Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai

penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Sehingga setiap

negara berusaha untuk menekankan supayaangka kematian pada balita dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC,Diphteri, Pertusis,

Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B. Saat ini Kementerian Kesehatan

menetapkan imunisasi sebagai upaya nyata pemerintah untuk mencapai

Millennium Development Goal's (MDGs), khususnya untuk menurunkan

kematian anak (Iwansyah, 2012).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat

terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit

ringan. Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi

juga berdampak kepada anak lainnya sehingga mengurangi penyebaran infeksi

(Ranuh dkk, 2008).

Pada program imunisasi anak, ibu sebagai sasaran primer merupakan

pihak yang paling menentukan karena mereka yang berhubungan langsung dengan

kesejahteraan anak balita. Ibu adalah orang yang mengambil keputusan dalam

pengasuhan anak selama 24 jam termasuk dalam menentukan anaknya akan

mendapat imunisasi atau tidak. Penghalang utama untuk keberhasilan imunisasi

bayi dan anak yaitu pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan

1
rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk

mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, merasa bahwa

imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi/ penjelasan dari

petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi ,serta hambatan lainnya (Ranuh dkk,

2008). Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan, dan

statussosial ekonomi serta opini orang tua dan kesalahpahaman tentang vaksin

mengakibatkan banyak anak-anak tidak diberikan imunisasi (Marimbi, 2010).

Indikator yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi

yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Desa/kelurahan UCI

adalah gambaran suatudesa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11

bulan) yang ada di desa/kelurahantersebut sudah mendapat imunisasi dasar

lengkap (Profil Kesehatan Bireuen, 2015).

Capaian indikator UCI di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 86,54%.

Angka ini belum mencapai target Renstra pada tahun 2015 yang sebesar

91%.Pada tahun 2015 terdapat tiga provinsi yang memiliki capaian tertinggi yaitu

DI Yogyakarta,DKI Jakarta, dan Jawa Tengah sebesar 100%. Sedangkan Provinsi

Papua Barat memilikicapaian terendah (54,66%), diikuti oleh Riau sebesar

57,67%, dan Aceh sebesar 67.56% (Depkes, 2015).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen terdapat 1

Puskesmas yang memiliki capaian tertinggi sebesar 100%, yaitu Puskesmas Juli 2

yang terletak di Kecamatan Juli, di ikuti oleh Kecamatan Simpang Mamplam

sebesar 98 %, lalu Kecamatan Peusangan dan Kota Juang sebesar 96 %. Adapun

2
Kecamatan dengan capaian terendah adalah kecamatan Peulimbang hanya

mencapai 23 %, di ikuti Kecamatan Kutablang sebesar 24 %.

Berdasarkan uraian dari latar belakang, peneliti tertarik untuk mengetahui

gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di

Puskesmas Kuta Blang Kabupaten Bireun tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam mini

project ini adalah “ Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Kuta Blang Kabupaten Bireun tahun

2017?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi

usia usia 0-12 bulan di Puskesmas Kuta Blang Kabupaten Bireun tahun 2017.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian,manfaat,

tujuan, jadwal dan jenis-jenis imunisasi.

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada

bayi usia 0-12 bulan dengan melihat faktor usia, pendidikan dan pekerjaan.

3
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai imunisasi

dasar dan pengembangan kemampuan peneneliti di bidang penelitian

kesehatan.

2. Bagi masyarakat/ pengunjung Puskesmas

Dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya pemberian imunisasi

dasarpada bayi usia 0-12 bulan sehingga dapat mencegah dari penyakit

menular.

3. Bagi Petugas kesehatan

Dapat dijadikan bahan referensi bagi para petugas kesehatan sehingga mereka

dapat menginformasikan atau mengedukasi kepada masyarakat agar membawa

anak nya untuk imunisasi.

4. Bagi Puskesmas Kuta Blang

Meningkatkan mutu pelayananan kesehatan dan menjadi informasi, serta

masukan untuk membuat rancangan program pelayanan kesehatan selanjutnya.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini adalah setelah orang melakukan

pengindraan obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia

yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian

besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Pada bagian lain pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena

dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku akan lebih langgeng dari

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Benyamin Bloom (1980) seorang ahli psikologi pendidikan membagi

perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni a) kognitif

(cognitive), b) afektif (affective) dan c) psikomotor (psychomotor) (Notoadmojo,

2010).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Sudigdo (2006), pegetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

5
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

apa yang dipelajarinya, antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

6
5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merecanakan,

meringkaskan, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

1. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Erfandi,

2009).
2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah danberlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

7
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Erfandi,

2009).

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan

rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal (Erfandi, 2009).


3. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.Media ini menjadi tiga yaitu

media cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubik yang terdapat pada surat kabar

8
atau majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, radio,

video, slide dan film serta papan (bilboard) (Notoatmodjo, 2010).

4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau

dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak

pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang

lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja

akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang

merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik (Ratnawati, 2009).

5. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmodjo, 2010).

6. Sosial Budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang

juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang (Notoatmodjo, 2010).

9
2.2Imunisasi

2.2.1Pengertian Imunisasi

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari selsel serta

produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan

terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau

racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman disebut antigen. Pada saat pertama

kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat

zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk

membentuk antibody tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai

"pengalaman". Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah

mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan

antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih

banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya,

dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai

tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau

seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal misalnya

terjadinya kecacatan atau kelumpuhan (Muslihatun, 2010)

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin

adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang

dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan

Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2008).

10
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen

yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh dkk, 2008).

2.2.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain :

1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan kelompok

masyarakat, serta menghilangkan penyakit tertentu di dunia seperti cacar

bopeng (variola).

2. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya

bagi bayi dan anak.

3. Menurunkan morbiditas, mortalitas dan kecacatan serta bila mungkin dapat

mengeradikasikansuatu penyakit di setiap daerah(Maryunani, 2010).

2.2.3 Manfaat imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan

kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan

kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan

anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari beberapa

penyakit berbahaya dan mencegah penularan ke anggota keluarga dan teman-

teman disekitarnya. Manfaat untuk negara adalah untuk memperbaiki tingkat

kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan

pembangunan Negara (Proverawati & Andhini, 2010).

2.2.4 Jenis-jenis Imunisasi Dasar

11
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada

semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari

penyakit-penyakit yang berbahaya.

1. Imunisasi BCG (Bacillus Celmette Guerin)

a. Pengertian

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru

yang sangat menular.

b. Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu

diulang (boster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang

dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga

memerlukan pengulangan.

c. Usia pemberian imunisasi

Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2 bulan.

Jika diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin)

terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman

Mycobacterium Tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya

negative. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang

kerumah, segera setelah lahir bayi di imunisasi BCG.

d. Cara pemberian imunisasi

12
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi

penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan pada

paha.

e. Tanda keberhasilan Imunisasi

Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas

suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian,yang berubah menjadi pustule,

kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi

panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut.

Jikapun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Karena

kemungkinan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya

perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk kedalam kulit. Jadi, meskipun

benjolan tidak timbul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah.

Imunsasi tidak perlu diulang, karena di daerah endemi TB, infeksi alamiah akan

selalu ada. Dengan kata lain akan mendapat vaksinasi alamiah.

f. Efek samping Imunisasi

Umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan

kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkangan bila

penyuntikan dilakukan di paha). Dan biasanya akan sembuh sendiri.

g. Kontra Indikasi Imunisasi

13
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau

menunjukan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit

yang berat / menahun.

2. Imunisasi DTP (Diphtheria, Tetanus, Pertusis)

a. Pengertian

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini:

- Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena

menimbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan

kematian dalam beberapa hari saja.

- Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga batuk rejan

atau batuk 100 hari. Karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih.

Gejalanya sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai

bunyi “whoop”/ berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau

penderita dapat meninggal karena kesulitan bernapas.

- Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci

/ terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka.

b. Pemberian Imunisasi dan usia pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2

bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali

di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan

imunisasi TT.

c. Cara Pemberian Imunisasi

14
Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuler (I.M atau i.m).

d. Efek Samping Imunisasi

Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam (sumeng) saja

dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-

pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau

bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau bisa juga

dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian

terlalu banyak.

e. Kontra Indikasi Imunisasi

Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai

penyakit atau kelainan saraf, baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi,

menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi

otak, anak-anak yang sedang demam / sakit keras dan yang mudah mendapat

kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma.

3. Imunisasi Polio

a. Pengertian

Imunisasi Polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang

saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki (Kandungan vaksin polio adalah

virus yang dilemahkan).

b. Pemberian Imunisasi

15
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi

polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan

tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.

c. Usia Pemberian Imunisasi

Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir

(0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali

saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.

d. Cara Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi polio melalui oral / mulut (Oral Poliomyelitis

vaccine/OPV). Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui

suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/ IPV).

e. Efek Samping Imunuisasi

Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang

mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Dan kasusnya biasanya jarang

terjadi.

f. Kontra – indikasi Imunisasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah,

seperti demam tinggi (diatas 38C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita

penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga

anak dengan dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang

menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak

diberikan imunisasi polio.

g. Tingkat Kekebalan

16
Bisa mencekal penyakit polio hingga 90 %.

4. Imunisasi Campak

a. Pengertian

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). Kandungan vaksin

campak ini adalah virus yang dilemahkan.

Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun

seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh

antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit campak mudah

menular, dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang

penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Namun, untungnya campak hanya

diderita sekali seumur hidup. Jadi sekali terkena campak, setelah itu biasanya

tidak akan terkena lagi.

b. Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali.

c. Usia Pemberian Imunisasi

Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan

pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di

usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika

sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia

12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

d. Cara Pemberian Imunisasi

17
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui subkutan (s.c).

e. Efek Samping Imunisasi

Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam

ringan dan terdapat efek kemerahan / bercak merah pada pipi di bawah telinga

pada hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat

pembengkakan pada tempat penyuntikan.

f. Kontra Indikasi Imunisasi

Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak :

- Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam.

- Dengan penyakit gangguan kekebalan.

- Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan.

- Dengan kekurangan gizi berat.

- Dengan penyakit keganasan.

- Dengan kerentanantinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin

(antibiotik).

5. Imunisasi Hepatitis B

a. Pengertian

Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi

yang dapat merusak hati yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.

b. Pemberian Imunisasi

18
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali.

c. Usia Pemberian Imunisasi

Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi

dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian

dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3 – 6 bulan. Khusus

bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B, selain imunisasi yang diberikan

kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan

immunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.

d. Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intramuskuler

(I.M atau i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero : otot-otot

dibagian depan, lateral : otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan

karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

e. Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi (sangat jarang), berupa keluhan

nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan.

Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.

f. Tanda Keberhasilan

Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Tetapi dapat

dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah atau mengecek

kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun.bila kadarnya diatas 1000,

berarti daya tahannya 8 tahun. Diatas 500 tahan selama 5 tahun. Diatas 200 tahan

19
selama 3 tahun. Tetapi bila angkanya 100 maka dalam setahun akan hilang.

Sementara bila angka nol bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

g. Kontraindikasi Imunisasi

Tidak dapat diberikan pada anak yang mendrita sakit berat.

h. Tingkat Kekebalan

Cukup tinggi,antara 94 – 96. Umumnya, setelah 3 kali suntikan,lebih dari

95 % bayi mengalami respon imun yang cukup (Maryunani, 2010).

2.2.5 Jadwal Imunisasi

Pemberian imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor

yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Melakukan imunisasi pada bayi

merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Imunisasi dapat

diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas

kesehatan atau pekan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai panas,

menderita kejang-kejang sebelumnya, atau menderita penyakit system saraf,

pemberian imunisasi perlu dipertimbangkan. Kebanyakan dari imunisasi adalah

untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang

berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.

Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi atau imunisasi tidak

menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi

rasa sakit sementara akibat suntikan bertujuan untuk kesehatan bayi atau anak

dalam jangka waktu yang panjang (Proverawati & Andhini, 2010).

20
Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi (IDAI,2017)

21
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian dan juga teori-teori yang telah disebutkan

sebelumnya, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Usia

Pendidikan

Pekerjaan Pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar

Informasi

Sosial-Budaya

Lingkungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

a. Usia

Usia responden pada saat penelitian, dinyatakan dalam tahun. Usia dapat

mempengaruhi responden dalam memberikan bentuk partisipasinya.

Klasifikasi usia menurut Depkes RI antara lain:

1. Masa balita : 0-5 tahun


2. Masa kanak-kanak : 6-11 tahun
3. Masa remaja Awal : 12-16 tahun
4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun

22
5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun
6. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun
7. Masa lansia awal : 46-55 tahun
8. Masa lansia akhir : 56-65 tahun
9. Masa manula : > 65 tahun

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kategori usia remaja akhir (17-

25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dan dewasa akhir (36-45 tahun).

b. Pendidikan
Pendidikan adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang diselesaikan

oleh responden. Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 pendidikan

dikategorikan menjadi:
1. Pendidikan dasar/rendah (SD, SMP/MTs)
2. Pendidikan menengah (SMA/SMK)
3. Pendidikan tinggi (D3/S1)

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan yang digunakan adalah tingkat

pendidikan menurut UU No 20 tahun 2003.

c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau

pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari

akan memiliki waktu yang lebih untuk memperoleh informasi (Depkes, 2015).

Klasifikasi pekerjaan, yaitu :


1. IRT
2. Petani/buruh
3. PNS
4. Wiraswasta
d. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab pertanyaan

mengenai imunisasi. Pengetahuan di ukur melalui jawaban kuesioner. Pertanyaan

yang diajukan adalah 10 pertanyaan. Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan

23
jawaban yang salah atau tidak tahu diberi skor 0. Total skor maksimal adalah 10

dan skor mininimal adalah 0.

Menurut (Arikunto, 2006) mengemukan bahwa untuk mengetahui secara

kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadi 3

tingkatan yaitu :

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %

2. Tingkat pengetahuan cukup bika skor atau nilai 60-75%

3. Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 60 %

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1 Usia Usia Kuesioner 1. Remaja akhir (17- Ordinal
responden 25 tahun),
saat 2. Dewasa awal (26-
35 tahun),
penelitian 3. Dewasa akhir
(36-45 tahun).
2 Pendidikan Pendidikan Kuesioner 1. Pendidikan Ordinal
formal yang dasar/rendah (SD,
terakhir yang SMP/MTs)
2. Pendidikan
diselesaikan menengah
oleh (SMA/SMK)
responden. 3. Pendidikan tinggi

24
(D3/S1)

3 Pekerjaan Suatu Kuesioner 1. IRT Ordinal


kegiatan atau 2. Petani/Buruh
aktivitas ibu 3. PNS
4. Wiraswasta
seghari-hari.
3 Pengetahuan Kemampuan Kuesioner Baik: 76-100% Ordinal
responden Cukup : 60-75%
menjawab Buruk :<60 %
pertanyaan (Arikunto,2006)
mengenai
imunisasi

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif untuk

mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar. Studi penelitian

yang akan digunakan dengan rancangan cross sectional, yaitu pengukuran

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dilakukan satu saat tertentu.


4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kuta blang, jalan B.Aceh-Medan

Km 350, Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh.


4.2.2 Waktu penelitian
Dilakukan pada bulan Desember 2017.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

25
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi

berusia 0-12 bulan di Puskesmas Kuta Blang pada Bulan Desember 2017.
4.3.2 Sampel
Kriteria inklusi pengambilan sampel yang telah ditetapkan peneliti:
1. Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian
2. Responden yang mampu membaca dan menulis .
3. Ibu yang mempunyai bayi umur 0 – ≤ 12 bulan

Kriteria eksklusi pengambilan sampel yang telah ditetapkan peneliti:


1. Responden yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian
2. Responden yang tidak mampu membaca dan menulis
3. Tenaga kesehatan.
4.3.3Teknik pengambilan sampel
Sampel diambil dengan teknik total sampling,yaitu sampel diambil dari

seluruh populasi dijadikan sampel atau subjek penelitian (Notoatmodjo,2010)


4.3.4 Besar sampel

Dari uraian di atas besar sampel yang di tentukan dalam penelitian ini

adalah berjumlah 31 responden yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Kuta

Blang pada Bulan desember 2017.

4.4Prosedur Pengambilan Data


Pengambilan data berupa data primer, yaitu data langsung yang di ambil

dari responden. Pengambilan data dilakukan dengan metode angket dengan

menggunakan instrument kuesioner. Kuesioner tersebut sebelumnya telah di uji

vaiditas dan reliabilitas.


4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1 Metode pengolahan data
1. Pemeriksaan data (editing)
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap data yang diperoleh

apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pencatatan data yang

dikumpulkan.

26
2. Pemberian kode (coding)
Pada tahap ini peneliti memberi kode pada tiap variabel untuk mempermudah

pengolahan data.
2. Penyusunan data (tabulasi)
Pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlahkan, di susun, dan

ditata untuk
disajikan dan di analisa.
4.5.2 Analisa data

Data dianalisis secara deskriptif, dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dan melihat presentase data yang terkumpul lalu membahas hasil

penelitian dengan menggunakan serta membandingkan dengan teori dan

kepustakaan yang ada.

BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

27
Kecamatan Kuta Blang merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada

di Kabupaten Bireuen yang terdiri 41 Gampong atau Desa, dengan luas wilayah

41,39 Km2 jumlah penduduk 21144 terdiri dari laki-laki 10282 dan perempuan

10862 dengan jumlah KK 5538, Pus 3594 Wus 4631. Topografi Kecamatan Kuta

Blang terdiri dari sebagian besar wilayah dataran rendah dan daerah perbukitan di

bagian selatan.

Adapun batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Kuta Blang adalah sebagai

berikut :

a) Sebelah Utara dengan Lautan Kecamatan Jangka


b) Sebelah Selatan dengan Kecamatan Siblah Krueng (Leung Daneun)
c) Sebelah Timur dengan Kecamatan Gandapura
d) Sebelah Barat dengan Kecamatan Peusangan.

Topografi Kecamatan Kuta Blang terdiri dari sebagian besar wilayah

dataran rendah dan daerah perbukitan di bagian selatan.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden


Jumlah responden yang terlibat adalah 31 orang. Karakteristik responden

yang dipilih adalah responden yang mengunjungi Puskesmas Kuta Blang pada

Bulan Desember 2017.

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)


Remaja akhir (17-25 tahun) 7 22,6
Dewasa awal (26-35 tahun) 20 64,5
Dewasa akhir (36-45 tahun) 4 12,9
Total 31 100
(Sumber: Data Primer, 2017)

28
Berdasarkan usia responden, mayoritas usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 20

orang (64,5%). Usia 17-25 tahun yaitu sebanyak 7 orang (22,6%). Sedangkan

paling sedikit usia 36-45 tahun yaitu sebnyak 4 orang (12,9%).

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)
Dasar/Rendah (SD, SMP/MTs) 5 16,13
Menengah (SMA/SMK) 22 70,97
Tinggi (D3/S1) 4 12,9
Total 31 100
(Sumber: Data Primer, 2017)

Berdasarkan pendidikan, rata-rata pendidikan responden adalah tingkat

menengah (SMA/SMK) yaitu sebanyak 22 orang (70,97%), diikuti dengan tingkat

pedidikan rendah (SD, SMP/MTs) yaitu sebanyak 5 orang (16,13%) sedangkan

dengan tingkat pendidikan tinggi (D3/S1) yaitu sebanyak 4 orang (12,9%).

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Pekerjaan
Tingkat Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)
IRT 17 54,8
Petani/buruh 5 16,1
PNS 3 9,7
Wiraswasta 6 19,4
Total 31 100

29
(Sumber: Data Primer, 2017)

Berdasarkan pekerjaan, rata-rata pekerjaan responden adalah Ibu Rumah

Tangga yaitu sebanyak 17 orang (54,8%), diikuti dengan petani/buruh yaitu

sebanyak 5 orang (16,1%), PNS yaitu sebanyak 3 orang (9,7%), sedangkan

wiraswasta yaitu sebanyak 6 orang (19,4%).

5.3 Hasil Penelitian Pengetahuan Responden

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Kuta Blang pada

bulan Desember 2017, penelitian ini dilakukan terhadap 31 responden yang

memenuhi kriteria inklusi dari seluruh total populasi.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang imunisasi


dasar di Puskesmas Kuta Blang
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 5 16,1
Cukup 23 74,2
Buruk 3 9,7
Total 31 100
(Sumber: Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa jumlah responden yang

berpengetahuan baik mengenai imunisasi adalah 5 orang (16,1%), responden yang

berpengetahuan cukup adalah 23 orang (74,2%), sedangkan responden yang

berpengetahuan rendah/buruk adalah 3 orang (9,7%).

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel


Pengetahuan

No Pertanyaan Jawaban Responden


Benar Salah Tidak Tahu
n % n % n %
1 Pengertian imunisasi 25 80,6 4 12,9 2 6,5
2 Tujuan imunisasi 2477,4619,4 13,2
3 Penyakit yang bisadicegah 28 90,3 2 6,51 3,2
dengan imunisasi

30
4 Manfaat imunisasi 18 58,1 9 29,0 4 12,9
5 Cara pemberian imunisasi 27 87,1 39,72 6,5
6 Jadwal imunisasi 10 32,3 929,01238,7
7 Kontraindikasi imunisasi 13 41,9 15 48,4 3 9,7
8 Cara Kerja Imunisasi 1135,5 15 48,4 5 16,1
9 Imunisasi wajib pada bayi 9 29,01858,1 412,9
< 1 tahun
10 Imunisasi yang diteteskan 15 48,4 6 19,4 10 32,2
lewat mulut
(Sumber: Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat pertanyaan yang paling banyak

dijawab benar adalah pertanyaan nomor 1, 2, 3, dan 5 yaitu 25 orang (80,6%), 24

orang (77,4%), 28 orang (90,3%) dan 27 orang (87,1%). Pertanyaan yang paling

banyak di jawab salah adalah pertanyaan nomor 7, dan 8, 9 yaitu 15 orang

(48,4%), 15 orang (48,4%), 18 orang (58,1%). Pertanyaan yang paling banyak di

jawab tidak tahu adalah pertanyaan nomor 6 dan 10, yaitu 12 orang (38,7%) dan

10 orang (32,2%)

BAB 6
PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 5.4 dapat di lihat bahwa jumlah responden yang

berpengetahuan baik mengenai mengenai imunisasi adalah 5 orang (16,1%),

responden yang berpengetahuan cukup adalah 23 orang (74,2%), sedangkan

31
responden yang berpengetahuan burukadalah 3 orang (9,7%).Hasil penelitian ini

mendukung penelitian sebelumnya oleh I Komang W (2009) yang berjudul

Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Imunisasi Dasar di BPS Ulik Budiarti

Gayam Sukoharjo. Berdsarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa

dari 30 responden sebagian besar berpengetahuan cukup (43,33%), 8 responden

(26,67%) dengan pengetahuan baik dan 5 responden (16,67%) dengan

pengetahuan buruk dimana pengetahuan ibu dipengaruhi oleh umur, pendidikan,

dan pekerjaan.

Tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Kuta blang Kabupaten

Bireun berada pada kategori cukup yaitu 74,2%. Hal ini dapat dikarenakan karena

responden telah memahami tentang imunisasi dasar. Pemahaman responden dapat

dipengaruhi oleh pendidikan, dimana pendidikan merupakan faktor pendorong

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar. Berdasarkan hasil karakteristik

responden mayoritas berpendidikan SMA yaitu 22 responden sehingga dengan

pendidikan yang dimiliki cukup mudah untuk menerima informasi. Sesuai dengan

teori Wawan dan Dewi (2011) bahwa pendidikan sangat erat kaitannya dengan

pengetahuan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.Pengetahuan

umumnya dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru,

dan media masa.

32
Terdapat 5 responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik.Ibu

bayi yang berpengetahuan baik adalah mereka yang berpendidikan perguruan

tinggi sejumlah 4 orang dan bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 6 orang. Hal ini

menunjukkan bahwa pendidikan dan pekerjaan merupakan faktor pendorong

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar. Sesuai dengan teori Erfandi (2009)

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Menurut Ratnawati (2009), pekerjaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi

pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan, yang sering berinteraksi dengan orang

lain lebih banyak pengetahuannya apabila dibandingkan dengan tidak ada

interaksi. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta kemampuan dalam mengambil

keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik.

Selanjutnya terdapat 3 responden yang memiliki pengetahuan dalam

kategori buruk. Responden dengan pengetahuan buruk adalah responden yang

berumur 17-25 tahun. Menurut Erfandi (2009), usia mempengaruhi terhadap daya

tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

33
BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

34
Berdasarkan hasil penelitian di Poli Umum Puskesmas Kuta Blang

Kabupaten Bireun pada bulan Desember, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan

dikategorikan berpengetahuan cukup yaitu 74,2% dari 31 orang.


2. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulandibagi

atas 3 kategori yaitu: Responden yang berpengetahuan baik sebanyak 5 orang

(16,1%), responden yang berpengetahuan cukup adalah 23 orang (74,2%),

sedangkan responden yang berpengetahuan buruk adalah 3 orang (9,7%).


3. Faktor pendukung pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di puskesmas Kuta

Blang Kabupaten Biren tahun 2017 adalah pendidikan dan pekerjaan,

sedangkan faktor penghambat pengetahuan ibu adalah umur.


7.2 Saran
1. Bagimasyarakat/pengunjung Puskesmas

Bagi masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi diharapkan untuk terus

meningkatkan pengetahuannya secara mandiri tidak hanya bergantung pada

tenaga kesehatan, yaitu dengan cara mencari informasi tentang imunisasi dasar

pada media cetak seperti buku, majalah ataupun media elektronik.

2. Bagi Petugas kesehatan

Edukasi dan penyuluhan tetap dilanjutkan dan ditingkatkan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi.

3. Bagi Puskesmas Kuta Blang

Meningkatkan pemberdayaan kader kesehatan dalam melakukan penyuluhan

program imunisasi lengkap dan mengajak ibu-ibu untuk ikut serta dalam

program tersebut.

4. Bagi Pemerintah Kabupaten Bireuen

35
Bagi institusi terkait agar lebih proaktif mengidentifikasi permasalahan yang

dihadapi petugas imunisasi di puskesmas menyangkut alat dan bahan, biaya

operasional maupun kebutuhan lain yang diperlukan petugas imunisasi di

puskesmas. Pemerintah juga harus cepat tanggap atas isu imunisasi yang

sedang berkembang.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2006). Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Depkes.2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. From:http//www.depkes.go.id

Hidayat Aziz Alimul, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk


Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2017. Indonesian Pediatric Society. Jadwal


Imunisasi. From: http:www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-
2017Diakses pada tanggal 15 Desember 2017.

36
Iwansyah (2012) Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi
Dasar Pada Bayi Umur 0-9 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi- Kassi
Kelurahan Mappala Kota Makassar. http://iwansyah.com/2013/09/ Gambaran-
Pengetahuan -Ibu –Terhadap- Pemberian- Imunisasi Dasar - Pada –Bayi- Umur 0-
9 Bulan- Di Wilayah- Kerja -Puskesmas -Kassi- Kassi -Kelurahan Mappala –
Kota- Makassar.html Diakses tanggal 15 Desember2017

Marimbi, 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada
Balita.Yogyakarta: Nuha Medika.

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan, Jakarta: CV.
Trans Info.

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Profil Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2015. From:http:


www.depkes.go.id/.../profil/PROFIL_KAB...2015/1110_Aceh_Kab_Bireuen_201
5.pdf . Diakses tanggal 15 Desember 2017.

Proverawati, Atikah & Citra Setyo Andhini. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi,
Yogyakarta: Nuha Offset.

Ratnawati. 2009. Penelitian Tindakan Dalam Bidang Pendidikan dan Sosial.


Mojokerto : Bayu Media Publishing

Sudigdo, Sastroasmoro. 2006. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:


Sagung Seto.

Ranuh, I.G.N., dkk. 2008. Pedoman imunisasi di Indonesia, Edisi ketiga Tahun
2008. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Wawan & Dewi.2011. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:


Nuha Medika.

37

Anda mungkin juga menyukai