Kelomok 8 Tugas Farmasi Industri II
Kelomok 8 Tugas Farmasi Industri II
KELOMPOK 8
Disusun Oleh :
Melinda Maharani R (I4C017001)
Neli Kusumawati (I4C017015)
Rina Wahyu Kurnia W (I4C017019)
Ananda Dwi Rahayu (I4C017031)
Siti Fatimah M (I4C017052)
Terkait dengan kebergantungan industri farmasi Indonesia dengan bahan baku impor
serta adanya prediksi bahwa 10 tahun ke depan pasar obat-obatan di tanah air akan
mencapai angka Rp. 400 triliun, industri farmasi harus meningkatkan inovasi terkait
dengan bahan baku obat yang tidak hanya untuk kebutuhan industri dalam negeri tetapi
juga di ekspor ke manca negara. Hal tersebut juga perlu mendapat perhatian dari
pemerintah terkait dengan aspek teknis dalam produksi, teknologi kefarmasian dan
dukungan menggalang investasi (penanaman modal di bidang industri farmasi).
Dengan pembelian bahan baku dari luar negeri, biaya produksipun semakin meningkat,
sehingga mempengaruhi harga jual obat. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi
industri farmasi luar negeri untuk memasuki pasar farmasi di Indonesia dengan
menawarkan produk obat yang berkualitas dengan harga lebih terjangkau.
Terkait dengan peluang industri farmasi yang semakin meningkat, maka meningkatkan
investor asing untuk menanam modal di Indonesia, sehingga terjadi persaingan.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi ketahanan nasional dalam negeri, sehingga dapat
mewujudkan kemandirian pengembangan industri farmasi dalam negeri guna
mengurangi ketergantungan dalam hal bahan baku impor, investor asing dll.
Adanya ketergantungan dengan industri luar negeri dalam hal suplai bahan baku, obat
dll, apabila terjadi perang antar negara (dengan negara tersebut), industri farmasi dalam
negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan medis saat perang.
3. Kebijakan-kebijakan strategis skala nasional yang memerlukan support industri farmasi
Kebijakan nasional yang membutuhkan dukungan dari industri farmasi salah satunya
adalah JKN atau yang serig dibilang BPJS. Sistem BPJS merupakan sistem asuransi
kesehatan yang terjangkau ditujukan untuk semua masyarakat di Indonesia. Sistem ini
merupakan kebijakan pemerintah yang mengharuskan segala pelayanan dan fasilitas
kesehatan dikendalikan dengan biaya yang murah. Hal tersebut sangatlah berpengaruh
terhadap industri farmasi yang mensuplai terkait pasokan obat di setiap pelayanan
kesehatan. Maka dari itu industri farmasi haruslah ikut serta dalam membangun kualitas
kesehatan negara dengan biaya ekonomi yang terjangkau dan dapat diperoleh oleh
berbagai kalangan. Kebijakan ini tidak akan berjalan tanpa adanya persetujuan dari
setiap industri farmasi yang memproduksi obat.
4. Pos-pos dan peranan apoteker dalam bidang industri
5. Peluang, jenjang karir dan pengembangan kompetensi apoteker di bidang farmasi industri
Peluang. Sebagian besar bagian-bagian (job) di industri farmasi diduduki oleh apoteker,
apalagi terkait peran apoteker di industri farmasi sangat penting sehingga perannya
akan lebih mendominasi. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi banyak para calon
apoteker untuk berkarir di bidang industri. Peluang Apoteker di industri farmasi tidak
hanya pada pengembangan obat baru saja melainkan pada bidang obat tradisional dan
kosmetik
Jenjang karier. Jika kita kompeten dalam ilmu obat-obatan kita dapat mengembangkan
riset ilmiah, contoh : pemanfaatan dari berbagai bahan herbal indonesia baik yang
terkenal maupun yang belum dapat digunakan untuk pengobatan medis.
Pengembangan kompetensi apoteker di bidang farmasi industri dapat dilakukan melalui
pelatihan-pelatihan dasar terhadap calon apoteker di jenjang pendidikan profesi
apoteker mengenai dunia kerja di industri farmasi.
6. Penanganan produk antara yang tidak memenuhi syarat
b) Memisahkan obat rusak dan disimpan pada tempat terpisah dari penyimpanan obat
lainnya.
c) Membuat catatan nama,no.batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa obat yang rusak.
d) Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke instalansi farmasi kabupaten/kota.
e) Mendokumentasikan pencatatan tersebut.
Jawaban kasus
1. Cek sampel tertinggal sesuai dengan batch yang dikeluhkan apakah mengalami perubahan
warna
2. Telusuri dan tanyakan pada distributor yang mengeluh tersebut mengenai penanganan dan
pengendalian produk tersebut apakah sesuai dengan prosedur yang seharusnya/ tidak
3. Keluhan terdapat hanya pada satu perusahaan distributor sementara pada distributor yang
lain belum terdapat keluhan. hubungi distributor yang lain untuk mengetahui ada dan tidaknya
perubahan warna atau keluhan
4. Jika sampel tertinggal yang ada di industri tidak mengalami perubahan warna, dan keluhan
hanya ada pada 1 perusahan distributor, serta pihak distributor ternyata keliru dalam
pengendalian sediaan tersebut maka sebaiknya produk tidak usah dilakukan recall karena
kesalahan yang ada tidak sepenuhnya ada pada pihak industri melainkan mengenai
pengendalian di pihak distributor. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan sampel tertinggal yang
tidak menunjukan adanya perubahan. Selain itu proses recall merupakan proses yang
memerlukan biaya dan tenaga operasional untuk mengendalikan nya sehingga hal tersebut
berpengaruh terhadap biaya pengeluaran provit industri yang diatur oleh departemen finance.
5. Maka jika hal tersebut terjadi tindakan perusahaan hanya cukup melakukan pemberitahuan
kembali mengenai prosedur pendistribusian dan penyimpanan yang baik dan benar guna
kestabilan produk.
6. Sebagai bentuk konsekuensi nya biasanya pihak industri mengganti produk keluhan tersebut
dengan produk dan jumlah yang sama dan baru.