Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Umum
Struktur beton bertulang merupakan suatu mata kuliah yang membahas mengenai
desain elemen beton bertulang yang terdiri dari elemen yang memikul gaya lentur,
geser, tekan maupun torsi. Elemen-elemen tersebut secara umum dikenal dengan
sebutan elemen balok, pelat, kolom, korbel dan elemen lain.
Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam merencanakan eleme-
elemen yang telah disebutkan diatas sesuai dengan standar yang digunakan baik
ACI 318 maupun SNI 2847.

1.2. Beton dan Beton Bertulang


Beton merupakan material yang heterogen dan terdiri dari campuran berbagai jenis
material seperti pasir, kerikil, semen, air dan admixture lainnya. Penambahan
admixture ini digunakan untuk meningkatkan karakteristik dari beton tersebut seperti
durabilitas, workabilitas dan setting time.
Beton merupakan material yang memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang
rendah. Untuk mengatasi rendahnya kuat tarik beton yang rendah maka
diperkenalkan sebuah struktur yang disebut dengan beton bertulang. Beton
bertulang merupakan sebuah kombinasi antara beton dan baja tulangan Baja
tulangan pada dasarnya dipasang pada daerah tarik pada suatu struktur untuk
meningkatkan kapasitas tarik dari beton tersebut.

1.3. Keuntungan dan Kerugian Beton Sebagai Material Struktur


Beton merupakan suatu material yang saat ini banyak digunakan pada suatu struktur.
Saat ini beton telah dimanfaatkan dalam berbagai konstruksi seperti bangunan
gedung, jembatan, dermaga, jalan dan struktur-struktur lainnya. Beton memiliki
beberapa keuntungan antara lain:
a. Beton memiliki kuat tekan yang tinggiper unit cost
b. Beton memiliki ketahanan yang baik terhadap api dan permasalahan durabilitas
lain.
c. Beton merupakan strutur yang rigid
d. Beton merupakan low maintenance material dan punya masa layan yang cukup
lama
e. Kuat tekan beton cenderung meningkat seiring waktu
1
f. Merupakan material yang cukup ekonomis
g. Dapat dibentuk kedalam berbagai macam bentuk sesuai kebutuhan

Selain memiliki keuntungan, beton juga memiliki beberapa kerugian antara lain:
a. Memiliki Kuat tarik yang rendah
b. Membutuhkan bekisting untuk menjaga beton hingga mengeras dan memiiki
kekuatan yang cukup
c. Memiliki kekuatan yang rendah per unit berat sehingge struktur beton cenderung
lebih berat
d. Memiliki kekuatan yang rendah per unit volum sehingga ukuran elemen-
elemennya cukup besar
e. Properties dari beton bervariasi karena adanya variasi dalam campuran, metode
pencampuran dan pelaksanaan.

1.4. Properties Beton


Pada sub bab ini akan dibahas secara singkat mengenai properties material beton.
Properties beton sagat dibutuhkan sebelum masuk dalam desain beton bertulang.
1.4.1. Kuat tekan
Kuat tekan beton merupakan properties yang sangat penting pada beton
bertulang. Kuat tekan beton biasanya diukur pada umur 28 hari. Tidak jarang
juga beton. Untuk pengujian kuat teka beton dapat menggunakan benda uji
berukuran kubus maupun benda uji berukuran silinder. Untuk benda uji kubus,
dimensi yang digunakan adalah 150 mm x 150 mm. sedangkan untuk benda
uji silinder biasanya digunakan benda uji berukuran 150 mm x 300 mm.
Meskipun beton dapat memiliki kuat tekan hingga 2500 psi (17 Mpa) hingga
20.000 psi (135 MPa) namun kebanyakan beton runtuk ketika mencapai 3000
psi (20 MPa) hingga 7000 psi 948 MPa). Oleh karena itu untuk penggunaan
secara biasa atau umum digunakan beton dengan kuat tekan 3000 psi hingga
4000 psi. Sedangkan untuk prestress concrete digunakan beton dengan kuat
tekan berkisar antara 5000 psi hingga 6000 psi.
Kurva teganganpregangan beton pada gambar 1 merepresentasikan hasil
pengujian kuat tekan beton saat umur 28 hari untuk berbagai kuat tekan.

2
Gambar 1.1. Typical Kurva Tegangan Regangan.

Terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan pada kurva diatas”


a. Kurva akan bergerak lurus sementara beban meningkat dari nol sampai
sekitar sepertiga sampai setengah kekuatan utama beton.
b. Setelah melewati kondisi diatas, perilaku beton akan mulai menjadi
nonlinear. Hal ini akan membuat perhitungan struktur pada kondisi ini
menjadi rumit.
c. Terdapat pula fakta bahwa terlepas dari kekuatan, semua beton mencapai
kekuatan ultimate pada saat strain mencapai 0,002.
d. Beton tidak memiliki kekuatan leleh yang pasti; akan tetapi dapat dilihat
bahwa kurva bergerak secara halus hingga mencapai point of rupture
ketika regangan telah mencapai 0,003-0,004.
e. Banyak tes yang telah menunjukkan bahwa kurva tegangan-regangan dari
silinder beton hampir identik
f. Beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi cenderung lebih getas
dibandingkan dengan beton yang memiliki kuat tekan lebih rendah.

1.4.2. Kuat Tarik Beton


Kuat tarik beton berkisar antara 10% hingga 15% dari kuat tekan beton.
Pengujian kuat tarik beton dilakukan sesuai dengan ASTM C496 dengan
konfigurasi sebagai berikut.

3
Gambar 1.2. Set Up uji tarik belah beton
Sesuai dengan ASTM C496 kuat tarik dapat dirumuskan sebagai berikut

Sedangkan perumusan tensile strength in flecure dapat dihitung sesuai


dengan ASTM C78 atau C293 yaitu:

1.4.3. Modulus Elastisitas


Beton tidak memiliki nilai modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung pada kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, karakteristik
serta proporsi dari semen dan agregat.Terdapat dua jenis modulus elastisitas
pada beton yaitu sstatic modulus of elasticity dan dynamic modulus of
elasticity
a. Static Modulus of Elasticity
Static Modulus of Elasticity terbagai berdasarkan berat beton dan kuat
tekan beton tersebut:
 Beton dengan berat 90 lb/ft3 hingga 155 lb/ft3

 Beton dengan berat berkisar 145 lb/ft3

 Untuk berat beton normal dengan f'c lebih besar dari 6000 psi dan
sampai 12.000 psi dan untuk beton ringan dengan f'c lebih besar
dari 6000 psi dan sampai 9000 psi

4
Dimana f’c dalam psi
Sedangkan dalam satuan MPa
 Untuk beton dengan berat 1500 to 2500 kg/m3

 Beton dengan berat normal dan menggunakan batu pecah

 Beton dengan kuat tekan 42 MPa < f’c < 84 MPa

b. Dynamic Modulus of Elasticity


 Dynamic Modulus of Elasticity, berhubungan dengan regangan
sesaat yang nilainya sangat kecil, biasanya diperoleh dengan sonic
test.
 Umumnya berkisar antara 20% sampai 40% lebih tinggi dari Static
Modulus of Elasticity
 Nilainya kira-kira sama dengan modulus awal.
 Dynamic Modulus of Elasticity lebih tepat digunakan untuk analisa
beban gempa dan impact.

1.4.4. Poisson Ratio


Poisson ratio adalah perbandingan expansi lateral dan longitudinal. Secara
grafis dapat diilustrasikan sebagai berikut.

5
Gambar 1.3. Poisson Ratio Pada beton
Nilainya berkisar antara 0.11 hingga 0.21. Sedangkan nilai rata-rata yang
biasa diguankan adalah 016.

1.4.5. Creep (rangkak)


Rangkak atau dikenal juga dengan (plastic flow) adalah adalah properties
beton (dan bahan lainnya) yang terus berubah terhadap waktu di bawah
beban terus menerus pada unit tegangan dalam rentang elastis yang dapat
diterima (misalnya, di bawah 0.5f'c). Berikut adalah kurva rangkak pada beton.

Gambar 1.4. Rangkak pada beton

6
1.4.6. Shrinkage (Susut)
Shrinkage atau susut merupakan perubahan volume karena adanya
pengerasan dan curing pada beton. Peristiwa ini tidak tergantung pada
pembebanan.

Gambar 1.5 Regangan akibat Susut

1.5. Properties Baja


Baja tulangan merupakan suatu material yang tidak kalah pentingnya dalam suatu
struktur beton bertulang. Baja tulangan merupakan material yang digunakan untuk
mensubtitusi lemahnya gaya tarik pada beton. Umumnya tulangan dipasaran
memiliki panjang maksumum 12 meter. Di Indonesia diameter tulangan bervariasi
mulai dari 6 mm hingga 32 mm
Tulangan dibedakan atas tulangan polos dan deform. Tulangan polos merupakan
biasanya ditulis dengan simbol “”. Sedangkan untuk tulangan deform biasanya
ditulis dengan symbol “D”. Perbedaan tulangan polos dan deform (ulir) ditunjukkan
pada tabel 1 berikut
Tabel 1. Perbedaan Tulangan Polos dan Ulir

Characteristic Plain Steel Deformed Steel

320 MPa
Yield Strength (fy) 240 MPa 400 MPa
500 MPa
D13, D16, D19, D22, D25,
Diameter Range 6, 8, 10, 12
D30, D32
U-24 U-32, U-40, U-50
Strength Notation
BJTP-24 BJTD-32, BJTD-40, BJTD-50

7
Tabel 2 berikut menunjukkan variasi diamer dari tulangan
Tabel 2. Tabel Diameter Tulangan

Tulangan baja sangat kuat terhadap kekuatan tarik, ini adalah alasan utama
mengapa digunakan dalam beton untuk memberikan kontribusi melawan beban tarik
dalam struktur beton bertulang.
Perilaku hubungan tegangan-regangan ditunjukkan pada gambar 1.5 di bawah ini.
Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin besar kekuatan leleh tulangan baja maka
akan lebih brittle. Hal ini menunjukkan regangan pendek pada saat rupture.

Gambar 1.5. Kurva Tegangan Regangan Baja Tulangan

8
1.6. Perbandingan Karakteristik Properties Baja dan Tulangan
Setelah mengetahui properties baja dan tulangan maka berikut adalah resume
kekuttrangan dan kerugian beton dan baja tulangan.

Characteristic Concrete Steel

Strength in Tension Poor Good


Good, But Slender Bars
Strength in Compression Good
Will Buckle
Strength in Shear Fair Good

Durability Good Corrodes if Unprotected

Poor-Suffers Rapid Loss of


Fire Resistance Good Strength at high
Temperatures

1.7. Beban
Beban merupakan faktor yang sangat menentukan pada suatu desain beton
bertulang. Pada sub bab kali ini akan dibahas ber bagai jenis beban yang biasa
digunakan pada saat desain beton bertulang.
1.7.1. Beban Mati
Beban mati merupakan beban yang konstan bekerja pada suatu struktur.
Berikut adalah jenis beban mati yang biasa bekerja pada suatu struktur
Tabel 2. Beban Mati

1.7.2. Beban hidup


Beban hidup dapat memiliki magnitude dan letak yang berubah-ubah. Berikut
ini adalah beberapa tipe beban hidup merata

9
Tabel 3. Jenis Beban Hidup

1.7.3. Environmental Load


Beban-beban yangyang diakibatkan karena kondisi lingkungan adalah
sebagai berikut.
a. Beban Salju dan Es
b. Beban Hujan
c. Beban Angin
d. Beban Gempa

1.7.4. Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pembebanan diambil sesuai dengan peraturan SNI 2847 sebagai
berikut
U=1.4D
U=1.2D+1.6L
U=1.2D+1.6L+0.5(A or R)
U=1.2D+1.0L+1.6W+0.5(A or R)
U=0.9D+1.6W
U=1.2D+1.0L+1.0E
U=0.9D+1.0E
U=1.4(D+F)
U=1.2(D+T)+1.6L+0.5(A or R)
Dimana
D=Dead Load
L=Life Load

10
A=Roof Load
R=Rain Load
W=Wind Load
E=EarthQuake Load
T=Combination of Creep, Shrinkage and Differential Settlement.
Peraturan lebih lanjut mengenai pembebanan dapat dilihat pada SNI 1727
2013.

1.8. Elemen-Elemen Pada Struktur Beton Bertulang


Elemen pada beton bertulang dapat terbagi atas balok, pelat, kolom, pondasi dan
elemen-elemen lain. Berikut adalah ilustrasi elemen-elemen pada beton bertulang

Gambar 1.6. Elemen Beton Bertulang

11

Anda mungkin juga menyukai