PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HEMATOLOGI
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel-sel darah dan
faktor-faktor yang memengaruhi fungsinya. Untuk mengetahui kelainan dari
kualitas maupun kuantitas sel darah dilakuan pemeriksaan hematologi dengan
mengambil sampel darah. Beberapa pemeriksaan Hematologi yang dilakukan
dengan uji laboratorium sebagai berikut
2.1.1. Pemeriksaan Hemoglobin Total (darah)
2.1.1.1. Pengertian
Hemoglobin (Hb) merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel
darah merah (SDM), yang memberi warna merah pada darah.
Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen.
Pemeriksaan Hematologi digunakan untuk mengukur jumlah Hb yang
ditemukan dalam setiap desiliter (dl atau 100 ml) whole blood. Uji
tesebut biasanya merupakan bagian dari hitung darah lengkap.
Konsentrasi Hb berhubungan erat dengan hitung sel darah merah
(SDM) dan memengaruhi rasio Hb-RBC (MCH dan MCHC).
2.1.1.2. Prosedur Pemeriksaan
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan Hemoglobin
1. Jangan mengambil sempel darah dari tangan atau lengan yang
menerima cairan IV.
2. Turniket yang terpasang harus kurang dari satu menit.
3. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman
3
4
mungkin dapat memberikan jawaban . pada saat ini banyak jenis tes faal hati
dapat diperiksa . sherlock, seorang tokoh dalam bidang penyakit hati,
menyarankan agar hanya menggunakan beberpa jenis tes yang sederhana dan
memberi manfaat.
Pemeriksaan faal hati secara sederhana dapat digunakan untuk
mendapat informasi mengenai bebeapa jenis disfunsi hati:
a. Penanda nekrosis sel hati : SGOT, SGPT, LDH
b. Penanda kolestasis : Bilirubin direk, gama-GT, fosfatase alkali
c. Penilaian faal sintesis : kadar albumin serum, kadar prealbumin
(transtiretin) Kolinesterase, masa protombin.
2.2.1. Pemeriksaan Bilirubin (urine)
2.2.1.1. Pengertian
Uji skrining bilirubin merupakan uji yang didasarkan pada
reaksi warna dengan suatu reagen spesifik yang mendeteksi bilirubin
direk (terkonjugasi) larut air dalam urin. Jumlah bilirubin yang dapat
terdeteksi dalam urin dapat menunjukkan penyakit hati yang
diseabkan oleh infeksi, penyakit bilier, atau hepatotoksisitas.
Bila digabung dengan pengukuran urobilinogen, uji biliruboin
membantu mencari kelainan yang dapat menyebabkan ikterus.
Analisis ini dapat dilakukan di bangsal, dengan menggunakan vcarik
reagen bilirubin, atau dalam laboratorium.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu mencari penyebab
ikterus, untuk membandingkan kadar bilirubin urin dan serum serta uji
–uji enzim hati.
2.2.1.2. Prosedur Pemeriksaan
a. Kumpulkan spesimen urin acak dalam wadah yang disediakan.
b. Gunakan hanya spesimen segar yang baru dikeluarkan. Bilirubin
berdidintregrasi setelah 30 menit bila terpajan suhu kamar atau cahaya.
c. Anilisis bedside menggunakan prosedur carik celup.
d. Pastikan pencahayaan mencukupi untuk membuat penentuan warna.
e. Celupkan carik reagen ke dalam spesimen dan angkat segera.
f. Bandingkan warna carik dengan standar warna setelah 20 detik.
12
b. Sesudah Pemeriksaan
Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres
hangat.
2.4.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Normal
a. Stasis vena akibat pemakaian turniket yang lama (mungkin
memberikan hasil tinggi semu)
b. Konsumsi vitamin D dan derivatnya (dihidrotakisterol,
kalsiterol) dalam dosis yang berebihan, pengguanaan endrogen,
garam kalsium yang diaktivasi kalsiferol, progesteron-estrogen,
dan deuretik tiazid (meningkatkan kadar kalsium serum)
c. Asetazolamid, kortikosteroid, mitramisin, penggunaan laksatif
kronis, tranfusi darah sitrat yang berlebihan (mungkin
meningkatkan atau menurunkan kadar kalsium serum).
Kadar kalsium serum yang tinggi secara abnormal
(hiperkalsemia) mungkin terdapat pada paratiroidisme dan tumor
hiperparatiroid, penyakit paget pada tulang, mieloma multipel,
karsinoma metastik, fraktur multipeldan imobilisasi yang lama.
Kadar yang tinggi mungkin juga diakibatkan oleh ekskresi kalsium
yang tidak adekuat, seperti pada insufisiensi adrenal dan penyakit
ginjal. Hal ini akibata konsumsi kalsium yang berlebihan serta akibat
pengguanaan antasid seperti kalsium karbonat yang berlebihan.
Kadar kalsium yang rendah (hiperkalsemia) mungkin
diakibatkan oleh hipoparatiroidisme, paratiroidektomi total dan
malabsorbsi. Kadar kalsium yang menurun mungkin juga terdapat
pada sindrom Cushing, gagal ginjal, pankreatitis akut, peritonitis
akut, peritonitis, malnutrisi dengan hipoalbuminemia, dan transfusi
darah (akibat sitrat)
2.4.2. Pemeriksaan Kalium (serum)
2.4.2.1 Pengertian
Uji kalium digunakan untuk mengukur kadar kalium dalam serum,
kation intrseluler utama. Kalium membantu mempertahankan
keseimbangan osmotik seluler dan membantu mengatur aktivitas otot,
26
b. Sesudah Pemeriksaan
1. Bila timbul hematompada tempat pungsi vena, berikan
kompres hangat.
2. Beri tahukan kepada pasien ia dapat melakukan kembali diet
normalnya dan minum obat-obatan yang dihentikan sebelum
uji sebagaimana diminta.
2.6.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Normal
a. Terapi radiasi atau kemoterapi (dapat menurunkan karena efek
supresif pada sumsum tulang).
b. Aminofenazon, antikonvulsan, asparaginase, hidralazin, derivat
hidantoin, kontrasepsi oral, dan fenilbutazon (meningkatkan)
c. Metotreksat dan hipersensitivitas berat terhadap vaksin BCG
(menurunkan)
d. Dekstran dan metilprednisolon (penurunan kadar IgM)
e. Dekstran dan metilprednisolon dosis tinggi serta fenitoin
(penurunan kadar IgG dan IgA).
f. Metadon (peningkatan kadar IgA)
2.6.2. Pemeriksaan Assay Limfosit-T dan Limfosit-B (serum)
2.6.2.1. Pengertian
Limfosit merupakan sel utama dalam sistem imun yang
memiliki kapasitas mengenali antigen melakui reseptor khusunya
yang ditemukan pada permukaan.
2. IV-GTT
Waktu Serum (mg/dl)
Puasa 70-110
5 menit <250
½ jam <155
1 jam <125
2 jam Kadar Puasa
Urine: Negatif pada saat puasa dan pada ½, 1 dan 2 jam
b. Anak
Normalnya, bayi memiliki kadar gula darah yang rendah. Anak
yang berusia 6 tahun atau lebih tua dapat memiliki temuan kadar
gula darah yang sama sengan orang dewasa
2.7.2.4. Persiapan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan
a. Persiapan Sebelum Pemeriksaan
1. GTT Oral
a. Jelaskan pada klien tentang prosedur ini
b. Beri tahu kepada pasien untuk diet karbohidrat yang
adekuat harus dikonsumsi selama 2 sampai 3 hari sebelum
uji dilakukan.
c. Beri tahu klien untul tetap berpuasa selama 12 jam
sebelum uji, kecuali minum
d. Beri tahu kepada pasien untuk tidak diperkenankan
mengonsumsi kopi, teh, atau rokok selama uji. Tidak boleh
mengonsumsi makanan apapun.
e. Jelaskan pada klien bahwa dia dapat berkeringat atau
merasa lemah dan pusing selama 2 sampai 3 jam selama uji
dilakukan. Gejala ini sering bersifat sementara.
f. Beri tahu klien untuk meminimalkan altivitas selama uji
dilakukan peningkatan aktivitas dapat memengaruhi
temuan glukosa
g. Beri tahu petugas laboratorium tentang waktu yang tepat
klien untuk meminum larutan glukosa. Petugas
50
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penanganan yang tepat dan pengiriman spesimen ke laboratorium
sesuai prosedur merupakan hal yang sangat penting. Spesimen yang masih
segar memberikan hasil uji yang akurat. Apabila spesimen darah tidak
mendapatkan perlakuan sesuai, hemolisis mungkin akan terjadi sehingga
menyebabkan hasil uji yang jauh dari akurat; jika sampel urine diberikan
mengendap lebih dari 30 menit, pH urine akan menjadi basa akibat
pertumbuhan bakteri.
3.2. SARAN
Sebagai perawat harus mengetahui penanganan dan pengiriman
spesimen ke laboratorium dengan tepat sehingga tidak terjadi malpraktik
dan menghasilkan pemeriksaan yang akurat.
53
DAFTAR PUSTAKA
Chairlan dan Estu Lestari. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Sutedjo, AY. 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books.