Anda di halaman 1dari 9

Artikel Penelitian

Pola dan Determinan Sosiodemografi


Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas
di Indonesia

Woro Riyadina, Suhardi, Meda Permana

Pusat Penelitian Pengembangan Biomedis dan Farmasi,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Abstrak: Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh
dunia. Cedera akibat kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian dan disabilitas
(ketidakmampuan) secara umum terutama di negara berkembang. Artikel ini bertujuan
menggambarkan pola dan determinan sosiodemografi cedera akibat kecelakaan lalu lintas
pada masyarakat Indonesia. Analisis menggunakan data kesehatan masyarakat hasil
wawancara pada Riskesdas tahun 2007 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 928.317
responden. Variabel dependen adalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Variabel independen
adalah karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, hubungan dengan kepala keluarga,
pendidikan dan pekerjaan, status ekonomi) dan variabel wilayah (provinsi dan perkotaan dan
perdesaan). Analisis dilakukan dengan complex samples serta dilakukan pembobotan. Data
dianalisis dengan uji Chi square dan atau regresi logistik untuk menguji hubungan serta
menghitung angka risiko (crude OR dan adjusted OR). Hasil menunjukkan bahwa proporsi
cedera akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 27% dari semua cedera. Pola bagian tubuh yang
terkena cedera yaitu kaki (63,8%), tangan (47,8%), kepala (19,6%) dan badan (10,2%) dengan
luka lecet (65,9%), memar (49%), luka terbuka (26,7%), terkilir/teregang (21%) serta patah
tulang/anggota tubuh terputus sekitar 9,1%. Determinan cedera akibat kecelakaan lalu lintas
meliputi umur 15-59 tahun (OR 3,31; 95% CI 2,97-3,69), laki-laki (OR 1,55; 95% CI 1,45-1,66),
tingkat pendidikan sedang (SMU) dengan OR 1,50 (95% CI 1,41-1,60), pegawai (OR 1,54;
95% CI 1,36-1,74), tinggal di perkotaan (OR 1,12; 95% CI 1,05-1,19) dan tingkat pengeluaran
per kapita tinggi (OR 1,50; 95% CI 1,36-1,65). Disimpulkan bahwa proporsi cedera akibat lalu
lintas di Indonesia cukup tinggi dengan tingkat keparahan yang tinggi pula. Oleh karena itu,
masalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas sudah saatnya diangkat menjadi isu nasional
yang pengendaliannya perlu mendapat prioritas.
Kata Kunci: determinan, sosiodemografi, cedera, kecelakaan lalu lintas

464 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009
Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

The Pattern and Sociodemographic


Determinant of Traffic Injury in Indonesia

Woro Riyadina, Suhardi, Meda Permana

Biomedic and Pharmaceutical Research Development,


Research Development Center, Indonesian Ministry of Health

Abstract: Traffic accident is the cause of most injuries occurred in the world. Traffic injury is a
major cause of death and disability, especially in developing countries. This article aimed to
describe the pattern and sociodemographic determinant of traffic injury in Indonesia. A public
health data from 2007 basic health survey (Riskesdas) with 928 317 respondents from 33
provinces in Indonesia was analyzed. The dependent variable was traffic accident injury. Indepen-
dent variables included sosiodemographic characteristics (age, sex, relationships with family
household, education, employment, economic status) and regions (provinces, urban or rural).
Data was analyzed using complex samples and weighted. Crude odd ratio (OR) and adjusted OR
were calculated. Results showed that the proportion of traffic accident injury was 27% of all
injuries. The pattern of the body affected by injury are feet (63.8%), hands (47.8%), head (19.6%)
and trunk (10.2%); with superficial injuries (65.9%), hematome (49.0%), wound (26.7%), sprained
(21.0%) and fracture or amputation (approximately 9.1%). Determinants of the traffic injury
included age 15-59 years (OR 3.31, 95% CI 2.97-3.69), male gender (OR 1.55, 95% CI 1.45-
1.66), middle education level (OR 1.50, 95% CI 1.41-1.60), employment (OR 1.54, 95% CI 1.36-
1.74), urban area (OR 1.12, 95% CI 1.05 -1.19) and high economic status (OR 1.50, 95% CI
1.36-1.65). In conclusion, the proportion and severity of traffic accident injury in Indonesia is
rather high and therefore, it has to be considered as a national issue and the government should
prioritize its control measures.
Keywords: determinant, sociodemographic, traffic injury

Pendahuluan dasarkan Kepmenkes 116/Menkes/SK/VIII/2003. Kematian


Cedera sudah menjadi masalah utama kesehatan akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia menunjukkan
masyarakat di seluruh negara dan lebih dari dua per tiga kecenderungan yang meningkat, yaitu dari 1,0%9 pada tahun
dialami oleh negara berkembang.1,2 Kematian akibat cedera 1986, menjadi 1,5%10 pada tahun 1992, 1,9% pada tahun 199511,
diproyeksikan meningkat dari 5,1 juta menjadi 8,4 juta (9,2% 3,5%12 pada tahun 1998 dan menjadi 5,7%13 di tahun 2001. Di
dari kematian secara keseluruhan) dan diestimasikan Indonesia sebagian besar (70,0%) korban kecelakaan lalu
menempati peringkat ketiga disability adjusted life years lintas adalah pengendara sepeda motor yang berusia produktif
(DALYs) pada tahun 2020.3,4 Masalah cedera memberikan (15-55 tahun) dan berpenghasilan rendah. Cedera kepala
kontribusi pada kematian sebesar 15%, beban penyakit 25% (33,2%) menempati peringkat pertama pada urutan cedera
dan kerugian ekonomi 5% growth development product yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas.14
(GDP).5 Di Indonesia, kerugian ekonomi akibat cedera Cedera akibat kecelakaan lalu lintas merupakan faktor
khususnya untuk lalu lintas diperkirakan sebesar 2,9% eksternal penyebab cedera yang tidak disengaja (uninten-
pendapatan domestik bruto (PDB).6 tional injury).5 Menurut teori Haddix, cedera dipengaruhi
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak oleh faktor manusia (host), penyebab (agent) dan lingkungan
terjadinya cedera di seluruh dunia. Kecelakaan lalu lintas (environment).15 Salah satu cara pendekatan epidemiologi
menempati urutan ke-9 pada DALY dan diperkirakan akan berbasis kesehatan masyarakat untuk pencegahan cedera
menempati peringkat ke-3 di tahun 20207 sedangkan di negara yaitu menggambarkan besaran masalah, ruang lingkup dan
berkembang urutan ke-2.8 Cedera akibat kecelakaan lalu-lintas karakteristik, serta mengidentifikasi faktor yang meningkatkan
adalah penyebab utama kematian dan disabilitas (ketidak- risiko cedera dan disabilitas maupun faktor yang dapat
mampuan) secara umum terutama di negara berkembang.8 Di dimodifikasi.5
Indonesia, kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu Data cedera akibat kecelakaan lalu lintas baik darat, laut
prioritas penanggulangan penyakit tidak menular ber- dan udara di Indonesia masih terbatas. Data cedera akibat

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009 465
Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

kecelakaan lalu lintas masih bersifat lokal dan berbasis rumah individu. Data yang dianalisis merupakan gabungan (merg-
sakit (IGD), laporan kasus di TKP (tempat kejadian perkara), ing) dari data rumah tangga (RKD07.RT), data anggota rumah
dari Kepolisian Lalu Lintas dan Dinas Perhubungan. Belum tangga atau individu (RKD07.IND) dan data Susenas.
ada data cedera yang berbasis populasi masyarakat dan Analisis data dilakukan dengan complex samples karena
untuk tingkat nasional. Atas dasar itu, diperlukan evidence mempertimbangkan desain samping pada pengambilan
based baseline data sehingga dapat dimanfaatkan untuk sampel Riskesdas yaitu melalui stratifikasi dan blok sensus
program pencegahan. Untuk mendapatkan gambaran atau (BS) sebagai primary samples unit (PSU) serta pembobotan.
pola besaran masalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas Dilakukan analisis deskriptif untuk estimasi prevalensi dan
pada tingkat nasional serta determinan sosiodemografinya proporsi serta uji Chi-square dan atau regresi logistik untuk
yang berbasis masyarakat, maka perlu dilakukan analisis menguji hubungan serta menghitung rasio odds (OR). Hasil
lanjut data cedera hasil survei Riset Kesehatan Dasar analisis bivariat ditunjukkan dengan angka crude OR
(Riskesdas) oleh Badan Pengembangan dan Pengembangan sedangkan hasil analisis multivariat (hubungan variabel
Kesehatan (Balitbangkes) Depkes RI bekerjasama dengan terikat dengan beberapa variabel bebas) ditunjukkan dengan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS pada adjusted OR. Untuk nilai crude OR pada umumnya mengalami
tahun 2007. penurunan angka untuk menjadi nilai adjusted OR. Adjusted
Tujuan artikel ini adalah untuk menggambarkan pola OR merupakan nilai risiko yang sebenarnya karena sudah
dan determinan sosiodemografi cedera akibat kecelakaan lalu merupakan nilai risiko dengan mengendalikan determinan
lintas pada masyarakat Indonesia. Artikel hasil analisis lanjut (variabel) yang lain. Kriteria seleksi untuk variabel dari analisis
data Riskesdas tahun 2007 ini diharapkan bisa dimanfaakan bivariat yang bisa masuk dalam analisis multivariat yaitu
sebagai bahan pertimbangan kepada pemegang program dan variabel yang mempunyai nilai signifikansi (nilai p) maksimum
pemerintah untuk bisa memberikan prioritas untuk masalah 0,25 atau p<0,25.
cedera akibat kecelakaan lalu lintas menjadi isu nasional yang
membutuhkan upaya pengendalian secara terintegrasi dan Hasil
sinergis. Cedera akibat kecelakaan lalu lintas merupakan gabu-
ngan (komposit) dari 3 variabel yaitu cedera akibat kecelakaan
Metode lalu lintas darat, laut dan udara. Jumlah data cedera yang
Artikel ini merupakan analisis lanjut data kesehatan setelah lengkap (sesuai kriteria inklusi dan eksklusi) yang
masyarakat dengan desain analisis deskriptif (estimasi dilakukan analisis lanjut yang meliputi 33 provinsi di Indone-
prevalensi dan proporsi) dan analitik/komparatif (hubungan sia sebanyak 928 317 orang. Jumlah responden yang
variabel dan besaran risiko/OR). Besar sampel sebanyak menjawab pernah mengalami cedera selama kurun waktu 12
928 317 data kesehatan masyarakat (Kesmas) dari 33 propinsi bulan terakhir sebanyak 77 248 orang sehingga prevalensi
hasil survei Riskesdas tahun 2007. Cara pengambilan sampel cedera adalah 7,9%. Dari jumlah responden yang mengalami
adalah cluster sampling dengan menggunakan BS dari BPS. cedera (77 248) ada 20 829 (27%) orang mengalami cedera
Kriteria inklusi responden Kesmas adalah semua kelompok akibat kecelakaan lalu lintas, sisanya disebabkan oleh cedera
umur dan kriteria eksklusinya meliputi data tidak lengkap yang lain (63%).
(missing ada pertanyaan b29 - b32), pengenalan tempat tidak
jelas (kode propinsi dan klasifikasi kota desa salah atau Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas
meragukan) dan nilai ekstrim (outlayer). Hasil analisis lanjut data Riskesdas tahun 2007
Variabel dependen (terikat) adalah cedera akibat kece- menunjukkan bahwa proporsi cedera akibat lalu lintas secara
lakaan lalu lintas yang dilaporkan selama waktu 12 bulan nasional sebesar 27,0% (95% CI 26,4 –27,5). Pola proporsi
terakhir. Sedangkan variabel independen (bebas) meliputi cedera akibat kecelakaan lalu lintas menurut provinsi
karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, hubungan ditampilkan pada tabel grafik 1.
dengan kepala keluarga/KK, pendidikan, pekerjaan), status Menurut wilayah provinsi terlihat bahwa proporsi cedera
ekonomi (tingkat pengeluaran per kapita) dan lokasi (wilayah tertinggi terdapat di Provinsi DI Yogyakarta (44,7%) dan
provinsi dan tipe daerah perkotaan atau perdesaan). terendah ditemukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (15,1%).
Instrumen pengumpulan data primer Riskesdas adalah Ada 17 provinsi yang mempunyai angka proporsi cederanya
kuesioner individu (RKD07.IND). Variabel cedera diperoleh melebihi angka nasional. Adapun pola cedera menurut
dari variabel b29, b30, b31 dan b32. Untuk responden yang karakteristik responden disajikan pada tabel 1.
mengalami cedera lebih dari satu kali maka informasi data Menurut kelompok umur, cedera akibat kecelakaan lalu
yang dipakai adalah data cedera yang paling akhir. Variabel lintas mayoritas dialami oleh kelompok umur dewasa (15-59
umur, jenis kelamin, hubungan dengan KK, pendidikan dan tahun) yaitu sebesar 38,8% (95% CI 38,0 – 39,5) dan berbeda
pekerjaan diperoleh dari variabel RT Blok4 (b4k5, b4k4, b4k3, bermakna (p<0,001) untuk masing-masing untuk kelompok
b4k7 dan b4k8). Variabel status ekonomi diperoleh dari data umur. Selanjutnya diikuti oleh proporsi cedera akibat
kuintil dari Susenas BPS yang sudah digabung dalam data kecelakaan lalu lintas pada lanjut usia (lansia) yaitu 13,3%

466 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009
Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

5 0 .0 4 5 .0 4 4 .7
4 5 .0
4 0 .0 3 6 .7 3 6 .5
3 4 .8
3 2 .5 3 1.7 3 2 .0 3 0 .8 3 3 .1 3 1.7
3 5 .0 3 1.1 3 0 .6 3 1.3 3 1.4
2 8 .3 2 7 .8 2 7 .0
3 0 .0 2 6 .6 2 6 .2 2 5 .4
2 5 .3 2 4 .7 2 4 .2
2 3 .9
2 5 .0 2 2 .2 2 2 .9 2 2 .9
S e r i e s1
2 0 .4 2 0 .7
18 .4 17 .7
2 0 .0 15 .1 16 .3

15 .0
10 .0

5 .0
0 .0

Grafik 1. Proporsi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Provinsi, Riskesdas 2007

Tabel 1. Proporsi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas (95% CI 12,2-14,6%) dan anak-anak sekitar 11,3 % (95% CI
Menurut Karakteristik Responden di Indonesia,
10,7–11,9%).
Riskesdas 2007
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada
Variabel Kecelakaan lalu lintas Total laki-laki yaitu 31,9% (95% CI 31,2-32,6%) dibandingkan
Ya Tidak n dengan perempuan yaitu sekitar 19,8% (95% CI 19,2–20,5%).
n (%) n (%)
Perbedaan proporsi cedera akibat kecelakaan lalu lintas
Kelompok umur menurut jenis kelamin tersebut berbeda bermakna (p<0,001).
Lanjut usia (Lansia) 834 (13,3) 5 418 (86,7) 6 252 Adapun menurut tingkat pendidikan responden, cedera
Dewasa 16 887 (38,8) 26 654 (61,2) 43 541
akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan kecenderungan
Anak-anak 3 108 (11,3) 24 348 (88,7) 27 455
Jenis kelamin hubungan positif, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan
Laki-laki 14 571 (31,9) 31 136 (68,1) 45 707 responden proporsi cedera makin besar. Berdasarkan pada
Perempuan 6 257 (19,8) 25 284 (80,2) 31 541 status pekerjaan, proporsi cedera karena kecelakaan lalu
Hubungan dengan KK
lintas paling banyak ditemukan pada responden yang bekerja
Kepala rumah tangga 6 842 (34,1) 13 199 (65,9) 20 041
Istri/suami 2 097 (20,2) 8 270 (79,8) 10 367 sebagai pegawai yaitu 55,0% (95% CI 52,9–57,1%), wira-
Menantu 512 (41,1) 732 (58,9) 1 244 swasta sekitar 46,9% (95% CI 45,2–48,6%) dan pekerja lainnya
Cucu 537 (13,7 3 384 (86,3) 3 921 sekitar 42,7% (95% CI 39,3–46,1%).
Orang tua/mertua 117 (8,1) 1 321 (91,9) 1 438
Menurut tipe daerah, proporsi kejadian cedera akibat
Famili lain 514 (29,5) 1 231 (70,5) 1 745
Pembantu RT 22 (15,9) 116 (84,1) 138 kecelakaan transportasi lebih tinggi pada responden yang
Lainnya 94 (34,6) 178 (65,4) 272 bertempat tinggal di perkotaan yaitu sebesar 30,4% (95% CI
Anak 10 094 (26,5) 27 988 (73,5) 38 082 29,4–31,3%) dibandingkan dengan di perdesaan yaitu sekitar
Pendidikan
24,2% (95% CI 23,6–24,9%) dengan perbedaan yang
Tinggi 991 (50,8) 959 (49,2) 1 950
Sedang 9 818 (47,5) 10 855 (52,5) 20 673 bermakna (p<0,001).
Rendah 8 626 (23,3) 28 453 (76,7) 37 078 Menurut status ekonomi berdasarkan tingkat penge-
Pekerjaan luaran per kapita menunjukkan kecenderungan hubungan
Sekolah 3 955 (29,0) 9 666 (71,0) 13 621
positif yaitu dengan semakin tinggi status ekonomi maka
Ibu rumah tangga 1 306 (19,6) 5 365 (80,4) 6.671
Pegawai 2 634 (55,0) 2 157 (45,0) 4.791 semakin tinggi pula proporsi cedera akibat kecelakaan lalu
Wiraswasta 3 489 (46,9) 3 950 (53,1) 7.439 lintas. Untuk status ekonomi dengan kuintil 1 menunjukkan
Petani/nelayan/buruh 4 846 (27,4) 12 826 (72,6) 17 672 proporsi cedera paling rendah yaitu sekitar 21% (95% CI
Lainnya 651 (42,7) 875 (57,3) 1 526
20,1–22,0%) dan kuintil 5 menunjukkan proporsi paling tinggi
Tidak Kerja 2 571 (31,9) 5 481 (68,1) 8 052
Tipe daerah yaitu 35,2% (95% CI 33,7–36,6%).
Perkotaan 100 426 (30,4) 23 903 (69,6) 34 339
Perdesaan 10 402 (24,2) 32 516 (75,8) 42 918 Bagian Tubuh yang Cedera
Tingkat pengeluaran
Bagian tubuh yang mengalami cedera dikatagorikan
per kapita
Kuintil 5 4 048 (35,2) 7 461 (64,8) 11 509 menjadi 4 bagian yaitu kepala, badan, tangan dan kaki.
Kuintil 4 4 260 (30,6) 9 680 (69,4) 13 940 Proporsi bagian tubuh yang mengalami cedera akibat
Kuintil 3 4 322 (27,8) 11 231 (72,2) 15 553 kecelakaan lalu lintas diperlihatkan pada tabel 2. Responden
Kuintil 2 4 224 (24,5) 12 999 (75,5) 17 223
yang pernah mengalami kecelakaan lalu lintas kebanyakan
Kuintil 1 3 957 (21,0) 14 843 (79,0) 18 800
mengalami cedera di bagian kaki yaitu (63,8%) dan bagian
Total 20 829 (27,0) 56 419 (73,0) 77 248 tangan (47,8%). Pola ini menunjukkan bahwa bagian

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009 467
Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

ekstremitas atau anggota gerak (kaki dan tangan) masih patah tulang dan atau anggota gerak terputus (anggota gerak
mendominasi cedera sebagai akibat dari kecelakaan lalu terputus) sedangkan jenis luka lainnya termasuk dalam
lintas. Cedera di bagian ekstremitas/anggota gerak bawah kategori tidak parah.
(kaki) juga masih menduduki peringkat yang paling atas untuk Proporsi cedera patah tulang dan atau anggota gerak
cedera akibat kecelakaan lalu lintas. terputus akibat kecelakaan lalu lintas menurut provinsi
disajikan pada grafik 2
Tabel 2. Proporsi Bagian Tubuh yang Cedera Akibat Kece- Berdasarkan provinsi, cedera patah tulang dan atau
lakaan Lalu Lintas di Indonesia, Riskesdas 2007 anggota gerak terputus akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi
Bagian tubuh yang f % terdapat di Provinsi Sumatera Selatan (16,3%) dan terendah
di Provinsi Gorontalo (4,3%). Dari grafik 2 terlihat bahwa ada
Kepala 4 089 19,6 0,4 18,9 20,4 15 provinsi yang mempunyai angka proporsi cedera patah
Badan 2 130 10,2 0,3 9,7 10,8 tulang dan atau anggota gerak terputus yang melebihi angka
Tangan 9 947 47,8 0,5 46,8 48,7
Kaki 13 281 63,8 0,5 62,8 64,7 proporsi nasional (9,1%). Proporsi cedera patah tulang dan
atau anggota gerak terputus akibat kecelakaan lalu lintas
menurut pembagian jenis kelamin dan tipe daerah disajikan
Jenis Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas pada tabel 4.
Jenis cedera atau jenis luka yang dialami responden
sebagai akibat kecelakaan lalu lintas diperlihatkan dalam tabel Tabel 4. Proporsi Cedera Patah Tulang dan atau Anggota Gerak
3. Terputus Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Menurut
Jenis Kelamin dan Tipe Daerah di Indonesia, Riskes-
Tabel 3. Proporsi Jenis Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas das 2007
di Indonesia, Riskesdas 2007
Karakteristik res- Patah tulang dan atau anggota gerak
Jenis cederan=20 829 f % SE 95% CI ponden terputus
f % SE 95% CI p
Benturan/memar 10 202 49,0 0,5 47,9 50,0
Luka lecet 13 716 65,9 0,5 64,9 66,8 Jenis kelamin 0,017
Luka terbuka 5 567 26,7 0,5 25,7 27,7 Laki-laki 1 382 9,5 0,3 8,8-10,2
Luka baker 389 1,9 0,1 1,6 2,2 Perempuan 507 8,1 0,5 7,2- 9,1
Terkilir/teregang 4 378 21,0 0,4 20,2 21,9 Tipe daerah 0,945
Patah tulang 1 770 8,5 0,3 8,0 9,0 Perkotaan 944 9,1 0,4 8,3- 9,9
Anggota gerak terputus 212 1,0 0,1 0,9 1,2 Perdesaan 946 9,1 0,4 8,4- 9,8
Keracunan 303 1,5 0,1 1,2 1,7
Lainnya 355 1,7 0,1 1,5 2,0 Total 1 889 9,1 0,3 8,5- 9,6

Tampak bahwa terdapat 4 proporsi terbanyak yaitu luka Data Riskesdas menunjukkan bahwa secara nasional
lecet sebesar 65,9%, benturan (luka memar) 49,0%, luka cedera akibat kecelakaan lalu lintas yang termasuk dalam
terbuka 26,7% dan terkilir/teregang 21,0%. katagori parah (patah tulang/anggota gerak terputus sekitar
9,1% (95% CI 8,5-9,6). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki
Proporsi Cedera Patah Tulang dan atau Anggota Gerak lebih banyak yang mengalami cedera patah tulang/anggota
Terputus gerak terputus dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan
Keparahan cedera diklasifikasikan berdasarkan jenis ini bermakna secara statistik (p=0,017).
luka yang dialami responden yaitu parah apabila mengalami

18.0 16.3
16.0 13.6
13.2
14.0 12.3 12.0 12.2
12.0 10.3 10.1 10.3 10.8
9.5 9.8 9.4 9.5 9.7
8.7 8.8 9.1
10.0 7.6 8.1 8.1 8.1 7.6 7.6
7.3 7.1 6.8 6.7 Series1
8.0 6.3
5.5 5.2 5.3
6.0 4.8 4.3
4.0
2.0
0.0

Grafik 2. Proporsi Cedera Patah Tulang dan atau Anggota Gerak Terputus Akibat Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut Provinsi di Indonesia, Riskesdas 2007

468 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009
Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

Adapun berdasarkan tipe daerah menggambarkan dewasa sebesar 3,31 kali (95% CI 2,97-3,69) dibandingkan
bahwa untuk responden yang bertempat tinggal baik di dengan anak-anak. Adapun untuk lanjut usia (lansia) berisiko
perkotaan maupun di perdesaan mempunyai proporsi cedera cedera akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 1,37 kali (95% CI
patah tulang dan atau anggota gerak terputus akibat 1,18-1,60) dibandingkan anak-anak. Laki-laki lebih berisiko
kecelakaan lalu lintas yang sama besarnya yaitu sekitar 9,1% 1,55 kali (95% CI 1,45-1,66) dibandingkan perempuan.
atau tidak ada perbedaan proporsi menurut tipe daerah Sedangkan untuk status hubungan dengan kepala keluarga
(p=0,945). ternyata menunjukkan hubungan yang protektif yaitu nilai
OR berada di bawah angka 1.
Analisis Bivariat dan Multivariat Determinan Cedera Cedera akibat kecelakaan lalu lintas lebih berisiko pada
akibat Kecelakaan Lalu Lintas responden yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi
Analisis bivariat memperlihatkan gambaran bahwa dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah. Responden
semua determinan berhubungan bermakna (p<0,05) dengan dengan pendidikan sedang berisiko 1,50 kali (95% CI 1,41-
cedera akibat kecelakaan lalu lintas (tabel 5). Dengan de- 1,60) dan pendidikan tinggi berisiko 1,42 kali (95% CI 1,23-
mikian seluruh determinan dimasukkan ke dalam analisis 1,65). Berdasarkan status pekerjaan, status pegawai dan
multivariat. wiraswasta yang lebih berisiko dibandingkan dengan status
tidak kerja. Responden yang bertempat tinggal di perkotaan
Tabel 5. Hubungan Bivariat Cedera Akibat Kecelakaan Lalu mempunyai risiko 1,12 kali (95% CI 1,05-1,19) mengalami
Lintas di Indonesia, Riskesdas 2007

Determinan OR 95% CI Nilai p Tabel 6. Hubungan Multivariat Cedera akibat Kecelakaan


Lalu Lintas di Indonesia, Riskesdas 2007
Kelompok umur <0,001
Lanjut usia (Lansia) 1,21 1,07-1,36 Determinan OR 95% CI Nilai p
Dewasa 4,96 4,65-5,30
Anak-anak 1,00 Referens Kelompok umur <0,001
Jenis kelamin Lanjut usia (Lansia) 1,37 1,18-1,60
Laki-laki 1,89 1,80-1,98 <0,001 Dewasa 3,31 2,97-3,69
Perempuan 1,00 Referens Anak-anak 1,00 Referens
Hubungan dengan KK <0,001 Jenis kelamin <0,001
Kepala rumah tangga 1,44 1,36-1,52 Laki-laki 1,55 1,45-1,66
Suami/istri 0,70 0,65-0,76 Perempuan 1,00 Referens
Menantu 1,94 1,65-2,27 Hubungan dengan KK <0,001
Cucu 0,44 0,38-0,50 Kepala rumah tangga 0,59 0,55-0,63
Orang tua/mertua 0,24 0,18-0,33 Istri/suami 0,46 0,41-0,51
Famili lain 1,16 1,00-1,34 Menantu 0,71 0,60-0,84
Pembantu RT 0,52 0,27-1,00 Cucu 0,81 0,67-0,98
Lainnya 1,47 1,00-2,14 Orang tua/mertua 0,28 0,21-0,38
Anak 1,00 Referens Famili lain 0,66 0,56-0,77
Pendidikan <0,001 Pembantu RT 0,19 0,09-0,38
Tinggi 3,41 3,01-3,86 Lainnya 0,60 0,40-0,90
Sedang 2,98 2,83-3,14 Anak 1,00 Referens
Rendah 1,00 Referens Pendidikan <0,001
Pekerjaan <0,001 Tinggi 1,42 1-23-1,65
Sekolah 0,87 0,80-0,95 Sedang 1,50 1,41-1,60
Ibu rumah tangga 0,52 0,46-0,58 Rendah 1,00 Referens
Pegawai 2,60 2,34-2,89 Pekerjaan <0,001
Wiraswasta 1,88 1,71-2,07 Sekolah 0,96 0,86-1,06
Petani/nelayan/buruh 0,81 0,74-0,87 Ibu rumah tangga 0,77 0,67-0,88
Lainnya 1,59 1,36-1,85 Pegawai 1,54 1,36-1,74
Tidak Kerja 1,00 Referens Wiraswasta 1,46 1,31-1,63
Tipe daerah <0,001 Petani/nelayan/buruh 0,78 0,71-0,86
Perkotaan 1,36 1,29-1,44 Lainnya 1,33 1,13-1,58
Perdesaan 1,00 Referens Tidak Kerja 1,00 Referens
Tingkat pengeluaran <0,001 Tipe daerah 0,001
per kapita Perkotaan 1,12 1,05-1,19
Kuintil 5 2,03 1,87-2,10 Perdesaan 1,00 Referens
Kuintil 4 1,65 1,52-1,79 Tingkat pengeluaran <0,001
Kuintil 3 1,44 1,34-1,56 per kapita
Kuintil 2 1,22 1,13-1,31 Kuintil 5 1,50 1,36-1,65
Kuintil 1 1,00 Referens Kuintil 4 1,38 1,26-1,51
Kuintil 3 1,29 1,18-1,40
Kuintil 2 1,13 1,04-1,23
Hasil analisis multivariat disajikan di tabel 6 . Risiko Kuintil 1 1,00 Referens
mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas untuk umur

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009 469
Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

cedera akibat kecelakaan lalu lintas dibandingkan dengan bermotor yang ada. Kontribusi sepeda motor terhadap
responden yang bertempat tinggal di pedesaan. Hasil analisis kecelakaan secara nasional sebesar 80,3% dan di Jakarta
menggambarkan adanya kecenderungan status ekonomi sebesar 59,2%.20
menunjukkan hubungan yang positif yaitu semakin tinggi Menurut karakteristik responden, cedera akibat
status ekonomi diikuti dengan kenaikan risiko. Kuintil 5 kecelakaan lalu lintas memperlihatkan pola sebagai berikut,
(pengeluaran paling banyak) mempunyai risiko paling besar mayoritas terjadi pada kelompok dewasa (15–59 tahun), lebih
yaitu 1,50 kali (95% CI 1,36-1,65) dibandingkan dengan kuintil banyak pada laki-laki dan kebanyakan status sebagai
1 (pengeluaran paling sedikit). menantu dan sebagai kepala keluarga (KK) dengan tingkat
Apabila dilihat seluruh determinan, maka determinan pendidikan tinggi dan pada umumnya bekerja sebagai
yang mempunyai hubungan yang paling kuat (nilai OR pal- pegawai. Data dari Jasa Marga juga menyatakan bahwa risiko
ing besar) adalah determinan umur, khususnya untuk kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
kelompok umur dewasa (15-59 tahun) dengan risiko 3,31 kali Hampir 50% kematian global terjadi pada golongan dewasa
(95% CI 2,97-3,69) mengalami cedera akibat kecelakaan lalu dengan kisaran umur 15-44 tahun dan menimpa laki-laki
lintas. Jadi dapat dikatakan bahwa cedera akibat kecelakaan hampir 3 kali lebih besar dibandingkan perempuan.19 Umur
lalu lintas berhubungan bermakna (p<0,05) kelompok umur, dewasa merupakan kelompok usia produktif yang mana
jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tipe daerah mempunyai mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
dan tingkat pengeluaran perkapita (status ekonomi). kelompok umur lain. Laki-laki mayoritas banyak beraktivitas
di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai risiko lebih
Diskusi tinggi mengalami cedera. Melihat kondisi tersebut, maka perlu
Data cedera diperoleh dengan teknik wawancara kepada dipertimbangkan bentuk program pencegahan cedera akibat
responden tentang pengalaman pernah (recall) mengalami kecelakaan lalu lintas dengan pendekatan yang sesuai
cedera akibat kecelakaan lalu lintas dalam kurun waktu 12 dengan karakteristik responden.
bulan terakhir. Responden di bawah umur (<15 tahun) Cedera akibat kecelakaan lalu lintas banyak dialami oleh
ditanyakan kepada pendamping atau orang tuanya. Recall responden baik yang bertempat tinggal di perkotaan
bias bisa terjadi dalam proses pengumpulan data cedera dibandingkan di pedesaan dengan perbedaan proporsi yang
karena adanya bias ingatan dan tidak tepatnya jawaban bermakna (p<0,001). Kondisi ini konsisten dan sesuai dengan
tentang cedera (penyebab, bagian tubuh, sifat) yang dialami. hasil penelitian di negara berkembang yang lainnya, misalnya
Kecelakaan lalu lintas merupakan gabungan (komposit) Tanzania, bahwa kasus cedera akibat kecelakaan lalu lintas
dari 3 jenis kecelakaan, yaitu kecelakaan lalu lintas darat, laut lebih banyak terjadi di perkotaan.21
dan udara. Dari ketiga penyebab kecelakaan tersebut proporsi Hubungan antara tingkat pengeluaran per kapita dengan
yang paling dominan adalah kecelakaan lalu lintas darat. cedera akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan pola
Proporsi cedera akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia kecenderungan yang positif, yaitu semakin tinggi tingkat
sebesar 27,0% dari semua cedera pada semua kelompok umur. pengeluaran per kapita (kaya) semakin tinggi proporsi cedera.
Adapun menurut hasil survei SKRT (Survei Kesehatan Hal ini juga dapat dikatakan bahwa responden dengan sta-
Rumah Tangga) prevalensi cedera akibat kecelakaan lalu tus ekonomi paling mampu (Kuintil 5) cenderung mengalami
lintas didapatkan sebesar 3% dari seluruh populasi Jawa cedera akibat kecelakaan lalu lintas dibandingkan dengan
Bali.16 Proporsi hasil Riskesdas 2007 sedikit lebih rendah status ekonomi yang lebih rendah.
apabila dibandingkan dengan Nikaragua (29%)17 dan India Pola bagian tubuh yang cedera akibat kecelakaan lalu
(31%).18 Angka proporsi kecelakaan lalu lintas tersebut lebih lintas sama dengan pola cedera sebelumnya yakni sebagian
tinggi jika dibandingkan proporsi secara global di dunia yaitu besar cedera terdapat di bagian kaki diikuti bagian tangan,
sekitar 22,8%.19. kepala dan badan sedangkan jenis luka terbanyak adalah
Tingginya angka proporsi cedera akibat kecelakaan lalu luka lecet diikuti memar, luka terbuka dan terkilir/teregang.
lintas di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor antara Pola ini hampir sama yang terjadi di India: terbanyak bagian
lain seperti meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dari ekstremitas (62,2%) dan luka lecet (47,4%).18 Hasil penelitian
tahun ke tahun, perilaku pengemudi dan rendahnya di rumah sakit 5 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa
pemakaian APD (alat pelindung diri), dan lain sebagainya. bagian tubuh yang cedera paling banyak di kepala, kaki dan
Data dari Kepolisian menyebutkan bahwa pertambahan tangan.14 Melihat jenis lukanya maka cedera akibat kecelakaan
kendaraan bermotor di Indonesia sekitar 5-10% per tahun lalu lintas menunjukkan cedera yang lebih serius
dan angka kejadian kecelakaan sekitar 32,4% dari semua dibandingkan dengan cedera akibat yang lain (proporsi luka
kendaraan pada tahun 2004. Dalam perkembangan sistem lalu terbuka 26,7%, patah tulang 8,5% dan anggota gerak terputus/
lintas kendaraan bermotor mengindikasikan peningkatan anggota gerak terputus 1%). Hal tersebut menggambarkan
kejadian kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2004, pertambahan bahwa cedera akibat kecelakaan lalu lintas lebih membutuhkan
volume kendaraan meningkat secara cepat terutama sepeda tindakan pengobatan yang lebih intensif atau rawat inap di
motor dengan populasi sebesar 69,3% dari seluruh kendaraan unit pelayanan kesehatan serta waktu pemulihan (sembuh)

470 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009
Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

yang lebih lama serta kemungkinan menimbulkan kecacatan. dibandingkan dengan kelompok umur yang lain, sehingga
Proporsi cedera patah tulang dan atau anggota gerak mempunyai risiko mendapatkan kecelakaan lalu lintas lebih
terputus akibat kecelakaan lalu lintas sekitar 9,1%. Angka ini besar.23
jauh lebih tinggi apabila dibandingkan baik dengan angka
nasional (4,9%). Adapun menurut provinsi ternyata ada 15 Kesimpulan
provinsi yang mempunyai angka proporsi yang lebih tinggi Hasil analisis lanjut data Riskesdas tahun 2007 dapat
dari angka cedera patah tulang dan atau anggota gerak disimpulkan bahwa proporsi cedera akibat kecelakaan lalu
terputus akibat kecelakaan lalu lintas nasional. Hal ini perlu lintas di Indonesia sebesar 27,0% dari semua cedera. Pola
mendapat perhatian yang lebih serius karena dampak dari bagian tubuh terkena cedera yaitu kaki, tangan, kepala dan
keparahan cedera akibat kecelakaan lalu lintas ini akan bisa badan dengan jenis luka lecet, memar, luka terbuka dan terkilir/
menimbulkan kecacatan dan ketidakmampuan (disabilitas). teregang serta patah tulang/anggota gerak terputus.
Tingginya angka keparahan cedera akibat kecelakaan lalu Determinan cedera akibat kecelakaan lalu lintas meliputi umur
lintas juga dinyatakan oleh WHO bahwa kecelakaan lalu lintas dewasa, laki-laki, pendidikan menengah, status pegawai, di
mempunyai tingkat fatalitas yang tinggi dan dampaknya perkotaan dan status ekonomi tinggi/Kuintil 5. Proporsi dan
pada disabilitas.19 Hasil penelitian pada korban kecelakaan keparahan cedera akibat lalu lintas di Indonesia termasuk
sepeda motor di 5 rumah sakit di DKI Jakarta menunjukkan dalam kategori yang cukup tinggi, untuk itu sudah saatnya
bahwa 41,9% korban mengalami cedera parah khususnya di masalah tersebut diprioritaskan diangkat menjadi isu nasional
bagian kepala (53,4%) dan kematian sebesar 7,0%.22 sehingga penanganannya bisa dilakukan secara serentak dan
Pola cedera patah tulang dan atau anggota gerak terintegrasi.
terputus akibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi dialami oleh
laki-laki (sesuai dengan jumlah kasus) akan tetapi proporsinya Ucapan Terima Kasih
tidak berbeda antara perkotaan dengan perdesaan (p=0,945). Penulisan artikel hasil analisis lanjut Riskesdas 2007 ini
Cedera patah tulang dan atau anggota gerak terputus lebih melibatkan banyak pihak, untuk itu pada kesempatan ini
tinggi pada laki-laki dikarenakan laki-laki mempunyai penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bp. Dr.
kecenderungan mengalami kecelakaan (prone) karena pada Trihono, selaku Kapuslit yang telah banyak memberikan
umumnya mempunyai perilaku mengemudi dengan kecepatan arahan, bimbingan dan masukan tentang proses analisis
yang tinggi sehingga menyebabkan kecelakaan yang lebih lanjut; Bp. Besral dan Bp. Sutanto dari FKM UI selaku
fatal dibandingkan dengan perempuan. Meskipun untuk narasumber untuk uji statistik; Bp. Dr. Soewarta Kosen dan
jumlah kasus cedera akibat kecelakaan lalu lintas lebih besar Bp. Tris Eryando selaku tim reviewer protokol yang telah
di perkotaan, tetapi untuk keparahan cederanya menunjukkan memberikan masukan demi perbaikan dan kelengkapan
proporsi yang sama baik di perkotaan maupun di perdesaan. analisis lanjut ini; rekan satu tim dan beberapa pihak lain
Untuk itu perencanaan program penanganan cedera patah yang telah ikut berkontribusi, membantu dan berpartisipasi
tulang dan atau anggota gerak terputus akibat kecelakaan dalam penulisan artikel ini.
lalu lintas bisa diterapkan baik di wilayah perkotaan (urban)
dan perdesaan (rural). Daftar Pustaka
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas berhubungan 1. Smith GS, Barss P. Unintentional injuries in developing coun-
bermakna (p<0,05) dengan determinan umur, jenis kelamin, tries: Epidemiology of neglected problem. Epidemiol Rev.
tingkat pendidikan, pekerjaan, tipe daerah dan tingkat 1991;13:228-66.
pengeluaran per kapita (status ekonomi). Faktor yang paling 2. Forjuoh SN, Gyebi-Ofosu E. Injury surveillance: Should it be a
concern to developing countries? J Public Health Pol.
kuat berhubungan dengan cedera akibat kecelakaan lalu lintas 1993;14:355-9.
adalah determinan umur (dewasa) dengan nilai OR 3,31 (95% 3. World Health Organization: Geneva: WHO. Health statistic and
CI 2,97-3,69), selanjutnya untuk determinan jenis kelamin laki- health information systems-projections of mortality and burden
laki, tingkat pendidikan sedang (SMU), pekerjaan sebagai of diseases to 2030. [cited 2006 July 12] Diunduh dari [http://
www,who,int/healthinfo/statistics/bodprojections2030/en/
pegawai dan status ekonomi paling mampu (kaya) masing- index,html]
masing memiliki risiko 1,5 kali. 4. Murray CJ, Lopez AD. Alternative projections of mortality and
Interpretasi dari hasil analisis lanjut ini adalah untuk disability by cause 1990-2020: global burden of diseases study.
umur dewasa (15-59 tahun) mempunyai risiko yang paling Lancet. 1997;349:1498-504.
5. Etienne G, Krug, Gyanendra K, Sharma, Lozano R. The global
tinggi mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas sebesar burden of injuries. Am J Public Health. 2000;90:523-526.
3,31 kali jika determinan yang lain sudah dipertimbangkan 6. Sutomo H. Rencana umum keselamatan lalu lintas darat. Makalah
dan dikendalikan. Risiko tertinggi pada kelompok umur disampaikan dalam Semiloka Rencana Umum Keselamatan Lalu
dewasa tersebut sesuai dengan hasil survei dari Jasa Marga lintas Darat dan Dewan Keselamatan Lalu lintas Jalan (DKTJ),
Jakarta, 22 Desember 2006.
dan WHO khususnya untuk usia produktif, yang mana 7. Coats TJ, Davies G. Prehospital care for road traffic casualties.
merupakan masa responden mempunyai tingkat mobilitas Br Med J. 2002; 324:1135-1138.
yang lebih tinggi dan lebih banyak beraktivitas di luar rumah 8. World Health Organization. Statistics of road traffic accident.

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009 471
Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

Geneva: UN Publications, 2000. Forum WHO South-East Asia Region. 2004;8(1):6-14.


9. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, 19. Peden M, Scurfield R, Sleet D, Mohan D, Hyder AA, Jarawan E,
Departemen Kesehatan RI; 1986 et al. World report on road traffic injury prevention. Geneva:
10. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, WHO; 2004.
Departemen Kesehatan RI; 1992 20. Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Ditlantas
11. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, POLRI). Prevensi dan reduksi kecelakaan sepeda motor di jalan
Departemen Kesehatan RI; 1995 raya. Makalah Diskusi Penyusunan Sistem Surveilans Cedera Akibat
12. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor, Cisarua,
Departemen Kesehatan RI; 1998 15 Agustus 2005.
13. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Litbang 21. Moshiro C, Heuch I, Astrom AN, Setel P, Hemed Y, Kvale G.
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI; 2001 Injury morbidity in urban and rural area in Tanzania: An epide-
14. Suwandono A. Road traffic collision in urban Indonesia, epidemi- miological survey. BMC Public Health 2007,5:1.
ology and policy opportunities. Jakarta: Badan Penelitian dan 22. Riyadina W. Pengembangan surveilans cedera akibat kecelakaan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI; 2002 lalu lintas pada pengendara sepeda motor [Laporan penelitian].
15. Holder Y, Peden M, Krug E, Lund J, Gururaj G, Kobusingye O. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan
Injury surveillance guidelines. Geneva: World Health Organiza- Penyakit, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
tion; 2001. Depkes; 2005.
16. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Sudut pandang 23. Subdit Gangguan Akibat Kecelakaan dan Cedera. Pedoman
masyarakat mengenai status, cakupan, ketanggapan dan sistem pengendalian faktor risiko gangguan akibat kecelakaan dan cedera
pelayanan kesehatan. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, (kecelakaan lalu lintas jalan) Jakarta: Direktorat Pengendalian
Departemen Kesehatan RI. 2005;3:15 – 17. Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pemberantasan
17. Yoffe T, Shohat I, Shoshani Y, Taicher S, Wounds. Gunshot: Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes, 2007.
Epidemiology. Harefuah. 2008 Mar; 147 (3):192-196.
18. Verma KP, Tewari KN. Epidemiology of road traffic injuries in
Delhi: Result of a survey, regional health forum. Regional Health EV

472 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

Anda mungkin juga menyukai