I. PENDAHULUAN
[Type text]
2
[Type text]
3
[Type text]
4
[Type text]
5
3. Daun
Daun tumbuh melekat pada buku-buku batang dan tumbuh memanjang,
yang terdiri dari kelopak daun, lidah daun dan helaian daun. Daun berlapis lilin
yang dapat menggulung bila terjadi kekeringan.
4. Bunga
Bunga tersusun dalam malai. Tiap malai terdiri atas banyak bunga yang
dapat menyerbuk sendiri atau silang.
2.4 Kandungan Gizi
Kandungan protein pada biji sorgum juga sangat tinggi, dibandingkan
sumber pangan lain seperti beras, singkong dan jagung, sorgum mempunyai kadar
protein yang paling tinggi. Dibandingkan beras, sorgum juga unggul dari segi
kandungan mineral seperti Ca, Fe, P dan kandungan vitamin B1-nya. Kandungan
nutrisi sorgum dibandingkan dengan produk serealia yang lain ditunjukkan oleh
Tabel 1. berikut :
Tabel 1. Kandungan nutrisi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan pangan lainnya.
Kandungan nutrisi sorgum yang begitu tinggi tersebut saat ini belum dapat
dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan pengembangan sorgum sendiri
belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Para petani masih
setengah hati untuk menanam sorgum karena nilai jual sorgum belum tinggi
sebagaimana halnya produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan
kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala
[Type text]
6
dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan
peralatan pengolahan pasca panen lainnya.
Saat ini sorgum masih dimanfaatkan hanya sebatas potensi utamanya saja
yaitu dari bijinya. Adapun potensi lainnya seperti akar, daun dan tangkai biji
hanya dimanfaatkan seadanya saja seperti untuk pakan ternak dan kompos. Nira
sorgum merupakan produk yang memiliki keunggulan bahkan apabila
dibandingkan dengan nira tebu. Keunggulannya terletak pada tingkat
produktivitas dan ketahanan tanaman sorgum. Sebagaimana diketahui bahwa
tanaman tebu merupakan tanaman yang memiliki tuntutan perawatan yang cukup
tinggi, atau dengan kata lain, tanaman tebu lebih manja perawatan dibandingkan
dengan tanaman sorgum. Produksi biji dan biomass lebih besar dibandingkan
dengan tebu. Tanaman tebu tidak menghasilkan biji sebagaimana halnya sorgum
sehingga produk utama tanaman tebu hanya berupa nira dari batang. Perbandingan
karakteristik budidaya sorgum dengan tebu dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Budidaya Sorgum dengan Tebu.
Karakteristik Sorgum Tebu
Produktivitas Biji dan biomass Biomass
Lahan Tanam Marginal Subur
Kebutuhan air 332 kg / kg bahan 3 kali sorgum
kering
Laju Fotosintesis Tinggi dan cepat Lebih rendah
Kebutuhan benih 4,5-5 kg / ha 4.500-6.000 kg stek / ha
Umur Produksi 3-4 bulan > 10 bulan
Sumber : Setyaningsih (2009)
Sorgum dapat menghasilkan nira yang memiliki kadar gula yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Walaupun demikian, terdapat beberapa
kekurangan nira sorgum dibandingkan dengan nira tebu, yaitu dalam kadar pati
serta abunya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Perbedaan
karakteristik nira sorgum dengan nira tebu dapat dilihat selengkapnya pada Tabel
3 berikut ini.
[Type text]
7
Dari Tabel 3 diatas, terlihat bahwa kadar gula (dalam derajat Brix) nira
sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Nira sorgum memiliki
kelemahan dalam kadar abu, amilum dan asam akonitat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nira tebu. Dalam pengembangan bahan bakar nabati yang
memanfaatkan beberapa komoditas tanaman pangan seperti tebu, singkong,
kedelai, jagung, dan lain-lain, terdapat kekhawatiran pengembangan tersebut akan
menyebabkan kenaikkan harga komoditi tersebut secara global. Sebenarnya bagi
Indonesia sebagai negara agraris merupakan suatu peluang untuk
mengembangkan komoditi-komoditi tersebut di seluruh wilayah Indonesia yang
masih luas. Apalagi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk
mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM dan Instruksi
Presiden No 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain.
Salah satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama dikembangkan untuk
menggantikan BBM adalah bioetanol (etil alkohol) yang dibuat dari biomassa
(tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Ada berbagai jenis
tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku bioetanol, salah satu
diantaranya yang paling potensial dikembangkan di Indonesia adalah tanaman
[Type text]
8
[Type text]
9
III. PEMBAHASAN
[Type text]
10
3. Waktu Tanam
Umumnya benih sorgum ditanam pada awal musim hujan, penentuan waktu
tanam yang tepat agar dapat memperhitungkan masa masaknya biji yang jatuh
pada musim kemarau. Hal ini untuk menghindari kerusakan pada saat
pembungaan dan menghindari serangan cendawan.
4. Penanaman dan Pola Tanam
Lahan sebaiknya telah diolah/dipacul/dibajak/digaru sebelum dilakukan
penanaman. Pemberian pupuk kandang (5-10 ton/ha) pada lahan yang siap tanam
sangat dianjurkan.
Sorgum dapat ditanam secara monokultur (hanya tanaman sorgum yang
ditanam di suatu lahan) ataupun dengan cara tumpang sari (menanam tanaman
sorgum bersama-sama dengan tanaman lain). Untuk tanaman monokultur
diperlukan benih 10-15 kg/ha, kebutuhan benih tergantung kepada jarak tanam
dan pola tanam yang digunakan.
a. Jarak tanam untuk monokultur: 75 x 40 cm dengan 4 tanaman/lubang dan
75 x 20 cm: 2 tanaman/lubang.
b. Jarak tanam untuk tumpangsari: Stripcropping (1 baris): 200 x 25 cm dan
Stripcropping (> 2 baris): 75 x 25 x 400 cm.
c. Benih ditanam cara tugal sedalam 4-5 cm (5-12 biji/lubang).
Setelah benih ditaruh dalam lubang sebaiknya ditutup dengan abu dan
dilalukan pengairan untuk menjaga kelembaban tanah. Benih hanya akan dapat
tumbuh bila tanah cukup lembab dan kandungan air cukup untuk proses
perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman muda. Kelembaban tanah perlu
terus dijaga sampai tanaman berumur 4 minggu (1 bulan) setelah tanam.
5. Pemeliharaan
a. Sulam
Penyulaman merupakan suatu proses yang dilakukan setelah penanaman
benih sorgum dengan melakukan tanam ulang benih sorgum yang tidak
tumbuh dikarenakan mati. Misalnya dalam penanaman benih sorgum dalam
metode pola tanam monokultur (75 x 20 cm: 2 tanaman/lubang), apabila
dalam lubang hanya tumbuh satu tanaman saja maka layak untuk ditanami
[Type text]
11
benih sorgum dengan tanaman sorgum yang memiliki umur yang sama
dengan tanaman yang berada dalam satu lubang tersebut.
b. Pengairan
Tujuan pengairan adalah menambah air bila tanaman kekurangan air. Bila
tidak kekurangan maka pengairan tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, bila
kebanyakan air justru harus segera dibuang dengan cara membuat saluran
drainase. Sorgum termasuk tanaman yang tidak memerlukan air dalam
jumlah yang banyak, tanaman ini tahan terhadap kekeringan, tetapi ada masa
tertentu tanaman tidak boleh kekurangan air yaitu :
Tanaman berdaun empat, masa bunting waktu biji malai berisi, pada waktu
tersebut tanaman tidak boleh kekurangan air.
Selama pertumbuhan pemberian air cukup dilakukan 3 s/d 6 kali setiap 4
s/d 10 hari sekali.
Pemberian air dilakukan pada pagi/sore hari, saat suhu tanah tidak terlalu
tinggi.
c. Pemupukan
Pupuk yang diperlukan adalah urea dengan dosis 100 kg/ha, TSP dan KCl
dengan dosis masing-masing 60 kg /ha. Masing-masing pupuk diberikan 3
kali yaitu 1/3 pada waktu tanam, 1/3 pada saat tanaman berumur 3 minggu,
dan 1/3 pada saat tanaman berumur 7 minggu. Pupuk diberikan dalam
larikan diantara baris tanaman, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pupuk majemuk (pupuk compound) juga baik untuk tanaman sorgum dan
untuk dosis pemakaian dapat mengikuti anjuran seperti tertera pada kemasan
pupuk yang bersangkutan.
d. Penjarangan Tanaman
Pertumbuhan tanaman sorgum biasanya sudah merata/seragam pada umur 2
minggu setelah tanam. Namun demikian tidak semuanya tanaman yang
tumbuh di tiap lubang dengan baik. Apabila terdapat tumbuh yang kurang
baik perlu dilakukan penjarangan dengan mencabut tanaman yang kurang
baik tersebut. Sehingga pada tiap lubang tersisa tanaman yang terbaik untuk
dipelihara hingga panen.
e. Penyiangan
[Type text]
12
[Type text]
13
[Type text]
14
[Type text]
15
3 105 – 115
Katengu No. 183
Panen yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat
menurunkan kualitas biji. Biji-biji akan mulai berkecambah bila kelembaban
udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca
cerah/terang. Pada saat pemanenan sebaiknya pemotongan dilakukan pada
pangkal tangkai/malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15 s/d 25 cm. Untuk
meningkatkan produksi sorgum dapat dilakukan budidaya lanjutan dengan cara
ratun yaitu pemangkasan batang tanaman pada musim panen pertama yang
dilanjutkan dengan pemeliharaan tunas-tunas baru pada periode kedua.
Adapun tata cara budidaya sorgum ratun setelah panen musim pertama
adalah sebagai berikut :
Seusai panen pada musim pertama segera dilakukan pemotongan batang yang
tua tepat diatas permukaan tanah.
Tanah disekitar tanaman sorgum dibersihkan dari rumput liar/gulma.
Di buatkan larikan kecil sejauh 10 s/d 15 cm dari pangkal batang tanaman
sorgum kemudian disebarkan pupuk yang terdiri dari 45 kg Urea + 100 kg
TSP + 50 kg KCl per hektar. Satu bulan kemudian diberikan pupuk susulan
berupa 90 kg Urea/ha.
Tanaman yang berasal dari tunas-tunas baru (ratun) dipelihara dengan baik
seperti pada pemeliharaan tanaman periode pertama.
[Type text]
16
Pada stadium buah tua dilakukan panen musim kedua. Hal yang sangat perlu
diperhatikan adalah tata cara pemotongan batang tanaman. Pemotongan harus
tepat dilakukan diatas permukaan tanah agar tunas-tunas baru tumbuh dari
bagian batang yang berada di dalam tanah.
[Type text]
17
sehingga luas tanaman sorgum yang sesungguhnya agak sulit diukur. Demikian
juga di lahan sawah, sorgum sering ditanam secara monokultur pada musim
kemarau, namun sejak awal tahun 1980-an tanaman ini terdesak oleh tanaman
lain, seperti jagung, kedelai, tebu, semangka, dan mentimun.
Produktivitas yang tinggi dapat dicapai dengan menerapkan teknologi
budidaya secara optimal, antara lain dengan penggunaan varietas hibrida,
pemupukan secara optimal, dan pengairan. Sebaliknya di beberapa negara
produsen sorgum, rata-rata produktivitas sorgum masih di bawah 1 t/ha, yang
disebabkan oleh pengaruh iklim yang kering, penggunaan varietas lokal yang
hasilnya rendah, pemupukan minimal, dan penanaman secara tumpang sari. Luas
areal sorgum dunia sekitar 50 juta hektar setiap tahun dengan total produksi 68,40
juta ton dan rata-rata produktivitas 1,30 t/ha. Negara penghasil sorgum utama
adalah India, Cina, Nigeria, dan Amerika Serikat, sedangkan Indonesia termasuk
negara yang masih ketinggalan, baik dalam penelitian, produksi, pengembangan,
penggunaan, maupun ekspor sorgum.
Meskipun dalam jumlah yang terbatas, produksi sorgum Indonesia telah
diekspor ke Singapura, Hongkong, Taiwan, Malaysia, dan Jepang untuk
digunakan sebagai bahan baku pakan serta industri makanan dan minuman.
Ekspor sorgum selama Pelita V mencapai 1.092.400 kg dengan nilai US$
116.211, sedangkan impor sorgum mencapai 4.615 kg atau US$ 3.988, sehingga
masih terjadi net ekspor 1.087.785 kg atau perolehan nilai devisa US$ 112.233.
Hingga kini, perkembangan produksi sorgum nasional belum masuk dalam
statistik pertanian, yang menunjukkan bahwa komoditas tersebut belum mendapat
prioritas untuk dikembangkan. Namun ditinjau dari daerah pengusahaan yang
cukup luas, rata-rata produktivitas yang lebih tinggi dibanding negara produsen
utama sorgum, serta adanya defisit permintaan sorgum di beberapa negara,
sorgum mempunyai prospek yang cukup cerah di Indonesia.
3.4.2 Prospek Sorgum sebagai Bahan Pangan, Pakan Ternak, dan Industri
Penggunaan sorgum sangat beragam, tetapi secara garis besar dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai bahan pangan, bahan pakan,
dan bahan industri.
[Type text]
18
[Type text]
19
[Type text]
20
digunakan sebagai makanan ternak. Pati merupakan bahan utama pada berbagai
sistem pengolahan pangan, antara lain sebagai sumber energi utama, serta
berperan sebagai penentu struktur, tekstur, konsistensi, dan penampakan bahan
pangan.
Sorgum dapat digunakan sebagai pengganti dalam industri pati jagung
karena adanya beberapa persamaan, namun ekstraksi pati sorgum masih menjadi
masalah. Pengikatan pati pada sorgum berkisar antara 35-38%, sedangkan pada
jagung 8-15% .
Produk industri penting dari biji sorgum adalah bir. Selama dekade terakhir,
biji sorgum dapat menggantikan barley dalam pembuatan bir. Sifat kimia biji
sorgum yang sangat penting dalam pembuatan bir adalah aktivitas diastatik, alfa-
amino nitrogen, dan total nitrogen yang dapat larut. Namun, konsentrasi
amilopektin yang tinggi dalam pati sorgum menyebabkan pati sangat sulit
dihidrolisis. Aktivitas diastatik yang tinggi dapat meningkatkan fraksi albumin-
globulin protein, di mana albumin dan alfa-amino protein digunakan untuk faktor
rasa, stabilitas busa, dan kepekaan dingin dari bir.
3.4.3 Kendala dan Solusi Pengembangan Sorgum
Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan bahan industri yang
terus meningkat, serta untuk meningkatkan pendapatan petani di daerah beriklim
kering, pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih.
Di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat
genangan banjir, tanaman sorgum masih dapat diusahakan. Oleh karena itu,
terdapat peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produksi sorgum melalui
perluasan areal tanam. Pengembangan sorgum juga berperan dalam meningkatkan
ekspor nonmigas, mengingat pemanfaatan sorgum di luar negeri cukup beragam.
Menurut Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan,
volume ekspor sorgum Indonesia ke Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Malaysia
mencapai 1.092,40 ton atau senilai US$ 116.211. Demikian juga di Thailand, pada
tahun 1979 ekspor sorgum dapat menyumbang devisa 371 juta Bath (Rp 26
miliar) dari volume ekspor 170.000 ton ke Jepang, Taiwan, Singapura, Malaysia,
daTimur Tengah. Dengan demikian terdapat peluang untuk meningkatkan ekspor
sorgum ke luar negeri.
[Type text]
21
[Type text]
22
[Type text]
23
2. Sosial (sikap dan persepsi produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha
taninya).
3. Ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan kompetitif sorgum terhadap
komoditas lain), dan
4. Industri (nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri).
[Type text]
24
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial untuk
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi lingkungan yang
cukup luas. Teknik budidaya tanaman yang relatif mudah; tidak banyak
perbedaan dengan budidaya tanaman jagung yang sudah biasa dilakukan oleh
petani.
Biji sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, sebagai bahan
pakan ternak, dan sebagai bahan baku industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi
setara dengan jagung, namun biji sulit dikupas. Perbaikan teknologi pengolahan
dengan menggunakan penyosoh beras merek “Satake Grain Testing Mill” yang
dilengkapi dengan silinder gurinda batu dapat mengatasi masalah tersebut.
Masalah utama pengembangan sorgum adalah nilai keunggulan komparatif
dan kompetitif sorgum yang relatif rendah, penerapan teknologi pascapanen yang
masih sulit, biji mudah rusak dalam penyimpanan, dan usaha tani sorgum di
tingkat petani belum intensif.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengelolaan system
produksi sorgum secara menyeluruh (holistik) melalui empat dimensi, yaitu: 1)
wilayah (areal tanam sorgum), 2) ekonomi (nilai keunggulan komparatif dan
kompetitif sorgum terhadap komoditas lain), 3) sosial (sikap dan persepsi
produsen terhadap sorgum sebagai bagian dari usaha taninya), dan 4) industri
(nilai manfaat sorgum sebagai bahan baku industri makanan dan pakan ternak).
4.2 Saran
Dalam pengembangan budidaya sorgum sebaiknya pemerintah lebih serius
dalam memproduksinya karena jenis serelia ini sangat memiliki keunggulan dan
prospek yang baik di masa yang akan datang. Dan untuk mata kuliah Teknologi
Produksi Tanaman metode pembelajaran dari dosen cukup menarik untuk
dilaksanakan.
[Type text]
25
DAFTAR PUSTAKA
Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai
Penelitian Tanaman Pangan, Malang
Setyowati, Mamik., Hadiatmi dan Sutoro. 2005. Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil
Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman
Induk dan Ratoon. Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian, Bogor
[Type text]