Laporan Survey Awal Desa Wonokerto
Laporan Survey Awal Desa Wonokerto
Wonokerto-Bromo
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
Awal mula dirintisnya budidaya jamur tiram di wilayah Bromo ini diawali oleh program dari
Bank Indonesi yang berusaha untuk membantu masyarakat setempat setelah terjadinya bencana
erupsi gunung Bromo pada tahun 2010 dan mengakibatkan rusaknya tanaman-tanaman warga,
bahkan merusak tanah dan rumah warga khususnya warga yang berada di sekitaran kaldera. Inisiatif
Bank Indonesia untuk membantu warga sekitara gunung Bromo ini ditindaklanjuti dengan
dilakukannya pertemuan rutin dalam forum Kadin se-Probolinggo. Hasil pertemuan-pertemuan
tersebut akhirnya memberikan satu masukan alternative berupa pembudidayaan jamur kancing.
Kebetulan ketua Kadin se-Probolinggo adalah pimpinan perusahaan frozen food PT. Surya Jaya
Perkasa Abadi sehingga para Kadin langsung bertindak cepat dalam perintisan budidaya jamur
kancing ini di tahun 2011. Dari Bank Indonesia sendiri menurunkan satu tenaga ahli di bidang jamur
konsumsi, yaitu Bapak Dwi sebagai pelatih dan pengontrol kegiatan budidaya jamur di sana.
Selama masa-masa awal budidaya jamur kancing ini, masyarakat mampu menunjukkan bahwa
usaha ini sangat potensial untuk terus dikembangkan, mengingat budidaya jamur kancing di Jawa
Timur dikatakan hanya bisa dilakukan di wilayah Bromo. Ini dikarenakan iklim sekitar yang sangat
mendukung budidaya ini tanpa perlu alat-alat tambahan seperti pendingin ruangan, sehingga biaya
produksi pun bisa seefisien mungkin. Dalam pelaksanaan tata niaga dan produksi jamur kancing ini,
PT. Surya Jaya Perkasa Abadi membentuk organisasi profit, yaitu Bromo Camp Community sebagai
wadah untuk mengorganisir masyarakat dalam pemesanan kompos dan bibit jamur, pengiriman stok
panen jamur kancing ke perusahaan, dan sekaligus sebagai penjual jasa pengangkutan. Sangat
disayangkan bahwa manajemen dan pengelolaan Bromo Camp Community ini tidak professional
sehingga seringkali menimbulkan keterlambatan pesanan kompos, pengiriman hasil panen, dan
keterlambatan pembayaran kredit petani pada bank. Perlu diketahui sebelumnya bahwa petani
jamur kancing ini sangat beragam dalam memilih bank untuk kredit mereka. Beberapa Bank tersebut
adalah Bank Jatim dan BPR-BPR (Bank Perkreditan Rakyat) sekitar dengan nilai bunga 0,6% ke atas.
Ini dirasa sangat memberatkan petani di sana.
Penyakit ini merusak fisiologi jamur dan menimbulkan getah penyakit yang mudah meyebar ke
jamur lainnya.
Dikarenakan manajemen yang buruk dari BCC dan diperparah lagi dengan bunga kredit yang
tinggi, akhirnya PT. Surya Jaya Perkasa Abadi menghentikan kerjasama dengan Bromo Camp
Community itu sendiri dan sejak Februari 2013 seluruh pengelolaan tata niaga pasokan kompos dan
jamur kancing dilakukan sendiri oleh PT. Surya Jaya Perkasa Abadi. Bank Mandiri sendiri pun mulai
masuk sebagai bank yang memberikan kredit lunak bagi petani jamur dengan skema kemitraan.
Hingga saat ini, petani mengaku merasa lebih diperhatikan oleh Bank Mandiri dibandingkan dengan
bank-bank lainnya. Meskipun begitu, selalu ada petani yang tetap mengalami kegagalan panen.
Menurut pengakuan petani lainnya, kegagalan mereka dikarenakan usaha budidaya jamur mereka
hanya kegiatan sampingan semata dan bukan prioritas utama pemasukan. Hal yang paling
mengejutkan dari petani di Desa Wonokerto adalah tingginya moral petani untuk terus menjalankan
kontrak meskipun sebagian dari mereka selalu saja merugi. Dalam kontrak pun mereka tidak
dibebani dengan sanksi apapun jikalau ingin keluar dari kontrak. Tetap saja mereka yang merugi
masih menjalankan kontrak ini dengan dasar kepercayaan yang tidak ingin dirusak.