Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Matematika


yang Diampu oleh Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd.

Disusun oleh

KELOMPOK II

Rizky Amalia Husain (411416001)


Frendy Dermawan Silalahi (411416056)
Dwi Hardianty Djoyosuroto (411416014)
Silfana Mongilong (411416055)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEPTEMBER 2018
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat, rahmat, serta penyertaan-Nya sehingga Pembuatan makalah ini dapat
diselesaikan tanpa suatu halangan apapun dan pada waktunya. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika yang diampu
oleh Bapak Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd. Dengan adanya makalah ini
kiranya dapat berguna bagi mahasiswa dalam mempelajari standar proses
pendidikan.

Ucapan banyak terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Abdul
Wahab Abdullah, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran
Matematika, serta pihak–pihak yang telah memberi dukungan dalam penulisan
makalah ini.

Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I yakni pendahuluan, yang sub babnya
terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penulisan.
Selanjutnya untuk bab II yakni berupa pembahasan, yang tiap sub bagiannya adalah
membahas masalah-masalah yang ada pada rumusan masalah. Dan yang terakhir
adalah bab III yaitu penutup, yang sub bagiannya terdiri atas kesimpulan dan saran.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis membuka
diri bila ada koreksi-koreksi dan kritikan-kritikan konstruktif guna bagi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 1 September 2018

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................... i

Daftar Isi ii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................3

2.1 Standar Proses Pendidikan ................................................................................3

2.1.1 Perlunya Standar Proses Pendidikan .................................................................3

2.1.2 Pengertian Standar Proses Pendidikan ..............................................................4

2.1.3 Fungsi Standar Proses Pendidikan ....................................................................5

2.1.4 Keterkaitan Standar Proses Pendidikan dengan Standar Lainnya .....................7

2.2 Sistem Pembelajaran dalam Standar Proses Pendidikan ...................................8

2.2.1 Pengertian dan Kegunaan Sistem ......................................................................8

2.2.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran .................12

2.2.3 Komponen-Komponen Sistem Pembelajaran .................................................15

2.3 Mengajar dan Belajar dalam Standar Proses Pendidikan ................................17

2.3.1 Pengantar ....................................................................................................17

2.3.2 Konsep Dasar Mengajar .............................................................................18

2.3.3 Perlunya Perubahan Pradigma Tentang Mengajar .....................................20

2.3.4 Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan ..................................21

BAB III PENUTUP .....................................................................................................24

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................24

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang
sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas
pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan/atau
pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses
pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan
demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat
membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak
komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun
demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan
memperbaiki setiap komponen-komponen itu keberadaannnya terpencar,
juga kita sulit menentukan kadar keterpengaruhan setiap komponen.
Adapun mengajar ialah suatu perbuatan yang kompleks ( a highly
complexion process). Di sebut kompleks karena di tuntut dari adanya
kemampuan pprofesional, personal, dan sosio cultural secara terpadu dalam
proses belajar- mengajar. Di katakan kompleks juga karena di tuntut
penguasaan materi dan metode, teori dan praktik dalam interaksi siswa. Di
katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu,
teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar.
Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar
mempunyai profil yang unik, yang mengakibatkan tercapinya tujuan-tujuan
yang berbeda. Atau, kalau di katakan secara terbalik, untuk mencapai tujuan
belajar tertentu harus di ciptakan sistem lingkungan yang tertentu pula.
Proses pembelajaran itu sendiri menurut Standar Proses Pendidikan
merupakan kegiatan yang tidak hanya menekankan peran guru di dalamnya,
tetapi siswa harus di jadikan subjek atau prilaku dalam proses pembelajaran.

1
Oleh sebab itu paradigma yang keliru tentang pembelajaran selama itu harus
di ubah dan di sesuaikan dengan Standar Proses Pendidikan ( SPP ).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1. Mengapa standar proses pendidikan diperlukan?
2. Apa yang dimaksud dengan standar proses pendidikan?
3. Apa fungsi dari standar proses pendidikan?
4. Bagaimana keterkaitan antara standar proses pendidikan dengan standar
lainnya?
5. Apakah pengertian dan kegunaan dari sistem pembelajaran?
6. Apakah factor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran?
7. Apa sajakah komponen-komponen sistem pembelajaran?
8. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar mengajar?
9. Mengapa perlunya perubahan paradigm tentang mengajar?
10. Apakah makna mengajar dalam standar proses pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan perlunya standar proses pendidikan.


2. Menjelaskan pengertian dari standar proses pendidikan.
3. Menjelaskan fungsi standar proses pendidikan.
4. Menjelaskan keterkaitan antara standar proses pendidikan dengan
standar lainnya.
5. Menjelaskan pengertian dan kegunaan dari sistem pembelajaran.
6. Menjelaskan factor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem
pembelajaran.
7. Menjelaskan komponen-komponen sistem pembelajaran.
8. Menjelaskan konsep dasar mengajar.
9. Menjelaskan perlunya perubahan paradigm tentang mengajar.
10. Menjelaskan makna mengajar dalam standar proses pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Standar Proses Pendidikan
2.1.1 Perlunya Standar Proses Pendidikan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Terdapat beberapa hal yang perlu dipahami dalam undang-
undang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah adalah proses
yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa dan
guru diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua, proses pendidikan
yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran, hal ini berarti di sekolah tidak boleh
mengesampingkan proses belajar. Ketiga, suasana belajar dan
pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan
potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi
pada siswa (student active learning). Keempat, akhir dari proses
pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Ini berarti proses pendidikan berujung pada pembentukan
sikap, pengembangan kecerdasan serta pengembangan ketrampilan
anak sesuai dengan kebutuhan. Supaya pelaksanaan pendidikan di
Indonesia dapat mencapai tujuan yang dimaksud dalam undang-
undang maka diperlukan suatu standar proses dalam pelaksanaannya.

3
2.1.2 Pengertian Standar Proses Pendidikan
Standar proses pendidikan adalah pelaksanaan pembelajaran
sehingga proses pembelajaran harus sesuai dengan standar proses
pendidikan serta diarahkan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan (Halimah, 2009: 36).

Standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk


teknis yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara
terencana atau didesain dalam pelaksanaan pembelajaran (Masitoh,
dkk, 2009: 52).

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan


yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (PP No. 19
Tahun 2005 bab 1 pasal 1 ayat 6).

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa :

1. Standar proses pendidikan berlaku untuk semua sekolah di


Indonesia.
2. Standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya
proses
3. Standar kompetensi lulusan merupakan sumber atau rujukan
utama dalam menentukan standar proses pendidikan.

Dari pengertian diatas, terdapat beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam standar proses. Pertama, Standar proses
pendidikan adalah standar nasional pendidikan, yang berarti standar
proses pendidikan dimaksud berlaku untuk setiap lembaga pendidikan
formal pada jenjang pendidikan tertentu dimanapun pendidikan
lembaga itu berada secara nasional. Kedua, Standar proses berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran, yang berarti dalam standar proses
pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya pembelajaran
berlangsung. Dengan demikian, standar proses pendidikan dimaksud

4
dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Ketiga, Standar proses diarahkan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. Dengan demikian, standar kompetensi lulusan merupakan
sumber atau rujukan utama dalam menentukan standar proses
pendidikan.

2.1.3 Fungsi Standar Proses Pendidikan


Menurut Sanjaya (2010: 63) bahwa fungsi Standar Proses
Secara umum, standar proses pendidikan sebagai standar minimal
yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses
pendidikan untuk memperoleh kualitas hasil dan proses pembelajaran.
Dan diantara fungsi dari standar proses, antara lain:

a) Fungsi Standar Proses Pendidikan dalam rangka mencapai standar


kompetensi yang harus dicapai. Proses pendidikan berfungsi
sebagai alat untuk mencapai pendidikan, yakni kompetensi yang
harus dicapai dalam ikhtisar pendidikan. Berkaitan dengan hal itu,
standar proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan serta program yang harus dilaksanakan oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut.
b) Fungsi Standar Proses Pendidikan bagi guru Standar proses
pendidikan badi guru berfungsi sebagai pedoman dalam membuat
perencanaan program pembelajaran, baik program untuk periode
tertentu maupun program pembelajaran harian dan sebagai
pedoman untuk implementasi program dalam kegiatan nyata di
lapangan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami dan menghayati
prinsip- prinsip standar proses pendidikan.
c) Fungsi Standar Proses Pendidikan bagi Kepala Sekolah Kepala
sekolah adalah orang yang secara struktural bertanggung jawab
dalam pengendalian mutu pendidikan secara langsung. Dengan
demikian, bagi kepala sekolah standar proses pendidikan berfungsi:

5
1) Sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan program
pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
2). Sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai kebijakan
sekolah khususnya dalam menentukan dan mengusahakan
ketersediaan berbagai keperluan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan.
d) Fungsi Standar Proses Pendidikan bagi para pengawas Bagi para
pengawas, standar proses pendidikan berfungsi sebagai pedoman,
patokan atau ukuran dalam menetapkan bagian mana yang perlu
disempurnakan atau diperbaiki oleh setiap guru dalam pengelolaan
proses pembelajaran. Dengan demikian, para pengawas perlu
memahami dengan benar hakikat standar proses pendidikan.
Karena dengan pemahaman itu selanjutnya pengawas dapat
memberikan masukan dan bimbingan kepada para guru untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
e) Fungsi Standar Proses Pendidikan bagi dewan sekolah dan dewan
pendidikan Fungsi utama dewan sekolah dan dewan pendidikan
adalah fungsi perencanaan dan pengawasan. Fungsi ini amat
penting untuk menjaga kualitas pendidikan. Melalui pemahaman
standar proses pendidikan, maka lembaga ini dapat melaksanakan
fungsinya dalam:

1). Menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang


berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang
diperlukan oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses
pembelajaran yang sesuai dengan standar minimal.

2). Memberikan saran- saran, usul, atau ide kepada sekolah,


khususnya guru dalam pengelolaan pembelajaran yang sesuai
dengan standar minimal.

3). Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses


pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru.

6
2.1.4 Keterkaitan Standar Proses Pendidikan dengan Standar Lainnya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
Tentang Standar Pendidikan Nasional dikatakan bahwa standar
nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang system
pendidikan di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik
Indonesia (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1). Selanjutnya,
selain standar proses pendidikan ada beberapa standar lain yang
ditetapkan yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.
Menurut Sanjaya (2010: 70) bahwa keterkaitan standar proses
pendidikan dengan standar lainnya adalah sebagai berikut:
1. SPP ditentukan oleh Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
2. Efektivitas dan kelancaran SPP dapat dipengaruhi atau tergantung
kepada tenaga pendidik dan kependidikan serta sarana dan
prasarana.
3. Efektivitas standar proses selanjutnya akan diukur oleh standar
penilaian.
4. Keberhasilan pencapaian standar minimal pendidikan sangat
bergantung pada pembiayaan dan pengelolaan yang dilakukan
pada setiap jenjang atau satuan pendidikan.
Standar proses pendidikan merupakan jantung dalam sistem
pendidikan bagaimanapun bagusnya standar yang lain apabila tidak
diimplementasikan dalam standar proses tidak akan berarti apa-apa.
Guru mempunyai peran penting dalam implementasi SPP. Pertama,
pemahaman dan perencanaan program pendidikan. Kedua,
pemahaman dalam disain dan implementasi strategi pembelajaran.
Ketiga, pemahaman tentang evaluasi (Sanjaya, 2010: 72).

7
2.2 Sistem Pembelajaran dalam Standar Proses Pendidikan
2.2.1 Pengertian dan Kegunaan Sistem
Menurut Sanjaya (2010: 59) Sistem berasal dari bahasa Latin
(systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang
terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Definisi tentang
sistem selalu berkembang sesuai dengan konteks dimana pengertian
sistem itu digunakan. Misalnya kumpulan dari bagian-bagian yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama seperti sistem tata
surya, sistem pencernaan, sistem komputer, sistem pembelajaran dan
lain-lain. Ada juga yang mengatakan bahwa sistem terdiri dari unsur-
unsur seperti input, processing, serta output (seperti sistem kerja
komputer).

Menurut Sanjaya (2010:59) bahwa berikut ini adalah pengertian


dan definisi sistem menurut beberapa ahli:

1. Salisbury.
A system is a group of components working together as a functional
unit. Sistem adalah sekelompok bagian-bagian atau komponen
yang bekerja sama sebagai suatu kesatuan fungsi.
2. Pilecki.
Sistem adalah sekumpulan objek dan menghubungkan objek itu
dengan atributnya atu dengan kata lain, sistem adalah suatu
kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian, atribut dari
bagian dan hubungan antara bagian dengan atribut.
3. Webster’s Unabridged.
Sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan
membentuk satu kesatuan atau organisasi.

4. Ludwig Von Bertalanffy.

8
Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
5. Raymond Mcleod.
Sistem adalah himpunan dari unsur-unsur yang saling berkaitan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu.
6. Gordon B. Davis.
Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang
beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud.
7. Robert Allen & Mark Victor Hansen.
Sistem adalah prosedur yang terorganisir dan mapan yang
membuahkan hasil.
8. Djekky R. Djoht.
Sistem adalah agregasi atau pengelompokan objek-objek yang
dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling
tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan
sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk
suatu keseluruhan yang integral dan berfungsi, beroperasi, atau
bergerak dalam satu kesatuan.
9. Umar Fahmi Achmadi
Sistem adalah tatanan yang menggambarkan adanya rangkaian
berbagai komponen yang memiliki hubungan serta tujuan bersama
secara serasi, terkoordinasi yang bekerja atau berjalan dalam jangka
waktu tertentu dan terencana.
10. Zulkufli A. M.
Sistem adalah himpunan sesuatu “benda” nyata atau abstrak (a set
of thing) yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen
yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan, dan saling
mendukung, yang secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan
(unity) untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efekti
11. Koentjaraningrat.

9
Sistem adalah susunan yang berfungsi dan bergerak; suatu cabang
ilmu niscaya mempunyai objeknya, dan objek yang menjadi
sasaran itu umumnya dibatasi. Sehubungan dengan itu, maka setiap
ilmu lazimnya mulai dengan merumuskan suatu batasan (definisi)
perihal apa yang hendak dijadikan objek studinya.
12. Anatol Raporot
Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan
satu sama lain.
13. L. Ackof.
Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang
terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu
sama lainnya.
14. Jerry Fith Gerald.
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

Secara umum pengertian sistem adalah satu kesatuan


komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi
untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka diperlukan perencanaan yakni pengambilan keputusan
bagaimana memberdayakan komponen agar tujuan berhasil secara
maksimal.

Menurut Sanjaya (2010: 64) Secara garis besar, sistem dapat dibagi
menjadi dua :

1. Sistem Fisik ( Physical System ) : Kumpulan komponen-komponen


atau unsur-unsur yang saling berinteraksi satu sama lain secara fisik
serta dapat diidentifikasikan secara nyata tujuan-tujuannya.
Contoh: sistem transportasi, yang terdiri dari petugas, mesin,
organisasi yang menjalankan transportasi. Sistem komputer yang

10
terdiri dari peralatan yang berfungsi bersama-sama untuk
menjalankan pengolahan data.
2. Sistem Abstrak ( Abstract System) : Sistem yang dibentuk akibat
terselenggaranya ketergantungan ide, dan tidak dapat
diidentifikasikan secara nyata, tetapi dapat diuraikan elemen-
elemennya. Contoh : Sistem Theologi, hubungan antara manusia
dengan Tuhan.

Berdasarkan definisi dan pengertian di atas, maka terdapat


beberapa hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem:

a) Main objection (tujuan utama): pemusatan tujuan yang sama dari


masing-masing subsistem.
b) Proses: rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan.
c) Organisasi: mencakup struktur dan fungsi organisasi
d) Interaksi: saling keterhubungan antara bagian yang satu dengan
lainnya.
e) Interdependensi: bagian yang satu mempunyai ketergantungan
dengan bagian yang lainnya.
f) Integrasi: suatu keterpaduan antara subsistem-subsistem untuk
mencapai tujuan.

Berkaitan dengan uraian di atas pembelajaran dikatakan sebagai


sistem karena pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yakni
membelajarkan siswa. Pembelajaran melalui proses yang merupakan
rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak komponen yang saling
berinteraksi, interdependensi dan terintegrasi. Oleh karena itu seorang
guru sebagai faktor utama dalam sistem pembelajaran perlu memahami
sistem dengan baik supaya dapat merencanakan pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan dengan hasil yang diharapkan.

Menurut Oemar Hamalik (2001: 66) pembelajaran sebagai


suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang

11
berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Sistem bermanfaat untuk merencanakan suatu proses


pembelajaran, karena perencanaan merupakan proses dan cara berpikir
yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan (Ely, 1979).
Proses pembelajaran dengan perencanaan yang sistematis diharapkan;
pertama, peluang keberhasilan untuk mencapai tujuan yang diharapkan
lebih besar. Kedua, terhindar dari hambatan yang kemungkinan muncul
tidak terduga. Ketiga, fasilitas dan sumber yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal dan lebih maksimal sesuai dengan tujuan
pembelajaran (Hamalik, 2001: 71).

2.2.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Sistem


Pembelajaran
Menurut Hamalik (2001: 74) Dalam pendekatan sistem,
pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen
pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain,
karena satu sama lain saling mendukung. Komponen-komponen
tersebut dapat menunjang kualitas pembelajaran.

1. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam


implementasi suatu strategi pembelajaran. Guru tidak hanya
berperaan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya,
tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Oleh karena itu,
keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
kualitas atau kemampuan guru.

Guru adalah sebuah profesi. Pelaksanaan tugas guru harus


profesional. Walaupun guru sebagai seorang individu yang
memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri

12
sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak
didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai
seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru.
Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang
profesional. Kompetensi guru itu mencakup kemampuan
menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode
pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi,
menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar.
(Soetopo, 2005).

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses


belajar mengajar. Menurut Usman (1990) ada empat peran guru
dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai demonstrator, lecturer
(pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai mediator dan
fasilitator, dan (4) sebagai motivator.

2. Faktor Siswa

Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan


siswa sebagai komponen proses belajar mengajar (PBM). Siswa
yang semula dipandang sebagai objek pendidikan bergeser sebagai
subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua
pelaksanaan pendidikan. Tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk
itu siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan
tanggung jawabnya sebagai siswa.

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai


dengan tahap perkembangannya. Jenis kelamin siswa, tempat
kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi, keluarga
siswa merupakan aspek latar belakang yang mempengaruhi proses
pembelajaran. Selain itu, sikap dan penampilan siswa di kelas juga
dapat berpengaruh dalam proses pembelajaran.

13
3. Faktor Sarana dan Prasarana

Kelengkapan sarana dan prasarana akan sangat membantu


guru dalam menyelenggarakan pembelajaran, dengan demikian
sarana dan prasarana berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Oleh karena itu pemerintah seharusnya lebih memperhatikan lagi
faktor ini, karena pada kenyataannya bantuan yang diberikan oleh
pemerintah belum merata ke seluruh sekolah yang membutuhkan.
Justru sekolah-sekolah yang sudah maju dengan yang jumlah
siswa banyak yang mendapatkan bantuan sarana dan prasarana.
Sedangkan sekolah-sekolah dengan siswa sedikit yang berada di
pelosok daerah mendapat bantuan yang minim, karena dalam
pemberian bantuan sering digunakan dengan prosentase jumlah
siswa.

4. Faktor Lingkungan

Mengelola lingkungan pembelajaran baik di kelas maupun


di luar kelas bukan merupakan tugas yang ringan. Oleh karenanya
guru harus banyak belajar. Doyle (1986) berpendapat bahwa hal-
hal yang menyebabkan pengelolaan kelas mempunyai beberapa
dimensi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Emersen,
Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi pada waktu
awal-awal sekolah banyak berpengaruh terhadap pengelolaan
kelas pada tingkat-tingkat berikutnya.

Dilihat dari dimensi lingkungan, ada dua faktor yang dapat


mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas
dan faktor iklim sosial-psikologis.

a) Organisasi kelas yang terlau besar akan kurang efektif untuk


mencapai tujuan pembelajaran. Borden (2001) menyarankan
agar setiap anak mempunyai ruang gerak sedikitnya tiga
meter persegi. Madrasah Jenderal Sudirman memiliki ruang

14
kelas yang cukup representative yaitu dengan ukuran 6 x 8
meter persegi. Namun demikian, semuanya tergantung
kepada niat guru dan siswa. Sebagaimana yang dilakukan
oleh RA. Kartini yang mampu mengangkat derajat wanita
Indonesia.
b) Iklim sosial-psikologis dapat terjadi secara internal dan
eksternal. Diharapkan semua yang terlibat dalam sistem
pembelajaran dapat berinteraksi dengan baik, agar tujuan
proses pembelajaran dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
Faktor lingkungan sebenarnya tidak terlalu berpengaruh
besar, karena semuanya kembali kepada individu masing-
masing. Sebagai contoh, Nabi Musa AS. dibesarkan di
lingkungan kerajaan Fir’aun. Sedangkan Musa Samiri
(penyembah lembu) semasa kecil dirawat dan dididik oleh
Malaikat Jibril AS.

2.2.3 Komponen-Komponen Sistem Pembelajaran


Menurut Sanjaya (2010: 63) bahwa komponen-komponen
sistem pembelajaran adalah sebagai berikut.

A. Tujuan Pembelajaran
Sistem pembelajaran sangat tergantung dengan tujuan
pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki
siswa, semua tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin
dicapai.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan
bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru
yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003). Lebih lanjut
menurut Oemar Hamalik, bahwasannya komponen tujuan
pembelajaran, meliputi: (1) tingkah laku, (2) kondisi-kondisi tes,
(3) standar (ukuran) perilaku.

15
B. Isi atau Materi Pelajaran
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang
tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup
keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-
mengajar harus ada materinya. Semua materi pembelajaran harus
diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak.
Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
C. Startegi atau metode pembelajaran
Keberhasilan dalam mencapai tujuan juga sangat
tergantung pada komponen ini. Bagaimana lengkap dan jelasnya
komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan dengan strategi
yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan
memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan.
D. Alat dan sumber belajar
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh
siswa, maka dalam proses belajar-mengajar digunakan alat
pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda yang
sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan
sebagainya yang dituangkan dalam media. Media itu dapat
berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan.
Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus
disesuaikan dengan tujuan, siawa, materi, dan metode
pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang
memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai (Asnawir,
2002) diperlukan guru yang handal dan mempunyai kemampuan
(capability) yang tinggi.
E. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi
kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang
dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara

16
komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi
dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan
menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua
siswa sudah menguasai kompetensi dasar, maka pelajaran dapat
dilanjutkan dengan catatan guru memberikan perbaikan
(remidial) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan.
Dengan adanya evaluasi, maka dapat diketahui kompetensi dasar,
materi, atau individu yang belum mencapai ketuntasan. (Madjid,
2005) Melalui evaluasi guru dapat melihat kekurangan dalam
pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran.
Menentukan dan menganalisis kelima komponen pokok
dalam proses pembelajaran di atas, akan dapat membantu guru
dalam memprediksi keberhasilan proses pembelajaran.

2.3 Mengajar dan Belajar dalam Standar Proses Pendidikan


2.3.1 Pengantar
Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks (a highly
complexion process). Di sebut kompleks karena di tuntut dari adanya
kemampuan pprofesional, personal, dan sosio cultural secara terpadu
dalam proses belajar- mengajar. Di katakan kompleks juga karena di
tuntut penguasaan materi dan metode, teori dan praktik dalam interaksi
siswa. Di katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni,
ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar-
mengajar (Hamalik, 2001: 80).
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang
menungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri
dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan
instruksional yang ingin di capai, materi yang di ajarkan, guru dan
siswa yang harus memainkan peranannya dalam hubungan sosial
tertentu, jenis kegiatan yang di lakukan, serta sarana dan prasarana
belajar-mengajar yang tersedia (Sanjaya, 2010: 77).

17
Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar
mempunyai profil yang unik, yang mengakibatkan tercapinya tujuan-
tujuan yang berbeda. Atau, kalau di katakan secara terbalik, untuk
mencapai tujuan belajar tertentu harus di ciptakan sistem lingkungan
yang tertentu pula.
Tujuan belajar yang pencapaiannya di usahakan secara eksplisit
dengan tindakan instruksional tertentu di namakan instruksional effect.
Sedangkan tujuan – tujuan yang merupakan penggiring, yang
tercapainya karena siswa menghidupi suatu sistem lingkungan belajar
tertentu di namakan nurturant effect (Sanjaya, 2010: 73).
Menurut Hamalik (2001: 70) Proses pembelajaran itu sendiri
menurut Standar Proses Pendidikan merupakan kegiatan yang tidak
hanya menekankan peran guru di dalamnya, tetapi siswa harus di
jadikan subjek atau prilaku dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu
paradigma yang keliru tentang pembelajaran selama itu harus di ubah
dan di sesuaikan dengan Standar Proses Pendidikan ( SPP ).

2.3.2 Konsep Dasar Mengajar


Konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih di
anggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan ilmu
pengetahuan. Pandangan semacam ini masih umum di gunakan di
kalangan pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang
lebih menyempurnakan konsep tradisional di atas (Hamalik, 2001:80).

Menurut Hamalik (2001:81) Mengajar menurut pengertian


mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan
mengajar yang kompleks dapat di terjemahkan sebagai penggunaan
secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam
perbuatan mengajar untuk menyampaikan pesan pengajaran.

1. Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran

18
Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu
pengetahuan, maka mengajar mempunyai beberapa karakteristik
sebagai berikut :
a. Proses pengajaran berpusat pada guru
Dalam kegiatan pengajaran, guru memegang peran yang
sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau di apakan
siswa? Apa yang harus di kuasai siswa? Bagaimana cara
melihat keberhasilan mengajar? Semuanya tergantung guru.
Oleh karena itu begitu pentingnya peran guru maka proses
pembelajaran baru akan berlangsung jika ada guru.
b. Siswa sebagai objek belajar
Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan
materi pelajaran menempatkan siswa sebagai objek yang harus
menguasai materi ajar. Mereka di anggap sebagai organisme
pasif yang belum memahami apa yang harus di pahami,
sehingga melalui proses pembelajaran mereka di tuntut
memahami segala sesuatu yang di berikan guru.
c. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu
Proses pengajaran berlangsung pada tempat tertentu,
misalnya di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat,
sehingga siswa hanya belajar jika hanya ada kelas yang telah
di desain sedemikian rupa untuk tempat pembelajaran.
d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran
Keberhasilan suatu proses pembelajaran di ukur dari
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang di
sampaikan oleh guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah
pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang di
berikan di sekolah.
2. Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan
Terdapat beberapa karakteristik dari konsep mengajar
sebagai proses mengatur lingkungan, antara lain

19
a. Mengajar berpusat pada siswa (Student centered)
Mengajar tidak di tentukan oleh selera guru, akan tetapi
sangat di tentukan oleh siswa itu sendiri. Hendak belajar apa
siswa dari topik yang di pelajari, bagaimana cara
mempelajarinya, bukan hanya guru yang menetukan tetapi juga
siswa
b. Siswa sebagai subjek belajar
Siswa tidak hanya di anggap sebagai organisme pasif
yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi di pandang
sebagai organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk
berkembang.
c. Proses pembelajaran berlangsung di mana saja
Siswa dapat menggnakan berbagai tempat untuk belajar.
Karena tempat juga sangat menunjang proses pembelajaran.
Intinya pembelajaran bukan hanya di laksanakan di dalam kelas
tetapi di laksanakan sesuai dengan keadaan.
d. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Tujuan pembelajaran bukan hanya agar siswa menguasai
materi pelajaran, tetapi lebih luas dari pada itu bahwa tujuan
belajar adalah agar siswa merubah pola perilakunya menuju arah
yang lebih baik.

2.3.3 Perlunya Perubahan Pradigma Tentang Mengajar


Apakah mengajar sebagai proses menanamkan ilmu
pengetahuan masih berlaku dalam abad teknologi sekarang ini ?
Bagaimana seandainya pengajar tidak berhasil menanamkan
pengetahuan kepada orang yang di ajarnya juga di anggap orang
tersebut telah mengajar? Lalu, kalau begitu apa kriteria keberhasilan
mengajar ? Apakah mengajar hanya di tentukan oleh seberapa besar
pengetahuan yang telah di sampaikan ?

20
Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu
pengetahuan itu di anggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Hal
itu dapat kita lihat dari tiga alasan penting. Alasan inilah yag kemudian
menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma mengajar, dari
mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada
mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.
Pertama, siswa bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini,
tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Guru tidak
lagi memposisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas
menyampaikan informasi, tetapi harus berperan sebagai pengelola
sumber belajar untuk di manfaatkan siswa itu sendiri.
Kedua, Ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan
kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap
cabang keilmuan. Belajar tidak hanya sekadar menghafal informasi,
menghafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi
dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berfikir.
Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang
psikologi, mengakibatkan pemahaman baru tentang konsep perubahan
tingkah laku manusia. Manusia pada hakikatnya memiliki potensi dan
dengan dasar potensi itulah manusia bisa mengembangkan dirinya.
Dengan kata lain bahwa siswa bukan lagi di jadikan objek pasif tetapi
siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Ketiga hal di atas menuntut perubahan makna dalam mengajar.
Mengajar jangan di artikan sebagai proses menyampaikan materi
pembelajaran, tetapi lebih di pandang sebagai proses mengatur
lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi
yang di milikinya.

2.3.4 Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan


Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak
hanya sekadar menyampaikan materi ajaran, akan tetapi juga di
maknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar.

21
Makna lain yang demikian sering di istilahkan dalam pembelajaran.
Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar siswa harus di
jadikan pusat dari kegiatan. Hal ini di maksudkan untuk membentuk
watak, peradaban dan peningkatan mutu kehidupan peserta didik.
Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang di harapkan. Pemberdayaan di
arahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku
khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang
hayat dan mewujudkan masyarakat belajar (Hamalik, 2001: 83).
Dalam imlementasinya, walaupun istilah yang di gunakan
“pembelajaran”, tidak berarti guru menghilangkan perannya sebagai
pengajar, sebab secara konseptual pada dasarnya mengajar itu juga
bermakna membelajarkan siswa. Mengajar – belajar adalah dua istilah
yang memiliki makna tidak dapat di pisahkan. Mengajar adalah suatu
aktifitas yang dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan antara belajar
dan mengajar menurut Jhon dewey (Wina sanjaya, 2010: 90) adalah
“teaching is to learning as selling and buying”.
Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti
memperbesar peran siswa di satu pihak dan mengecilkan peran guru di
pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan
secara optimal, demikian halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi
dan aktifitas di atas, hanya menunjukan kepada perbedaan tugas-tugas
atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses
pembelajaran. Sebagai contoh, ketika guru menentukan proses belajar
dengan menggunakan metode buzz group (diskusi kelompok kecil),
yang lebih menekankan kepada aktifitas siswa maka tidak berarti peran
guru mejadi kecil. Ia akan tetap di tuntut berperan secara optimal agar
proses pembelajaran dengan metode itu bisa berjalan. Demikian juga
ketika guru menggunakan pendekatan ekspositori dalam pembelajaran,
tidak berarti peran siswa menjadi kecil. Mereka harus tetap berperan

22
secara optimal dalam rangka menguasai dan memahami materi
pelajaran yang di sampaikan oleh guru (Hamalik, 2001: 79).
Dari uraian di atas, maka tampak jelas bahwa istilah
pembelajaran itu menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan
pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Di sini jelas, proses
pembelajaran yang di lakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa
perlakuan guru. Yang membedakannya hanya terletak pada peranannya
saja.
Bruce well (1980) dalam (Sanjaya, 2010: 93) mengemukakan
tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran semacam ini. Antara
lain :

a) Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang


dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa
b) Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus di pelajari
c) Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan
sosial

Dari berbagai penjelasan di atas, maka makna pembelajaran


dalam konteks standar proses pendidikan di tunjukkan oleh beberapa
ciri yang di jelaskan sebagai berikut :

a) Pembelajaran adalah proses berfikir


b) Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak
c) Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Supaya pelaksanaan pendidikan di Indonesia dapat mencapai tujuan
yang dimaksud dalam undang-undang maka diperlukan suatu standar
proses dalam pelaksanaannya.
2. Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (PP No. 19
Tahun 2005 bab 1 pasal 1 ayat 6).
3. Fungsi Standar Proses Secara umum, standar proses pendidikan sebagai
standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai
pengendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas hasil dan
proses pembelajaran.
4. Keterkaitan standar proses pendidikan dengan standar lainnya yakni:
SPP ditentukan oleh Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi;
efektivitas dan kelancaran SPP dapat dipengaruhi atau tergantung
kepada tenaga pendidik dan kependidikan serta sarana dan prasarana;
efektivitas standar proses selanjutnya akan diukur oleh standar
penilaian; dan keberhasilan pencapaian standar minimal pendidikan
sangat bergantung pada pembiayaan dan pengelolaan yang dilakukan
pada setiap jenjang atau satuan pendidikan.
5. Secara umum pengertian sistem adalah satu kesatuan komponen yang
satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai
suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
6. Faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran adalah faktor
guru, faktor siswa, faktor sarana dan prasarana dan faktor lingkungan.
7. Komponen-komponen sistem pembelajaran adalah tujuan
pembelajaran, isi atau materi pelajaran, strategi atau metode
pembelajaran, alat dan sumber belajar dan evaluasi.

24
8. Konsep dasar mengajar diantaranya adalah: a) mengajar sebagai proses
menyampaikan materi pelajaran, yang proses pembelajarannya terpusat
pada guru, siswa sebagai objek belajar, kegiatan pengajaran terjadi pada
tempat dan waktu tertentu, tujuan utama pengajaran adalah penguasaan
materi pelajaran; b) mengajar sebagai proses mengatur lingkungan,
yang proses pembelajarannya berpusat pada siswa, siswa sebagai
subjek belajar, proses pembelajaran berlangsung dimana saja,
pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.
9. Perlunya perubahan pradigma tentang mengajar karena siswa bukanlah
orang dewasa dalam bentuk mini, namun mereka adalah organisme
yang sedang berkembang; ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan
kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap
cabang keilmuan; dan penemuan-penemuan baru khususnya dalam
bidang psikologi, mengakibatkan pemahamanbaru tentang konsep
perubahan tingkah laku manusia.
10. Makna mengajar dalam standar proses pendidikan tidak hanya sekadar
menyampaikan materi ajaran, akan tetapi juga di maknai sebagai proses
mengatur lingkungan supaya siswa belajar.

3.2 Saran
Kami sebagai manusia yang ingin menjadi diri sendiri dan pribadi
yang lebih menyadari akan kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri
kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu kami berharap kepada semua
pihak yang membaca makalah ini untuk memberikan sumbangsih berupa
kritik dan saran bagi penulis demi penyempurnaan makalah ini sehingga
dapat bermanfaat bagi siapa saja.

25
DAFTAR PUSTAKA
Halimah, Siti. 2009. Strategi Pembelajaran, Medan: Perdana publishing.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Masitoh dan Laksmi Dewi. 2009. Strategi pembelajaran, Jakarta: Kemenag.

R.I. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2009, tentang Standar Proses Pendidikan.

R.I. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Jakarta : Preanada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai