumlah
sampah yaitu dalam tong berukuran diameter limbah medis padatnya sebesar 21 kg. Untuk
40 cm oleh petugas cleaning services, lalu sisa mencukupi kapasitas mesin incinerator 10 kg,
pembakaran (abu) yang masih ada sisa benda hanya dibutukan waktu kira-kira 3 sampai 4 hari
yang tidak hancur oleh proses pembakaran untuk pembakaran, jika sekarang harga solar
seperti jarum suntik, dipendam di dalam tanah, masih Rp. 4.500,00 maka sekali pengoperasian
seperti petikan wawancara berikut ini : incinerator mebutuhkan biaya Rp. 45.000,00.
Dalam waktu 3 sampai 4 hari membutuhkan
“Kalau untuk pengangkutannya setiap hari.
biaya Rp. 45.000,00 maka dalam satu bulan
Setelah diangkut kemudian ditaruh di
penyimpanan (tong diameter 40 cm tinggi 50
membutuhkan biaya Rp. 450.000,00. Oleh
cm) lalu seminggu dua kali baru dibakar. Sisa karena itu incinerator yang diletakkan tempat
pembakaran (abu) kemudian dikeluarkan tersendiri di bagian belakang puskesmas hanya
dari tong lalu dipendam dalam tanah. pertama kali saja digunakan.
Kalau tanahnya sudah penuh ya digali lagi” Dalam satu hari Puskesmas C
(Petugas Sanling Puskesmas C) menghasilkan limbah medis padat berkisar
antara 5 kg, maka dalam satu minggu jumlah
Lebih lanjut mereka memberi informasi limbah medis padatnya sebesar 35 kg. Untuk
apabila tempat pembuangan limbah sudah mencukupi kapasitas mesin incinerator 10
penuh maka akan menggali tanah baru lagi, kg, dibutukan waktu kira-kira 2 hari untuk
dan untuk limbah non medis diangkut oleh pembakaran, jika sekarang harga solar masih

80
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

Rp. 4.500,00 maka sekali pengoperasian non medis di Puskesmas Kabupaten Pati, sudah
incinerator mebutuhkan biaya Rp. 45.000,00. menyediakan alat pelindung diri sederhana
Dalam sebulan Puskesmas C mengeluarkan yaitu berupa sarung tangan, masker, dan sepatu.
kocek sebesar Rp. 675.000,00. Biaya yang cukup Walaupun masih terdapat beberapa Puskesmas
besar dikeluarkan bagi Puskesmas C. yang masih belum menyediakan alat pelindung
Kendala lainnya adalah petugas yang diri bagi petugas cleaning service.
biasanya menggunakan incinerator yaitu
kesling atau cleaning services belum pernah Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pengelolaan
diberi pelatihan / training tentang tata cara Akhir Limbah Medis Padat di Puskesmas
penggunaan incinerator, walaupun terdapat Penggunaan alat pelindung diri sudah
Standart Operating Procedure (SOP) incinerator. diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun
Selain itu, incinerator hanya mengubah limbah 1970 tentang keselamatan kerja, khususnya
medis infeksius menjadi limbah medis tidak pasal 9, 12, dan 14, yang mengatur penyediaan
infeksius, tidak menghancurkan limbah dan penggunaan alat pelindung diri di tempat
infeksius hingga menjadi abu. kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi tenaga
kerja.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan hasil wawancara dengan
Proses pembakaran limbah medis para informan, didapatkan hasil bahwa para
merupakan proses yang dapat membahayakan petugas cleaning service pernah mengalami
bagi petugas yang melakukannya, karena asap kejadian kecelakaan kerja. Hal yang sering
yang dikeluarkan saat pembakaran terjadi adalah tertusuk jarum bekas suntikan, berikut
mengandung berbagai zat yang berbahaya beberapa petikan wawancara :
bagi kesehatan, oleh karena itu petugas harus
menggunakan pelindung. “Ya pernah ping gangsal mbak. Tapi ya
Petugas yang menangani pengelolaan langsung keruang dokter puskesmas A mbak.
limbah harus menggunakan pelindung saat Dikasih obat panas karena sehari setelah itu
membakar limbah medis. Menurut petugas saya meriang ”.(Cleaning Service Puskesmas
B)
sanitasi yang menangani pengelolaan limbah
medis, puskesmas menyediakan Alat Pelindung “Kalau setiap pekerjaan ya ada resikonya.
Diri (APD) tapi minimalis yaitu berupa sarung Termasuk cleaning service. Ya pernah
tangan dan masker, seperti petikan wawancara bahkan sering tertusuk. Tapi habis dikasih
dibawah ini : obat ya sembuh lagi ”. (Kepala Puskesmas B)

“Kami menyediakan masker dan sarung “Ya pernah tertusuk mbak. Tapi disini saya
tangan mbak. Dan dipakai oleh cleaning selalu menggunakan sarung tangan mbak.
service nya ”. (Petugas Sanling Puskesmas Sepatu juga. Harus itu mbak ”. (Cleaning
A) Service Puskesmas C)

Kenyataan lain diungkap oleh kesaksian Puskesmas di Kabupaten Pati umumnya


cleaning service seperti petikan wawancara melakukan pengobatan dalam kejadian
dibawah ini : kecelakaan kerja tersebut dan memberikan
pengobatan hingga luka sembuh, namun di
“Ah ya tidak pernah mbak, biasa nyeker saya Puskesmas A terdapat perbedaan informasi,
ini. Ini kalau tidak ada mbaknya juga tidak seperti petikan wawancara dibawah ini :
pernah dikasih ini, tadinya sampah masih
berantakan mbak, wong ada imunisasi itu “Setahu saya belum mbak. Kan bapak yang
ya tigggal di taruhin sini makane ada bekas membersihkan selalu menggunakan sarung
jarum-jarum kathah” (Cleaning Service tangan, sepatu dan masker ketika bekerja ”.
Puskesmas A) (Petugas Sanling Puskesmas A)

Berdasarkan hasil observasi dan Jawaban yang berbeda didapat dari


wawancara dengan petugas medis dan petugas pernyataan petugas cleaning service seperti

81
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

petikan wawancara di bawah ini : benda tajam dan jarum ditampung pada wadah
khusus seperti botol, dan sampah domestik
“Wah ya sering mbak. Dulu sampahnya menggunakan kantong plastik berwarna hitam,
masih dijadikan satu lalu dibakar di lubang terpisah antara sampah basah dan kering.
tanah, baru satu bulan ini dimasukkan mesin Setelah dilakukan pemisahan limbah
pembakar ini mbak. Dulu sering sekali saya sesuai dengan jenis limbah dalam tempat yang
tertusuk. Ya saya obati sendiri. Soale dulu
terpisah kemudian dikumpulkan dan diangkut
kepala puskesmas radi rewel mbak, dados
kulo mboten wantun”. (Cleaning Service ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS), se-
Puskesmas A) lanjutnya dilakukan pengelolaan akhir limbah.
Adapun pengelolaan limbah padat dibedakan,
Dari hasil wawancara dan observasi di di mana untuk sampah infeksius harus dimus-
Puskesmas A, memang untuk petugas cleaning nahkan dalam incinerator, sedangkan sampah
service kurang mendapat perhatian terhadap domestik dapat dikubur, dibakar ataupun di-
keselamatan dalam bekerja. angkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pengelolaan Limbah Medis Menurut Perbandingan Proses Pengelolaan Limbah


Kepmenkes No 1428/MENKES/SK/XII/2006 Medis Padat pada Puskesmas dengan
Pengelolaan limbah medis menurut Kepmenkes RI No 1428/MENKES/SK/
Kepmenkes No 1428/MENKES/SK/XII/2006 XII/2006
dapat digambarkan alurnya pada Gambar 1. Pada dasarnya proses pengelolaan limbah
Gambar 1. menerangkan tentang alur medis padat di Puskesmas A, Puskesmas B dan
proses pengelolaan limbah medis padat di di Puskesmas C berbeda, perbedaan tersebut
puskesmas menurut Kepmenkes No 1428/ dapat dilihat melalui Tabel 1.
MENKES/SK/XII/2006, yaitu sejak awal pem- Berdasar Tabel 1 diketahui bahwa
buangan limbah, harus sudah dilakukan di faktanya banyak ketentuan dalam pengelolaan
tempat yang terpisah. Selain dipisahkan anta- limbah medis menurut Kepmenkes No 1428/
ra limbah limbah infeksius dan non infeksius MENKES/SK/XII/2006 yang tidak dilakukan
(limbah domestik). atau tidak dipatuhi oleh Puskesmas A,
Setiap ruangan harus disediakan tempat Puskesmas B dan Puskesmas C di Kabupaten
sampah yang terbuat dari bahan yang kuat, Pati. Limbah medis padat yang seharusnya
cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mudah dipisahkan antara limbah infeksius dan
dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong non infeksius, tidak dilakukan oleh ketiga
plastik. Untuk sampah infeksius menggunakan puskesmas tersebut.
kantong plastik berwarna kuning, benda- Pelabelan tempat sampah antara limbah

Pemisahan warna
Pembuangan limbah
yang berbeda : Pemisahan benda
di tempat yang
terpisah, yaitu tajam dan jarum
- Kuning : sampah
sampah infeksius infeksius botol
dan non infeksius - Hitam : sampah
domestik

Pengelolaan Akhir Pengangkutan dan


Limbah Pengumpulan ke TPS

Gambar 1. Alur proses pengelolaan limbah medis padat di puskesmas menurut Kepmenkes No
1428/MENKES/SK/XII/2006
82
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

medis dan non medis hanya dilakukan oleh kan pembakaran biasa di tempat terbuka yaitu
Puskesmas B dan Puskesmas C, sedang di dalam tong berdiameter 40 cm tidak meng-
Puskesmas A dan tidak melakukan pelabelan. gunakan incinerator.
Pemisahan limbah medis dan non medis Pemisahan limbah medis padat yang
menurut ketentuan harus dipisahkan dengan berdasar ketentuan tetap harus dilakukan
menggunakan warna kantong plastik yang sampai saat pengelolaan akhir dilakukan oleh
berbeda yaitu kantong plastik berwarna kuning Puskesmas B dan Puskesmas C, sedangkan
untuk sampah infeksius dan kantong plastik Puskesmas A antara limbah medis dan non
berwarna hitam untuk sampah domestik (non medis dibakar bersamaan di tempat yang
medis) serta terpisah antara sampah basah sama. Seharusnya limbah medis dimusnahkan
dan kering, namun Puskesmas C memisahkan dengan incinerator, sedang limbah non medis
sampah medis dengan kantong merah dan dibakar atau dikubur tersendiri atau dibuang ke
sampah non medis dengan warna kantong TPA.
hitam. Dari uraian di atas nyatalah bahwa
Pemisahan benda tajam dan jarum (di- pengelolaan limbah medis baik Puskesmas
masukan dalam botol), juga tidak dilakukan A, Puskesmas B dan Puskesmas C dapat
baik di Puskesmas A, Puskesmas B dan Puskes- dikatakan belum sesuai dengan ketentuan yang
mas C. Pengumpulan limbah di tempat pengum- berlaku yaitu ketentuan dalam pengelolaan
pulan sementara dilakukan oleh Puskesmas A, limbah medis menurut Kepmenkes No 1428/
Puskesmas B dan Puskesmas C. Selanjutnya MENKES/SK/XII/2006. Masih banyak hal yang
proses akhir pengelolaan limbah medis padat perlu diperbaiki dan mendapat perhatian dari
puskesmas menurut ketentuan harus menggu- pihak puskesmas agar tercipta lingkungan yang
nakan incenerator yang mempunyai kapasitas sehat baik dalam puskesmas itu sendiri maupun
memusnahkan limbah infeksius, belum semua lingkungan sekitarnya yang menjadi tanggung
puskesmas melakukannya. Puskesmas A jawab puskesmas.
melakukan penanganan akhir limbah medis Puskesmas A, Puskesmas B serta
padat menggunakan incinerator (baru akan). Puskesmas C di Kabupaten Pati mempunyai
Puskesmas B melakukan penanganan akhir kendala yang relatif sama dalam pengelolaan
limbah medis padat dengan pembakaran biasa limbah medis, yaitu dalam hal penggunaan
dan dicampur antara limbah medis dan limbah incinerator. Kendala tersebut adalah puskesmas
non medis. Puskesmas C melakukan penanga- tidak mempunyai dana untuk membiayai
nan akhir limbah medis padat dengan melaku- rutin operasional incinerator secara rutin,

Tabel 1. Proses Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas A, Puskesmas B, dan Puskesmas C
Kepmenkes No 1428/
PUSKESMAS A PUSKESMAS B PUSKESMAS C
MENKES/SK/XII/2006
Pemisahan limbah infeksius
Tidak Ya Ya
dan non infeksius
Pelabelan tempat sampah Tidak Ya Ya
Pemisahan warna kantong
Tidak Tidak Ya
tempat sampah
Pemisahan benda tajam dan
Tidak Tidak Tidak
jarum (dimasukkan botol)
Pengumpulan di tempat
Ya Ya Ya
pengumpulan sementara
Pengelolaan akhir dengan Ya tapi setelah 6
Tidak Tidak
incinerator bulan ditampung
Pemisahan limbah pada saat
Ya, manual Tidak Ya
pengelolaan akhir

83
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84

dan di Puskesmas C cerobong incinerator adalah dengan melakukan pembakaran secara


nya rusak. Keadaan ini membuat incinerator manual, atau mengumpulkan limbah medis
tidak dipakai sama sekali. Pihak puskesmas sampai tempat penyimpanan limbah sementara
mengatasi keadaan ini dengan beberapa cara, benar-benar penuh kemudian baru dilakukan
seperti Puskesmas A menggunakan apabila pembakaran menggunakan incinerator.
limbah medis sudah sangat menumpuk,
disimpan selama minimum 6 bulan sejak Daftar Pustaka
pergantian kepala puskesmas pada Januari
2013 pembakaran akan dilakukan dengan Bassey, B.E. 2006. Characterization and management
incinerator. of solid medical wastes in the Federal Capital
Territory, Abuja Nigeria. African Health
Puskesmas B mensiasati kekurangan dana
Sciences, 6(1): 58-63
tersebut dengan menggunakan pembakaran Blenkharn, J.I. 2006. Standards of clinical waste
biasa di galian tanah terbuka seluas 4 m x 3 management in UK hospitals. Journal of
m dengan kedalama 2 m. Puskesmas C yang Hospital Infection, 62(3): 300-303
cerobong incinerator rusak sudah melaporkan Brent, A.C. 2007. Application of the analytical
kerusakan tersebut kepada Dinas Kesehatan hierarchy process to establish health care
dan untuk pengelolaan akhir limbah medis waste management systems that minimise
padat menggunakan cara pembakaran biasa infection risks in developing countries.
European Journal of Operational Research,
di tong sampah berdiameter 40 cm dengan
181(1): 403-424
ketinggian 50 cm. Duana, H. 2008. Hazardous waste generation and
management in China: A review. Journal of
Penutup Hazardous Materials, 158(2–3): 221–227
Eko, H. 2012. Cascade Aerator dan Bubble Aerator
Proses pengelolaan limbah medis di dalam Menurunkan Kadar Mangan Air
Puskesmas A, Puskesmas B dan Puskesmas Sumur Gali. Jurnal Kemas, 8(1): 41-50
C di Kabupaten Pati pada dasarnya memiliki Gautam, V. 2010. Biomedical waste management:
Incineration vs. environmental safety. Indian
proses yang sama yaitu dari pemilahan
Journal of Medical Microbiology, 28(3): 191-
limbah medis dan non medis, pengumpulan 192
dan pengangkutan limbah ke TPS, disimpan Hassan, M.M. 2008. Pattern of medical waste
di TPS dampai penuh, kemudian dilakukan management: existing scenario in Dhaka
proses akhir pengelolaan limbah medis padat City, Bangladesh. BMC Public Health, 8: 36
yaitu melalui pembakaran. Pembakaran Huabo, D. 2008. Hazardous waste generation and
di Puskesmas B dan Puskesmas C masih management in China: A review Journal of
menggunakan pembakaran biasa, sedang di Hazardous Materials, 158(2-3): 221-227
Jang, Y.C. 2006. Medical waste management in Korea.
Puskesmas A menggunakan incinerator.
Journal of Environmental Management,
Secara keseluruhan proses pengelolaan 80(2): 107-115
limbah medis di Puskesmas A, Puskesmas B Pruss. A. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan
dan di Puskesmas C di Kabupaten Pati belum Kesehatan, Cetakan I. Jakarta: Penerbit EGC.
sesuai dengan ketentuan yaitu Keputusan Men- Saini, S. 2005. Knowledge, Attitude and Practices
teri Kesehatan No.1428/Menkes/SK/XII/2006 of Bio-Medical Waste Management
tentang standar dan persyaratan kesehatan Amongst Staff of a Tertiary Level Hospital
lingkungan puskesmas. in India. Journal of the Academy of Hospital
Kendala utama pada pengelolaan limbah Administration, 17(2)
Seehusen, D.A. 2006. Patient Practices and Beliefs
medis padat di Puskesmas A, Puskesmas B dan
Concerning Disposal of Medications. J Am
Puskesmas C di Kabupaten Pati adalah tidak Board Fam Med, 19(6): 542-547
adanya biaya untuk mengoperasikan incinerator Suryati, dkk. 2009. Evaluasi Pengolahan Limbah
secara rutin. Adapun upaya yang telah Cair di RSU Cut Meutia Kota Lhokseumawe.
dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut Jurnal Kedokteran Nusantara, 42(1): 41-47

84

Anda mungkin juga menyukai