Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) kini telah menjadi masalah kesehatan

serius di dunia. Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan

kematian sebesar 36 juta warga dunia. Hal ini menunjukkan bahwa

penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian (WHO,

2011).

GGK adalah salah satu dari penyakit kronik terbanyak yang

dialami masyarakat dunia, dimana hampir mengenai dua sampai tiga

persen (Tavangar & Sadeghian, 2010). Prevalensi GGK meningkat

setiap tahunnya. Prevalensi GGK meningkat sebanyak delapan persen

dari tahun 2011 sampai dengan 2014. Terdapat 16,8% dari populasi

penduduk usia di atas 20 tahun mengalami GGK dari kurun waktu 2005

sampai dengan 2011. Persentase ini meningkat bila dibandingkan data

enam tahun sebelumnya, yaitu 14,5% (CDC, 2012).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50%

dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian dan prevalensi

gagal ginjal meningkat 50% di tahun 2014. Data menunjukkan

bahwa setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisis


karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam satu juta orang

Amerika adalah pasien dialisis (Widyastuti, 2014).

Hasil Riskesdas 2013, populasi umur dibawah 15 tahun yang

terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah

dibandingkan prevalensi GGK di negara-negara lain, juga hasil

penelitian Perhimpunan Nefrolgi Indonesia (Pernefri) tahun 2006 yang

mendapatkan prevalensi GGK sebesar 12,5%. Data dari IRR

(Indonesia Renal Registry) dari 249 renal unit yang melapor, tercatat

30.554 pasien aktif menjalani dialisis pada tahun 2015, sebagian besar

adalah pasien dengan gagal ginjal kronik.

Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukan prevalensi meningkat

seiring dengan bertambahnya umur dengan peningkatan yang tajam

pada kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan kelompok umur 25-34

tahun. Prevalensi tertinggi dalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5% dan di

Nusa Tenggara Barat yaitu sebeesar 0,1%.

Penatalaksanaan pasien GGK salah satunya adalah dengan

hemodialisa (HD).HD yaitu untuk menrunkan kadar ureum, kreatinin

dan zat toksik yang lainnya di dalam darah. HD masih menjadi

alternatif yang baik bagi para penderita GGK. Kualitas hidup pasien

GGK yang menjalani HD cukup baik dan panjang usia hidup sampai

sekarang adalah 14 tahun (Rahardjo, 2012).

Menurut Luana, Panggabean, Lengkong dan Christie (2012)

sebagian besar penderita gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa diketahui (47,5%) mengalai kecemasan ringan,


sedangkan (3,75%) tidak mengalami kecemasan dan sisanya

mengalami kecemasan sedang hingga berat.

Anda mungkin juga menyukai