Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KEADAAN UMUM

Wilayah KP eksplorasi PT. Tandiarrang King Coal secara administratif terletak di Kecamatan A.
PT. Tandiarrang King Coal sebagai pemegang kuasa pertambangan eksplorasi memandang perlu
untuk melanjutakan ke tahap Eksploitasi untuk memenuhi salah satu persyaratan permohonan
izin IUP eksploitasi sesuai dengan keputusan Bupati Kabupaten B Nomor : 100. 100/HK-
100/2015, berikut koordinat daerah kegiatan penyelidikan:

Tabel 2.1 Koordinat Daerah Izin Usaha Pertambangan IUP Eksplorasi

No. Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)


titik Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 116 52 43.96 0 44 11.18
2 116 53 59.04 0 44 11.18
3 116 53 59.03 0 45 5.33
4 116 52 43.96 0 45 5.33

Secara geografis koordinat daerah penyelidikan di batasi oleh meridian 116° 52' 43.96" BT -116°
53' 59.04" BT dan 0° 44' 11.18" LS - 0° 45' 5.33" LS. ( tabel 2.1)

Aksesibilitas ke daerah penyelidikan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua
maupun empat melalui jalan provinsi ke arah kecamatan B. Kecamatan B dapat ditempuh dengan
melalui jalur darat dari Balikpapan menuju Samarinda, Melewati Loa Janan dan Loa Duri sejauh
± 145 kilometer dari Balikpapan. Dari Samarinda, berjarak sekitar 30 km melewati
JembatanMahakam, kecamatan B dan kecamatan B.
1. Kesampaian daerah dan sarana Perhubungan Setempat

Aksesibilitas ke daerah penyelidikan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda


dua maupun empat melalui jalan provinsi ke arah kecamatan B. Kecamatan B dapat
ditempuh dengan melalui jalur darat dari Balikpapan menuju Samarinda, Melewati Loa
Janan dan Loa Duri sejauh ± 145 kilometer dari Balikpapan. Dari Samarinda,
berjaraksekitar 30 Km melewatiJembatanMahakam, kecamatan Bdankecamatan
2.3 Keadaan Lingkungan

Berdasarkan informasi yang ada dari Badan Pusat Statistik Kabupaten B dalam “Kecamatan A
dalam Angka 2012”, Kecamatan A yang mempunyai luas 1.045,7 km2 termasuk salah satu
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Tenggarong yaitu ibukota Kabupaten B
di sebelah utara. Selain kecamatan Tenggarong dan kecamatan lainnya kecamatan ini juga
berbatasan dengan kabupaten/kota lain seperti Kota Samarinda di sebelah Timur dan Kabupaten
Penajam Paser Utara di sebelah barat.

Gunung/pegunungan yang ada di antaranya Gunung Lengkup dengan tinggi 485 m, Gunung
Parung tingginya 400 m, Gunung Kelipung dengan tinggi hanya 156 m. Dari ketiga gunung
tersebut semuanya terletak di desa Jonggon Desa yang memang sebagian wilayahnya berupa
pegunungan. Ada satu gunung lagi dengan ketinggian 300 m yaitu gunung Taman Arum yang
berada di desa Loh Sumber. Kecamatan A yang mempunyai wilayah dataran dan pegunungan
ternyata juga mempunyai wilayah yang berawa, hampir seluruh desa di kecamatan A mempunyai
areal rawa dan hanya tiga desa yang tidak mempunyai rawa karena merupakan daerah dataran
tinggi yaitu desa Loh Sumber, desa Margahayu, dan desa Jembayan Tengah.

Seperti daerah lainnya kecamatan A masih merupakan wilayah tropis yang memiliki 2 musim
yaitu musim hujan dan musim kemarau, kecamatan ini memiliki rata-rata curah hujan yang
lumayan tinggi, sehingga kecamatan ini termasuk kecamatan yang mempunyai lahan yang subur
sehingga sektor pertaniannya juga menjadi maju.

2.3.1 Sosial, Ekonomi, Budaya Dan Penduduk

Daerah pemukiman terletak di sepanjang poros jalan kearah kecamatan x- kecamatan x. Keadaan
penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel dibawah ini menunjukkan tentang keadaan penduduk di kecamatan A berdasarkan usia.

Tabel 2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia Kec. A

Kelompok Umur Jumlah (orang)


(Tahun) X1 X2

0 – 14 1.090 2.797

15 – 54 1.808 3.265

> 55 152 1.502

Jumlah 3.050 7.564


Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009

Tabel dibawah ini menunjukkan keadaan penduduk di kecamatan A berdasarkan tingkat


pendidikan.
Tabel 2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kec. A

Jumlah (orang)
Fasilitas Pendidikan
X1 X2
Belum sekolah, Tidak
sekolah dan Tidak tamat 1.496 1.232
Sekolah
TK/Play Group 75 97
SD 1.124 1.392
Tidak tamat SD 0 2.517
SLTP 243 993
SLTA 80 998
Diploma I/II/III 9 37
Sarjana 11 26
Pondok pesantren 0 25
Madrasah 0 247
Kursus/keterampilan 12 0
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009
Tabel dibawah ini menunjukkan keadaan responden di kecamatan A berdasarkan tingkat
pendidikan.

Tabel 2.4 Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kec. A


X1 X2
Tingkat Pendidikan
Jlh % Jlh %
Belum sekolah, Tidak
sekolah dan Tidak tamat 11 15,07 30 14,85
Sekolah
Tidak tamat SD 0 0 34 16,83
SD tamat 18 24,66 51 25,25
SLTP 20 27,40 22 10,89
Madrasah 0 0 18 8,91
SLTA 14 19,18 38 18,81
Sarjana 5 6,85 9 4,46
Kursus/keterampilan 5 6,85 0 0
Jumlah 73 100 202 100
Sumber : Data Primer, 2010
Tabel dibawah ini menunjukkan fasilitas pendidikan di kecamatan A.

Tabel 2.5 Fasilitas Pendidikan di Kec. A

Jumlah (unit)
Fasilitas Pendidikan
X1 X2

TK 0 4

SD 2 4

SLTP 1 1

SLTA 0 1

Madrasah 1 6

Kelompok bermain 1 0
Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009
Tabel dibawah ini menunjukkan keadaan penduduk di kecamatan A berdasarkan agama.
Tabel 2.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama di Kec. A
Jumlah (orang)
Agama
X1 X2
Islam 2.086 6745

Katholik 169 12

Kristen 795 150

Hindu 0 3

Budha 0 2

Jumlah 3.050 6.912


Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009

Tabel dibawah ini menunjukkan sarana ibadah di kecamatan A.

Tabel 2.7 Sarana Ibadah di Kec. A

Jumlah (unit)
Jenis Fasilitas
X1 X2

Masjid 5 4

Langgar/ Musholla 4 6

Gereja 7 0

Pura 0 0

Vihara 0 0

Sumber : Monografi Masing-Masing Desa, 2009

2.3.2 Flora

Sebagian besar jenis tumbuhan hutan yang ada dilokasi penyelidikan adalah hutan sekunder yang
di dominasi oleh semak belukar dan tumbuhan rawa. Hutan sekunder yang ada sebagian besar
bekas penebangan kayu yang sudah ditinggalkan. Sebagian masih terdapat beberapa pohon
akasia, durian, bambu dan sebagian besar daerah penyelidikan didominasi oleh tumbuhan rawa.
Serta yang menjadi fauna endemik diantaranya adalah anggrek hitam.
2.3.3 Fauna

Dengan kondisi alam seperti ini, masih sering dijumpai beberapa jenis hewan hutan yang cocok
untuk habitat hewan-hewan tersebut. Berikut ini beberapa jenis hewan yang hidup dilokasi
penyelidikan dan sering dijumpai, antara lain :

1. Fauna liar berupa: babi hutan payau, ular kadal, biawak dan jenis burung seperti kutilang,
pipit gereja, elang, ketinjau, belatauk dan tekukur.

2. Fauna peliharaan berupa : sapi, kambing, ayam dan bebek.

3. Berbagai macam jenis ikan sungai seperti : patin, baung, lele, gabus, payau, dan lain
sebagainya.

4. Hewan yang menjadi endemik diantaranya : pesut Mahakam

2.3.4. Iklim Dan Curah Hujan

Karakteristik iklim dalam wilayah Kabupaten B adalah iklim hutan tropika humida dengan
perbedaan yang tidak begitu tegas antara musim kemarau dan musim hujan. Curah hujan berkisar
antara 2000-4000 mm per tahun dengan temperatur rata-rata 26°C. Perbedaaan temperatur siang
dan malam antara 5-7°C

Kabupaten X mempunyai karakteristik iklim hutan tropika humida. Ciri khas dari iklim tropika
humida adalah hujan terdapat di sepanjang tahun. Antara musim penghujan dan musim kemarau
hampir tidak mempunyai batas yang jelas. Bulan Oktober hingga bulan April curah hujan lebih
tinggi dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Curah hujan terendah dari 0-4.000 mm per tahun
tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat ke wilayah pedalaman.

Keadaan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 2.8
Selama lima tahun rata-rata curah hujan terendah terjadi pada Agustus dan September,
sedangkan jumlah hari hujan kurang dari 10 hari dalam setiap bulannya terjadi pada bulan
Agustus-Oktober.
Tabel 2.8 Rata-rata curah hujan tahun 2004-2014 Kabupaten B.

Bulan
Tahun Jumlah
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep O kt Nov Des
2004 339 224 401 384 367 55 100 0 171 2 280 175 2498
2005 200 38 225 336 199 98 271 145 94 339 304 298 2547
2006 227 206 214 206 306 184 24 97 107 69 190 110 1940
2007 306 220 260 339 112 213 278 132 182 181 84 141 2448
2008 142 194 211 259 50 205 333 148 153 207 501 349 2752
2009 164 196 278 309 186 41 157 122 98 232 165 211 2159
2010 148 161 157 163 222 320 258 144 202 235 207 223 2440
2011 261 184 210 319 375 97 240 106 131 190 196 247 2556
2012 214 190 187 247 67 59 107 4 56 81 241 209 1662
2013 172 151 192 135 143 108 90 40 66 87 176 228 1588
2014 213 370 0 246 145 0 73 38 41 277 0 0 1403
Rata 2 216.9 194 212.3 267.5 197.5 125.5 175.5 88.7 118.3 172.7 213.1 199.2 2181.2
Min 142 38 157 135 50 41 24 0 56 2 84 110 1588
Max 339 224 417 384 375 320 333 148 273 339 501 349 2752

Sumber : Stasiun Metereologi Samarinda

2.4. Morfologi

Keadaan morfologi daerah penyelidikan pada umumnya didominasi oleh daerah dataran dan
rawa dan sebagaian kecil perbukitan bergelombang sedang. Daerah pedataran dan rawa pada
umumnya berupa bantaran sungai mahakm, untuk daerah perbukitan sedang berberapa kelompok
perbukitan, dengan posisi rangkaian perbukitan ini tersebar di sebagian kecil daerah penyelidikan
dengan pola berarah barat laut – tenggara, sedangkan daerah pedataran menempati hampir di
semua bagian daerah penyelidikan.

Land dan Jones (1987) berdasarkan serangkaian pengeboran eksplorasinya di kawasan Loa Duri,
Loa Kulu, Prangat dan Kamboja mengutarakan pengelompokan Formasi batuan untuk wilayah
Samarinda dan sekitarnya menjadi Formasi Loa Duri, Formasi Loa Kulu, Formasi Prangat dan
Formasi Kamboja, berturut – turut dari Miosen Bawah hingga Miosen Atas.

1. Formasi Loa Duri

Formasi Loa Duri, sejatinya merupakan sekuenturbidit dari batulumpur (mudstone) dan batu
lanau (siltstone) dengan batupasir volkanogenik berwarna hijau. Bagian bawah dari Formasi Loa
Duri ini adalah bagian atas dari Batugamping Batuputih (Batuputih Limestone). Pada daerah Loa
Duri, Batugamping Batuputih mengandung koral yang melimpah, moluska dan foraminifera
yang mengindikasikan lingkungan laut dangkal-jernih. Ketebalan Formasi Loa Duri ini mencapai
450 meter, terendapkan dalam rentang waktu Miosen Bawah pada lingkungan pengendapan Laut
Dalam.

2. Formasi Loa Kulu

Formasi Loa Kulu terdiri dari batugamping berfosil lempungan laut dan batulumpur,
batupasir, seatearth dan batubara. Batugamping berada pada bagian bawah dari Formasi Loa
Kulu sementara batulumpur dan batupasir mendominasi Formasi yang ada. batubara memiliki
ketebalan mencapai 3.25 m dengan rentang kualitas High Volatile C Bituminous dan Sub
bituminous A. Ketebalan Formasi Loa Kulu ini mencapai 800 meter, terendapkan dalam rentang
waktu Miosen Bawah pada lingkungan pengendapan laut dangkal.

3. Formasi Prangat

Formasi Prangat terdiri dari batupasir, batulanau dan batulumpur dengan sisipan batubara dan
serpih karbonatan. Batubara yang ada tebalnya mencapai 13.45 m, digolongkan dalam peringkat
Sub-bituminous B dan C. Karakter endapannya berupa channel batupasir dan konglomerat,
batupasir crevasse splay. Ketebalan Formasi Prangat mencapai 1375 m dengan Lingkungan
Pengendapan berupa Dataran Banjir Aluvium yang terendapkan dalam rentang waktu Miosen
Tengah hingga bagian bawah Miosen Atas.

4. Formasi Kamboja

Formasi Kamboja, utamanya terdiri dari batulumpur dan batulanau yang umumnya memiliki
batupasir tipis dengan ketebalan batubara dapat mencapai 11 m. Batupasir Kamboja lebih tipis
dan berbutir lebih halus, dengan kondisi batubara yang lebih lignitan dan lebih bervariasi dalam
ketebalannya. Perlapisan Kamboja didominasi oleh batulanau berwarna abu-abu pucat hingga
kemerah mudaan dan batulumpur lanauan dengan keberadaan sisa tumbuhan (plant remain) dan
batulumpur lanauan abu-abu kehitaman yang mengandung foraminifera. Lapisan batubara umum
terdapat dalam Formasi ini dengan splitting lazim terjadi, sehingga korelasinya hanya
dimungkinkan dengan tonsteindan horizon fosil. Formasi Kamboja ini ketebalannya mencapai
470 m dan terendapkan pada Dataran Banjir Aluvium yang terendapkan dalam rentang waktu
Miosen Atas.
2.5. Hidrologi

Sungai mahakam merupakan sungai terbersar yang tedapat di darah penelitian. Sungai – sungai yang menyayat di daerah penyalidikan
hanyalah alur-alur (gully)dari sungai mahakam maupun anak-anak sungainya. Umumnya arah aliran berarah timur laut - barat daya
yang kemuduian berbelok ke arah utara menuju sungai mahakam.

Singkapan batubara pada umumnya terdapat pada daerah pengaliran sungai-sungai yang menyayat cukup dalam pada bagian tengah
atau pada bagian hulunya.

Anda mungkin juga menyukai