Case Report Tya
Case Report Tya
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Ventricular Septal Defect”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Internship yang merupakan bagian dari Program Pendidikan Profesi Dokter di RSUD
Aek Kanopan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing,
dr.Charles Siregar Sp.A, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan masukan dalam
penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan
kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 1
DAFTAR I...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 3
2.1.4.5. CT SCAN................................................................... 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit yg dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan
akibat proses pembentukan jantung yg kurang sempurna. Proses pembentukan jantung ini
terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada waktu jantung mengalami proses
pertumbuhan di dalam kandungan, ada kemungkinan mengalami gangguan. Gangguan
pertumbuhan jantung pada janin ini terjadi pada saat janin berusia 4 bulan. 1
Secara umum penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: penyakit jantung bawaan sianosis (biru) dan
penyakit jantung bawaan asianosis (tidak biru).
Menurut Muttaqin (2009), penyakit jantung bawaan non sianotik dapat dibagi menjadi:
1. Defek septum atrium (atrial Septal Defek-ASD)
Defek septum atrium merupakan suatu keadaan
dimana adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat
yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.2
Definisi lain menyebutkan defek septum atrium
merupakan lubang abnormal di antara dua atrium; dapat
diakibatkan dari aliran darah menetap melalui foramen
ovale fetal (ostium sekundum) atau defek pada septum
intraartrial, mengakibatkan beberapa derajat pirau darah kiri ke kanan.3
3
2. Defek septum ventricular (Ventricular septal defect-VSD)
Masalah ini merupakan suatu keadaan adanya
hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan ventrikel kanan & ventrikel kiri.2
4
5. Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta-CA)
Koarktasio aorta merupakan suatu defek penyempitan
katup aorta setempat. Bisa preduktal, juksta-duktus, atau post-
duktus.
5
5. Trunkus Arteriosus Trunkus
Arteriosus merupakan kelainan yang ditandai oleh keluarnya pembuluh tunggal
dari jantung yang menampung aliran darah dari kedua ventrikel, yang memasok darah
sistemik, paru, dan koroner. Normalnya trunkus primitif yang keluar dari ventrikel
primitif terbagi menjadi aorta dan arteri pulmonalis. Apabila pembagian ini tidak
terjadi, maka dari kedua ventrikel hanya keluar satu pembuluh darah, yaitu trunkus
arteriosus.6
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ventricular Septal Defect
2.1.1. Definisi
Ventricular Septal Defect (VSD) adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat
antar bilik jantung, menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung.
Hal ini mengakibatkan sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru, sehingga
menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru. VSD merupakan malformasi jantung
yang paling sering, meliputi 25% PJB. Gejala utama dari kelainan ini adalah gangguan
pertumbuhan, sulit ketika menyusu, nafas pendek dan mudah lelah. Defek yang besar dengan
pirau kiri ke kanan berlanjut, menyebabkan tekanan yang selalu tinggi pada sirkulasi paru. Bila
tekanan di ventrikel kanan melampaui ventrikel kiri maka akan terjadi pirau yang terbalik (dari
kanan ke kiri), sehingga pasien menjadi sianotik. Keadaan ini disebut Sindroma Eisenmenger.
Pada defek besar proses terjadinya hipertensi pulmonal dapat terjadi pada anak berumur 1
tahun.7,8,9
2.1.2. Etiologi
Ventricular Septal Defect (VSD) adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat
lubang (defek/inkontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi septum
interventrikel pada masa janin.(8)
7
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multi faktor.
2.1.3. Patofisiologi
VSD menyebabkan terjadinya left-to-right shunt pada ventrikel. Terjadinya left-to-right shunt pada
ventrikel menyebabkan tiga konsekuensi hemodinamik, yaitu:
8
ke dalam ventrikel kanan menyebabkan peningkatan tekanan dan volume ventrikel kanan, yang lebih lanjut
mengakibatkan hipertensi pulmonal dengan gejala-gejala yang terkait. Gejala-gejala ini akan lebih terlihat pada
pasien-pasien dengan defek yang besar, yang mungkin dapat memberikan manifestasi klinis berupa sesak
napas, malas makan, dan pertumbuhan terhambat pada bayi. Pasien-pasien dengan defek yang kecil mungkin
saja dapat memberikan gejala yang asimptomatis.11
2.1.4. Diagnosis
2.1.4.1. Gejala Klinis
Ventrikel septal defek yang kecil akan menimbulkan bising pansistolik yang ringan pada
intercostals ke 4 dan ke 5 kiri, foto toraks yang normal dan gambaran elektrokardiogram right
bundle branch. Tekanan intrakardial masih normal dengan shunting left-to-right yang minimal.
Ventrikel septal defek yang sedang sampai besar menimbulkan murmur pansistolik yang keras
dengan expiratory splitting pada suara jantung kedua dan adanya pembesaran jantung kiri,
akhirnya bisa juga terjadi pembesaran jantung kanan. Saturasi oksigen pada ventrikel kanan
meningkat sebagai akibat adanya left-to-right shunt7,8.
Tekanan end diastolic ventrikel kanan, tekanan arteri pulmonal dan tekanan end diastolic
ventrikel kiri juga meningkat. Ventrikel septal defek yang sedang biasanya menyebabkan
penurunan tahanan vascular pulmonal, sedangkan VSD yang besar menyebabkan peningkatan
tahanan vaskuler pulmonal tersebut. Peningkatan tahanan vaskuler pulmonal yang berlangsung
lama menyebabkan shunting yang biridectional dan akhirnya right-to-left shunt yang disertai
dengan sianosis dan clubbing8,13
9
Berdasarkan gejala klinisnya dapat diperkirakan tipe VSD-nya sebagai berikut :
VSD kecil :
• Biasanya tak ada gejala.
• Bising biasanya bukan pansistolik, tetapi bising akhir sistolik tepat sebelum S2.
VSD sedang :
• Gejala tidak berat, berupa lekas lelah, batuk karena radang paru, atau gagal jantung ringan.
• Bising pansistolik cukup keras.
VSD besar :
• Sering dengan gagal jantung pada umur 1-3 bulan, sering dengan infeksi paru, kenaikan
berat badan lambat.
• Bising seperti pada VSD sedang.
Pada VSD yang kecil umumnya asimptomatik dengan riwayat pertumbuhan dan
perkembangan yang normal, sehingga adanya penyakit jantung bawaan ini sering ditemukan
secara kebetulan saat pemeriksaan rutin, yaitu terdengarnya bising pansistolik di parasternal
sela iga 3 – 4 kiri. Bila lubangnya sedang maka keluhan akan timbul saat tahanan vaskuler paru
menurun, yaitu sekitar usia 2–3 bulan. Gejalanya antara lain penurunan toleransi aktivitas fisik
yang pada bayi akan terlihat sebagai tidak mampu mengisap susu dengan kuat dan banyak,
pertambahan berat badan yang lambat, cenderung terserang infeksi paru berulang dan mungkin
timbul gagal jantung yang biasanya masih dapat diatasi secara medikamentosa.
Dengan bertambahnya usia dan berat badan, maka lubang menjadi relatif kecil sehingga
keluhan akan berkurang dan kondisi secara umum membaik walaupun pertumbuhan masih
lebih lambat dibandingkan dengan anak yang normal. VSD tipe perimembranus dan muskuler
akan mengecil dan bahkan menutup spontan pada usia dibawah 8–10 tahun8.
10
Pada VSD yang besar, gejala akan timbul lebih awal dan lebih berat. Kesulitan mengisap
susu, sesak nafas dan kardiomegali sering sudah terlihat pada minggu ke 2–3 kehidupan yang
akan bertambah berat secara progresif bila tidak cepat diatasi. Gagal jantung timbul pada usia
sekitar 8–12 minggu dan biasanya infeksi paru yang menjadi pencetusnya yang ditandai dengan
sesak nafas, takikardi, keringat banyak dan hepatomegali. Bila kondisi bertambah berat dapat
timbul gagal nafas yang membutuhkan bantuan pernafasan mekanik.
Pada beberapa keadaan kadang terlihat kondisinya membaik setelah usia 6 bulan,
mungkin karena pirau dari kiri ke kanan berkurang akibat lubang mengecil spontan, timbul
hipertrofi infundibuler ventrikel kanan atau sudah terjadi hipertensi paru. Pada VSD yang besar
dengan pirau dari kiri ke kanan yang besar ini akan timbul hipertensi paru yang kemudian
diikuti dengan peningkatan tahanan vaskuler paru dan penyakit obstruktif vaskuler paru.
Selanjutnya penderita mungkin menjadi sianosis akibat aliran pirau terbalik dari kanan ke kiri,
bunyi jantung dua komponen pulmonal keras dan bising jantung melemah atau menghilang
karena aliran pirau yang berkurang. Kondisi ini disebut sindroma Eisenmengerisasi.8,13.
2.1.4.3.Laboratorium
a. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis VSD.
b. Pemeriksaan laboratorium rutin (preoperatif), meliputi tes darah rutin, urin rutin, elektrolit serum,
ureum, kreatinin, dan faktor-faktor koagulasi.
c. Kadang-kadang, analisis gas darah preoperatif diperlukan jika terdapat desaturasi sistemik.14
11
2.1.4.4. Foto Thorax
Macam-macam ekspertise yang dapat ditemukan pada VSD, antara lain: 15,16,17
a. Karakteristik foto yang ditemukan pada VSD adalah kardiomegali terutama bagian kiri jantung,
disertai tanda-tanda peningkatan vaskularisasi pulmoner. Peningkatan aliran balik vena pulmonalis
mengakibatkan terjadinya peningkatan volume padaatrium kiri dan ventrikel kiri, yang akhirnya
berujung ke dilatasi ke ruang jantung tersebut.
Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan batas jantung kiri berubah bentuk. Pembesaran atrium
kiri lebih baik jika dilihat dari aspek lateral atau obliqus anterior sinistra, yang mana foto tersebut akan
menunjukkan gambaran bulging sepanjang batas jantung posterior bagian atas, yang mengakibatkan
pergeseran esophagus dan bronchus principalis sinistra. Jika defek yang terjadi besar, maka
pembesaran biventricular akan terjadi. 16
Gambar 5. Foto
thorax PA menunjukkan pembesaran jantung yang lebih dominan pada bagian kiri
dan peningkatan vaskularisasi pulmoner16
12
b. Pada VSD, moderate left-to-right shunt, foto thorax PA menunjukkan kardiomegali, arteri
pulmonalis menonjol, aorta menjadi kecil, dan terdapat tanda-tanda peningkatan vaskularisasi
pulmoner. Hal ini dapat terjadi karena darah yang seharusnya mengalir ke aorta, sebagian mengalir
kembali ke ventrikel kanan.Atrium kiri yang menampung darah dari vena pulmonalis yang jumlahnya
banyak, akan melebar dari biasa dan dapat mengalami dilatasi. Akibatnya, otot-otot ventrikelkiri akan
mengalami hipertrofi. Arah arus dari kiri ke kanan dapat berbalik menjadidari kanan ke kiri bila terjadi
kelainan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu pembuluh darah paru lumennya menjadi sempit
terutama di bagian perifer. Hal ini berakibat tekanan di arteri pulmonalis menjadi tinggi. Tekanan di
ventrikel kanan juga meninggi. Bila tekanan di ventrikel kanan menadi lebih tinggi
daripada tekanandi ventrikel kiri, maka terjadilah pembalikan arah kebocoran menjadi right-to-
left shunt. Perubahan arah kebocoran ini menyebabkan penderita menjadi sianosis,sesuai dengan
gejala-gejala Eisenmenger. Foto oblique anterior dextra menunjukkan pergeseran esophagus ke
posterior, yang menandakan adanya dilatasi atrium kiri disertai tanda-tanda pembesaran
biventricular.15,17
13
c. Pada VSD, large left-to-right shunt, foto thorax PA menunjukkan kardiomegali, dengan apeks
jantung melebar sampai ke dinding thorax kiri. Peningkatan vaskularisasi pulmoner pada kedua
lapangan paru, dan arteri pulmonalis menonjol. Ada kemungkinan terdapat air trapping pada
lapangan paru. Foto oblique anterior dextra dan barium meal menunjukkan kompresi esophagus oleh
atrium kiri, yang menandakan dilatasi atrium kiri. 15
14
Gambar 11. Foto oblique anterior dextra dan barium meal menunjukkan kompresi esophagus
olehatrium kiri, yang menandakan dilatasi atrium kiri15
d. Contoh kasus: Penderita anak-anak berumur 3 tahun. Sering pucat, kebiru-biruan, napas cepat, tidak
tumbuh baik. Didiagnosis dengan VSD. 17
Gambar 12.
Foto PA: tampak pelebaran pembuluh darah paru-paru, terutama hilus
kanan. Cormembesar CTR 58%, aorta kecil, pinggang jantung rata dengan penonjolan
arteri pulmonalis dan aurikel atrium kiri.17
15
Gambar 13. VSD foto lateral 17
2.1.4.5. CT-Scan
CT-Scan dapat menunjukkan gambaran kardiomegali, pembesaran atrium dan ventrikel, dan
peningkatan vaskuler paru.
16
2.1.4.6.Echocardiography
Echocardiography dapat digunakan untuk menunjukkan tipe dan jumlah defek pada septum
interventricularis. VSD tipe perimembranus dapat dilihat dari kerusakan septum pada daerah setelah valve
triskuspidal dan di bawah batas annulus aorta. Keakuratan alatini sangat tinggi, jarang menimbulkan positif palsu
dan negatif palsu. 2,3
17
Murmur terdengar pada daerah
pada daerah sternum kanan
sternum kiri atas. bawah
Pulsusceler (+)
Kardiomegali, Kardiomegali, Kardiomegali, Kardiomegali,
dengan dengan pelebaran dengan penonjolan dengan dilatasi
Bentuk penonjolan arteripulmonalis, arteri pulmonalis, pada atrium dan
jantung arteri arcus aorta tampak dilatasi ventrikel ventrikel kanan,
pada pulmonalis dan normal, aorta kanan, atrium kiri arteri pulmonalis
gambaran dilatasi atrium descendens dan ventrikel kiri menonjol, dan
radiologi kiri dan mengecil, dan normal aorta mengecil
ventrikel kiri dilatasi atrium dan
ventrikel kiri
Berkurang dan
Corakan
Bertambah Bertambah Sangat melebar tampak kecil –
vaskuler
kecil
2.1.6 Komplikasi
2.1.7 Penatalaksanaan
Pertama-tama setelah diagnosis VSD ditegakkan, secara kualitatif besar aliran pirau dapat ditentukan
dengan petunjuk “Klinis, Elektrokardiografi, dan Radiologi (KER)”. 20
18
Tabel 2. Penggolongan hemodinamis (Pierre Corone 1977, Fyler 1961)20
Penanganan VSD dapat meliputi penanganan konservatif maupun pembedahan. VSD dengan defek
yang kecil dapat tertutup dengan sendirinya, seiring dengan semakin berkembangnya jantung, dan dalam
beberapa kasus ditangani secara konvensional.11
Penanganan pertama VSD pada bayi yang disertai gagal jantung (biasanya KER: MBsampai B) adalah
dengan memberikan terapi konservatif, berupa kardiak glikosida (contoh:digoxin 10-20 µg/kgBB/hari), loop
19
diuretik (contoh: furosemide 1-3 mg/kgBB/hari), danACE Inhibitors (contoh: captopril 0,5-2 mg/kgBB/hari).
Bila gagal jantung tidak dapat teratasi dengan medikamentosa dan pertumbuhan terlihat terhambat maka
sebaiknya dilakukan tindakan paliatif bedah pulmonary artery binding untuk mengurangi aliran yang
berlebih ke paru atau langsung penutupan VSD bila berat badan anak mengizinkan. Hal ini tentunya bergantung
pada pengalaman dan kemampuan pusat bedah jantung setempat. Bila gagal jantung dapat teratasi dan anak
tumbuh baik, maka kateterisasi jantung dan bedahpenutupan VSD dilakukan setelah anak berumur 2-4 tahun
(kemungkinan nilai KER menetap atau menurun). 20
Untuk nilai KER MK sampai K hanya perlu observasi sebulan sekali bila usia kurangdari satu tahun dan
tiap enam bulan bila usia lebih dari satu tahun. Mungkin KER bertambah, terutama pada usia kurang dari satu
tahun setelah tahanan paru menurun, sehingga perlu ditatalaksana seperti KER MB sampai B. Bila KER
menetap maka kateterisasi jantung dapat ditunda sampai usia 3-4 tahun dan bila KER menurun dapat ditunda
sampai 7-8 tahun. Dalam perjalanannya, penutupan spontan dapat terjadi pada beberapa tipe VSD (tipe
muskuler dan perimembranus). 20
Dalam observasi kasus VSD, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya prolapse katup aorta, hipertrofi
infundibulum atau hipertensi pulmonal. Pada keadaan ini, kemungkinan nilai KER dapat menurun. Bila
kelainan-kelainan tersebut terjadi, maka tindakan kateterisasi dan bedah penutupan VSD perlu dipercepat. 20
Bila telah terjadi hipertensi pulmonal yang disertai dengan penyakit vaskuler paru(irreversible), maka
bedah penutupan VSD tidak dianjurkan lagi. Bila ada prolaps katup aortadan regurgitasi katup aorta yang berat
maka mungkin juga perlu dilakukan penggantiankatup. Pencegahan terhadap endocarditis infektif pada setiap
tindakan bedah minor (misalnya cabut gigi) perlu dilakukan pada setiap kasus VSD. 20
2.1 Prognosis
a. Prognosis penyakit ini bergantung pada besarnya defek yang terjadi.
b. Dari seluruh kasus VSD yang tercatat pada bayi-bayi usia satu bulan, 80% menutupsecara spontan.
Penutupan spontan defek septum ventrikel bergantung pada besarnyadefek, anatomi, dan umur pasien.
Penutupan spontan paling sering terjadi pada usia satutahun dan dengan kerusakan yang kecil.
c. Mortalitas yang terjadi akibat riwayat penyakit VSD menunjukkan bahwa 27% pasienmeninggal pada
usia 20 tahun, 53% pada usia 40 tahun, dan 69% pada usia 60 tahun.
d. Pada penyakit-penyakit VSD tanpa komplikasi, tingkat mortalitas saat dilakukantindakan operasi
mendekati 0%. Mortalitas dan morbiditas meningkat pada VSD yangmultiple, hipertensi pulmonal,
dan diikuti dengan anomali-anomali yang lain.
20
e. Ketika tindakan operasi dilakukan sebelum usia dua tahun, usia harapan hidup akanbaik, dan pasien
mempunyai ukuran dan fungsi ventrikel yang normal, sehingga dapat menjalani kehidupan yang
normal.
f. Angka harapan hidup pada pasien yang telah diintervensi dengan terapi bedah dan konservatif (setelah
25 tahun) adalah 87%, motalitas meningkat dengan semakinberatnya VSD.21
21
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
No. Reg. RS : 00.03.45.59
II. ANAMNESIS
Alloanamnese
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak usia 1 bulan, sesak tidak disertai dengan
mengi dan tidak disertai dengan kebiruan pada mulut, ujung jari tangan dan kaki. Pasien juga
mengeluhkan demam, batuk serta pilek sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit Aek
Kanopan, batuk disertai dahak berwarna jernih, sebelumnya pasien juga muntah dan mencret.
Namun saat datang ke rumah sakit Aek Kanopan pasien tidak muntah dan mencret.
Sebelumnya pasien telah di diagnosa penyakit jantung bawaan ventrikular septal defek. Serta
telah melakukan foto rontgen serta echo doppler dengan kesimpulan ventrikular septal defek.
22
Pemeriksaan fisik:
Status Present:
1. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda vital:
a. Nadi : 140 x/menit
b. Pernapasan : 60 x/menit
c. Suhu : 38,5°C
d. Berat badan : 7kg
Status lokalisata:
a. Pemeriksaan kepala
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Pupil isokor, refleks cahaya +/+
Bibir : sianosis -/-
b. Pemeriksaan leher
Limfadenopati : tidak ada
c. Pemeriksaan dada
Inspeksi : Normochest, pergerakan gerak napas simetris
Palpasi : Massa tumor (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi utama : vesikuler
Bunyi tambahan : Wheezing (-/-), Rhonki (+/+)
d. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba pada linea aksilaris anterio kiri
Perkusi : normal
• Upper border 2nd ICS sinistra
• Right border 4th ICS linea parasternalis dextra
e. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
23
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Timpani (+) Ascites (-)
Palpasi : Hepar : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Massa tumor (-)
f. Pemeriksaan ekstremitas
Inspeksi : Edema pretibial (-/-), edema pretibial(-/-)
Palpasi : Akral hangat
Darah Rutin:
Tanggal 17-10-2017
Darah Lengkap
Hb g% 10,0 11-16
Cor membesar ke lateral kanan, apex diatas diafragma, pinggang jantung normal.
Sinuses dan diafragma masih normal.
Pulmonal:
Hili normal
24
Corakan bronkovaskular bertambah
Tidak tampak bayangan bercak
Kesimpulan:
Follow Up
25
murmur Furosemid 3x pulv I
pansistolik Digoxin 1x pulv I
Abdomen: soepel, Diet PASI
peristaltik + N
Sesak Sensorium: Decompesatio O2 1 l/i
nafas +, compos mentis cordis ec IVFD D5% NS
20 Congenital
batuk + , HR: 130x/i 0,225% 20 gtt/i
Oktober Heart Disease
demam - RR: 42 x/i (VSD) Inj. Kemicetin 100
2017
Temp: 37,3oC + mg / 6 jam/IV
BB:7 kg Bronkopneumonia Vicillin Sx 200 mg
Pemeriksaan /jam/IV
fisik: thoraks: sp: Pamol drop 3x 1 ml
vesikuler (k/p)
St: ronkhi +/+ Intrizin syr 1 x cth I
Jantung : Furosemid 3x pulv I
auskultasi : aff
murmur Digoxin 1x pulv I aff
pansistolik Diet PASI
Abdomen: soepel,
peristaltik + N
Sesak Sensorium: Decompesatio O2 1 l/i
nafas +, compos mentis cordis ec IVFD D5% NS
21 batuk + , Congenital
HR: 136x/i 0,225% 20 gtt/i
Oktober demam - Heart Disease
RR: 46 x/i (VSD) Inj. Kemicetin 100
2017
Temp: 37,1oC + mg / 6 jam/IV
BB:7 kg Bronkopneumonia Vicillin Sx 200 mg
Pemeriksaan /jam/IV
fisik: thoraks: sp: Pamol drop 3x 1 ml
vesikuler (k/p)
St: ronkhi +/+ Intrizin syr 1 x cth I
Jantung : Diet PASI
auskultasi :
murmur
pansistolik
Abdomen: soepel,
peristaltik + N
22 Sesak compos Decompesatio O2 1 l/i
Oktober nafas +, mentis cordis ec IVFD D5% NS
Congenital
2017 batuk + , HR: 120x/i 0,225% 20 gtt/i
Heart Disease
demam - RR: 42 x/i (VSD) Inj. Cefotaxime
Temp: + 500mg / 12jam/ IV
37,1oC Bronkopneumonia aff
26
BB:7 kg Inj. Kemicetin 100
mg / 6 jam/IV
Pemeriksaan Vicillin Sx 200 mg
fisik: thoraks: /jam/IV
sp: vesikuler
Pamol drop 3x 1 ml
St: ronkhi
(k/p)
+/+
Intrizin syr 1 x cth I
Jantung :
auskultasi : Diet PASI
murmur
pansistolik
Abdomen:
soepel,
peristaltik +
N
23 Sesak compos Decompesatio O2 1 l/i PBJ
Oktober nafas +, mentis cordis ec IVFD D5% NS
2017 batuk + , HR: 128x/i Congenital 0,225% 20 gtt/i
Heart Disease
demam - RR: 38 x/i (VSD) Inj. Cefotaxime
Temp: + 500mg / 12jam/ IV
36,9oC Bronkopneumonia aff
BB:7 kg Inj. Kemicetin 100
mg / 6 jam/IV
Pemeriksaan Vicillin Sx 200 mg
fisik: thoraks: /jam/IV
sp: vesikuler
Pamol drop 3x 1 ml
St: ronkhi
(k/p)
+/+
Intrizin syr 1 x cth I
Jantung :
Diet PASI
auskultasi :
murmur
pansistolik
Abdomen:
soepel,
peristaltik +
N
27
DAFTAR PUSTAKA
28
15. Milliken JC, Galovich J. Ventricular septal defect [online]. 2010 [cited 2017Oct 24]. Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/162692-print
16. .Wikipedia. Ventricular septal defect [online]. 2010 [cited 2017 Oct 24]. Available
from:URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Ventricular_septal_defect
17. McMahon C, Singleton E. Plain radiographic diagnosis of congenital heart disease[online]. 2009 [cited
2017 Oct 24]. Available from: URL:http://www.bcm.edu/radiology/cases/pediatric/text/2b-desc.htm
18. Rilantono LI. Defek septum ventrikel. Dalam: Rilantono LI, Baraas F, Karo SK,Roebiono PS, editor.
Buku ajar kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1996. h. 232-5
19. Purwohudoyo SS. Sistem kardiovaskuler. Dalam: Ekayuda I, editor. Radiologidiagnostik edisi kedua.
Jakarta: Divisi Radiodiagnostik, Departemen Radiologi FakultasKedokteran Universitas Indonesia;
2005. h. 184-193
20. Ho ECK. Acyanotic congenital heart disease [online]. 2002 [cited 2017 Oct 24]. Availablefrom:
URL: http://www.hawaii.edu/medicine/pediatrics/pedtext/s07c02.html
21. Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et al,editors. Harrison’s
principles of internal medicine 17 th ed. New York: McGraw Hill,Health Professions Division;
2008.
29