Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Menstruasi

a. Pengertian

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan

siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium

(Sarwono, 2006, p.103).

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan

siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium. Terjadi saat lapisan

dalam rahim luruh dan keluar (Proverawati & Misaroh, 2009, p.35).

Menstruasi merupakan pengeluaran darah yang berlangsung

antara 3-7 hari, dengan jumlah darah yang hilang sekitar 50-60 cc tanpa

bekuan darah (Manuaba, 1999, p.53).

Menstruasi adalah pengeluaran cairan dari vagina secara

berkala selama masa usia reproduktif. Biasanya berlangsung selama 3-7

hari (Ramaiah, 2006, p.19).

b. Siklus Menstruasi

Secara sederhana Maulana (2008, p.35) menjelaskan

mekanisme terjadinya haid, dimana menurutnya haid merupakan bagian

dari proses regular yang mempersiapkan tubuh perempuan setiap

bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang

8
9

dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus

yaitu FSH (Folikel Stimulating Hormons) dan LH (Luteinesing

Hormons), kelenjar di bawah otak depan, dan indung telur. Pada

permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.

Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh

jika perempuan itu hamil.

Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormons) dan LH

(Luteinesing Hormons) memberi sinyal pada telur di dalam indungnya

untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur di lepaskan

dari indungnya dan mulai bergerak menuju tuba fallopi, terus ke rahim.

Jika telur tidak dibuahi oleh sperma, lapisan rahim dalam akan berpisah

dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui

vagina. Periode pengeluaran darah dikenal sebagai periode haid,

berlangsung selama ± 3-7 hari.

Menurut Sarwono (2006, p.46-49) menerangkan bahwa pada

tiap siklus haid dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut:

1) Masa haid : selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas,

sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah atau

minimum.

2) Masa proliferasi : terjadi sampai hari ke-14. Pada waktu itu

endometrium tumbuh kembali, disebut dengan endometrium

mengadakan proliferasi. Antara hari ke 12-14 dapat terjadi pelepasan

ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.


10

3) Sesudahnya dinamakan masa sekresi. Pada akhir masa ini

endometrium berubah kearah sel-sel desidua, terutama yang berada

di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan

adanya nidasi.

Pada tiap-tiap siklus haid FSH (Folikel Stimulating Hormons)

dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menyebabkan beberapa

folikel primer dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu

folikel, namun kadang-kadang lebih dari satu, dan kemudian

berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen

ini menekan produksi FSH (Folikel Stimulating Hormons), sehingga

lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang

kedua, yakni LH (Luteinesing Hormons). Produksi kedua hormon

gonadotropin (LH dan FSH) tersebut dibawah pengaruh Realising

Hormons (RH) yang disalurkan dari Hipotalamus ke hipofisis.

Penyaluran RH ini dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

ke hipotalamus.

Bila penyaluran RH (Realising Hormons) normal atau

berjalan baik, maka produksi gonadotropin-gonadotropin akan baik

pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin matang

dan makin banyak berisi likuor folikulli yang mengandung estrogen.

Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yaitu

menyebabkan endometrium tumbuh atau berproliferasi. Waktu ketika

proses proliferasi terjadi disebut masa proliferasi.


11

Di bawah pengaruh LH (Luteinesing Hormons) folikel de

Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, kemudian

terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi ini

kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang

peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut

intermenstrual pain. Pula dapat diikuti perdarahan vagina sedikit.

Setelah ovulasi terjadi, dibentukklah korpus rubrum

(berwarna merah oleh karena perdarahan tersebut di atas), yang akan

menjadi korpus luteum (warnanya menjadi kuning) di bawah pengaruh

hormon-hormon LH (Luteotrophic Hormons). Korpus luteum

menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai

pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan

menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi

(masa sekresi).

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan

ini mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun.

Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada

arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis

dengan hyperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu

terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endomterium yang

nekrotik. Proses ini disebut haid / mensis (gambar 2.1).

Siklus menstruasi pada wanita tidak sama, dengan varians

normal antara 26-32 hari atau 28-35 hari. Oleh karena korpus luteum
12

mempunyai umur sekitar 8-10 hari, dapat diperhitungkan terdapat

pergeseran dari ovulasi (pelepasan telur) yang mempengaruhi

perhitungan masa subur. Mengetahui minggu subur sangat penting

berkaitan dengan upaya dapat hamil bagi yang menginginkan atau

menghindari hubungan seksual bagi yang ber-KB dengan sistem

“pantang berkala” (Manuaba, 1999, p.55).

Gambar 2.1 Siklus Menstruasi


(http://medicastore.com/masa_subur/images/siklusens.jpg)

2. Dysmenorrhea

a. Pengertian

Beberapa pendapat tentang dysmenorrhea, antara lain :

1) Menurut Andira (2010, p.39-40), dysmenorrhea adalah gangguan fisik

yang berupa nyeri atau kram perut. Gangguan ini biasanya terjadi pada

24 jam sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan terasa selama 24-

36 jam.
13

2) Menurut Ramaiah (2006, p.26), dysmenorrhea adalah nyeri atau kram

yang amat sangat pada abdomen sebelum atau selama menstruasi.

3) Menurut Manuaba (1999, p.57), dysmenorrhea adalah rasa nyeri saat

menstruasi. Perasaan nyeri tersebut biasanya dapat berupa kram ringan

pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.

4) Menurut Sarwono (2006, p.229), dysmenorrhea merupakan suatu rasa

tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali

disertai rasa mual.

5) MIMS petunjuk Konsultasi (2007/2008, p.59), mengatakan bahwa

dysmenorrhea adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan selama

menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah.

Gejala ini disebabkan karena tingginya produksi hormon prostaglandin

6) Menurut El Manan (2011, p.46), dysmenorrhea adalah nyeri perut yang

berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi.

7) Menurut Proverawati dan Misaroh (2009, p.82-83), dysmenorrhea adalah

nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat

menurunnya kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari. Istilah

dysmenorrhea berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau

nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhea yang artinya flow

atau aliran. Jadi dysmenorrhea adalah gangguan aliran darah menstruasi

atau nyeri menstruasi.

Dari beberapa pendapat mengenai dysmenorrhea, maka dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa dysmenorrhea adalah rasa nyeri yang


14

timbul menjelang dan selama menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas

sehari-hari, ditandai dengan gejala kram abdomen bagian bawah karena

tingginya produksi hormon prostaglandin.

b. Klasifikasi Dysmenorrhea

1) Dysmenorrhea primer

Dysmenorrhea primer, (disebut juga dysmenorrhea idiopatik,

esensial, intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi

(tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat

kelainan pada alat kandungan. Nyeri ini dari bagian perut menjalar ke

daerah pinggang dan paha, terkadang disertai mual dan muntah, diare, sakit

kepala dan emosi labil (Proverawati & Misaroh, 2009, p.85-86).

Dysmenorrhea primer tidak dapat diketahui secara pasti.

Dysmenorrhea primer lebih sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50%

wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri hebat.

Biasanya dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3

tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri pada dysmenorrhea primer di duga

berasal dari kontrkasi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin (kelenjar

kelamin) dan mencapai puncaknya pada umur 15 dan 25 tahun. Adapun

faktor lain yang dapat memperburuk dysmenorrhea adalah rahim yang

menghadap ke belakang, kurang berolahraga, dan stress psikis atau sosial.

Perbedaan berat ringannya nyeri tergantung pada kadar prostaglandin.

Wanita yang mengalami dysmenorrhea memiliki kadar prostaglandin 5-13

kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak mengalami dysmenorrhea.


15

Meskipun demikian, tidak perlu khawatir karena pertambahan umur dan

kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dysmenorrhea primer (El

Manan, 2011,p.47-48).

Dysmenorrhea primer mulai timbul sejak haid pertama kali

(menarche) dan kelihatannya keluhan sakitnya menjadi sedikit berkurang

seiring jalannya waktu, setelah wanita yang bersangkutan menikah dan

begitu hamil langsung hilang (Yatim, 2001, p.17-18).

Dysmenorrhea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche

biasanya setelah 12 bulan atau lebih, karena siklus haid pada bulan pertama

setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai rasa

nyeri (Sarwono, 2006, p.229).

Menurut Sarwono (2006, p.229-230), ada beberapa faktor peranan

sebagai penyebab dysmenorrhea primer, antara lain :

a) Faktor kejiwaan

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka

tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul

dysmenorrhea.

b) Faktor konstitusi (kebiasaan fungsional dari tubuh)

Faktor ini erat kaitannya dengan faktor kejiwaan, dapat juga menurunkan

ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit

menahun dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhea.


16

c) Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya

dysmenorrhea primer ialah stenosis kanalis servikalis.

d) Faktor endokrin

Faktor ini mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot

usus

e) Faktor alergi

Teori ini dikemukakansetelah memperhatikan adanya asosiasi antara

dysmenorrhea dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale bahwa

sebab alergi ialah toksin haid.

2) Dysmenorrhea Sekunder

Dysmenorrhea sekunder, (disebut juga sebagai dismenorea

ekstrinsik) adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan

ginekologik, misalnya endometriosis, fibroids dan adenomyosis. Terjadi

pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dysmenorrhea

(Proverawati&Misaroh, 2009, p.86).

Dysmenorrhea sekunder yaitu nyeri yang disebabkan oleh

kelainan ginekologik seperti salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis

uteri, stenosis servisis uteri (Sarwono, 2006, p.229).

Dysmenorrhea sekunder disebut juga dengan dysmenorrhea

ekstrinsik, adalah nyeri haid yang disebabkan kelainan organ reproduksi.

Biasanya terjadi pada wanita yang berusia kurang dari 25 tahun dan dapat

terjadi pada 25% wanita yang mengalami dysmenorrhea. Ada beberapa hal
17

yang dapat menyebabkan dysmenorrhea sekunder (Andira, 2010, p.40-41)

yaitu :

a) Endometriosis, yaitu pertumbuhan jaringan dan dinding rahim pada

daerah di luar rahim seperti tuba fallopi atau ovarium.

b) Penyakit rongga dalam daerah kemaluan

c) Peradangan tuba fallopi

d) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut

e) Pemakaian IUD

Dysmenorrhea sekunder biasanya didapati pada wanita berusia

diatas 20 tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa mulai tampak pada usia

kurang dari 20 tahun (Ramaiah, 2004, p.65).

Rasa sakit akibat dysmenorrhea sekunder berkaitan dengan

hormon prostaglandin. Karena hormon tersebut banyak dihasilkan di dalam

rahim seperti alat KB atau tumor. Selain itu, prostaglandin juga berpengaruh

dalam meningkatkan kontraksi otot rahim yang bertujuan mendorong benda

asing itu keluar (Yatim, 2001, p.18).

c. Faktor Resiko Dysmenorrhea

Beberapa faktor di bawah ini dianggap sebagai faktor resiko timbulnya nyeri

menstruasi (Atikah&Proverawati, 2009, p. 87-88), yaitu :

1) Menstruasi pertama (menarche) di usia dini atau kurang dari 12 tahun

2) Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nullipara)

3) Darah menstruasi berjumlah banyak atau masa menstruasi yang panjang

4) Merokok atau smoking


18

5) Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga

6) Obesitas atau kegemukan/ kelebihan berat badan

d. Tanda dan Gejala Dysmenorrhea

Gejala dysmenorrhea yang paling umum adalah nyeri mirip kram di

bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala lain yang

timbul diantaranya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing

dan rasa kembung. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi

dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Ramaiah, 2004, p.65-66).

Menurut Kasdu (2008, p.13) ada beberapa gejala dysmenorrhea yang

harus dipahami, diantaranya adalah :

1) Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi.

2) Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai.

3) Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari

4) Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian

bawah dan tungkai.

5) Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul

yang terus menerus.

6) Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening.

Dysmenorrhea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala

yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk

konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau

intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekuensi dysmenorrhea cukup tinggi

dan lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat


19

dipecahkan dan memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami

rasa tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali

rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga memaksa

penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya

sehari-hari (Sarwono, 2006, p.229).

e. Penanganan Dysmenorrhea

Beberapa pendapat tentang upaya penanganan dysmenorrhea adalah :

1) Upaya penanganan dysmenorrhea menurut Yatim (2001, p.24) yaitu :

a) Olahraga dan latihan peregangan otot-otot dan ligament sekitar rongga

panggul, agar aliran darah di rongga panggul lancar. Selain itu, juga

dengan kebiasaan makanan berserat seperti makan buah dan sayur.

b) Obat-obatan anti sakit (analgetik) sebaiknya bukan golongan narkotik

seperti morfin dan codein.

c) Obat-obatan penghambat pengeluaran hormon prostaglandin, seperti

aspirin, indomethacin dan asam mefenamat.

2) Upaya penanganan dysmenorrhea menurut Proverawati dan Misaroh (2009,

p.89) :

a) Latihan aerobik, seperti berjalan kaki, bersepeda atau berenang,

membantu memproduksi bahan alami yang dapat mem-blok rasa sakit.

b) Pakai kompres panas atau dingin pada daerah perut jika nyeri terasa.

c) Pastikan tidur yang cukup sebelum dan selama periode menstruasi.


20

d) Menghindari minum-minuman yang mengandung alkohol, kopi dan

coklat karena dapat meningkatkan kadar estrogen yang nantinya dapat

memicu lepasnya prostaglandin.

e) Minum-minuman hangat yang berkalsium tinggi seperti susu.

f) Menggosok-gosok perut/ pinggang yang sakit.

g) Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah.

h) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi.

i)Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh minum

analgetik yang banyak dijual di toko obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3

kali sehari.

3) Upaya penanganan dysmenorrhea menurut Sarwono (2006, p.231) adalah :

a) Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dysmenorrhea adalah gangguan

yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan

dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan

penderita. Kadang juga perlu psikoterapi.

b) Pemberian obat analgesic

Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres

panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesic

yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan

kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah novalgin, ponstan

dan acet-aminophen.
21

c) Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat

sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-

benar dysmenorrhea primer atau untuk memungkinkan penderita

melaksankan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan

ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi

kontrasepsi.

d) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Terapi ini memegang peranan yang paling penting terhadap

dysmenorrhea primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen dan

naproksen, hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai yaitu

satu sampai tiga hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.

e) Dilatasi kanalis servikalis

Dapat memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah

haid dan prostaglandin di dalamnya.

3. Remaja

a. Pengertian

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh mrnjadi dewasa”. Istilah adolescence yang

berasal dari bahasa Inggris, saat ini mrmpunyai arti yang cukup luas,

mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut

Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja


22

adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah

(Proverawati & Misaroh, 2009, p.1).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa. Masa ini sering disebut masa pubertas (Aryani, 2010, p.1).

Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan

masa dewasa. Hal ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai

tercapainya kematangan biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan

usia 12 tahun pada wanita (Proverawati & Misaroh, 2009, p.2).

b. Pembagian Masa Remaja

Menurut Widyastusti,dkk (2009, p.8), masa remaja dibagi menjadi tiga

tahap yaitu :

1) Masa remaja awal (10-12 tahun)

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya

b) Tampak dan merasa ingin bebas

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)

2) Masa remaja tengah (16-19 tahun)

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam

d) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang

e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual


23

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peran) terhadap dirinya

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta

e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak

c. Ciri-Ciri Usia Remaja

Menurut Aryani (2010, p.66-67), usia remaja mempunyai cirri-ciri tertentu

yang dibedakan menjadi 7, yaitu :

1) Masa remaja adalah peralihan

Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan

berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi

seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa

yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk

membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan

sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.

2) Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat. Perubahan

perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang

terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku

(perubahan sikap menjadi ambivalen.


24

3) Masa remaja adalah masa yang penuh masalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini

terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri

tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang jika terjadi

penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

4) Masa remaja adalah masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya

dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama

dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai

individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan

dirinya terhadap kelompok sebaya.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi,

tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga

menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke

dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki pandangan seperti

ini akan selalu mencurigai remaja, sehingga menimbulkan pertentangan

dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.

6) Masa remaja sebagai masa yang tidak realitas

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri,

baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum

melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.


25

7) Masa remaja adalah ambang masa dewasa. Dengan berlalunya usia

belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha member

kesan sebagai seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan

dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa,

misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

4. Pendidikan Kesehatan

a. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer

materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat

prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran

dari dalam individu, kelompok, atau masyarakat sendiri (Mubarak dan

Chayatin, 2009, p.358).

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik)

untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan

kesehatannya (Notoatmodjo, 2010, p.26).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan (Mubarak dan Chayati, 2009, p.358)

adalah :

1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri


26

2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan

sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar

3) Memutuskan kegiatan yang paling tepatguna untuk meningkatkan taraf

hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan berdasarkan WHO

(1954) yang dikutip oleh Fitriani (2011, p.72) adalah untuk mengubah

perilaku orang atau masyarakat dari perilaku yang tidak sehat atau belum

sehat menjadi perilaku sehat.

c. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2003, p.26-27) sasaran pendidikan kesehatan dibagi

dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :

1) Sasaran Primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya

pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan

kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala

keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk

masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan

remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran

primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat

(empowerment).

2) Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh masyarakat, tokoh

agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena


27

dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok

inidiharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Upaya promosi

kesehatan yang ditujukan jepada sasaran sekunder ini adalah sejalan

dengan strategi dukungan sosial (social support).

3) Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat,

maupun daerah adalah sasaran tersier. Dengan kebijakan-kebijakan atau

keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak

terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada masyarakat umum.

Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini

sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi

(Fitriani, 2011, p.77-78), yaitu ;

1) Dimensi sasaran

a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu

b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

2) Dimensi tempat pelaksanaan

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat yang dengan

sendirinya sasaran berbeda pula yaitu :

a) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid


28

b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau puskesmas dengan sasaran

pasien dan keluarga pasien

c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan yang bersangkutan.

3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan

dari Leavel dan Clark, yaitu sebagai berikut :

a) Promosi kesehatan (Health Promotion)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan seperti,

peningkatan gizi, perbaikan kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi

lingkungan serta hygien perorangan.

b) Perlindungan umum dan khusus (General and Specific Protection)

Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus sangat

dibutuhkan terutama di Negara berkembang. Hal ini juga sebagai akibat

dari kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang imunisasai sebagai

perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anak yang masih

rendah.

c) Pembatasan kecacatan (Disability Limitation)

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit

sehingga masyarakat tidak melanjutkan pengobatan sampai tuntas.

Dengan kata lain. Pengobatan dan pemeriksaan yang tidak sempurna

mengakibatkan orang tersebut mengalami ketidak mampuan atau

kecacatan
29

d) Diagnosis dini dan pengobatan segera

Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan

dan penyakit maka sering kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi

pada masyarakat, bahkan masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan

diobati sehingga masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan

yang layak.

e) Rehabilitasi (Rehabilitation)

Untuk memulihkan kecacatan kadang diperlukan latihan-latihan tertentu.

Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat segan

melakukan latihan yang dianjurkan.

e. Langkah-langkah dalam Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Menurut Effendy (1998, p.254) ada beberapa langkah yang harus ditempuh

dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat, yaitu :

1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat

2) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat

3) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu untuk ditangani melalui

penyuluhan kesehatan masyarakat

4) Menyusun perencanaan penyuluhan, seperti :

a) Menetapkan tujuan

b) Penentuan sasaran

c) Menyusun materi atau isi penyuluhan

d) Memilih metoda yang tepat

e) Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan


30

5) Pelaksanaan penyuluhan

6) Penilaian hasil penyuluhan

7) Tindak lanjut dari penyuluhan

f. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2003, p.56-62) agar mencapai suatu hasil yang optimal,

materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu

pendidikan. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan

sasaran massa dan sasaran individual. Ada 3 macam metode pendidikan

kesehatan, yaitu :

1) Metode Pendidikan Individual (perorangan)

Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru, atau

membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alas an yang berbeda-beda sehubungan dengan

perilaku tersebut. Bentuk pendekatan ini, antara lain :

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif.

b) Interview (wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali

informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan.


31

2) Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada

beberapa macam metode kelompok tersebut, yaitu:

a) Kelompok besar

Apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, antara lain ceramah

dan seminar.

(1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

rendah. Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ceramah

(Effendy, 1998, p.238), yaitu :

1. Keuntungan dari ceramah :

a. Banyak orang yang dapat mendengarkan atau memperoleh pengetahuan di

bidang kesehatan

b. Dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca

c. Mudah dilaksanakan

d. Mudah mempersiapkannya

e. Mudah mengorganisasi

2. Kerugian dari ceramah :

a. Tidak memberikan kesempatan kepada sasaran untuk berpartisipasi secara

aktif

b. Cepat membosankan apabila ceramahnya kurang menarik

c. Pesan yang disampaikan mudah dilupakan


32

d. Diberikan hanya satu kali saja

e. Sering timbul pengertian lain apabila sasaran kurang memperhatikan

(2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah ke atas.

(3) Tanya Jawab

Adalah suatu metode belajar dua arah. Tujuan mengaktifkan sasaran sehingga

minat meningkat dan pola piker meningkat. Adapun keuntungan dan kerugian

dari metode ini (Susilo, 2011, p.82), yaitu :

(a) Kelebihan :

1. Dapat memperoleh pendapat baru

2. Merangsang setiap anggota untuk berperan secara aktif

3. Dapat dipakai dalam kelompok besar maupun kecil.

(b) Kerugian:

1. Mudah terlepas dari control

2. Harus dilanjutkan dengan evaluasi, jika diharapkan efektif

b) Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara

lain :

(1) Diskusi Kelompok

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-

pancingan yang berupa pertanyaan sehubungan dengan topic yang dibahas.


33

(2) Curah Pendapat (brain stroming)

Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.

(3) Bola Salju (snow balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan kemudian dilontarkan suatu

pertanyaan atau masalah.

(4) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang

kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak dengan

kelompok lain.

(5) Memainkan Peran (role play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu.

(6) Permainan Simulasi (simulation game)

Gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.

3) Metode Pendidikan Massa

Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Berikut ini ada beberapa contoh metode untuk

pendekatan massa, yaitu :

a) Ceramah Umum (public speaking)

b) Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik

televisi maupun radio

c) Simulasi, misalnya dialog antara pasien dengan dokter

d) Billboard
34

5. Konsep Dasar Perilaku

a. Definisi Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau

suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi

dan tujuan baik disadarai maupun tidak (Wawan dan Dewi, 2010, p.48).

Menurut Notoatmodjo (2005, p.43) perilaku adalah suatu kegiatan

atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab

itu, dari segi biologis semua mahluk hidup termasuk binatang dan manusia,

mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia adalah sebagai salah satu

mahluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang

kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan-jalan, berbicara,

bekerja, menulis, membaca, berpikir dan seterusnya. Secara singkat aktivitas

manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2, yakni : aktivitas-aktivitas yang

dapat diamati oleh orang lain dan aktivitas yang tidak diamati oleh orang

lain (dari luar).

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi dalam Notoatmodjo

(2005, p.43) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian,

perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus  Organisme 

Respons, sehingga teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-

organisme-respons). Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis

respons, yaitu :
35

1) Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli,

karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Respon-dent

respons juga mencakup perilaku emosional.

2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang

lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau

reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Perilaku tertutup (Corvert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

“unobservable behavior” atau “convert behavior” yang dapat diukur

dari pengetahuan dan sikap.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

“observable behavior”.
36

b. Faktor-faktor Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2005, p.45) perilaku itu terbentuk di

dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni : stimulus merupakan

faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respons

merupakan faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan (faktor

internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik

lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi,

politik, dan sebagainya. Sedangkan faktor internal yang menentukan

seseorang itu merespons stimulus dari luar adalah : perhatian, pengamatan,

persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.

c. Perilaku Kesehatan

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2005, p.46) perilaku

kesehatan (health behavior) adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang,

baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati

(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau

melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan

kesehatan, dan mencari penyembuhan bila sakit atau terkena masalah

kesehatan.

Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007, p.139)

perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.


37

d. Determinan Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005, p.59) dalam bidang perilaku

kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-

penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori tersebut adalah :

1) Teori Lawrence Green

Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan, yakni

behavior factors (faktor perilaku), dan non-behavior factors atau faktor

non-perilaku. Faktor perilaku tersebut telah ditentukan oleh 3 faktor

utama, yaitu:

a) Faktor-faktor predisposisi (pre disposing faktors), yaitu faktor-faktor

yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain, pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,

nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor

pemungkin merupakan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk

terjadinya perilaku kesehatan.

c) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

2) Teori Snehandu B. Karr

Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu:

a) Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan

objek atau stimulus dari luar dirinya.


38

b) Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support).

c) Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah

tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan

diambil oleh seseorang.

d) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk

mengambil keputusan.

e) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).

3) Teori WHO

WHO merumuskan determinan perilaku sangat sederhana. Seseorang

berperilaku karena adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu:

a) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling). Hasil pemikiran-

pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan

pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus,

merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.

b) Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang

dipercayai (personal reference).

c) Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

d) Sosio budaya (culture) biasanya sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku seseorang.


39

6. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

waktu pengindraan sanmpai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoadmojo, 2003, p.121).

Menurut Notoadmojo (2003, p.121) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang

(over behavior). Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan (Notoadmojo, 2003, p.121-122), yaitu:

1) Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).

2) Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini

sikap subyek sudah mulai timbul.


40

3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak

baik lagi.

4) Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

5) Adopsi (adoption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat

(Notoadmojo, 2005, p.50-52), yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi


41

ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010, p.16-18), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseoranh terhadap

perkembangan orang lain menuju kea rah cita-cita tertentu yang

menentukkan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan juga dapat


42

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola

hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi.

b) Mass media / informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi

baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.


43

d) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakuakn dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur.

e. Kriteria pengetahuan

Adapun kriteria yang digunakan peneliti dalam penelitian ini mengacu pada

teori Nursalam (2008, p.123-124) yaitu:

1) Baik : bila pertanyaan dijawab benar oleh responden 76% - 100% (skor

pengetahuan ≥ 19).

2) Cukup : bila pertanyaan dijawab benar oleh responden 56%-75% (skor

pengetahuan 14-18).
44

3) Kurang : bila pertanyaan dijawab benar oleh responden ≤ 56% (skor

pengetahuan <14).

B. Kerangka Teori

Perilaku

Proses perubahan

Reinforcing Factors :
Predisposing Factors : Enabling Factors : Dukungan,
Pengetahuan dasar, Ketersedian sarana dan pengetahuan,sikap dari
Kepercayaan pada pengajar prasarana/fasilitas keluarga, petugas
kesehatan dan tokoh
masyarakat

Komunikasi / Pemberdayaan Masyarakat Training


Penyuluhan Pemberdayaan Sosial

Pendidikan Kesehatan
(Promosi Kesehatan)

Hubungan status Kesehatan, Perilaku, dan Pendidikan Kesehatan


Sumber : Notoadmojo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan

C. Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Penyuluhan tentang Pengetahuan remaja


Dysmenorrhea tentang Dysmenorrhea
1. Sebelum (Pre) pada saat Menstruasi
2. Sesudah (post)
45

D. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan

pengetahuan tentang dysmenorrhea saat menstruasi sebelum dan sesudah

penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai