Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EKOLOGI HEWAN

HABITAT DAN RELUNG EKOLOGI

Disusun oleh:

NAMA : FENNY OKTAVIA

NPM : F1D012045

DOSEN PEMBIMBING

Dra Novia Duya M.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di alam atau di lingkungan sekar kita dapat ditemui berbagai jenis makhluk hidup,
baik dari golongan hewan, tumbuhan ataupun mikroorganisme. Masing-masing makhluk
hidup itu memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda dan tidak pada tempat yang
sembarangan. Antar makhluk hidup itupun juga terjadi suatu interaksi yang saling menjalin.
Masalah kehadiran jenis makhluk hidup dalam suatu lingkungan pasti akan menghadirkan
suatu kumpulan dari berbagai jenis itu yang jika dikumpulkan dengan variasi jenis yang
banyak dapat menjadi suatu satuan ekosistem yang besar. Dalam satuan ekosistem itu,
terdapat populasi yang kehadirannya akan berkaitan dengan masalah habitat dan relung
ekologi. Habitat secara umum menunjukkan bagaimana corak lingkungan yang ditempati
populasi hewan, sedang relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan
populasi hewan itu relatif terhadap faktor-faktor abiotik dan biotik lingkungannya itu.

Dalam habitat yang ada di lingkungan, tiap jenis dari makhluk hidup itu akan
melakukan persaingan juga untuk mempertahankan hidupnya. Sehingga suatu seleksi telah
terjadi dalam lingkungan itu. Berdasarkan realita yang terjadi maka penulis membuat
makalah tentang tipe-tipe spesies dalam ekosistem yang meliputi satuan dari ekosistem,
habitat dan relung ekologi, seleksi alam dan seleksi buatan, padan ekologi serta interaksi
yang terjadi antar spesies.

Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya merupakan totalitas sumberdaya


lingkungan baik berupa ruang termasuk, tipe substrat atau medium, cuaca dan iklimnya, serta
vegetasi yang terdapat di lingkungan yang menempati populasi hewan itu.

1.2 Rumusan Masalah

a.Apa yang dimaksud dengan habitat?

b.Apa saja macam-macam habitat?

c.Apa yang dimaksud dengan relung ekologi?


d.Apa yang dimaksud dengan mikrohabitat?

e.Apa yang dimaksud dengan teritori?

f.Bagaimana habitat dan relung ekologi berang-berang?

1.3 Tujuan

a.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan habitat.

b. Untuk mengetahui apa saja macam-macam habitat.

c.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan relung ekologi.

d.Untuk mengetahui apa yangdimaksud dengan mikrohabitat.

e.Untuk mengetahui apa yangdimaksud dengan teritori.

f.Untuk mengetahui bagaimana habitat dan relung ekologi berang-berang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Habitat

Habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas-komunitasbiotik


yang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan. Habitat yang sesuai menyediakan semua
kelengkapan habitat bagi suatu spesies selamamusim tertentu atau sepanjang tahun.
Kelengkapan habitat terdiri dari berbagaimacam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan
faktor-faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup dan
melangsungkan reproduksinya secara berhasil (Bailey,1984).

Habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak
ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan penghubung kehadiran spesies, populasi,
atau individu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik
biologi.Habitat terdiri lebih dari sekedar vegetasi atau struktur vegetasi yang merupakan
jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu spesies.Dimanapun suatu organisme diberi
sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut
dengan habitat (Morrison,2002).

Penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakan (atau ”mengkonsumsi”


dalam suatu pandangan umum) suatu kumpulan komponen fisik dan biologi (sumber daya)
dalam suatu habitat.Penggunaan habitat merupakan sebuah proses yang secara hierarkhi
melibatkan suatu rangkaian perilaku alami dan belajar suatu satwa dalam membuat keputusan
habitat seperti apa yang akan digunakan dalam skala lingkungan yang berbeda (Hutto,1985)

Habitat sebagai tempat yang spesifik dimana spesies dapat hidup, baik sementara
maupun selamanya. Setiap habitat diasumsikan memiliki kesesuaian untuk spesies tertentu.
Pada habitat yang sesuai, biasanya produktivitas betina lebih tinggi dibandingkan
produktivitas betina pada habitat yang kurang sesuai. Kesesuaian habitat merupakan fungsi
dari densitas individu populasi, sehingga kepadatan yang berlebihan justru akan mengurangi
kesesuaian habitat. Kesesuaian suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
suplai pakan, pelindung dan pemangsa (Krebs,1985).
Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang
dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya
menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat tersebut
(Wiens,1984)

2.2 Macam-macam Habitat

Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam


(Kramadibrata,1996) yaitu :

1. Habitat yang konstan

Habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau kurang baik.

2. Habitat yang bersifat memusim

Habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.

3. Habitat yang tidak menentu

Habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang lamanya bervariasi
diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang baik yang lamanya juga bervariasi
sehingga kondisinya tidak dapat diramal.

4. Habitat yang efemeral

Habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik yang berlangsung relatif singkat
diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang kurang baik yang berlangsungnya lama sekali.

Hewan yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan


kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing, dalam
habitat yang sama, dan menempati mikrohabitatnya sehingga interaksi spesies dengan
lingkungannya sangat berpengaruh terhadap perilaku spesies sebagai bentuk reaksi terhadap
(perubahan) factor fisik dan biokimia lingkungan(Budiharsanto, 2006).

2.3 Relung Ekologi

Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan
kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi
yang berkesinambungan dalam komunitas(Soetjipto, 1992).
Relung ekologi adalah suatu populasi atau spesies hewan adalah status fungsional
hewan itu dalam habitat yang ditempatinya berkaitan dengan adaptasi-adaptasi fisiologis,
struktural atau morfologi, dan pola perilaku hewan itu. Atau relung ekologi merupakan posisi
atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan
akibat adaptasi struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Jadi relung
suatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat organisme itu hidup, tetapi juga oleh
berbagai fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara biologis, relung adalah
profesi atau cara hidup organisme dalam lingkungan hidupnya (Kandeigh,1980).

Relung ekologi dikatakan sebagai terminologi yang lebih inklusif, yang tidak hanya
meliputi ruangan atau tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga peranannya dalam
komunitas, misalnya kedudukan pada jenjang makanan. Relung ekologi suatu organisme
tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan
organisme, bagaimana organisme mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah
lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain
(Heddy dan Kurniati,1996).

Relung ekologi dikatakan sebagai jumlah dari semua interaksi antara suatu organisme
dengan lingkungan biotik dan abiotiknya. Relung ekologi memiliki dua defenisi yaitu relung
dasar dan relung nyata. Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik
yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing. Relung dasar
tidak dapat dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan
proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi kehidupan
suatu organisme. Relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yangditempati oleh
organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadikompetisi. Keterbatasan
suatu organisme pada suatu relung tergantung padaadaptasinya terhadap kondisi lingkungan
tersebut (Hutchinson,1957).

Jenis-jenis populasi yang berkerabat dekat akan memiliki kepentingan serupa pada dimensi-
dimensi relung sehingga mempunyai relung yang saling tumpang tindih.Jika relung suatu
jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lainmaka salah satu jenis akan tersingkir
sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif. Jika relung-relung itu bertumpang tindih
maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya sendiri dan menyingkirkan
jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki relung nyata
yang lebih kecil, atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata terbatas dan masing-masing
memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang dapat mereka peroleh
seandainya tidak ada jenis lain (Desmukh, 1992).

2.4 Mikrohabitat

Populasi beraneka jenis hewan yang berkoeksistensi dalam habitat yang sama
mempunyai keserupaan pula dalam kisaran toleransinya terhadap beberapa faktor lingkungan
dalam mikrohabitat. Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya tiap kali tidak
nyata. Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam menentukan
keanekaragaman jenis yang mempengaruhi habitat itu (Kramadibrata,1996).

Mikrohabitat merupakan sebagian dari habitat yang luas dapat mempunyai iklim yang
berlainan dari iklim habitat. Didalam mikrohabitat terdapat komunitas kecil-kecil dan di
dalam mikrohabitat tertentu mungkin terdapat mikroorganisme, yang tidak ada di tempat lain.
Komunitas kecil ini membentuk komunitas hutan (Ewusie, 1990).

2.5 Homerange (Daerah atau Wilayah Jelajah)

Daerah jelajah atau home range adalah wilayah yang secara teraturdigunakan oleh
kelompok populasi satwaliar untuk melakukan penjelajahan atau perjalanan mengikuti
ketersediaan pakan, tempat berlindung dan berkembang biak. Daerah jelajah suatu jenis
satwaliar, tergantung dari karakteristik prilakunya (terutama jumlah individu kelompok), dan
sifat kimia maupun fisik habitat (Moen, 1973).

Menurut Owen (1980), wilayah jelajah (home range) adalah suatu wilayah yang biasa
dikunjungi dan sebagai tempat berlangsungnya aktivitas satwaliar,sedangkan menurut
Alikodra (2002) wilayah jelajah merupakan wilayah yang dikunjungi satwaliar secara tetap
karena dapat mensuplai makanan, minuman, serta mempunyai fungsi sebagai tempat
berlindung/bersembunyi, tempat tidur dan tempat kawin.

Wilayah jelajah dapat ditentukan melalui penandaan, pelepasan dan penangkapan


satwaliar. Selain itu, wilayah jelajah dapat ditentukan melalui tanda-tanda satwaliar seperti
feces, jejak tapak kaki dan sebagainya (Owen,1980) .

2.6 Teritori

Teritori merupakan suatu tempat yang dipertahankan oleh spesies satwaliar tertentu
dari gangguan spesies lainnya.Memberikan perlindunganpada satwaliar dari kondisi cuaca
yang ekstrim ataupun predator. Berdasarkan sumber pakannya, satwaliar dapat
diklasifikasikan sebagai herbivora, spermivora (pemakan biji), frugivora (pemakan buah),
karnivora dan sebagainya. Kadang-kadang kebiasaan makan individu spesies satwaliar
tertentu sangat beragam tergantung pada kesehatan, umur, musim, habitat dan ketersediaan
pakan. Akses spesies satwaliar terhadap ketersediaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain kepadatan populasi, cuaca, kerusakan habitat dan suksesi tumbuhan (Alikodra,
2002.).

2.7 Berang-Berang

Berang-berang merupakan anggota dari suku musang-musangan (Mustelidae) yang


mampu beradaptasi beraktifitas di dalam air. Tubuh ditutupi oleh rambut yang kedap air,
tungkai pendek dan jari memiliki selaput renang. Kaki depan lebih pendek dari kaki
belakang, ekor tertutup rambut, tebal pada bagian pangkal dan meruncing ke ujung, bagian
bawah ekor pipih, dan pada beberapa jenis bagian atas ekor juga pipih.Terdapat banyak
rambut kaku disekitar hidung dan moncong,yang sensitif terhadap turbulensi air yang
digunakan untukmencari mangsa. Memiliki telinga kecil dan bulat. Telinga dan nostril dapat
menutup ketika di dalam air. Kebanyakan memiliki cakar kecuali pada beberapa jenis.
(Macdonald, 1984).

Berang-berang merupakan indikator lingkungan perairan yang sehat.Sebagai hewan yang


berada di puncak rantai makanan, berang-berang termasuk jenis yang pertama kali akan
hilang ketika lingkungannya terkontaminasi oleh polutan. Penggunaan pestisida di pertanian,
pembuangan limbah industri, sampah rumah tangga dan deterjen dari pemukiman dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi di sungai-sungai dan lingkungan perairan. Hal
tersebut merupakan ancaman serius terhadap kehidupan berang-berang (Foster-Turley and
Santiapillai,1990).
BAB IV

PEMBAHASAN

Berang-berang adalah mamalia semi-akuatik (atau akuatik, pada salah satu jenisnya)
pemakan ikan.Banyak jenis berang-berang yang menghuni perairan yang dingin dan karena
itu memiliki laju metabolisme yang tinggi untuk menjaga agar tubuhnya tetap hangat.Berang-
berang merupakan hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya di perairan air tawar
atau payau,rawa,tepi sungai, danau,hutan bakau dan pantai. Kebanyakan jenis hidup dan
tinggal di dekat air, masuk ke badan air untuk berburu atau berpindah tempat, namun
sebagian besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya, berang-berang laut
menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut.

Keberadaan populsi berang-berang sangat dipengaruhi oleh faktor habitatnya.Interaksi


antara satwa dengan habitatnya merupakan salah satu bentuk interaksi yang berperan dalam
keseimbangan ekosistem.Tipe habitat,ketersediaan pakan,sarang,sumber air,dan lokasi
kotoran merupakan faktor habitat yang berperan penting dalam kehidupan berang-berang.

Disini saya akan membahas habitat dan relung ekologi dari berang-berang cakar kecil
(Aonyx cinereus).Berang-berang cakar kecil sangat beradaptasi terhadap iklim tropis di Asia
selatan dan Asia tenggara, terdapat dari daerah pesisir sampai ke sungai pegunungan
mencapai 2000 m.Jenis ini dapat dijumpai pada hutan rawa air tawar dan rawa air payau,
persawahan, danau, sungai kecil, waduk, saluran air, mangrove dan di sepanjang pesisir
pantai. Mereka juga sering terlihat berada dekat dengan aktifitas manusia.

Area persawahan merupakan sebuah habitat yang penting bagi berang-berang cakar
kecil. Daerah saluran yang bersemak dan pematang sawah menyediakan tempat bersarang
bagi kedua jenis berangberang tersebut. Berang-berang juga menggunakan tumpukan jerami
dan sekam yang terdapat di sepanjang tepi jalan sebagai medium yang kering bagi kulit
mereka, dan mencari makan di sekitar daerah yang berlumpur.

Berang-berang cakar kecil memiliki daerah jelajah yang luas,namun akhir-akhir ini
penyebarannya berkurang khususnya diwilyah barat.Berang-berang cakar kecil dapat
ditemukan di daerah perbukitan India selatan.Kemudian tersebar dari kaki himalaya,Cina
Selatan sampai ke Asia Tenggara,Indonesia (Sumatera,jawa dan Kalimantan),dan juga
terdapat di kepulauan Palawan (Filipina) dan Hainan (Cina).
Berang-berang cakar kecil pernah di temukan di Sri Lanka namun sekarang statusnya tidak
diketahui.Daerah yang juga termasuk dalam sebaran berang-berang cakar kecil ialah
Semenanjung Malaysia,khususnya hutan sebelah barat dan rawa bagian selatan Thailand.

Seekor berang-berang betina dewasa dengan anaknya jarak wilayah jelajahnya 5,5
km sedangkan untuk berang-berang jantan dewasa itu diperkirakan sekitar 17 km dan luas
tumpang tindih dengan beberapa wilayah jelajah betina.

Luas wilayah jelajah semakin luas sesuai dengan ukuran tubuh satwa liar baik dari
golongan herbivora maupun karnivora. Wilayah jelajah juga bervariasi sesuai dengan
keadaan sumber daya lingkungannya, semakin baik kondisi lingkungannya semakin sempit
ukuran wilayah jelajahnya. Selain itu wilayah jelajah juga dapat ditentukan oleh aktivitas
hubungan kelamin, biasanya wilayah jelajah semakin luas pada musim reproduksi.

Umumnya wilayah jelajahtidak mempunyai batas yang jelas. Distribusi makanan


tidak beraturan. Ukuran wilayah jelajahbergantung pad ukuran tubuh hewan. Umumnya
mamalia dengan tubuh besar memiliki home range yang lebih daripada mamalia yang
bertubuh kecil. Karnivora memiliki wilayah jelajahyang lebih besar daripada omnivor dan
herbivor. Pejantan dan hewan dewasa memiliki wilayah jelajahyang lebih luas daripada
betina dan anak-anak. wilayah jelajahomnivora dan herbivora akan meningkat seiring dengan
bertambahnya ukuran tubuh.Seperti daerah territori, wilayah jelajahjuga memiliki
keuntungan. Hewan lebih mudah mengenal tempatnya mencari makan dan mengenali musuh
dengan energi yang minimum.

Usaha hewan untuk mempertahankan adanya tempat sumber makanan, tempat untuk
aktifitas reproduksi dan kesuksesan dalam memelihara anak atau keturunannya. Perilaku
tersebut biasanya dipertahankan melalui berbagai cara komunikasi dan perilaku lainnya.
Walaupun tidak semua spesies hewan memilki teritori tertentu, dan tidak selalu seleksi alam
dapat memberikan adanya daerah teritori yang tepat bagi suatu jenis hewan.

Beberapa hewan mempertahankan territorinya dengan cara yang cerdik, yaitu dengan
memberikan aroma sebagai penanda wilayah territorinya.Seperti halnya berang-berang
menandai wilayah territorinya dengan membuang kotorannya pada titik yang dianggap
sebagai territorinya. Tanda ini memperingatkan spesies kawanannya mengenai territorinya.
Hal terpenting dari tanda tersebut untuk memberitahukan kepada kelompok berang-
beranglainnya bahwa mereka punya wilayah tersendiri dan melarang mereka utuk tidak
berkeliaran di dalam territori musuh.

Untuk beberapa hewan mendapatkan dan mempertahankan sumber kebutuhan seperti


misalnya makanan dan menjauhi resiko pemangsa. Untuk hewan lain yaitu untuk
perkawinan. Apapun itu, alasan utama dari tiap hewan tersebut adalah untuk memperoleh
keuntungan, untuk meninggkatkan probabilitas bertahannya dan untuk memperbaiki
keberhasilan reproduksinya. Singkatnya, denga mempertahan territorinya individu akan
menggeser kedudukan spesies lain ke wilayah yang tidak optimal dengan tujuan spesies lain
tersebut menurun tingkat produktivitasnya dan di sisi lain populasinya akan terus mengalami
peningkatan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a.Habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas-komunitas biotik


yang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan.

b.Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan
kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan
eksistensi yang berkesinambungan dalam komunitas.

c.Berang-berang habitatnya di perairan air tawar atau payau,rawa,tepi sungai,


danau,hutan bakau dan pantai.Untuk mikrohabitatnya misalnya yang di sungai yaitu
bagian tepi sungai.Seekor berang-berang betina dewasa dengan anaknya jarak wilayah
jelajahnya 5,5 km sedangkan untuk berang-berang jantan dewasa itu diperkirakan
sekitar 17 km dan luas tumpang tindih dengan beberapa wilayah jelajah betina.Berang-
berang juga menandai wilayah teritorinya dengan membuang kotorannya pada titik
yang dianggap sebagai teritorinya.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan IPB. 366 hal.

Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley. 373 p.

Budiharsanto, A.S. 2006. Mikrohabitat dan Relung EkologiHama Walang Sangit dan
Belalang pada Tanaman Padi Sawah. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika.ITB:Bandung.

Foster-Turley, P., and Santiapillai, C. 1990.Otters: An Action Plan for Their Conservation.
Gland, Switzerland: IUCN/SSC Otter Specialist Group.

Heddy, S. S., & Kurniati. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Tentang
Kaidah Ekologi dan Penerapannya. Raja GrafindoPersada: Jakarta.

Hutchinson, G.E.1957.A Treatise on Limnology, Wiley, New York.

Hutto, R.L. 1985. Habitat selection by nonbreeding migratory land bird. Pages 455-456 in
Habitat Selection in Bird (M.L. Cody, ed). Academic Press,New York.

Kendeigh, S.C.1980. Ecology with Special Reference to Animal and Man. Departement of
Zoological Univercity of Illinoist at Urbana-Champaign. New Delhi: Pretince-Hall
of India Private Limited.

Kramadibrata, H..1996. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press:Bandung.

Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance.Philadelphia: Harper


and Publishers. Inc

Macdonald. 1984. The Encyclopedia of Mammals. Facts on File, Inc. New York.

Moen, A.N. 1973. Wildlife Ecology and Analytical Approach. W.H. Freeman and Company.
San Francisco.

Morrison, M.L. 2002. Wildlife restoration: technique for habitat analysis and animal
monitoring. Island Press:Washington.

Owen OS. 1980. Natural Resource Conservation: An ecological approach.Third Edition. New
York: Macmillan.

Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Remaja karya:Jakarta.

Soetjipto. 1992. Plant Resources of South-East Asia 3 : Dye and Tannin Producing Plants.
Prosea, Bogor.

Wiens, J. A. 1972. 1984. The place of long-term studies in ornithology. Auk 101:202-203.

Anda mungkin juga menyukai