Anda di halaman 1dari 7

KESEPADANAN DAN KEPARALELAN DALAM KALIMAT EFEKTIF

Diposkan oleh Muhammad Yusransyah di 19.52

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau
penulis sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya
seperti yang dimaksud penulis /pembicara.
Kalimat efektif memiliki beberapa ciri antara lain kesepadanan dan keparalelan.
Ciri lainnya akan dibicarakan pada pembelajaran berikutnya.

Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
adanya kesatuan gagasan yang kompak dan padu. Kesepadanan dalam kalimat dapat
diwujudkan dengan adanya unsur-unsur kalimat yang harus ada seperti subjek dan
predikat dan dapat berfungsi dengan baik.
Ada beberapa hal yang menyebabkan unsur-unsur kalimat tidak dapat
berfungsi dengan baik. Pertama, subjek yang tidak jelas akibat adanya preposisi yang
berada di depan subjek kalimat yang memiliki predikat berafiks meng-. Sebagai contoh,
perhatikan kalimat berikut!
Dalam musyawarah itu menghasilkan lima keputusan.
Kalimat di atas adalah kalimat tidak efektif. Penyebab ketidakefektifan kalimat tersebut
adalah tidak jelasnya subjek kalimat. Jika kita menggunakan pertanyaan untuk menguji
subjek, “Apa atau siapa yang menghasilkan lima keputusan?” maka jawabnya adalah
dalam musyawarah. Dengan demikian, subjek kalimat tersebut adalah dalam
musyawarah. Subjek yang benar adalah musyawarah, sebab musyawarahlah yang
menghasilkan lima keputusan, bukan dalam musayawarah. Dengan adanya preposisi
dalam di depan kata musyawarah, maka subjek kalimat tersebut (musyawarah)
menjadi tidak jelas.
Agar menjadi efektif, kalimat di atas dapat diperbaiki dengan cara
menghilangkan preposisi dalam sehingga subjek kalimat menjadi berfungsi dalam
mendukung satu kesatuan gagasan. Kalimat efektifnya menjadi:
Musyawarah itu menghasilkan lima keputusan.
Contoh lain, perhatikan pula kalimat di bawah ini!
Di sekolah kami mengadakan lomba baca puisi.
Sama seperti kalimat di atas, kalimat tersebut juga tergolong tidak efektif
karena subjeknya yang tidakjelas atau tidak berfungsi akibat adanya preposisi di. Jika
kita menggunakan pertanyaan: “Apa atau siapa yang mengadakan lomba baca puisi?”,
maka subjek kalimat tersebut adalah di sekolah kami, seharusnya sekolah kami. Agar
menjadi kalimat efektif, kita dapat memperbaikinya melalui dua cara. Cara pertama
adalah dengan cara menghilangkan preposisi di dan yang kedua, dengan cara
mengubah predikat kalimat yang semula berafiks meng- menjadi berafiks di- seperti dua
kalimat berikut ini.
Sekolah kami mengadakan lomba baca puisi.
Di sekolah kami diadakan lomba baca puisi.
Kedua, subjek ganda pada kalimat tunggal. Kalimat yang demikian dapat
mengganggu keberadaan dan fungsi subjek. Perhatikan contoh berikut!
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
Subjek pada kalimat tunggal di atas ganda (lebih dari satu), yaitu penyusunan laporan
dan saya. Agar menjadi efektif, kalimat tunggal di atas perlu diubah menjadi kalimat
berikut ini.
Dalam penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
Kehadiran preposisi dalam pada kalimat di atas menyebabkan subjek pertama tidak
berfungsi sehingga subjeknya hanya satu, yaitu saya.
Ketiga, pengulangan unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek,
pelengkap, atau keterangan yang terdiri atas kata yang sama dalam kalimat.
Pengulangan unsur kalimat yang sama ini dapat mengganggu kesatuan gagasan yang
terdapat dalam kalimat tersebut. Hal ini tampak pada kalimat berikut!
Iswandi berangkat ke sekolah, kemudian Iswandi berangkat ke perpustakaan.
Kalimat di atas tidak efektif karena subjek dan predikat ganda yang terdiri atas kata
yang sama, yaitu Iswandi (subjek) dan berangkat (predikat). Agar menjadi efektif,
kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
Iswandi berangkat ke sekolah, kemudian ke perpustakaan.
Keempat, predikat kalimat yang tidak berfungsi akibat penggunaan kata yang
di antara subjek dan predikat. Dengan adanya kata yang tersebut, maka bagian kalimat
yang seharusnya berfungsi sebagai predikat menjadi tidak berfungsi dan berpindah
menjadi bagian dari subjek. Perhatikan kalimat berikut ini!
Rumah besar yang terbakar.
Kata bergaris bawah pada kalimat di atas seharusnya berfungsi sebagai predikat. Karena
didahului kata yang, maka predikatnya menjadi tidak berfungsi (hilang) dan berubah
menjadi bagian dari subjek kalimat. Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
Rumah besar itu terbakar.

Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk
kata yang digunakan dalam kalimat, baik dari segi kategorinya maupun imbuhan yang
digunakan. Maksudnya, kalau bentuk pertama merupakan nomina, maka kategori kata
yang sederajat juga nomina. Kalau bentuk pertama merupakan verba, bentuk kedua,
ketiga, dan seterusnya juga verba. Lebih khusus lagi, kalau bentuk pertama merupakan
kata berawalan meng-, maka kata kedua, ketiga, yang sederajat juga merupakan kata
berawalan meng-. Perhatikan contoh berikut!
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Kedua kata yang bergaris bawah pada kalimat di atas adalah predikat. Namun kedua
kata yang sejenis tersebut tidak paralel. Kata dibekukan adalah verba yang berafiks di--
kan, sedang kenaikan adalah nomina yang berafiks ke--an. Kedua kata itu seharusnya
paralel.
Agar menjadi kalimat efektif, kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat
berikut.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Perhatikan pula kalimat berikut ini!
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kata bergaris bawah yang merupakan bagian dari predikat pada kalimat di atas tidak
paralel. Kata bergaris pertama dan ketiga adalah nomina berafiks peng--an sedang kata
berafiks kedua adalah verba berafiks meng-. Kalimat di atas dapat diperbaiki dengan
mengubah kata bergaris bawah kedua menjadi nomina berimbuhan peng--an seperti
berikut ini.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Nomina
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat,
atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi menjadi dua: kata
benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera (misalnya buku), serta
kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal dengan
pikiran (misalnya cinta).

Selain itu, jenis kata ini juga dapat dikelompokkan menjadi kata benda khusus atau nama diri
(proper noun) dan kata benda umum atau nama jenis (common noun). Kata benda nama diri
adalah kata benda yang mewakili suatu entitas tertentu (misalnya Jakarta atau Ali),
sedangkan kata benda umum adalah sebaliknya, menjelaskan suatu kelas entitas (misalnya
kota atau orang).

Ciri Umum Nomina

Nomina yang merupakan kelas leksikal gramatikal mempunyai ciri sebagai berikut :[1]

 makna kebendaan
 daya rangkai sintaksis
 adanya sarana-sarana khusus untuk menyatakan arti ketunggalan dan arti kejamakan

Cara Pembentukan Kata

Dari segi strukturnya, nomina dapat dibedakan dari morfologi katanya yang dibagi menjadi
nomina akar, sederhana, bukan turunan, nomina turunan berimbuhan, nomina turunan
berulang, dan nomina majemuk dan gabungan.[2]

Nomina akar terdiri dari satu morfem akar, yang bersuku satu,dua, atau banyak.[3] Sedangkan
nomina turunan berimbuhan yang terdiri dari morfm akar dan afiks derivatif.[4] Contohnya
nomina orang yang melakukan pekerjaan atau tindakan dan alat untuk melakukan pekerjaan,
morfem dapat dibentuk sebgai berikut : pe- + kerja = pekerja (pekerjaan), pem- + pukul =
pemukul (melakukan pekerjaan).[5] Nomina pada tingkat paling atas adalah nomina majemuk
bermakna benda dan nomina bermaknakan benda, sebagai contoh ibu + kota = ibu kota, dan
tukang + jahit = tukang jahit.[6]

2.
1. Verba + (-an) contoh: Makanan.
2. (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
3. (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.
4. (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.

Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur
subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya kata kerja
transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja
transitif tak berimbuhan.
2. Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan
pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut
kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk
memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.

Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa
afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks atau
turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :

1. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk, makan,
mandi, minum, dll.
2. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau
berupa paduan leksem.

Beberapa bentuk verba turunan :.......................................

1. Verba berafiks : berbuat, terpikirkan, dll.


2. Verba bereduplikasi : bangun-bangun, ingat-ingat, dll.
3. Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.
4. Verba majemuk : cuci mata, cuci tangan, dll.

Kata Sifat (Adjektifa)

Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau
kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan
kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

Ciri-ciri Kata Sifat

1. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna
paling.
2. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat & cukup.
3. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- + redupliasi
(pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll.

Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat

1. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
2. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
3. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
4. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
5. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala,baik hati, dll.

Kata Ganti (Pronomina)

Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:
1. Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.
2. Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.
3. Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu.
4. Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, Anda, kau/engkau.
5. Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia.
6. Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka, beliau.
2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, misal:
“buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”,dsb.
3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda
yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.
4. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak
kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.
5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu
hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal:
masing-masing, sesuatu, para, dsb.

(_)(_)=== (_)

Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat,
dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata
keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi,
misal: di sini, di situ, dll.
2. Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya
sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanti, lusa, dll
3. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu
dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.
4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya suatu
proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.
5. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu itu
dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.

Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu
yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dst.


2. Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dll.
3. Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.
4. Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta.
5. Kata bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dll.
6. Kata bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dst.
Kalimat Umum dan Khusus

7. Kalimat umum adalah kalimat yang di terangkan. Kalimat umum juga bisa disebut
kalimat topik atau pikiran utama yang ada dalam paragraf. Kalimat-kalimat dalam
paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterikatan dalam
membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf terdiri dari beberapa
kalimat, mungkin terdiri atas dari dua buah kalimat, mungkin juga terdiri dari dua
buah kalimat lebih. Bahkan kita sering menjumpai paragraf yang terdiri atas lima
buah kalimat lebih yang setiap paragraf tersebut akan kita temukan kalimat umumnya.
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan pengait antar kalimat. Urutan logis akan terlihat dalam susunan
kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada kalimat-kalimat
yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan. Penyusunan kalimat-
kalimat yang logis dan terpadu dapat dapat membentuk kalimat umumatau pikiran
utama dalam paragraf tersebut.
Kalimat khusus adalah kalimat yang menerangkan. Dalam penyusunannya kalimat
khusus terdiri atas kalimat-kalimat yang mendetail atau menjelaskan. Kalimat khusus
akan selalu mengikuti kalimat umum sebagai kalimat yang menerangkan dalam
sebuah paragraf.

Imbuhan kata kerja

Terdapat empat imbuhan yang membentuk kata kerja, iaitu:

awalan kata kerja akhiran kata kerja apitan kata kerja sisipan kata kerja
meN-...-kan
beR-...-kan
beR-...-an
meN-
di-...-kan
beR-
meN-...-i
teR- -kan
di-...-i tiada
di- -i
mempeR-...-kan
mempeR-
mempeR-...-i
dipeR-
ke-...-an
dipeR-...-kan
dipeR-...-i

Anda mungkin juga menyukai